Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manajemen pendidikan di sekolah mencakup kegiatan dalam ruang lingkup yang
sangat luas. Di dalamnya dikaji berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Meliputi
manajemen kurikulum, manajemen murid, manajemen personel sekolah (kepegawaianya),
Manajemen tata taksana sekolah (ketatausahan), manajemen sarana pendidikan, manajemen
keuangan. Manajemen keuangan sebagai salah satu dari manajemen sekolah lainnya di
sekolah itu perlu mendapat perhatian serius, sebagai mana pengaturan manajemen lainnya
di sekolah. Sebab manajemen keuangan walapun tidak secara langsung menetukan berhasil
tidaknya kegiatan sekolah, dan keberadaannya sangat ensensial, hampir tidak ada suatu
kegiatan yang tidak menggunakan uang atau dana.
Selama ini sekolah-sekolah Madrasah, dari sisi manajemen keuangan belum terlihat
begitu baik dibanding dengan sekolah di sekolah dasar lainnya. Ini mengingat sekolah-
sekolah madrasah dari segi pembiayaan masih relatif kecil, dan lingkup organisasinya di
bawah Departemen Agama yang tidak khusus membandi bidang pendidikan, akan tetapi
termasuk bidang-bidang keagamaan lainnya di bawah Depertemen Pendidikan Nasoanal
yang khusus menangani bidang pendidikan.
Sebelum ada dana dari sekolah, terutama dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), di
Madrasah Tsanawiyah Nurul Ulum Kotagajah, yang merupakan Madrasah Tsanawiyah
Swasta di Kotagajah, dalam pembiayaannya untuk kegiatan opersional sekolah mengambil
dana yang bersumber dari SPP siswa atau uanh komite. Dengan keadaan ekonomi orang tua
yang tidak sama, terutama bagi anak-anak yang tidak mampu tentu akan keberatan untuk
membayar biaya sekolah. Akan tetapi setelah ada bantuan dana BOS anak-anak bisa
bersekolah tanpa harus memikirkan masalah keuangan. Sekolah agama seperti madrasah
Ibtadaiyah mendapatkan jatah yang sama sebagaimana sekolah umum, yakni mendapat
bantuan dana Rp. 19.500,- per siswa. Sebab itulah penulis ingin mengetahuan tahapan-
tahapan yang dilakukan oleh Madrasah untuk memperoleh atu mendapatkan dana, termasuk
rutin dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Jika dilihat dari animo masyarakat tentang sekolah di MTS ini keinginan masyarakat
atau orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya kebanyakan pada Sekolah Dasar
umum. Ini setidak-tidaknya sebagai wujud dari kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
itu sendiri. Mungkin masih ada anggapan sekolah-sekolah dasar umum lebih bermutu
dibanding dengan dengan sekolah Madrasah Ibtidayah. Namun dalam hal ini Departemen
Agama berusaha menjadikan sekolah-sekolah Madrasah sama dengan sekolah umum,
terutama dalam pendidikan, paling tidak akan mendakatinya.
Jika kita melihat tentang konsep yang diimplemtasikan akan ditemuai istilah keuangan
(finance), anggaran (budget), biaya (cost), pembiayaan (financing).
a. Keuangan (finance). Keuangan dalam arti luas bagian dari praktis yang
berhubungan dengan uang. Hal ini tidak saja mencakup uang pembayaraan yang
sah, tetapi juga kredit bank.
b. Anggaran (budget). Anggaran merupakan rencana opersaionak yang dinyatakan
secara kuantatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu.
c. Biaya (cost). Biaya seluruh dana baik langsung/tidak langsung yang diperoleh dari
berbagai sumber (Pemerintah, masyarakat, orang tua) yang diperuntukkan bagi
penyelenggaraan pendidikan. Perhitungkan biaya pendidikan akan ditentukan oleh
komponen kegiatan pendidikan dan biaya satuan. Komponen kegiatan pendidikan
ini meliputi pengadaan saran dan prasana pendidikan seperti ruang belajar,
laboratorium, perpustakan, alat pembelajaran dan alat olah raga, buku pelajaran,
perabot/ perlengkapan sekolah dan alat tulis menulis.
d. Pembiayaan (financing). Fanancing merupakan fungsi penyediaan dana yang
diperlukan untuk melaksanakan usaha.

