Anda di halaman 1dari 68

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

N P3A0 POST PARTUM MATURUS DENGAN SEKSIO SESAREA HARI KE 1 ATAS INDIKASI CEPHALO PELVIC DISPROPORTIONAL DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

Disusun Guna memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Maternitas II Semester V

Disusun Oleh : Tingkat III C

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BANDUNG 2006
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat, meliputi bio, psiko, social spiritualyang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Bidang layanan dalam keperawatan sangat luas, salah stunya adalah bidang garap keperawatan maternitas. Keperawatan maternitas merupakan layanan professional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang meliputi masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa nifas, masa diantara kehamilan, neonatus dan keluarga yang berfokus kepada kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan proses keperawatan (Thompson, 1995:218). Asuhan keperawatan pada masa setelah melahirkan atau masa nifas sangat dipengaruhi oleh cara melahirkan, apakah normal (spontan) atau dengan tindakan. Salah satu tindakan yang dilakukan pada proses persalinan adalah

tindakan seksio sesaria. Seksio sesaria merupakan peristiwa pengakhiran kehamilan melalui pembedahan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan rahim. Tindakan seksio sesaria dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik terhadap ibu maupun janin. Komplikasi yang mungkin muncul pada ibu dapat terjadi pada masa nifas post seksio sesaria berupa perdarahan, pada infeksi, gangguan kemih dan pembekuan darah, trauma kandung

penurunan fungsi intestinal bagian bawah (colon). Maka dari itu, kelompok merasa tertarik untuk mengangkat kasus dalam laporan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N P3A0 Post Partum Maturus Dengan Seksio Sesarea Bandung. Hari Ke 1 Atas Indikasi Cephalo Pelvic Disproportional Di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk Memperoleh gambaran lebih jelas mengenai partus matures seksio sesarea hari ke 1 secara komprehensip dan terintegrasi berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus 1. Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan seksio sesarea meliputi : Pengumpulan data, analisa data, menentukan masalah dan merumuskan diagnosa keperawatan.

2. Dapat merencanakan asuhan sesuai kebutuhan klien post partum dengan seksio sesarea. 3. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. 4. Dapat mengevaluasi hasil tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. 5. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan. C. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara atau anamnesa secara langsung dari klien, observasi langsung pada klien, studi lteratur yang berhubungan dengan masalah padaklien dan studi dokumentasi status perkembangan klien yang berhubungandengan asuhan keperawatan pada klien dengan post partum matures dengan seksio sesarea atas indikasi CPD ( Chepalo Pelvic Disproportion ). D. Sistematika Penulisan 1. BAB I : PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, tujuan, metode dan sistematika penulisan. 2. BAB II : TINJAUAN TEORI Terdiri dari konsep dasar masa nifas, pengertian dan penyebab tindakan seksio sesarea, anatomi fisiologi panggul, asuhan keperawatan pada klien post partum dengan seksio sesarea atas indikasi CPD. 3. BAB III : TINJAUAN KASUS

Terdiri atas Tinjauan kasus yang merupakan laporan pelaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri atas : Pengkajian, Diagnosa masalah berdasrakan prioritas, Perencanaan, implementasi dan Evaluasi 4. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN. Terdiri atas kesimpul;an dan Saran.

BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. a. Konsep Dasar Masa Nifas Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Muchtar, 1998 : 115). Periode post partum (puerperium) adalah jangka waktu 6 minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. (Bobak, 2000 : 716). Masa nifas atau post partum adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Hanifa, 1999 : 237). Post partum adalah masa setelah melahirkan dimana masa ini meliputi beberapa minggu pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil yang normal. (Cuningham, 1995 : 281). Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : Masa nifas disebut juga post partum atau puerperium, adalah masa penyembuhan dan pulihnya kembali alat-alat reproduksi sejak selesai melahirkan sampai pada keadaan normal, seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6 minggu. b. Periode Nifas

1) 2)
post

Periode Immediate post partum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Periode Early post partum : terjadi setelah 24 jam partum sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu post

partum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastic.

3)

Periode late post partum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap.

c.

Adaptasi Fisiologis post Partum

Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan Sistem Respirasi obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan

menyebabkan perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri. 2) Sistem Cardiovaskuler Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami perubahan antara lain : a) Cardiak Output Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan indikasi terjadinya perdarahan uteri. b) Volume dan Konsentrasi Darah Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel darah. Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan kadar hemoglobin menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari keempat post partum. Jumlah leukosit meningkat pada early post partum hingga nilainya

mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila peningkatan lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya infeksi. Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien post partum dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan normal (600-800 cc).

3)

Sistem Gastrointestinal Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas otot tergantung atau dipengaruhi oleh penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan, serta mobilitas klien. Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut karena dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum. Sebagai akibatnya klien akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta gangguan eliminasi BAB. Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa sebelumnya.

4) a)

Sistem Reproduksi Payudara Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar. b) Involusi Uterus

Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi ototnya akan menjadi keras sehingga dapat menutup/menjepit pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus dapat diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi uterus bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus terjadi setelah klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi. c) berdiferensiasi menjadi Endometrium menjadi dan 2 lapisan, lapisan superficial lochea. dan cepat.

Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan nekrotik yang terkelupas kelenjar bersama tetap

Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan miometrium Proses berisi utuh merupakan sumber pembentukan endometrium baru. regenerasi endometrium berlangsung Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan ketiga. d) peregangan Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum pada serviks dan vagina kecuali bila Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal. Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka. e) Lochea Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas inplantasi plasenta yang keluar

melalui vagina. Lochea merupakan pembersihan uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu : (1) partum. desidua, (2) sisa jaringan Warna vernik Lochea Rubra Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post merah terdiri dari darah, lanugo, sel-sel sisa caseosa, rambut

mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban. Lochea Serosa Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisadengan hari warna kuning kecoklatan, post berlangsung partum. (3) Lochea Alba Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6 post partum (Cuningham, 195 : 288). Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika pengeluaran lochea berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea yang prulenta (nanah), aras nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin. 5) Sistem Endokrin Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembengkakan kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI dan kontraksi uterus. 6) Sistem Perkemihan Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi karena letak blass berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan kandung kemih mutlak dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat terjadi keempat dan kesembilan

gangguan pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu dilakukan bldder training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya. 7) Sistem Persarafan Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam pertama. Kesadaran biasanya 8) Sistem Integumen Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari penurunan hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita ada yang tidak menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi folikel rambut sehingga rambut tampak rontok. 9) Sistem Muskuloskletal Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini menyebabkan hilangnya kekenyalan otot pada masa post partum, terutama menurunnya tonus otot dinding dan adanya diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur dan terdapat luka/insisi bekas operasi, secara berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas bawah dapat berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio anestesi dapat terjadi pula penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot. d. Adaptasi psikologis orangtua Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara psikologis dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru. Beberapa adaptasi psikologis anatara lain : Adaptasi parental Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu merupakan bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis komunikasi karena

1)

ketergantungan penuh bayi pada orangtua. Untuk menjadi orangtua diperlukan komponen yaitu : a) kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi orangtua dalam perawatan bayi. b) Kemampuan kognitif dan afektif merupakan komponen psikologis dalam perawatan bayi. Perasaan keibuan, kebapakan, dan pengalaman awal menjadi orangtua. 2) Phases yaitu : a) Taking in (periode ketergantungan) Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam kehidupannya. b) Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian) Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri. c) Letting go (fase mampu sendiri) Fase maternal Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut Rubin Maternal

Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan. 3) meningkat) Bounding merupakan suatu hubungan yang berawal dari saling mengikat diantara orangtua termasuk orangtua dan anak, ketika pertama kali bertemu. Attachment adalah suatu perasaan ksih sayang yang meningkat satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan kesabaran ( Bobak, 2000 : 746). Bounding attachment (perasaan kasih sayang yang

4)

Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap saat untuk memperat rasa kekeluargaan. Kontak dini antara ibu, ayah danbayi disebut bounding attachment melalui touch/sentuhan, kontak mata, dan aroma. Adaptasi ayah Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengna kelahiran bayi dipengaruhi oleh keterlibatan ayah selama kehamilan, partisipasi saat persalinan, struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin, tingkat kemampuan dalam penampilan dan latar belakang cultural Adaptasi sibling Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara, anak pertama le bih ingin mempertahankan dirinya lebih tinggi dari adik barunya. 2. Seksio Sesaria a. Pengertian Seksio sesaria adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) (Cunningam, 1995 : 511). Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau umr kehamilan lebih dari 28 minggu. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999 : 229) Seksio sesaria adalh pembedahan untuk melhirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono Prawiroharjo , 1991 : 863) Pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Seksio sesaria adalah suatu cara persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau umr kehamilan lebih dari 28 minggu. Indikasi dilakukan seksio sesaria Tindakan seksio sesaria dilakukan bilamana diyakini bahwa penundaan perslinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi ibu, janin atau keduanya. Sedangkan persalinan per vaginam tidak mungkin dilakukan dengan aman. Beberapa alasan/indikadi untuk dilakukan seksio sesaria yaitu : 1 ) Indikasi ibu a) Cepalo pelvic disproportion / disproporsi kepala panggul yaitu apabila bayi terlalu besar atau pintu atas panggul terlalu kecil sehingga tidak dapat melewati jalan lahir dengan aman, sehingga membawa dampak serius bagi ibu dan janin. b) sebagian Plasenta previa atau seluruhnya, yaitu plasenta melekat sehingga ketika serviks pada ujung bawah uterus sehingga menutupi serviks

