7/13
cerpen
Dwi Jayanti Laras .N x.7/13 Pada waktu istirahat seperti biasa kita bertiga duduk di halaman sekolah. Sambil asyik makan, kami juga mengobrol tentang cowok dan Ujian Nasional. Saat aku melihat Bisma aku langsung menceritakan tentang kejadian kemarin malam. Kedua sahabatku tertawa terbahak-bahak karena mereka tidak percaya dan kaget. Tiba-tiba saja saat kita baru asyik tertawa bisma datang bersama teman-temanya. Hai.. cantik! Love you. Ujarnya merayu. Aku dan teman-temanku hanya diam lalu pergi meninggalkan mereka. Ketiga cowok itu bingung dan langsung memanggil nama kami, aku dan kedua sahabatku hanya tertawa dan tetap tak menghiraukannya. Setelah sehari m enuntut ilmu kini saatnya kami pulang. Karena hari ini aku ada jadwal siaran, aku langsung pamit kepada kedua sahabatku. Tapi ternyata Elvy juga ada latihan band. Begitu pula Agnes yang harus menyelesaian cerpennya. Dan kita bertiga berpisah di parkiran. Hari telah berganti hari tak terasa kini tib hari Sabtu, hari yang asy untuk kencan, untuk nonton, dan lain-lain yang berduaan dech. Tapi bukan bagiku karena hari ini jadwalku siaran. Dan kita bertiga pacaran bukan hal yang mengasyikkan karena apabila pacaran melampaui batas dapat menjadi hal yang fatal. Lebih baik nikmati masa remaja tanpa pacaran kita dapat bebas untuk menghabiskan waktu sama siapa pun dan memperoleh hasil yang bagus. Dan Elvy manggung di Manahan, sedangkan Agnes harus menyelesaikan cerpennya. Yach beginilah aku dan teman-temanku yang asyik mencari uang tapi tidak lupa sekolah. Saat selesai siaran aku lewat Manahan dari jauh aku lihat cewek berambut panjang memakai rok di atas lutut dan sedang asyik bernyanyi dengan suara serak-serak basah. Aku tahu cewek itu pasti Elvy, aku hanya meliha sekilas dan aku langsung melanjutkan perjalananku. Setelah selesai mandi aku teringat sesuatu. besok ada latihan ujian gunamku. Aku pun mulai sibuk menyiapan materi untuk hari Senin. Pada malam itu juga, aku membertahukan Agnes dan Elvy agar mereka tidak lupa. Setelah semua bahan buat hari Senin selesai aku langsung menjatuhkan tubuhku di kasur dan tak terasa aku terlelap tidur. Hari ini adalah hari pertama lathan ujian, saat pagi-pagi aku datang aku melihat semua belajar di dalam kelas begitu pula aku. Aku melihat wajah sahabatku terlihat lesu, kupikir mereka lelah atau kurang tidur tapi aku tidak berani menanyakan hal itu pada mereka. Tak terasabel masuk berbunyi. Semuanya langsung masuk ke dalam ruangan dan siap untuk mengerjakan soal tes ujian. Berbeda pada hari pertama, kedua sahabatku ini sudah tampak ceria, kami mengerjakan soal bersama-sama. Bukan begitu .. sela Agnes Begini Agnes, sahut Elvy membetulkan. Aku hanya diam melihat kedua sahabatku ini. Tak lama kemudian bel berbunyi kami segera masuk dengan membawa pensil 2B dan ilmu yang telah kita siapkan.
cerpen
Dwi Jayanti Laras .N x.7/13 Mungkin hari ini adalah hari yang dinanti, hari terakhir latihan ujian. Banyak anak-anak kelas tiga yang tidak belajar hari ini. Tapi berbeda dengan aku dan kedua sahabatku justru kami sangat bersemangat, setelah soal dibagikan, banyak anak-anak yang mencotek di hari terakhir ujian. Aku pun langsung mengerjakan dengan semangat 45. Tepat pukul 11.00 WIB ujian selesai. Lalu aku keluar dengan kedua sahabatku untuk pulang bersama. Tak terasa kini saatnya untuk mengambil hasil laporan latihan ujian. Karena tak ada apa-apa di sekolah aku dan teman-teman yang lain tidak masuk sekolah. Saat ayahku pulang dari sekolah beliau langsung memanggil aku. Aku hanya duduk dan beliau menyerahkan hasil latihan ujian. Alangkah terkejutnya saat aku melihat nilaiku di atas batas kelulusan. Aku langsung mencium ayah dan segera masuk ke kamar. Tak lama kemudian hand phone-ku berbunyi, aku langsung mengangkatnya dan orang diseberang langsung marah-marah sendiri. Ras, hasil latihan ujiaanku hancur aku dimarahi ibuku. Aku harus berhenti band, gimana donk? Aku sebel!, keluh Elvy. Aku hanya terdiam aku tak bisa berbicara apa-apa hanya kalimat ini yang bisa aku katakana, Ya besok kita bahas bersama-sama kalau begitu. Baiklah . sampai jumpa besok. Tut..tut telepon pun terputus. Tak lama kemudian ada sms masuk Laras aku sebel nilaiku jelek. Mana aku gak boleh nulis lagi. Gimana ? aku