Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

JUDUL : UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR KIMIA SISWA SMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT Sujarwati, Sottro1 Ilmu kimia merupakan bagian yang penting untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu sangat disayangkan apabila kenyataan di SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong Pajarakan Probolinggo minat siswa dalam belajar kimia sangat kurang, disamping itu strategi pembelajaran yang digunakan cenderung bersifat tradisional (ceramah saja). Untuk mendapatkan solusi dari permasalahan maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan suatu model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran struktur atom dan sistem periodik unsur. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus pembelajaran masing-masing siklus terdiri atas empat langkah yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan pembelajaran kooperatif, (3) Observasi, (4) Refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas Xb SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong Pajarakan Probolinggo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan minat dan kenaikan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran kimia.

Sujarwati, S.Pd. adalah Guru Kimia SMA Unggulan Genggong Sottro, S.Pd. adalah Guru Kimia SMAN 1 Paiton

Pendahuluan Kimia sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan, memegang peran yang sangat penting untuk meningkatkan suber daya manusia Indonesia dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu sangat disayangkan apabila kenyataan di SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Kimia sangat kurang. Karena itu peran semua pihak yang terlibat didalam pendidikan sangat dibutuhkan khususnya guru, agar siswa berminat untuk belajar Kimia. Salah satu indikator keberhasilan di bidang pengajaran adalah perolehan nilai yang baik dari hasil belajar siswa. Dan salah satu indikator lainnya adalah perilaku menerima atau menolak dalam mempelajarai Kimia. Sebagai penunjang dari indikator di atas yaitu tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi pelajaran yang cukup memadai. Proses belajar mengajar perlu diupayakan secara maksimal, agar lebih menarik dan terkesan dalam benak siswa, sehingga minat belajar siswa meningkat, siswa merasa senang dan materi yang dipelajari dikuasai oleh siswa. Proses belajar mengajar yang telah berlangsung di SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong Pajarakan Probolinggo cenderung selalu mengguankan cara konfensional atau menggunakan strategi tradisional, artinya guru mentransfer ilmu pengetahuannya dengan menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Tidak adanya variasi metode pembelajaran menyebabkan kejenuhan dalam diri siswa dan pada akhirnya akan menurunkan minat dan prestasi dalam belajar kimia. Oleh karena itu perlu pemecahan masalah melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya Peningkatan Minat Belajar Kimia Siswa SMA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Masalah yang diajukan yaitu apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat siswa sehingga pada akhirnya juga meningkatkan ketuntasan belajar siswa ? Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka tujuan peneletian ini dapat disusun sebagai berikut : 1. Meningkatkan minat siswa belajar Kimia siswa SMA dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. 2. Melatih/meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. 3. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Dengan adanya penelitian ini harapan peneliti dapat berguna diberbagai kalangan yaitu berguna untuk siswa, guru, sekolah dan pengembang kurikulum.

Kajian Pustaka dan Rencana Tindakan Menurut Johnson and Johnson (1994), belajar berdasarkan pengalaman berdasarakan 3 asumsi : 1. Belajar paling baik bila secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar. 2. Pengetahuan harus ditemukan sendiri apabila pengetahuan itu hendak dijadikan pengetahuan yang bermakna (meaningfull learning). 3. Komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila bebas menetapkan tujuan pembelajaran sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu. Secara umum kesulitan belajar secara individu dirasakan oleh siswa, untuk itu diperlukan tutor sebaya sehingga terjadi interaksi dengan orang lain dalam membangun pemahaman pengetahuannya. Sifat kompetisi secara individu ditiadakan tetapi kompetisi kelompok tetap dilakukan untuk memacu mencapai keberhasilan bersama. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam pembelajaran akademis. Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil dibandingkan dengan pengalaman individual atau kompetitif. Siswa lebih banyak belajar dari satu teman yang lain diantara sesama siswa daripada belajar dari guru. Dalam pembelajaran koopetatif motivasi terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Dalam teori perkembangan, mengasumsikan bahwa interaksi antar siswa disekitar tugastugas yang sesuai, meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Dalam teori Elaborasi Kognitif, agar informasi dapat disimpan di dalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada di dalam memori itu, siswa harus terlibat beberapa macam kegiatan terstruktur dan elaborasi kognitif atas suatu materi yang efektif menjelaskan materi pada orang lain. Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Kimia khususnya materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur adalah : 1. Penyampaian tujuan pembelajaran yang hendak dicapai serta model strategi yang akan digunakan, serta menjelaskan inti dari topik yang akan dipelajari dalam rangka motivasi. 2. Pembentukan kelompok kooperatif, yang anggota kelompoknya dibantuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah juga anggota berasal dari ras, suku, budaya dan jenis kelamin yang berbeda-beda. 3. Siswa bekerja dalam kelompok dengan menggunakan lembar kerja yang berkaitan dengan topik yang dibahas untuk dipelajari dengan upaya memahaminya dan guru memberikan bimbingan pada kerja kelompok jika diperlukan. 4. Diskusi kelas untuk valiasi hasil kerja kelompok dengan bimbingan guru. 5. Pembentukan kelompok turnamen diikuti pelaksanaannya. 6. Penghargaan kelompok.