5)

membuka selama persalinan ibu dapat kehilangan banyak darah, hal ini sangat berbahaya bagi ibu maupun janin. c) menghalangi d) untuk Tumor pelvis (obstruksi jalan lahir), dapat jalan lahir akibatnya bayi tidak dapat

dikeluarkan lewat vagina. Kelainan tenaga atau kelainan his, misalnya mengedan dapat menjadi rintangan pada pada ibu anemia sehingga kurang kekuatan/tenaga ibu persalinan, e) sehingga persalinan mengalami

hambatan/kemacetan. Ruptura uteri imminent (mengancam) yaitu adanya ancaman akan terjadi ruptur uteri bila persalinan dilakukan dengan persalinan spontan. f) Kegagalan persalinan: persalinan tidak maju dan tidak ada pembukaan, disebabkan serviks yang kaku, seringterjadi pada ibu primi tua atau jarak persalian yang lama(lebih dari delapan tahun) 2) Indikasi janin a. b. bawah/ sefalik c. d. Gawat janin, janin kelelahan dan tidak ada Hidrocepalus dimana terjadi penimbunan kemajuan dalam persalinan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi lebih besar serta terjadi peleberan sutura-sutura dan ubun-ubun, kepalka terlalu besar sehingga tidak dapat berakomodasi dengan jalan lahir. 3) Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan, apabila telah mengalami seksio sesaria atau menjalani operasi kandungan sebelumnya Ruptura uteri bisa terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi seperti seksio sesaria klasik, miomektomi (Muhtar, 1998 :289) misalnya ibu dengan riwayat mioma sehingga dilakukan miomektomi, sebaiknya persalinan berikutnya dengan Janin besar yaitu bila berat badan bayi Kelainan gerak, presentasi atau posisi lebih dari 4000 gram, sehingga sulit melahirkannya ideal persalinan pervaginam adalah dengan kepala ke

seksio sesaria untuk menghindari terjadinya ruptura uteri saat kontraksi uterus pada peresalinan spontan. b. Jenis-jenis operasi seksio sesaria 1) Seksio sesaria klasik atau korporal yaitu insisi memanjang pada segmen atas uterus. 2) Seksio sesaria transperitonealis profunda yaitu insisi pada segmen bawah uterus. Teknik ini paling sering dilakukan. 3) Seksio sesaria ekstra peritonealis : rongga peritoneum tidak dibuka, dulu dilakukan pada pasien dengan infeksi intra uterin yang berat. Sekarang jarang dilakukan. 4) Seksio sesaria histerektomy : setelah seksio sesaria dilakukan histerektomy dengan indikasi atonia uteri, plasenta previa, mioma uteri, infeksi intra uterin yang berat. c. Kontra indikasi 1) 2) 3) 1) Janin mati Syok, akibat anemia berat yang belum diatasi Kelainan congenital berat d. Komplikasi yang sering muncul pada tindakan seksio sesaria Pada Ibu a) infeksi puerperalis/nifas bisa terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik. b) Perdarah akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus dan terluka pada saat operasi. c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang terpotong saat melakukan seksio sesaria. d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan pada dinding rahim insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat beresiko untuk ruptur pada persalinan berikutnya. e) Endometritis endometrium. 2) Pada Bayi a) Hipoxia yaitu infeksi atau peradangan pada

b) Depresi pernapsan c) Sindrom gawat pernapasan d) Trauma persalinan e. Perawatan setelah operasi Tindakan seksio sesaria tetap menghadapkan ibu pada trias komplikasi, sehingga memerlukan observasi dengan tujuan agar dapat mendeteksi kejadiannya lebih dini. Observasi trias komplikasi meliputi : 1) Kesadaran penderita a) pada anestesi lumbal Kesadaran b) penderita baik oleh karenanya ibu dapat mengetahui hampir semua proses persalinan pada anestesi umum pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur, dengan memberiokan o2 menjelang akhir operasi. 2) Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital a) b) edema paru bising usus, menandakan berfungsinya usus (dengan adanya flatus) perdarahan local pada luka operasi pengukuran : tensi, nadi, temperatur dan pernapasan keseimbangan cairan melalui produksi urine, dengan perhitungan : produksi urine normal 500-600 cc pernapasan 500-600 cc penguapan badan 900-1000 cc pemberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc dengan perhitungan 20 tetes/menit (= 1 cc/menit) infus setelah operasi sekitar 2x24 jam Pemeriksaan paru-paru : bersihan jalan napas ronchi basal, untuk mengetahui adanya

kontraksi rahim, untuk menutup pembuluh darah perdarahan pengeluaran lochea, pervaginam atonia uteri : evaluasi meningkatkan

perdarahan, perdarahan berkepanjangan. 3) provilaksis antibiotika Infeksi selalu diperhitungkan dari adanya alat yang kurang steril, infeksi asenden karena manipulasi vagina sehingga pemberian antibiotika sangat penting untuk menghindari terjadinya sepsis sampai kematian. Pertimbangan pemberian antibiotika : 4) bersifat provilaksis bersifat terapi karena sudah terjadi infeksi berpedoman pada hasil sensitivitas kualitas antibiotika yang akan diberikan cara pemberian antibiotika. mobilisasi penderita Konsep mobilisasi dini tetap memberikan landasan dasar, sehingga pulihnya fungsi alat vital dapat segera tercapai. a) mobilisasi fisik : ketiga b) mobilisasi usus setelah hari pertama dan keadaan baik penderita boleh minum diikuti makan bubur saring dan pada hari kedua ketiga makan bubur hari keempat kelima nasi biasa dan boleh pulang. 3. Cepalo pelvic disproporsi (CPD) Setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul, dapat menimbulkan disposia pada persalinan. a.Kesempitan panggul dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) kesempitan pintu atas panggul a) Definisi Pintu atas panggul biasanya dianggap menyempit bila konjugata vera yang merupakan ukuran paling pendek panjangnya kurang dari 10 cm atau jika diameter transversa yang merupakan ukuran paling lebar panjangnya kurang setelah sadar pasien boleh miring berikutnya duduk, bahkan jalan dengan infus infus dan kateter dibuka pada hari kedua atau

dari 12 cm. Kesempitan pada konjugata vera umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran (panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bawah kepala tertahan oleh pintu atas panggul, mak dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri serta lamanya pendataran dan pembukaan servik. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Pada panggul picak turunnya belakang-kepala bisa tertahan dengan akibat terjadinya defleksi kepala, sedang pada panggul sempit seluruhnya ditemukan rintangan pada semua ukuran ; kepala memasuki rongga panggul dengan hiperfleksi. Selanjutnya moulage kepala janin dapat dipengaruhi ileh jenis asinklistismus ; dalam hal ini asinklistismus anterior daripada posterior oleh karena pada mekanisme yang terakhir gerakan os parietal posterior yang terletak paling bawah tertahan oleh simpisis sedangkan pada asinklistismus anterior os parietal anterior dapat bergerak lebih leluasa ke belakang. 2) Kesempitan panggul tengah Ukuran terpenting, yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri rountgenologi ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesulitan pada persalinan apalagi bila diameter sagitalis posterior pendek pula. Terjadinya distosia pada kesmpitang panggul tengah juga tergantung pada ukuran serta bentuk pelvis bagian depan dan besar kepala janin disamping derajat kesempitang panggul tengah sendiri. Kesempitan panggul tengah mungkin lebih sering dijumpai daripada kesempitan panggul atas dan sering menjadi penyebab kemacetan kepala janin dalam posisi melintang (transverse arrest) dan kesulitan dalam melakukan tindakan forsep tengah. 3) Kesempitan pintu bawah panggul Kesempitan kecil lagi. pintu Pintu bawah bawah panggul panggul biasanya secara diartikan dapat sebagai keadaan dimana distansia tuberum 8 cm atau lebih kasar disamakan dengan dua buah segitiga dan distansia tuberum merupakan alas kedua segitiga tersebut. Supaya kepala

janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang persalinan pervagianam dapat dilaksanakan walaupun dengan perlukaan luas. Pintu bawah panggul yang sempit tidak banyak mengakibatkan distosia karena kesempitannya sendiri mengingat keadaan ini sering disertai pula dengan kesempitang panggul tengah. Supaya kepala janin dapat lahir b. Prognosis Apabila persalinan dengan CPD dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat bagi ibu dan janin. 1) Bahaya pada Ibu a. Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intra partum. b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahit tertahan, dapat timbul regangan pada segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retaksi patologi. Keadaan ini dinamakan ruptur uteri. c. Dengan persalinan tidak maju karena CPD, jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemik dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesico servikalis atau fistula vesico vaginalis atau fistula recto vaginalis. 2) Bahaya pada janin a. partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah dengan infeksi intra partum. b. Prolapsus funikuli c. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batasbatas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebeli dan perdarahan intra kranial akan timbul bahaya

d. selanjutnya tekanan oleh promotorium atau kadang-kadang oleh simpisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin, bahkan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietal.

4.

KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP) Sterilisasi dengan cara pembedahan pada salah satu atau kedua parter seks merupakan bentuk kontrasepsi yang paling popular di antara pasangan dalam usia reproduktif. Ada dua jenis kontrasepsi mantap : Vasektomi (MOP/ Medis operatif pria) Tubektomi (Medis Operatif Wanita) TUBEKTOMI Yaitu setiap tindakan pada kedua saluran trelur wanita yang memgakibatkan orang/pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Cara Tubektomi Tubektomi dapat dibagi berdasarkan atas i. ii. iii. Saat Operasi Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan, atau masa interval. Dianjurkan agar tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin. Tubektomi pasca persalinan lewat 48 jam akan ipersulit oleh edema tuba, infeksi, dan kegagalan. Cara Mencapai Tuba Cara-cara yabg dilakukan di Indonesia saat ini adalah dengan laparatomi, laparatomi mini dan laparoskopi. 1. Laparatomi Saat operasi Cara mencapai tuba Cara penutupan tuba

Cara mencapai tuba melalui laparatomi biasa, terutama pada masa pasca persalinan.tubektomi jugadilakukan bersamaan dengan seksio sesaria, dimana kehamilan selanjutnya tidak diinginkan lagi. 2. Laparatomi mini laparatomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah dilakukan 12 hari pascapersalinan. Tubektomi yang dapat dilakukan ialah mneurut cara Pomeroy dan Kroener. Apabila dilakukan 1-2 hari pasca persalinan, perawatannya tidak lebihlama daripada persalinan biasa. Pada masa interval atau pasca keguguran perawatan cukup dilakukan selama6 jam pasca bedah. 3. Laparoskopi laparoskop dimasukkan ke dalam selubung dan alat panggul diperiksa. Tuba dicari dengan bantuan manipulasi kanul rubin, lalu sterlisasi dilakukan dengan menggunakan cicin falope yang dipasang pada pars ampularis tuba.komplikasi yang dapat terjadi pada tubektomi laparoskopi ialah perdarahan mesosalping atau perlukaan. Perlukaan pada pembuluh darah daerah abdominal dapat pula terjadi. Komplikasi lain berupa emfisema subkutan dan ferporasi uterus oleh kanula Rubin. Cara Penutupan Tuba Cara tubektomi yang dapat dilakukan ialah cara Pomeroy, Kroener, Irving, pemasangan Indikasi Tubektomi Konferensi khusus Perkumpulan untuk sterlisasi sukarela Indonesia (1976) menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur antara 25-40 tahun dengan jumlah anak sebagai berikut : 1) umur istri antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih; 2) umur istri antara 30-35tahun dengan 2 anak atau lebih; dan 3) umur istri antara 3540 tahun dengan 1 anak atau lebih.umur suami sekurangkurangnya 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan itu. Perkumpulan kontasepsi mantap Indonesi (PKMI) menganjurkan 3 syarat untuk cincin Falope, klip filshie, dan elektrokoagulasi disertai pemutusan tuba.

menjadi akseptor kontap yaitu syarat sukarela, bahagia, cara sehat. Perawatan pasca nifas Setelah sterlisasi yang dilakukan dalam masa nifas, analgesia harus diberikan untuk mengatasi rasa sakit pada abdomen,yang diantara para wanita multipara kadang-kadang bertambah dengan timbulnya nyeri uterus setelah melahirkan.dalam waktu 8 jam, kebanyakan wanita yang menjalani operasi ini diperbolehkan untuk berjalan (ambulasi). Makan makanan yang biasa dan meneteki bayinya. Komplikasi pada sterilisasi tuba Problem utama yang menyertai steriklisasi tuba adalah komplikasi estetika, koagulasi pada struktur yang penting, emboli pulmoner yang kadang-kadang dijumpai dan kegagalan untuk menghasilkan kemandulan tanpa didasari, sehingga bisa mengakibatkan kehamilan ektopik yang ditangani secara keliru. Kegagalan Sterilisasi Tuba Tidak ada diantara metode-metode yang telah disebut di atas dapat dilakukan tanpa kegagalan, dan kehamilan berikutnya, baik yang ada dalam uterus maupun ekstrauteri, dapat terjadi akibat kegagalan metode itu sendiri atau yaitu : 1. Kegagalan metode reseksi paling sering diikuti oleh pembentukan fistula atau reanastomosis yang spontan. 2. alat-alat mekanis yang dipasang mengalami kegagalan kalau alat tersebut cacat atau ditempatkan secara tidak tepat. 3. kerusakan jaringan terlihat nyata tetapi tidak lengkap pada kegagalan yang terjadi setelah tindakan elektrokoagulasi bipolar, sementara kegagalan yang terjadi setelah tindakan elektrokoagulasi unipolar disebabkan oleh pembentukan fistula. akibat pelaksanaan operasi sterlisasi yang tidak baik.Sodersrom meninjau secara rinci sebab-sebab kegagalan tersebut

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Proses keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah klien, membuat perencanaan, untuk mengatasi, serta pelaksanaan dan evaluasi keberhasilan secara efektif, terhadap masalah yang diatasinya. (Effedi, Nasrul,1995: 3). Proses keperawatan pada dasarnya adalah metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang sistematis yang berfokus pada respon manusia secara individu, kelompok dan masyarakat terhadap perubahan kesehatan baik actual maupun potesial. Proses keperawatan terdiri dari empat tahap yaitu : Pengkajian, Perecanaan, Implementasi dan Evaluasi, dimana masing-masing tahap saling berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain. 4. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 : 18). .a Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk mengumpulkan informasi tentang klien yang akan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan kesehatan klien sehari-hari meliputi : )1 Identitas a) Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis, status marital, alamat. b) nama, )2 )a Identitas penanggung jawab terdiri dari : umur, suku/bangsa, pendidikan terakhir,

pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat. Status Kesehatan Keluhan Utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Biasanya klien akan mengeluh nyeri pada daerah luka operasi. )b Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien. Biasanya nyeri akan bertambah bila bergerak/mengubah posisi, nyeri berkurang jika klien diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diirisiris/disayat-sayat, nyeri akan megganggu aktivitas terutma pada hari pertama post operasi, skala yer bervsariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan dengan PQRST. )c Riwayat Kesehatan Yang Lalu Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu pada klien post seksio sesarea, apakah pernah mengalami operasi sebelumnya, riwayat penyakit infeksi, alergi obatobatan, hypertensi, penyakit system pernafasan, diabetes mellitus. )d Riwayat Kesehatan Keluarga Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hypertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental. )e Riwayat Obstetri dan Ginekologi ()1 ()a Riwayat ginekologi Riwayat menstruasi Melalui siklus haid, lamanya, jumlahnya, sifat darah (warna, bau, cair/gumpal), dismenorhea, HPHT (Haid Pertama Haid Terakhir) dan taksiran persalinan. ()b Riwayat perkawinan Riwayat perkawinan (suami dan istri) meliputi usia perkawinan, umur klien saat menikah, pernikahan ke berapa. ()c Riwayat keluarga berencana Apakah klien sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya, jenis kontrasepsi, berapa lama, rencana KB setelah melahirkan, untk dapat hamil lagi klien post seksio sesarea minimal 3 tahun. ()2 Riwayat obstetri ()a Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu Perlu dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, apakah kehamilan, tanpa penyulit, control teratur, melahirkan dimana, ditolong oleh siapa, umur kehamilan, jenis

persalinan, berat anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak. Penyakit kandungan yang pernah dialami. ()b Riwayat kehamilan sekarang

Usia kehamilan, keluhan selama hamil terutama yang dirasakan pada trimester pertama biasanya akan mengalami morning sikness, muntah, lesu dan sering kencing. Pada trimester kedua mulai dirasakan gerakan janin. Apakah ibu control secara teratur, riwayat pemberian TT dan obat yang dikonsumsi setiap hari, apakah keadaan janin selama kehamilan tidak ada kelaian, pernah dilakukan pemeriksaan panggul, keadaan panggulnya, keadaan uterusnya sehingga klien harus menjalani operasi seksio sesarea. ()c Riwayat persalinan sekarang Kaji pengetahuan klien tentang tindakan operasi yang dialaminya. Kaji jalannya operasi waktu dan lamanya operasi, jenis anesthesi, jenis operasi seksio sesarea. Kaji keadaan bayi saat partus, berat badan, panjang badan, kelainan congenital, nilai APGAR dalam satu menit pertama dan lima menit selanjutnya. Apakah bayi mengalami aspixia. Bagaimana involusi dan konsistensi uterus, apakah terjadi perdarahan, jumlahnya, keadaan ibu saat setelah operasi. Pemeriksaan Fisik )a (1) Pemeriksaan ibu Keadaan Umum

)3

Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua biasanya klien masih lemah, tigkat kesadaran pada umumnya compos mentis, tanda-tanda vital biasanya sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB biasanya mendekati BB sebelum hamil. ()2 Sistem Respirasi Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat anesthesi. ()3 Sistem Kardiovaskuler

Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan darah biasanya mengalami penurunan. Bila terjadi peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi terhadap penurunan sehingga kurang dari 50x/menit kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah operasi, kaji apakah ada peningkatan JVP, kaji juga fungsi jantung. Pada tungkai bawah kaji adanya tanda-tanda tromboemboli periode post partum, seperti kemerah-merahan, hangat dan sakit di sekitar betis perasaan tidak nyaman pada ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda humans positif dorso fleksi pada kaki. ()4 Sistem Saraf Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan spinal anesthesi. ()5 Sistem Pencernaan Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan kedua keadaan mulut biasanya kering arena klien puasa pada klien dengan anesthesi umum, fungsi menelan baik, kecuali klien merasa tenggorokan terasa kering. Berbeda pada klien dengan anesthesi spinal tidak perlu puasa, kaji bising usus, apakah ada tanda distensi pada saluran cerna, apakah klien sudah BAB, atau flatus. ()6 Sistem Urinaria Bagaimana pola berkemih klien, berapa kali frekuensinya, kaji keadaan blass apakah ada distensi, bagaimana pola BAK klien, kecuali terpasang kateter, kaji warna urine, jumlah dan bau urine. ()7 Sistem Reproduksi Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah simetris, adakah hyperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol, apakah ASI sudah keluar. Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen, karena pada bagian tengah abdomen terdapat luka, kaji kontraksi uterus, perasaan mulas adalah normal karena proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post partum seksio sesarea hari kedua adalah