langsung menjawab seperti yang aku katakana pada Elvy tadi. Keesokan harinya aku dan kedua sahabatku berkumpul di taman sekolah. Mereka tak hentihentinya mengeluh. Aku yang sedikit sebal akhirnya berani berbicara. Mungkin kata ibu kalian benar kita sudah kelas tiga makanya kita harus belajar tidak usah memikirkan pekerjaan kita lagi. Usulku. Iya aku tahu, tapi band itu segalanya! keluh Elvy. Kalau rejeki kita ada di band pasti Tuhan tidak akan mengambil dari kita. Nah. Bagaimana kalu kita break dengan pekerjaan kita karena seminggu lagi kita sudah ujian? usulku. Mereka terdiam. Dan akhirnya mereka pun setuju. Satu minggu ini waktunya kita belajar, kita juga telah melupakan dengan tugas kita diluar sekolah. Kita hanya fokus pada ujian besok. Untuk itu kami tidak mau membuang kesempatan ini begitu saja. Hari ini adalah hari yang dinanti. Semua pada siap dengan apa yang mereka peroleh selama tiga tahun. Ada pula yang membeli kunci jawaban dengan harga paling mahal, tetapi ada juga yang dengan belajar. Ketika bel berbunyi, itulah saatnya mereka membuat nasibnyadi hari-hari terakhir sekolah. Setelah empat hari menentukan nasib, kini saatnya mereka menerima hasil Ujian Nasional. Banyak anak yang telah menyiapkan kain dan spidol untuk mencoret-coret. Saat orang tua masingmasing siswa keluar ada yang terharu mereka lulus dan ada juga yang sedih harus berpisah dengan
cerpen
Dwi Jayanti Laras .N x.7/13 teman-temannya. Begitu pula aku, Elvy dan Agnes. Kami sedih karena kami harus berpisah. Tetapi kami juga bahagia karena kami LULUS dengan nilai di atas 90. Tanpa pikir-pikir lagi kami langsung coret-coret baju yang tidak terpakai, karena baju yang masihh layak akan disumbangkan kepada yang berhak menerima. Selain mencoret-coret kami juga foto-foto, apalagi Bisma yang amat antusias memfoto aku karena aku tahu dia suka denganku, tetapi aku menganggap dia sebagai teman biasa saja. Tidak diduga sekolah telah membuat panggung perpisahan yang diadakan setiap tahun. Semua siswa-siswi pun datang. Tetapi Pak Gurno memanggilku untuk menjadi pembawa acara. Dengan senang aku menerima tawaran itu. Kurang lebih setengah jam aku menjadi mc, tiba-tiba ada segerombolan band datang dan langsung naik ke atas panggung. aku mau panggil namanya Elvy untuk naik ke atas panggung Elvy memakai topi cowok seperti tak berambut. Aku terkejut, tapi anehnya guru-guru tak terkejut. Elvy pun naik ke atas paggung dengan hati yang kaget. Kalian datang kesini ada apa? Tanya Elvy. Tanpa membung-buang waktu Elvy dan bandnya segera mengalunkan beberapa tembang. Karena aku menjadi mc dadakan makanya aku tak tahu urutan acara yang dibuat. Kali ini ada pementasan drama dari anak-anak kelas satu. Drama itu berlangsung 30 menit dan sang sutradara langsung naik ke panggung. Kami mau berterima kasih kepada Agnes yang membuat ide cerita ini. Buat Agnes dimohon naik ke atas panggung suruh beliau. Agnes langsung naik diberi kenang-kenangan dari anak-anak drama. Seluruh penonton memberikan tepuk tangan. Acara pun langsung diambil alih oleh pak Girno. Anak-anak marilah kita beri tepuk tangan yang meriah untuk Laras, Elvy dan Agnes suruh beliau. Semua penonton menurutinya. Kami yang berada di belakang panggung bingung. Kenapa harus begini ? karena mereka adalah anak-anak yang rajin. Mereka bukan hanya seorang murid, tapi seorang murid yang bisa mencari uang tetapi tidak lupa sekolah. Untuk itu, bapak mengundang teman-teman Elvy, dan anak-anak drama dari ide Agnes serta menunjuk Laras menjadi mc. Untuk mereka diharap naik keatas panggung cerita beliau panjang lebar. Dengan ragu-ragu kami naik ke atas panggung. Tak diduga kami diberi hadiah dari sekolah dan kami juga disuruh memberikan kata-kata terakhir. Terima kasih semuanya. Kami hanya bisa berkata ujuain bukan hal yang menakutkan tapi ujian punya arti untuk jalan impian anak negri. Nikmati ujian dengan hati gembira Bravo. Ungkap Elvy penuh arti. Banyak penonton yang terharu. Begitu pula dengan kita. Aku pun tak sanggup meneteskan air mata ini dan kami berjabat tangan dengan guru-guru dengan suasana haru. Lalu semua siswa-
cerpen
Dwi Jayanti Laras .N x.7/13 siswi pun langsung naik k eats panggung satu per satu. Dan inilah kenangan masa remaja yang tak terlupakan.
cerpen