Anda di halaman 1dari 2

Kiai Hasyim dan 1afsr al-1ln

Sore menjelang maghrib, Alhamdulillah kami berkesempatan sowan menemui KH. M.


Luqman Hakim di kantor redaksi Cahaya Sufi, Jakarta. Di ruang kerja yang sederhana,
dengan penampilan sederhana, suguhan buka puasa yang sederhana, juga dengan obrolan
sederhana kami semakin betah berlama-lama.
Di samping membahas banyak hal tentang pesantren dan dunia suIi, kami diperlihatkan
sebuah kitab oleh beliau.
'Ini ada kitab bagus, ucapnya sambil menyodorkan beberapa jilid kitab kepada kami,
'Judulnya Tafsir al-Jilani.
Kami terpesona membaca kitab baru dengan judul yang mungkin cukup gharib dan
belum ghalib di telinga itu. Selama ini yang ada baru tafsir Ibnu Abbas, al-Ra::i, Ibnu Jarir,
Ibnu Katsir, al-Baghawi, al-Baydhawi, al-Jalalayn dll. Ternyata ada koleksi khazah Islam
yang baru kali pertamanya kami tahu itu.
'Kitab ini baru diterbitkan. Padahal sudah berabad-abad lamanya ditulis oleh Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani (490-561 H) terang Kiai Luqman kemudian.
Beliau menambahkan bahwa kitab itu ditemukan di Vatikan oleh sang cucu Dr. Sayyid
Muhammad Fadhil Jailani al-Hasani. Konon, ketika perang Salib (1095-1272 M) banyak
literature keislaman yang diboyong ke Barat. Kini baru terungkap bahwa Sulthanul Auliya`
yang manaqibnya kerap dibaca warga Islam Nusantara itu mengarang taIisr besar. Kitab
tersebut berjumlah 6 jilid, kini bisa dibeli seharga Rp.1.000.000. Diterbitkan oleh Maktabah
al-Istanbul yang juga bekerjasama dengan Indonesia pada tahun 2009 dengan Internasional
Standart Book Number atau ISBN: 978-605-605-19-7-5.
***
Alm. Gus Ishom pernah bercerita bahwa selepas melaksanakan shalat jumat di masjid
Tebuireng, para santri dan masyarakat sekitar berkumpul. Mereka antusias mengikuti
pengajian Tafsir Jalalayn yang dibaca langsung oleh Hadratus Syaikh Kiai Hasyim. Ketika
kitab sudah khatam beliau tetap membacanya berulang-ulang kali sebagai rasa cinta kepada
ayat-ayat Allah SWT.
Tak cukup hanya itu, sejumlah kitab taIsir dan ulm al-Qurn kerab beliau baca. Ini
terlihat dalam perpustakaan beliau yang penuh dengan kedua Ian tersebut. Sekalipun beliau
lebih menjurus pada hadits itu tidak menutup keintelektualan beliau hanya dalam satu bidang.
Justru dari situlah segalanya dapat beliau kuasai secara intens dan konsen.
Kitab beliau yang paling rapuh adalah Tafsir Ibnu Jarir al-Thabari. Jika dipegang saja
maka ia akan rontok, warna kertas tidak lagi kuning atau cokelat, melainkan hitam pekat.
Tampaknya ini yang paling tua dari koleksi beliau. Sedangkan kitab tasir lainnya ialah Tafsir
al-Baydhwi. Kitab dalam ukuran besar inihampir menyamai ukuran setengah halaman
koran Jawa Posbanyak dijumpai hmisy (catatan) di pinggir kitab. Biasanya hamisy
tersebut berisi perbandingan pendapat dengan imam lain dari kitab lain pula, atau keterangan
pribadi dari beliau atau terkadang sebuah koreksian yang ditulis dengan kalimat laallah
hkd: dan diakhiri dengan walLhu tal alam. Ditemukan juga sejumlah kitab taIsir
lainnya seperti al-Misbh al-Munir fi tafsir ibnu katsir, tafsir al-alsi, ihkm al-Ahkm,
Maftih al-Ghayb, al-Qurthbi dan sederet rak kitab taIsir lainnya.
Kehebatan Kiai Hasyim dalam bidang taIsir terbukti nyata ketika dijumpai lagi sebuah
kitab bersejarah yang amat kuno. Kitab itu merupakan al-sylyob al-Jallayn berjudul ol
lotbt olllblyyob. Kitab besar berkertas super tebal dengan jumlah 6 jilid itu pemberian
Syaikh Muhammad MahIudz al-Turmusi. Tulisan setiap huruInya timbul, mungkin zaman
dahulu masih menggunakan mesin cetak seperti mesin ketik manual.
Yang lebih menarik dalam kitab itu, bisa dijumpai banyak tulisan tangan asli Syaikh
MahIudz berupa identitas yang berawal dengan kalimat man man man man. al abdihi al-
Mannn dst. Juga beberapa hmisy dan dilengkapi sanad kitab sampai pada muallif-nya. Di
akhir halaman ada sedikit goresan sejarah otobiograIi Syaikh MahIudz yang beliau tulis
sendiri tentang kisah mengaji kitab tersebut kepada gurunya Syaikh Abu Bakr Syathha,
pengarang kitab Inah al-Thlibin syarah daripada kitab ath al-Muin. Rahimahumullhu
tal wa nafaan bihim wa bi ulmihim. Amin
***
Di tangah-tengah membuka Tafsir al-Jilani itu kami ditanya oleh Kiai Luqman 'Di
pesantren-pesantren (Jawa Timur) sudah ada belum kitab ini? kami jawab belum.
Memang unik, semua kalimat dalam al-Quran ditaIsiri oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
secara keseluruhan. Termasuk juga maftih al-suwar seperti alif lm mim dan ysin, serta
semua basmalah di setiap surat pun ditaIsiri berbeda oleh beliau. Sungguh menakjubkan!
'Saya berharap kitab Tafsir al-Jilani harus dipelajari di seluruh pesantren nusantara.
Karena isi kandungannya yang bagus. Dan, ini taIsir terbaik sedunia! ungkap Kiai Luqman
yang kemudian dipungkasi dengan dialog imajiner beliau 'Seandainya Kiai Hasyim tahu
sejak dahulu kala, saya yakin beliau akan membacanya di hadapan para santri .

Jatinegara-Tanjung Priuk,
28 Ramadhan 1432 H

Anda mungkin juga menyukai