1-2 jari dibawah umbilicus atau pertengahan antara sympisis dan umbilical. Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da baunya. Biasanya lochea berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochea rubra). Kaji pengetahua klien tentang cara membersihkannya, berapa kali mengganti pembalut dalam sehari. ()8 Sistem Integumen Kebersihan rambut biasanya kurang, karena sejak post operasi klien belum melakukan aktivitas seperti biasa, kaji muka apakah ada hyperpigmentasi, kloasma gravidarum, kaji keadaan luka operasi, balutan dan kebersihannya, luka balutan biasanya dibuka pada hari ke tiga. ()9 Sistem Muskuloskletal Bagaimana keadaan klien apakah lemah, adakah pergerakan klien kaku, apakah ekstremitas simetris, apakah klien mampu melakukan pergerakan ROM, tonus otot biasanya normal, tapi kekuatan masih lemah, terutama karena klien dipuasakan pada saat operasi. Pergerakan sendisendi biasanya tidak ada keterbatasan. Kaji apakah ada diastasis rektus abdominalis. ()10 Sistem Endokrin Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana produksi ASI, pada post partum akan terjadi penurunan hormone estrogen dan progesterone sehingga hormone prolaktin meningkatyang menyebabkan terjadinya produksi ASI dan hormone oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Sehingga pada masa ini akan terjadi peningkatan produksi ASI dan akan terjadi pembengkakan payudara bila bay tidak segera diteteki. Pola Aktivitas Sehari-hari

)4

Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah : sebelum hamil, selama hamil, selama dirawat di rumah sakit. a) Nutrisi Kaji frekuensi makan, jenis makanan yang disukai dan tidak disukai, apakah makanan pantangan atau alergi, bagaimana nafsu makan klien, porsi makan (jumlah). b) Eliminasi

Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses serta masalah yang dihadapi klien saat BAB. Kaji frekuensi BAK, warna, bau dan jumlah urine. c) Pola tidur dan istirahat Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu tidur yang cukup, tapi sering mengalami masalah tidur karena perasaan yeri dan suasana rumah sakit. d) Personal hygiene Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku. Pada klien dengan post partum seksio sesarea hari ke 1-2 masih memerlukan bantuan dalam personal hygiene. e) Ketergantungan fisik Apakah klien suka merokok, minum-minuman keras, serta kaji apakah klien mengkonsumsi obat-obatan terlarang. )5 Aspek Psikososial a) Pola pikir dan persepsi Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi, respon ibu mengenai kelahiran, kaji pengetahuan klien tentang kondisi setelah melahirkan/setelah seksio sesarea. Dan hal apa yang perlu dilakukan setelah operasi seksio sesarea, kaji pengetahuan klien tentang laktasi, perawatan payudara dan perawatan bayi. b) Persepsi diri Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi pencetus kecemasan, kaji rencana ibu setelah pulang dari rumah sakit untuk merawat bayi dan siapa yang membantunya dalam merawat bayi di rumah. c) Konsep diri Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri klien setelah menjalani seksio sesarea. d) Hubungan komunikasi Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi, kebiasaan bahasa dan adat yang dianut. e) Kebiasaan seksual Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum, terutama setelah seksio sesarea. Biasanya dapat dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari). f) Sistem nilai dan kpercayaan

Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien terhadap sumber kekuatan, kaji agama yang klien anut, apakah klien suka menjalankan ibadah selama sakit. g) Pemeriksaan penunjang Klien post partum dengan seksio sesarea perlu pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit. h) Therapi

b.

Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik dan vitamin. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan menigkatkan data dengan menghubungkan data tersebut dengan data dari konsep teori serta prinsip yang relevan untuk mebuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan rencana keperawatan pasien (Effendi, 1995 : 24). Jadi analisa data adalah membuat kesimpulan dari data-data yang terkumpul. Adapun masalah-masalah yag ditemukan pada klien post seksio sesarea adalah : 1) Resiko perdarahan Adanya tindakan operasi megakibatkan terjadiya perdarahan, yang akan menurunkan tekanan pengisian sistemik rata-rata dan akan menurunkan aliaran balik vena. Sebagai akibat, curah jantung turun dibawah normal dan volume darah berkurang untuk dipompakan ke seluruh tubuh sehingga mengakibatkan sirkulasi darah tidak memadai yang pada akhirnya terjadi hypovolemik. 2) Resiko tidak efektifnya jalan nafas Klien yang dioperasi dengan pemberian anesthesia umumpada saat operasi dilakukan pemasangan alat dan obat-obatan yang merangsang mukosa yang mengakibatkan pengeluaran secret dalam jalan nafas yang akan menghalangi jalan nafas sedang pada klien dengan spinal aesthesi hal ini tidak terjsadi. 3) Gangguan rasa nyaman nyeri pada daerah operasi Karena adanya tindakan seksio sesarea menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan sehingga merangsang pengeluaran zat proteolitik : serotonin dan bradikinin kemudian impuls nyeri dihantarkan melalui medulla spinalis ke ganglia radiks posterior (subtansia gelatinosa sebagai reseptor nyeri) diteruskan ke thalamus melalui conue posterior traktus lateral spinothalamikus dan diinterpretasikan oleh kortex, sehingga nyeri

dipersepsikan sebagai akibatnya terjadi gangguan rasa nyaman : nyeri. 4) Resiko terjadinya infeksi Dengan adanya luka sayatan pada daerah abdomen merupakan media yang baik untuk invasi mikroorganisme pada daerah luka operasi sehingga resiko untuk terjadinya infeksi. 5) Resiko gangguan elimiasi : BAK Klien post operasi dilakukan pemasangan kateter, apabila posisi kateter tidak tepat mengakibatkan pengeluaran urine tidak lancer bahkan tersumbat, sehingga urine tidak dapat keluar dan tertahan di dalam blass yang mengakibatkan blass tegang (distensi). 6) Resiko/actual gangguan proses laktasi Klien post seksio sesarea diraat terpisah dengan bayinya utuk sementara. Rangsangan hisapan bay sangat mempengaruhi laktasi. Tidak adanya hisapan bay mengakibatkan tidak ada rangsangan pada hypothalamus sehingga oksitosi tidak terangsag untuk dikeluarkan dan tidak dapat mengalir tetapi membendung dalam duktus laktoferus yang menyebabkan terhambatnya sirkulasi dalam vena dan limfe sehingga proses laktasi terganggu. 7) Resiko gangguan involusi uterus Proses involusi totalnya terjadi dalam 6 minggu yang dimulai segera setelah melahirkan dengan didahului oleh kontraksi uterus yang kuat. Pada keadaan subinvolusi yaitu factor yang menyebabkannya antara lain karena ketinggalan sisa-sisa plasenta dalam uterus dan endometritis, sehingga akan menghambat kotraksi uterus yang mengakibatkan gangguan involusi. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa keperawatan yag mungkin muncul pada klien seksio sesarea antara 1 jam sampai 5 hari post operasi adalahj sebagai berikut : (Dongoes, 2001 :381-413). 1. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan pengaruh anesthesi, imobilisasi, infeksi paru.

2. Resiko : syock hypovolemik berhubungan dengan perdarahan akibat tindakan operasi seksio sesarea, kecapaian otot myometrium akibat persalinan lama, pengaruh oksitosin. 3. Resiko tromboemboli berhubungan dengan imobilisasi, haemokonsentrasi akibat kehilangan plasma darah dan peningkatan bekuan darah. 4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih. 5. Resiko infeksi : peritonitis, endometritis, cystitis, nefritis berhubungan dengan luka yang basah, keterlambatan involusi uterus, rupture me,bran lebih dari 6 jam sebelum seksio sesarea, terpasang dower kateter. 6. Gangguan pemasukan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia. 7. Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan gerakan usus akibat anesthesia, imobilisasi, penekanan usus akibat penumpukan gas, diet asupan cairan. 8. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan terpasangnya kateter, retensi urine. 9. Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus. 10. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi : perubahan post seksio sesarea, laktasi, seksual post seksio sesarea, ambulasi dini berhubungan dengan kurang informasi pada nulipara/primipara. 11. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi, peralihan sebagai orang tua, tidak bisa melahirkan pervaginam dan tindakan seksio sesarea. 12. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, gambaran diri rendah berhubungan dengan perasaan tidak adekuat karena melahirkan seksio sesarea.

13.

Actual atau potensial gangguan hubungan orang tua

anak berhubungan dengan persepsi diri yang negative terhadap kelahiran seksio sesarea. 3. Intervensi Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan pada klien post partum dengan seksio sesarea menurut (Dongoes, 1994 : 417). a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan pengaruh anesthesia, imobilisasi, infeksi paru. Tujuan : Dalam waktu 24 jam pertama post operasi, pola nafas tidak terganggu. Criteria Evaluasi : Respirasi rate normal (18-24x/menit), suara paru vesikuler. Rasional Ka achikardi dan

Intervensi -

ji ulang denyut nadi and frkuensi nafas setiap 4 jam sekali dan bila sudah satbil atau kondisi membaik setiap 8 jam sekali. Ka ji ulang suara nafas tiap 4 jam sekali, catat adanya rales, dispnea, nyeri dada, sputum mukopurulen, serta retraksi interkostalis atau adakah pernafasan cuping hidung. jurkan nafas dan batuk An efektif setiap 2 sampai 4 jam sekali sambil menekan luka insisi dengan tangan

peningkatan

respirasi menandakan hypoksia. ales dalam paru menandakan 24 jam pertama R secret post

bertumpuk dan biasanya terjadi seksio sesarea. Tiadaka ada suara menandakan ateleksitasis atau pneumonia. Adanya retraksi otot pernafasan yang berlebih. N afas dalam dapat meningkatkan volume paru dan batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari

atau bantal.
-

bronchus Be

atau

jalan

nafas.

