Anda di halaman 1dari 4

KERAJAAN HOLING

TUGAS SEJARAH
Benazir Octaviana/7110/XI-S2/03

Kerajaan Holing
Benazir Octaviana/7110/XI-S2/03
Asal mula Penyebutan holing Ho-ling, sebenarnya penyebutan untuk Jawa. Berita Cina dari Dinasti Sung Awal (420-470 M) menyebut Jawa dengan sebutan She-po kemudian berita-berita Cina dari Dinasti Tang (618-906 M) menyebut Jawa dengan sebutan Ho-ling sampai tahun 818 Namun penyebutan Jawa dengan She-po kembali muncul pada 820-856 M Letak kerajaan berita Cina Chiu-tang dan Hsin Tang Shu memberitakan tentang Ho-ling sebagai berikut: Ho-ling yang juga disebut She-po terletak di lautan selatan. Sebelah timurnya terletak Po-li dan disebelah baratnya terletak To-po-teng. Di sebelah selatannya ialah lautan dan disebelah utaranya ialah Chen-la sebuah analisa berdasarkan sumber Cina Prof. NJ Kroom menunjuk bahwa letak Kerajaan Ho-ling berlokasi di Jawa Tengah Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat itu Berita-berita Tionghoa dari jaman pemerintahan raja-raja Tang (618-906 M) ada disebut nama Kerajaan Kaling atau Ho-ling. Letaknya di Jawa Tengah. Tanahnya sangat kaya, dan di situ pula ada sumber air asin. Rakyatnya hidup makmur dan tentram Jika memadukan pendapat Prof. NJ. Kroom dan kronik dari dinasti Tang yang menyebut bukit Lang-pi-ya untuk melihat laut, maka besar kemungkinan Ho-ling berada di sekitar pesisir atau di Jawa Tengah bagian pesisir utara. Penyelidikan Drs. Pitono menyimpulkan bahwa Kerajaan Ho-ling kemungkinan terletak antara Pudakpayung-Salatiga Sumber sejarah Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana. Catatan Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Holing sebagai berikut.

Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Laut Selatan Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu. Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading. Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.

Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Sima. Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram. Prasasti Tukmas adalah peninggalan Kerajaan Ho-ling. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu. Sistem pemerintahan Pada 674-675 M (tepatnya tahun 674 M) rakyat Ho-ling memilih dan mengangkat seorang ratu bernama Sima. Konon ratu ini memerintah dengan sangat kerasnya, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya. Raja tinggal di kota She-po. Tetapi leluhurnya yang bernama Ki-yen telah memindahkan pusat kerajaan ke timur, ke kota Po-lu-Chia-ssu pada masa Tien-pao tahun 742-755 M . Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading. Kehidupan rakyat holing Kehidupan Sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping ini juga sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima. Kehidupan Beragama kerajaan Holing menganut agama Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada .Pada 664-667 M, pendeta Budha Cina bernama Hwu-ning dengan pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling. Di sana kedua pendeta tersebut bersamasama dengan Joh-na po-to-lo menerjemahkan Kitab Budha bagian Nirwana.

Kehidupan Perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang pesat saat rakyat Kerajaan Holing telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka pun dapat memperdagangkan hasil bumi berupa kulit penyu, emas dan perak, cula badak dan gading. Ada sebuah gua yang selalu mengeluarkan air garam yang disebut sebagai bledug. Penduduk menghasilkan garam dengan memanfaatkan sumber air garam yang disebut sebagai bledug tersebut.

Anda mungkin juga menyukai