Proses penelitian ini dirancang 2 siklus dimana masin-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu; tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap refleksi ditiap siklus diadakan analisis terhadap data yang diperoleh, baik melalui kuisioner meupun observasi dan termasuk tindakan yang diberikanpun dievaluasi kelemahan dan kekurangannya untuk diperbaiki di siklus berikutnya. Tiap tahap direncanakan 2 minggu. Tahap terakhir dibagian akhir siklus 2 diadakan evaluasi secara menyeluruh dari seluruh kegiatan. Dan pada akhirnya dibuat laporan. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong Pajarakan Probolinggo. SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong Pajarakan Probolinggo berdiri dibawah naungan Yayasan Pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur. Supaya pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat berjalan dengan lancar, maka peneliti menyiapkan : 1. Soal-soal pre tes dan post tes. 2. Kuesioner. 3. Worksheet. 4. Kartu soal dan kartu point. 5. Pembagian kelompok. Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dari siswa, guru, kolaborator dan proses kegiatan belajar mengajar, peneliti menggunakan instrumen yang berupa : 1. Kuesioner/angket. 2. Lembar observasi/catatan langkah : 3. Lembar observasi/catatan di lapangan 4. Lembar evaluasi 5. Tes hasil belajar siswa Pengolahan skor dalam kuesioner menggunakan perpaduan antara pilihan isian dan pilihan skala penskoran 4 (sangat setuju/selalu/sangat sering/sangat baik/tinggi), 3 (setuju/sering/baik/cukup tinggi), 2 (kurang setuju/jarang/kadangkadang/kurang baik/agak rendah), dan 1 (tidak setuju/tidak pernah/tidak baik/sangat rendah). Sedang indikator siswa yang memiliki minat yang tinggi antara lain : 1. Mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh perhatian dan keseriusan dapat dilihat dari lembar observasi, hal ini juga dipakai sebagai acuan penilaian segi efektif. 2. Menindaklanjuti proses pembelajaran di kelas, apakah mereka senang/puas, inisiatif bertanya dan mengembangkan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dan hasil penilaian tugas-tugas. 3. Meningkatnya nilai tes akhir siswa dibanding nilai pre tes. Langkah dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) siklus, sebagai berikut : 1. Siklus 1

A. Tahap Perencanaan Membuat instrumen yang dibutuhkan Membuat soal pre test Mempersiapkan worksheet Mempersiapkan materi pelajaran Mempersiapkan kartu soal Mempersiapkan kartu point B. Tahap Pelaksanaan dan Observasi Pengumpulan data nilai awal melalui pre test tentang materi Struktur Atom Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Penyampaian tujuan pembelajaran b. Pembentukan kelompok kooperatif c. Siswa bekerja dalam kelompok dengan menggunakan lembar kerja. Siswa aktif mengerjakan, aktif bertanya dan aktif bekerjasama dalam kelompok. d. Diskusi kelas untuk validasi hasil kerja kelompok. e. Turnamen diikuti pelaksanaannya. f. Penghargaan kelompok. C. Refleksi Mengadakan analisis data dari proses dan tindakan selama KBM disiklus 1, dicari kelemahan dan kekurangannya sehingga dapat dicarikan alternatif perbaikannya. Mengadakan analisis data tentang hasil belajar siswa. Mengevaluasi/memadukan antara hasil analisis data dengan hasil kuisioner. 2. Siklus 2 A. Tahap Perencanaan Membuat instrumen yang dibutuhkan Membuat soal pre test Mempersiapkan worksheet Mempersiapkan materi pelajaran Mempersiapkan kartu soal Mempersiapkan kartu point B. Tahap Pelaksanaan dan Observasi Pengumpulan data nilai awal melalui pre test tentang materi Struktur Atom Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Penyampaian tujuan pembelajaran

b. Pembentukan kelompok kooperatif c. Siswa bekerja dalam kelompok dengan menggunakan lembar kerja. Siswa aktif mengerjakan, aktif bertanya dan aktif bekerjasama dalam kelompok. d. Diskusi kelas untuk validasi hasil kerja kelompok. e. Turnamen diikuti pelaksanaannya. f. Penghargaan kelompok. C. Refleksi Mengadakan analisis data dari proses dan tindakan selama KBM disiklus 1, dicari kelemahan dan kekurangannya sehingga dapat dicarikan alternatif perbaikannya. Mengadakan analisis data tentang hasil belajar siswa. Mengevaluasi/memadukan antara hasil analisis data dengan hasil kuisioner. Data yang tercatat dalam tiap langkah meliputi : 1. Data minat siswa dalam pembelajaran kimia. 2. Data pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT. 3. Data ketuntasan belajar siswa dari masing-masing siklus. Data-data di atas akan dianalisis secara berkala setiap langkah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang sebenarnya berdasarkan tujuan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang hendak kita capai. Data hasil analis menunjukkan keadaan belajar siswa dengan minat yang bagaimana, apakah ada perubahan minat atau tetap, walaupun sudah dilakukan pembelajaran kooperatif. Hasil Penelitian Hasil pengamatan terhadap minat siswa pada setiap siklus menggunakan instrumen 1, dapat dilihat pada lampiran instrumen 1a dan 1 b. Tabel 4.1 Respon/minat siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Respon Siswa Uraian Kegiatan Skor No. Kategori Belajar Mengajar Rata-Rata RP-1 RP-2 Pendapat terhadap komponen kegiatan Senang/ I 6,4 6,4 6,4 belajar mengajar berminat (senang/tidak senang) Pendapat terhadap komponen kegiatan Komponen II 6,6 6,2 6,4 belajar mengajar KBM baru (baru/tidak baru)