Menekan luka insisi supaya tidak terjadi regangan luka. ntuk Be rikan pasien minum air hangat setelah 6 jam post operasi (setelah klien boleh minum) sedikt demi sedikit atau bertahap. jurkan aktivitas kemampuan. untuk sesuai An meningkatkan dengan meningkatkan U diameter rikan pasien posisi semi fowler (3045 c) stelah anesthesia hilang. -

dada dan mengurangi penekanan diafragma oleh perut. Ai r hangat dapat mengencerkan secret. Setelah 6 jam reaksi atau pengaruh dicegah. ktivitas kebutuhan dapat oksigen A meningkatkan dan obat anesthesia berkurang shingga aspirasi dapat

meningkatkan pernafasan. .b Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan

perdarahan akibat tindakan operasi seksio sesaria Tujuan : Dalam waktu 48 jam syok hipovolemik tidak terjadi Kriteria Evaluasi : Tanda tanda vital normal ( tensi : Systol tidak kurang dari 100 mmHg, diastole tidak kurang dari 60 atau 70 mmHg ). Haemoglobin normal 12-16 gr/dl, Hematokrit dalam batas normal (tidak kurang dari 33%). Rasional Bila kemih dalam urine ada darah atau konsentrasi dan menunjukan saat trauma bedah kandung

Intervensi urine,

Monitor intake output, catat warna kandungannya. Kaji riwayat sebelumnya tentang

pemasangan kateter.

kelelahan klasik.

myometrium,

insisi

Incisi klasik biasanya kehilangan darah lebih luas dan lebih besar. Peningkatan hipotensi menandakan tekanan dan darah menunjukan adanya hipertensi, tachichardi atau dehidrasi

Observasi ulang tanda-tanda vital dan keadaan kulit setiap 4 jam sekali, bila stabil setiap 8 jam sekali, serta keadaan konjungtiva dan CRT.

shock, kulit dingin menandakan hilangnya volume darah 30-50%. Keadaan konjungtiva dan CRT

Kaji luka dari perdarahan, catat jam dan tanggal bila perdarahan banyak. Catat jenis dan jumlah lochea yang keluar.

menunjukan efektif atau tidaknya aliran darah pada perifer. Luka yang berdarah menandakan adanya komplikasi. Kontraksi keluar uterus normal yang bebas keras dari berada menandakan perdarahan. Lochea gumpalan, teratur. .c Resiko Thromboemboli berhubungan akibat dengan kehilangan fundus

dibawah umbilicus dan kontraksi

immobilisasi,

Hemokonsentrasi,

plasma darah dari peningkatan darah. Tujuan : Dalam waktu 2 hari tidak terjadi thromboemboli Kriteria Evaluasi : Tidak terdapat tanda-tanda kemerahan, bengkak, panas. Klien melakukan mobilisasi Rasional Thromboemboli terjadi bila

Intervensi

Kaji ulang ekstremitas bawah dari

tanda-tanda thromboemboli yaitu terasa hangat dan merah. Anjurkan klien latihan lutut dan kaki dan ambulasi dini.

kehilangan immobilisasi

plasma

darah

yang

banyak pengaruh anesthesia atau

Untuk meningkatkan aliran darah vena dan mencegah statis pada ekstremitas menghindarkan bawah untuk resiko

thromboemboli. .d Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih. Tujuan : Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang Kriteria evaluasi : Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit), tidak meringis, kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri. Rasional skala nyeri dan Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. klien untuk Relaksasi dan nafas dalam dapat mengurangi ketegangan otot dan menghambat rangsang nyeri serta menambah Distraksi nyeri Anjurkan posisi tidur miring. pemasukan tidak oksigen. stimulus mengubah mengganggu

Intervensi Tentukan

intensitas nyeri, pantua tekanan darah, nadi dan pernafasan setiap 4 jam. Anjurkan menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam serta teknik distraksi (untuk nyeri ringan dan sedang).

tetapi

intensitas nyeri, paling baik untuk periode pendek. Mempermudah pengeluaran gas

Berikan obat analgetik sesuai order

Analgetik bersifat menghambat reseptor nyeri, sehingga persepsi nyeri berkurang/hilang

.e Resiko

Infeksi

Peritonitis,

Cytitis,

Nefritis,

berhubungan dengan luka yang basah, keterlambatan involusi uterus, rupture membrane lebih dari 6 jam sebelum seksio sesaria Tujuan : Dalam 3 hari post operasi, infeksi tidak terjadi Kriteria evaluasi : Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih dari 38 0C), Insisi kering, lochea tidak berbau busuk, uterus tidak lembek Rasional Akan meminimalkan dan mencegah kontaminasi dan atau masuknya mikroorganisme. Observasi adanya tanda-tanda infeksi pada daerah luka : dolor, kalor, rubor dan function laesa. Berikan antibiotic sesuai order dan kolaborasi leukosit. Anjurkan untuk makan makanan tinggi protein, vitamin C dan zat besi. untuk pemeriksaan Antibiotik bersifat bakterisida dan adanya Protein dan viatamin C dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan dan zat besi untuk pembentukan hemoglobin. leukositosis merupakan salah satu tanda infeksi. Akan lebih memudahkan dini dan intervensi intervensi

Intervensi

Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan anti septic.

selanjutnya.

.f Gangguan pemasukan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat. Tujuan : Dalam Waktu 3 Hari nutrisi terpenuhi Kriteria Evaluasi : Nafsu makan bertambah dan asupan nutrisi adequate. Intervensi Berikan dan jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian infuse Buatkan makanan sedcara bertahap dari cair , lunak dan makanan bila bising usus sudah normal Anjurkan tapi sering. makan sedikit-sedikit Untuk menghindari mual, sehingga intake adequate. Rasional Untuk nutrisi memenuhi bila lewat kebutuhan oral belum

memungkinkan atau bising usus sangat lemah. Bising usus normal antara 6-12 x/menit, dicerna. makanan baru dapat

.g Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan gerak usus akibat anesthesia, Immobilisasi, penekanan usus akibat penumpukan gas, diet asupan cairan. Tujuan : Dalam waktu 3 hari tidak terjadi konstipasi Kriteria Evaluasi : Bising usus normal (6-12 x/menit), klien dapat BAB pada hari ke 3 post partum. Rasional Bising usus menurun pada hari ke 1 post operasi, membaik pada hari ke 2 dan aktif pada hari ke 3.

Intervensi

Auskultasi ulang bising usus pada 4 area selama 1 menit setiap 4 jam sekali. Bila normal tiap 8 jam sekali.

Berikan Hidrasi (minum) setelah bising usus terdengar. Anjurkan makanan tinggi serat. Lakukan enema bila tidak dapat BAB.

Bising usus

usus dan kolon

yang dan

lemah cairan

meningkatkan absorpsi cairan di menghindari faeces yang keras. Untuk merangsang bising usus Untuk merangsang mengencerkan

Faeces. .h Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan terpasang kateter, retensi urine. Tujuan : Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu. Kriteria Evaluasi : KLien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter dan terhindar dari infeksi system urine. Rasional perineum dan kateter Mencegah agar tidak mendukung pertumbuhan bakteri. Untuk mencegah refluk, sehingga tidak tumbuh bakteri Klien biasanya bisa buang air kecil teknik siram merangsang kandung setelah duduik 6-8 jam kateter. setelah Posisi rasa pengangkatan

Intervensi Rawat

secara rutin dan teratur. Tempatkan kantung kencing bila dipasang kateter lebih rendah dari pasien. Ajarkan seperti kencing setelah diangkat kateter daerah kemih dengan air dan anjurkal klien duduk. Angkat kateter sesuai ketentuan

dapatmenimbulkan

penuh sehingga klien terangsang untuk kencing. Untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

biasanya 6-12 jam post operasi .i Aktifitas intoleran

berhubungan

dengan

efek

anesthesia, terpasang infuse. Tujuan : Dalam waktu 3 hari aktivitas tidak terganggu. Kriteria Evaluasi : Klien dapat melakukan personal Hygiene (ADL) Rasional Untuk menghindari komplikasi setelah bedah seperti dekubitus dan tromboemboli. Meningkatkan kemandirian klien dan memenuhi kebutuhan klien Untuk mencegah komplikasi dan perasaan nyeri

Intervensi

Rubah posisi klien setiap 1 jam sampai 2 jam sekali, anjurkan nafas dalam dan latihan kaki Bantu dan ajarkan klien dalam memenuhi ADL Kaji tipe anestesi jika epidural anestesi anjurkan klien tidur 6-8 jam tanpa bantal

.j Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi : perubahan post seksio sesaria, laktasi, seksual post seksio, ambulasi dini berhubungan dengan kurang informasi nulipara Tujuan : Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan dan demonstrasi (minimal 3 kali pertemuan) pengetahuan klien bertambah tentang perawatan diri dan bayi. Criteria evaluasi: Klien mengetahui dan mendemontrasikan tentang perawatan diri dan bayi Rasional informasi perawatan tentang luka, dan Untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat kesembuhan

Intervensi Berikan vulva,

perawatan diri seperti perawatan kebersihan diri.

Berikan informasi perawatan bayi seperti tali pusat dan memandikan Berikan Beri penjelasan dan ajarkan dan tentang Beri penjelasan tentang hubungan seksual post partum dan laktasi/menyusui penjelasan kembali tentang seksio sesaria

Untuk meningkatkan keterlibatan klien dengan bayi Membantu sesaria Meningkatkan memberikan Mencegah kehamilan terlalu cepat minat laktasi untuk dan klien mempunyai pandangan positif tentang seksio

perawatan payudara

mencegah gangguan laktasi

pemakaian alat kontrasepsi .k Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi, peralihan sebagai orang tua Tujuan : Setelah diberi penjelasan (minimal dalam 2 kali pertemua) rasa cemas berkurang atau hilang. Kriteria Evaluasi Klien dan keluarga mengungkapkan perasaannya dan mempunyai cara untuk mengatasinya Rasional Mendukung dan mendorong emosi klien penjelasan tentang Memberikan keadaan baik Membantu memfasilitasi peran sebagai ibu baru sehingga cemas perasaan tenang karena kondisinya dan bayi dalam Anjurkan dan bantu koping untuk mengatasi masalah sehingga merasa diperhatikan

Intervensi perasaanya Berikan

Anjurkan untuk mengungkapkan

kondisi klien dan bayinya.

berkurang .l Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan perasaan tidak adekuat karena melahirkan melalui seksio sesaria Tujuan Setelah diberi penjelasan dan motivasi selama minimal 3 kali pertemuan harga diri klien tidak terganggu Criteria Evaluasi Klien dapat mengungkapkan perasaan dan pandangan terhadap kelahiran Rasional keluarga dan tentang berikan Seksio Untuk meningkatkan harga diri klien dengan tidak beranggapan satu kali seksio tetap seksio sesaria dilakukan untuk sesaria menolong bayinya

Intervensi Kaji seksio respon

penjelasan tentang seksio sesaria Berikan penjelasan setelah seksio pada kelahiran selanjutnya yaitu bisa lewat vagina jika tidak ada komplikasi

.m Actual atau potensial gangguan hubungan orang tua dan anak berhubungan dengan persepsi diri yang negative terhadap kalahiran seksio sesaria Tujuan : Dalam waktu 24 jam tidak ada hubungan antara orang tua dan bayi Criteria Evaluasi : Klien ikut dalam perawatan bayi Rasional Untuk bayinya Untuk meningkatkan hubungan membantu memecahkan perasaan masalah hubungan orang tua dan

Intervensi saat

Dengarkan klien dan pasangan mengungkapkan negative Dengarkan klien dan pasangan

saat

mengungkapkan

perasaan

klien dan orang tua

negative tentang bayi dan dirinya Libatkan Kaji ulang persiapan orang tua dalam persalinan 4. Implementasi Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksaan dari rencana yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya perawat menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berdasarkan Ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu yang terkait secara terintegrasi. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur keberhasilan dari tujuan yang ingin dicapai selanjutnya dilakukan penilaian tiap hari melalui catatan perkembangan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien post SC adalah .n Ibu pulang dengan keadaan kondisi fisik dan emosi yang baik dengan tidak ada tanda-tanda infeksi. .o Involusi berlanjut secara normal. .p Bounding telah dilakukan dan dimulai antara ibu dan anak. .q Ibu memahami perawatan luka insisi, perawatan payudara, perawatan tali pusat. 6. Dokumentasi Setelah melakukan asuhan keperawatan setiap data, rencana maupun tindakan serta evaluasi yang harus dilakukan harus didokumentasikan.Hal ini dilakukan agar dapat diketahui bagaimana perkembangan klien tiap harinya. menerima proses orang tua dalam Orrsng tua akan menerima

perawatan bayinya

bayinya bila sudah siap

BAB III TINJAUAN KASUS A. 1. a. Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Bangsa Status Marital Tanggal Masuk Rumah sakit Tanggal Pengkajian No. Medrec Diagnosa Medis sectio Alamat PENGKAJIAN Pengumpulan Data Identitas Klien : Ny. N : 36 Tahun : Perempuan : SMA : Ibu Rumah Tangga : Islam : Sunda/Indonesia : Menikah : 25 Januari 2006 : 27 Januari 2006 : 00638655 : P3A0 post partum maturus dengan caesaria a.i. cephalopelvic disproportion : Kelurahan Batukarut Kecamatan Banjaran b. Identitas Penanggung Jawab

Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat Hubungan dengan Klien c. Riwayat Kesehatan

: Tn. D : 38 Tahun : SMA : Kontraktor : Kelurahan Batukarut Kecamatan Banjaran : Suami

1) Keluhan utama saat dikaji Nyeri pada daerah luka post operasi sectio caesaria hari ke-1 2) Riwayat penyakit sekarang Pada saat dikaji tanggal 27 Januari 2006, klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi sectio Caesaria. Nyeri bertambah pada saat klien bergerak dan nyeri berkurang jika klien istirahat. Nyeri dirasakan seperti diiris-iris (linu) dan hanya dirasakan di sekitar luka post operasi. Klien tampak meringis, dengan skala nyeri 3 (0-5). Nyeri dirasakan hilang timbul (intermitten). 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Pada tahun 1996 klien melahirkan anak pertama dan dilakukan opersi sectio Casaria atas indikasi cephalopelvic disproporsi Pada tahun 2002 klien melahirkan anak kedua dan dilakukan operasi sectio Caesaria atas indikasi cephalopelvic disproporsi Klien tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Dan klien tidak memiliki kebiasaan minum alcohol dan obat terlarang 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut menderita klien, didalam keluarganya seperti tidak ada yang dan penyakit keturunan hipertensi merokok,

diabetes mellitus. Selain itu dikeluarganya juga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis 5) Riwayat Obstetri dan Ginekologi a) Riwayat Obstetri Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (P3A0) N o 1 2 3 Tahun 31 Mei 1996 23 April 2002 26 Jan 2006 Umur hamil 9 bulan 9 bulan 9 bulan Jenis Kelamin Perempua n Laki-laki Laki-laki Berat Badan 3.800 gr. 4100 gr. 4000 gr. b) Riwayat Ginekologi Riwayat menstruasi Menarchoe Siklus haid : 15 Tahun : 28 hari : 3 4 hari : 3 x ganti pembalut / hari Tempat Penolong RS. Immanuel RS. Immanuel RS. Immanuel Kompli kasi CPD CPD CPD Keadaa n anak saat ini Hidup Hidup Hidup

Lama haid
Banyaknya Riwayat Perkawinan Usia Pernikahan Istri : 23 tahun Suami : 25 tahun Lama Pernikahan

: 13 tahun

Pernikahan yang pertama bagi keduanya

Riwayat keluarga berencana Setelah melahirkan anak pertama klien menggunakan KB pil selama 6 tahun, dikarenakan

klien lupa meminumnya maka klien hamil dan melahirkan anak yang kedua. Setelah itu klien dilakukan steril di Rumah Sakit Bersalin Astana Anyar tetapi 4 tahun kemudian klien hamil dan melahirkan anak ke-3 (kelahiran sekarang). Kemudian klien dilakukan steril yang kedua kalinya di RS Imanuel d. 1) Pemeriksaan Fisik Sistem pernafasan Bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk dada simetris, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan, suara paru terdengar vasikuler diseluruh area paru, pada perkusi terdengar suara resonan, respirasi 24x/menit. 2) Sistem kardiovaskuler Konjungtiva tampak pucat, tidak ada peningkatan JVP, pada auskultasi terdengar bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler. Tekanan darah 120/80 mmHg. Nadi 84x/menit, CRT kembali kurang dari 3 detik. 3) Sistem gastrointestinal Mukosa bibir kering, bentuk bibir simetris, terdapat caries pada gigi geraham bawah kanan dan kiri. Reflek menelan (+), bising usus (-), pada perkusi area lambung terdengar tympani. 4) Sistem Perkemihan Terpasang dower catheter, urine out put 500 cc/hari. Warna urine kuning pekat. 5) Sistem reproduksi (1) Payudara Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi areola, putting susu tidak menonjol, tidak ada pmbengkakan

pada payudara, pada daerah putting dan areola tampak kotor. Klien tidak mengetahui cara perawatan payudara. (2) Uterus Pada palpasi fundus uteri teraba 1 jari dibawah pusat, uterus teraba keras seperti papan. (3) Vulva dan Perineum Daerah vulva tampak kotor, terdapat pengeluaran lochea rubra yang memenuhi seluruh bagian pembalut, tidak terdapat oedem dan varices pada vulva. 6) Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid. 7) Sistem Persarafan Keadaan umum : klien tampak lemah Tingkat kesadaran :compos mentis, GCS 15 Fungsi Syaraf Kranial (1) Nervus I ( Olfaktorius ) Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan kopi dengan mata tertutup. (2) Nervus II ( Optikus ) Klien dapat membaca papan nama perawat kurang lebih 30 cm tanpa menggunakan kaca mata, tidak terjadi penyempitan lapang pandang. (3) Nervus III, IV, VI ( Okulomotorius, Troklearis dan Klien dapat menggerakan bola mata ke segala arah dengan gerakan yang terkontrol. (4) Nervus V ( Trigeminus ) Mata klien berkedip ketika disentuh dengan pilinan kapas, klien dapat merasakan pilinan kapas pada dahi, dagu dan kelopak mata. Fungsi mengunyah klien baik. (5) Nervus VII ( Fasialis ) Abdusen)