Respon minat mengikuti kegiatan III Minat Minat Berminat belajar mengajar berikutnya Data kemampuan guru mengelola pembelajaran kooperatif tipe TGT pada setiap siklus menggunakan instrumen 2. (dapat dilihat pada lampiran instrumen 2a, 2b) secara ringkas pengolahan tersebut disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Penilaian pengelolaan pembelajaran melalui kooperatif tipe TGT Skor Tiap RP Skor No. Aspek Yang Diamati Kategori Rata-Rata RP-1 RP-2 1 Pendahuluan 3,00 3,00 3,000 Baik 2 Kagiatan inti 3,00 3,00 3,000 Baik 3 Penutup 3,33 3,00 3,165 Baik 4 Pengelolaan waktu 2,00 2,00 2,500 Baik 5 Pengamatan suasana 3,25 3,25 3,250 Baik kelas Keberhasil belajar siswa diperoleh dari setiap individu dengan kemampuan masing-masing untuk dapat melihat tingkat kebehasilan proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa berupa ulangan harian selama 45 menit dengan jumlah soal sebanyak 7 berupa uraian obyektif/essay. (pada RP-1). Pada RP-2 selama 45 menit juga siswa menyelesaikan 6 soal uraian obyektif. Hasil evaluasi ini bersifat sebagai data yang kemudian diolah melalui analisis hasil ulangan disetiap RP dan kemudian diperoleh prosentasi ketuntasan belajar berdasar proporsi menjawab benar setiap individu minimal 65%. (standart ketuntasan minimal di SMA Unggulan = 65). Hasil analisis ketuntasan belajar pelaksanaan RP ditunjukkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Prosentase ketuntasan siswa dalam KBM melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT Keadaan Siswa Dalam Ketuntasan Belajar Rancangan/Skonario Jumlah siswa Jumlah Jumlah No. Prosentase Pembelajaran yang siswa yang siswa yang ketuntasan mengikuti tuntas tidak tuntas 1 RP-1 25 12 13 48% 2 RP-2 25 16 9 64% Pembahasan

1. Dari data tabel 4.1 menunjukkan skor rata-rata untuk masing-masing kategori pengamatan terhadap komponen kegiatan belajar mengajar adalah senang/berminat. Siswa secara umum sangat respon mengikuti pembelajaran, terlebih lagi pada saat pelaksanaan turnamen. Siswa sangat antusias karena masing-masing siswa berkompetisi untuk mengangkat nilai point untuk kelompoknya. Suasana kelas sangat menyenangkan pada saat pemberian penghargaan terhadap masing-masing kelompok turnamen. 2. Dari data di atas menunjukkan skor rata-rata untuk masing-masing kategori pengamatan KBM secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah baik. Siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran karena ada kegiatan turnamen. 3. Dari data di atas nampak bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada setiap pelaksanaan pembelajaran siswa selama dua kali kegiatan. Hal ini dapat diartikan juga bahwa siswa mulai semakin dapat menyesuaikan dengan model pembelajaran yang baru. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis data penelitian perangkat pembelajaran kimia dengan materi struktur atom dan sistem periodik unsur di SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong Pajarakan Probolinggo dengan dua siklus dapat disimpulkan : 1. Siswa sangat respon mengikuti kegiatan belajar mengajar dari kedua siklus dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah baik, semua siswa terlihat aktif sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa. 3. Ketuntasan belajar siswa meningkat terus dari siklus pertama 48% menjadi 64% pada siklus kedua. Saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk lebih memperkuat wawasan penelitian tindakan kelas diperlukan kolaboratif lebih dari 1 orang, semakin banyak (2 orang) semakin baik. 2. Perlu adanya penelitian dengan strategi/model pembelajaran yang lain, sehingga bisa memilih strategi mana yang lebih baik untuk dilaksanakan di sekolah, ditinjau dari segi minat dan ketuntasan belajar. 3. Penelitian ini dapat ditindaklanjuti sampai siklus berikutnya sehingga diperoleh hasil pengamatan yang lebih valid.

Anda mungkin juga menyukai