Kilen mampu menggerakan lidahnya ke segala arah, klien dapat tersenyum dengan memperlihatkan gigignya, klien dapat membedakan rasa asin dan manis pada 2/3 anterior lidah. (6) Nervus VIII ( Auditorius ) Klien mampu mendengarkan ucapan perawat dan mampu menjawab pertanyaan perawat dengan benar. (7) Nervus IX, X ( Glasofaringeus dan Vagus) Tampak pergerakan uvula saat klien mengatakan ah. Klien dapat merasakan pahit pada 1/3 posterior lidah. (8) Nervus XI ( Assesorius ) Klien dapat menggerakkan lehernya ke samping kiri dan kanan, belakang, depan dan memutar. (9) Nervus XII ( Hipoglosus ) Posisi lidah simetris, klien dapat mengerakkan lidahnya ke segala arah. 8) Sistem Integumen Kulit teraba lengket, akral teraba hangat, turgor kulit kembali dalam 3 detik, suhu tubuh 37,3 C. pada daerah abdomen terdapat luka operasi section caesaria hari pertama dengan arah vertical dan balutan belum dibuka. 9) Sistem Muskuloskeletal Eksremitas Atas Bentuk dan panjang simetris, kekuatan otot 5/5, reflek bicep ++/++, reflek tricep ++/++, pada tangan kiri terpasang infus NaCl 0,9 % 20 gtt/menit. Ekstremitas bawah Bentuk dan panjang simetris, kekuatan otot 4/4, reflek patella ++/++, reflek achiles ++/++, babinski --/--, homman sign -/- tidak terdapat oedem dan varices.

e. Pola aktivitas sehari- hari Aktivitas Pola Nutrisi Makan Frekuensi 3x/hari, sayuran, lauk makan Klien masih puasa nasi, pauk, setiap pantangan Klien masih puasa Klien minum 7-8 cc/hari. Klien belum BAB gelas/hari, kurang lebih 1400-1600 Eliminasi BAB air teh Jenisnya air putih dan jenisnya Sebelum hamil Selama nifas

buah-buahan, tidak Minum ada

makan habis 1 porsi, apapun dalam keluarga.

BAK Frekuensi konsistensi warna kuning Frekuensi 4-5 x/ hari, Istirahat tidur warna BAK Personal Hygiene Mandi 7-8 jam/hari. kuning jernih, tidak ada keluhan saat

Terpasang dower 2x/hari, catheter lembek, Urine output 500 cc saat dikaji, warna kuning pekat

6-7 jam/hari

1x/ hari di lap

Gosok gigi pada saat dikaji klien 2x/ hari menggunakan belum sikat gigi sabun mandi Keramas 2x/hari pasta gigi Aktivitas gerak 1x/3 hari, menggunakan shampoo Sebagian aktivitas klien dibantu oleh keluarga Klien dapat beraktivitas dan perawat. secara mandiri menggunakan Saat dikaji klien belum keramas

f.

Aspek Psikologis dan Spiritual 1) Pola pikir dan persepsi Klien mengatakan walaupun gagal dalam KB yang lalu (steril) dan sekarang melahirkan anak ke-3 tetapi klien tetap merasa bahagia sekali dengan kehadiran anak tersebut. Dan klien ingin segera sembuh agar dapat merawat anakanaknya kembali. 2) Konsep Diri Body Image Klien menerima dengan keadaan tubuhnya saat ini. Peran diri Klien adalah seorang istri dan seorang ibu dari ketiga anaknya. Ideal Diri Klien mengatakan ingin segera sembuh agar dapat merawat dan membesarkan anak-anaknya, sehingga anaknya sehat. Identitas diri

Klien merasa bahagia karena dirinya adalah seorang perempuan, istri dan seorang ibu dari ketiga anakanaknya. Harga diri Klien tidak merasa malu dengan keadaan dirinya sekarang. 3) Hubungan Komunikasi Klien berbicara dengan jelas dan dapat dimengerti, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa sunda. Yang memegang peranan penting dalam keluarga adalah suami klien, serta yang mendorong dan memberi semangat bagi klien.

4) Keadaan seksual Klien mengatakan tidak takut untuk melakukan hubungan seksual setelah persalinan sekarang 5) Hubungan sosial Hubungan klien dengan keluarga baik terbukti klien banyak dikunjungi saat jam besuk. Hubungan klien dengan perawat juga baik, klien sangat kooperatif dan mau diajak kerjasama dalam membantu melaksanakan tindakan keperawatan. 6) Sistem Nilai dan Kepercayaan Klien beragama islam, klien merasa bersyukur atas keselamatan diri dan anaknya. g. 1) Data Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 25 januari 2006 Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

Hematologi Hemoglobin Tanggal 26 januari 2006 Jenis Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit Hasil 10,0 31 8600 Normal 12,3 15,5 gr/dl 37-47 % 4-10.ribu /mm3 8,5 12,3 15,5 gr/dl

2) Transfusi 26 Januari 2006 1 labu PRC 3) Terapi Infus NaCl 0,9 % 20 gtt/ menit. Ceftriaxon 2 x 1 gr (IV) jam 06.00 dan jam 18.00 Alinamin.F 1 x 1 amp (IV) jam 08.00 2. N O. Data Senjang Analisa Data Kemungkinan penyebab dan dampak Post partum hari pertama dengan Klien luka post section section caesaria Terputusnya kontinuitas jaringan Mengeluarkan bradikinin, serotinin, histamin prostaglandin tampak Merangsang reseptor nyeri di ujung saraf bebas/Delta A.C Merangsang ke subtansia gelatinosa/cornu dorsalis

Masalah

1.

DS : daerah operasi caesaria DO : Klien meringis Skala nyeri 3 (0-5) Terdapat luka post operasi section caesaria dengan arah mengeluh nyeri pada

Gangguan rasa nyaman : nyeri

vertical pada daerah abdomen TD = 120/80 mmHg N = 84x/menit R = 24x/menit S = 37,3 C

Traktus spirothalamus Thalamus Cortex cerebri Nyeri dipersepsikan

2.

DS : Klien mengatakan dibantu aktivitasnya dan perawat Klien mengatakan hanya di lap 1 x/ hari dibantu oleh perawat DO : Kulit teraba lengket Terpasang 0,9 % infus 20 dower

Post partum hari pertama dengan secsio caesaria Terdapat luka post operasi dan terpasang infuse dan dower cateter Keterbatasan dalam beraktivitas

Kurang terpenuhinya kebutuhan ADL

sebagian oleh keluarga

PH

mobilisasi

NaCl

gtt/menit Terpasang Klien tidak dapat memenuhi kebutuhan ADLnya sendiri Kurang terpenuhinya lochea bagian ADL catheter Vulva tampak kotor Terdapat

pengeluaran seluruh pembalut 3

rubra yang memenuhi

Klien belum turun Post partum hari pertama dengan sectio caesaria Resiko pengeluaran

dari tempat tidur DS :

Klien mengatakan ASI belum keluar Klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara Bayi belum menetek Putting susu tidak menonjol

ASI tidak adekuat

Rangsangan terhadap payudara berkurang

DO : Putting susu tampak tidak menonjol Putting susu dan areola tampak kotor 4. Ds : Klien mengatakan lemes Klien mengatakan belum turun dari tempat tidur Do : Klien tampak lemah Hb = 10 gr/dl (tgl 26-01-06) Konjungtiva pucat Terpasang infus pada tangan kiri Terpasang kateter dower tampak

Resiko pengeluaran ASI tidak adekuat

B. 1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

C. PERENCANAAN N O 1 1

Diagnosa Keperawatan 2 Gangguan rasa nyaman : nyeri dengan kontinuitas ditandai dengan : DS : klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi SC. Klien saat mengatakan klien bergerak nyeri bertambah pada dan nyeri berkurang jika klien istirahat. DO: klien tampak berhubungan terputusnya jaringan

Tujuan 3 Tupan : Rasa nyaman klien terpenuhi : nyeri hilang Tupen : Setelah dilakukan selama dengan perawatan berkurang criteria : klien mengatakan nyeri berkurang skala Tidak nyeri ada menjadi 1 (0-5) 2. Kaji klien. 1. Bina

Intervensi 4 hubungan saling 1.

Rasional 5 Dengan hubungan terbinanya percaya

percaya dengan klien

saling

dapat memudahkan dalam melakukan intervensi karakteristik nyeri 2. Dengan karakteristik menentukan 3. Observasi vital 4. Atur posisi yang nyaman bagi klien 4. tanda-tanda 3. selanjutnya. Untuk yang terjadi p Dengan posisi yang nyaman dapat mengurangi peregangan pada dinding perut sehingga rasa nyeri mengetahui sedini mungkin perubahan mengetahui nyeri dapat intervensi

3 hari rasa nyeri

meringis. Skala nyeri 3 (0-5) Terdapat luka post operasi dengan arah vertical di daerah abdomen T : 120/80 mmHg P : 84 x/menit R : 24 x/menit S : 37,3 0C.

tanda-tanda infeksi TTV normal T mmHg P : 80x/menit R : 16-24 x/menit S : 36-37 C : 120/80

5. Ajarkan melakukan relaksasi

klien napas

untuk teknik dalam 5.

berkurang

dan

rasa nafas

nyaman terpenuhi Relaksasi dalam dapat ketegangan otot mengurangi dan rangsang menambah

saat nyeri dirasakan. 6. Ajarkan melakukan distraksi mengajak berkomunikasi 7. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan suasana tenang. bagi klien 7. merapikan klien untuk teknik dengan klien 6.

menghambat nyeri serta

pemasukan oksigen. Membantu mengalihkan klien perhatian nyeri terhadapa

dengan lebih menggunakan saraf pendengaran. Tempat bersih sensori, tenang dan mempengaruhi tidur rapih yang dapat yang dapat saraf auditorius dan

tempat tidur dan menjaga sekitar tetap

rangsang

suasana

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

mempengaruhi optikus

analgetik 9. Libatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi terhadap klien 8.

sehingga mengurangi nyeri. Anlgetik memblok sehingga hilang. 9. Keluarga membantu mengalihkan klien terhadap nyeri reseptor persepsi

dapat dapat nyeri nyeri

klien nyeri berkurang atau sebagai untuk perhatian

orang terdekat klien dapat

2.

Kurang terpenuhinya kebutuhan ADL berhubungan dengan keterbatasan aktifitas gerak ditandai dengan : DS : Klien aktivitasnya

Tupan : Kebutuhan ADL klien terpenuhi Tupen : Setelah perawatan klien dilakukan selama 1 dapat

1. Kaji motivasi melakukan klien

tingkat untuk aktifitas

1. Dengan mengetahui tindakan diberikan 2. Dapat keyakinan

mangkaji kefektifan yang akan

ketergantungan klien dan

ketergantungan klien dapat

sesuai kemampuan 2. Berikan tentang penjelasan manfaat

mengatakan hari,

meningkatkan dan semangat

dibantu memenuhi

sebagian oleh keluarga kebutuhannya dengan dan perawat Klien mengatakan hanya di lap 1 x/ hari dibantu oleh perawat DO : Kulit teraba lengket Terpasang 0,9 % infus 20 dower criteria : - Klien bersih dan tidak lengket - Vulva tampak bersih - Klien melakukan mobilisasi bertahap secara dapat

mobilisasi dini

pada kllien sehingga klien termotivasi melakukan mobilisasi. untuk

3. Bimbing melakukan

klien

untuk yaitu

3. Untuk mencegah terjadinya tekanan trombosis mengurangi merangsang sendi dan serta ketegangan peristaltic

mobilisasi

secara bertahap

miring kanan dan kiri.

otot dan diharapkan dapat 4. Bantu dan fasilitasi klien untuk memenuhi 4. Memberikan rasa nyaman pada klien kebutuhan ADL :Personal hygiene : Mandi, gosok gigi, vulva hygiene 5. Libatkan keluarga dalam memenuhi ADL klien 6. Rencanakan klien untuk aktivitas mandiri bersama memulai kebutuhan 5. Keluarga terdekat support adekuat 6. Dapat meningkatkan sebagai dapat system orang menjadi yang usus

NaCl

gtt/menit Terpasang catheter Vulva tampak kotor Terdapat lochea bagian belum turun

pengeluaran seluruh pembalut Klien dari tempat tidur

rubra yang memenuhi

motivasi kemnadirian klien 7. Berikan melakukan reinforcement aktivitas dalam memulai aktivitas 7. Reinforcment positif dapat memacu semangat klien dalam beraktivitas positif bila klien mampu positif secara mandiri

3.

Resiko tidak

pengeluaran

Asi

Tupan : Proses lancar Tupen : Setelah dilakukan selama perawatan laktasi

1. Kaji

pengetahuan

klien

1. Mengetahui

sejauh

mana

adekuat dengan tidak susu

mengenai cara merawat payudara. 2. Berikan kesehatan penyuluhan tentang teknik

pengetahuan klien tentang cara perawatan payudara 2. Membuka tentang payudara wawasan klien perawatan

berhubungan putting : DS :

menonjol ditandai dengan

perawatan payudara perawatan payudara yang baik dan benar

3. Metode demonstrasi akan


lebih dipahami klien 4. Mengetahui evaluasi hasil penyuluhan kesehatan 5. Teknik merupakan cara Hoffman untuk

Klien mengatakan ASI belum keluar Klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara

2 hari klien mampu 3. Demonstrasikan melakukan perawatan payudara kriteria : Putting menonjol. susu dengan 4. Kaji ulang

pengetahuan

DO : Putting susu tampak

klien tentang perawatan payudara

mengeluarkan puting susu

tidak menonjol Putting susu dan areola tampak kotor

Klien mengatakan ASInya keluar Putting dan susu areola

5. Ajarkan

pada

klien cara

6. Mengetahui
klien dalam payudara.

kemampuan merawat

tentang Hoffman exercise 6. Redemonstrasikan klien. perawatan payudara oleh

tampak bersih

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Nama Tanggal 1 27 January 2006 Jam 2 07.3 0 DP 3 1 1. Tindakan Keperawatan 5 Menciptakan yang tidur Hasil : tempat tidur rapih 1 2. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien Hasil : posisi tidur klien terlentang mengatakan dank lien merasa nyaman lingkungan bagi klien & Paraf 6

dengan merapikan tempat

nyaman dengan posisinya

08.3 0

1. Mengkaji karakteristik nyeri klien. Hasil : skala nyeri 3 (0-5), klien tampak meringis

2 2.

ketika mencoba bergerak Mengkaji ketergantungan motivasi klien tingkat klien dan untuk

melakukan aktifitas sesuai 1 kemampuan Hasil : aktivitas klien sebagian dibantu keluarga dan perawat

3. Mengobservasi tanda vital

tanda-

Hasil : T : 120/80 mmHg P : 84 x/menit R : 24 x/menit S : 37,3 0C.

1. Mengkaji klien Hasil tidak :

pengetahuan cara

mengenai klien

merawat payudara mengatakan cara mengetahui

merawat payudara 2. Mengajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri dirasakan Hasil : klien tampak melakukan merubah posisi teknik relaksasi nafas dalam saat

10.0 0

1. Memberikan

penjelasan

tentang manfaat mobilisasi dini dapat menguatkan otot dan mempercepat proses penyembuhan Hasil : klien mengatakan mengerti tentang apa yang dijelaskan perawat dan klien akan mencoba melakukan

mobilisasi dini 2. Membimbing melakukan secara bertahap klien untuk yaitu

mobilisasi

miring kanan dan kiri 2 Hasil : klien mencoba miring ke kiri dibantu oleh perawat dan keluarga 3. Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ADL klien Hasil : keluarga tampak membantu klien pada saat klien miring kiri

14.0 0

1. Memberikan kesehatan

penyuluhan tentang klien apa tampak yang

perawatan payudara Hasil 3 : menyimak

disampaikan perawat 2. Mengkaji perawatan payudara ulang

pengetahuan klien tentang 3 Hasil : klien sudah mulai mengerti mengenai perawatan payudara 3. Mendemonstrasikan 3 baik dan benar teknik

perawatan payudara yang

Hasil : klien tampak memperhatikan apa yang didemonstrasikan perawat 4. Mengajarkan pada klien

tentang Hoffman exercise Hasil : klien tampak menyimak apa yang diajarkan perawat

16.0 0

Melakukan vulva hygiene Hasil : vulva tampak bersih dan klien mengatakan merasa nyaman

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan P3 A0 Post Sectio Saesaria a.i. CPD di ruang Debora

Rumah Sakit Immanuel Bandung. Maka kelompok menarik kesimpulan, yaitu : 1. Pada proses pengkajian diperoleh data : terdapat luka operasi yang menimbulkan nyeri; kebutuhan sehari-hari klien dibantu oleh keluarga; terdapat pembengkakan pada payudara dan klien tidak mengetahui teknik menyusui yang benar; selain dari itu klien juga terlihat pucat dan terbaring di tempat tidur 2. Berdasarkan data senjang yang kami temukan, dapat dikelompokan empat prioritas diagnosa keperawaatan yaitu ; Gangguan rasa aman nyeri, ADL tidak terpenuhi, resiko pengeluaran ASI tidak adekuat, dan kelemahan fisik. 3. Pada tahap perencanaan, kelompok menyusun intervensi yang akan dilakukan sesuai masalah yang ditemukan dan berdasarkan teori yang terdapat dalam kepustakaan. Dalam tahap perencanaan tidak begitu ada kesenjangan, karena setiap masalah keperawatan sudah ada perencanaan tersendiri. Misalnya dalam mengatasi masalah rasa nyaman : nyeri pada klien, penulis menyusun rencana tindakan untuk mengurangi rasa nyerinya : distraksi dan relaksasi 4. Tahap implementasi dalam mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh klien, seperti gangguan rasa nyaman nyeri. Maka implementasi yang dilakukan yaitu mengajarkan dan membimbing klien teknik manajemen nyeri seperti distraksi dan relaksasi nafas dalam. Tidak semua intervensi dilakukan, disesuaikan dengan kondisi pasien dan waktu shift praktek kelompok dilapangan. 5. Tahap evaluasi, terkadang hasil pemecahan masalah ada yang teratasi sebagian dan ada yang belum teratasi. Ini tergantung kepada pendekatan proses keperawatannya dan juga kerjasama perawat dan klien. Untuk diagnosa nyeri, evaluasi yang kami dapatkan adalah masalah belum teratasi,

dikarenakan klien post partum pada hari ke-1, luka section saesaria masih tertutup balutan.

B. SARAN 1. Saran untuk proses asuhan keperawaatan : Pada tahap pengkajian yaitu perlunya pengkajian yang lebih lengkap lagi sesuai dengan teori. Pada tahap perencanaan, khususnya pada mahasiswa sebaiknya dapat merencanakan suatu tindakan dengan langsung didokumentasikan pada format, sehingga perencanaan tersebut dapat dilakukan secara sistematis dan dapat memenuhi kebutuhan klien secara optimal, sehingga dalam pelaksanaan dapat mengacu pada perencanaan yang ditulis pada status klien. Dalam tahap pelaksanaan, perlunya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dengan klien dan keluarga, misalnya dalam pelaksanaan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene dan mobilisasi 2. Saran bagi perawat ruangan Klien dengan post section saesaria dapat menimbulkan masalah yang cukup kompleks dibandingkan dengan klien post partum secara normal, sehingga memerlukan perawatan yang komprehensif, maka perlu ditingkatkannya pendidikan kesehatan pada klien maupun keluarga tentang perawatan luka, aktivitas di rumah, perawatan diri serta perawatan bayi.

Anda mungkin juga menyukai