Dalam penulisan tesis ini menggunakan kata dasar biaya, yaitu biaya-biaya yang
digunakan untuk keperluan disekolah teramsuk belanja pegawai/gaji dan juga belanja untuk
membeli alat-alat untuk untuk keperluan pembelajaran di sekolah yang diperoleh dari
sumber-sumber yang tetap maupun yang tidak tetap. Pembiayaan pendidikan merupakan
salah satu sumber daya yag secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di sekolah
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi
yang sangat menentukan dan merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar bersama komponen lannya di sekolah.





Oleh karena itu biaya pendidikan sangat penting dan perlu mendapat perhatian yang lebih
serius dari berbagai komponen masyarakat secara luas, mengingat dalam penyelenggaraan
pendidikan tidak terlepas dari apa yang dinamakan dana atau biaya. Karena hampir tidak
ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya. Biaya dalam hal sangat luas
cakupannya sebagaimana dikatakan
Biaya (cost) memiliki cakupan yang lua, yakni semua jenis pengeluaran baik dalam
bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang).
Dengan demikian biaya itu mencakup uang atau dana dan bisa berbentuk fasilitas-
fasilitas yang lain, termasuk sumbangan tenaga, pikiran, ide. Di sekolah biaya pendidikan
umumnya tertuang dalam format atau bentuk tertentu, yang ditulis secara cermat dan
kehati-hatian.
biaya (cost) pendidikan, dikenal pula dengan anggaran belanja pendidikan
(education budget) yang terdiri dari dua komponen, (1) pendapatan, pemasukan dan
penerimaan disatu pihak dan (2) pengeluaran atau belanja.
Anggaran penerimaan merupakan pendapat yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah
dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua murid, sedangkan annggaran dasar
pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan
pelaksanaan di sekolah.
Pengeluaran sekolah dapat dikategorikan dalam beberapa item pengeluaran, termasuk
pengeluaran uang belanja pegawai, pengadaan alat-alat praktek, dan sebagainya.
Beberapa item pengeluran mencakup: (1) pengeluraan untuk pelaksanaan pelajaran,
(2) pengeluaran untuk tata usaha sekolah, (3) pemeliharaan sarana dan perasarana sekola,
(4) Kesejahteraan pegwai, (5) Administrasi, (6) Pembinaan teknis educative, dan (7)
pendataan.

Manajemen pembiayaan dapat diartikan sebagai pengaturan penerimaan dan
pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keuangan dalam mendukung kegiataan yang
dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Unsur manajemen pembiayaan meliputi pembiyaan disekolah itu sendiri antara lain:
- Gaji guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga ad ministrasi.
- Biaya pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dan prasarana.
- Penyelenggaraan pendidikan.
- Biaya keperluan dan pengembangan.
Dengan demikian manajemen pembiayaan mengkaji bagaimana mengatur penerimaan
biayaan pendidikan sehingga dapat ditingkatkan serta dapat diperoleh secara stabil,
bagaimana biaya yang harus dikeluarkan dalam kondisi siap dan tidak mengalami kendala
pembayarannya sehingga kegiatan yang dibiayai itu tidak mengalami masalah, serta
bagaimana dengan biaya yang ada tersebut dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Beberapa pengeluaran yang diungkapkan oleh kepala sekolah dilakukan di MTS Nurul
Ulum Kotagajah, yaitu pembiayaan yang dapat mendukung program pembelajaraan terlihat
seberapa besar anggaran yang dialokasikan secara langsung untuk keperluan proses
pembelajaran di sekolah, dan diharapkan dalam mengalokasikan pembiayaan secara tepat
ini dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Peningkatkan kualitas pendidikan ini
sebagaimana dikatakan:
Sama dengan menargetkan setidaknya dalam tiga tahun mendatangkan kualitas
madrasah sama dengan sekolah-sekolah umum, untuk itu pada tahun 2006 ini ia
mencanangkan pula 90% anggaran untuk pendidikan dimanfaatkan untuk
pembelajaran, hanya 10% saja untuk manajemen.
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan MTS bahwa untuk meningkatkan
mutu pendidikan dilakukan manajemen pembiayaan dimana pembiayaan diarahkan untuk
mencapai standar mutu pendidikan yang lebih baik. Adapun keuangan MTS Nurul Ulum
dari segi sumber, penggunaan dan peningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Keuangan MTS Nurul Ulum Kotagajah dari sumber, penggunaan dan
Peningkatkan Mutu Pendidikan
sumber Pengeluaran Peningkatkan Mutu
Pendidikan
Dana Rutin dan Bantuan
Operasional Sekolah
1) Pengeluaran untuk
pelaksanaan pembelajaran
2) Pengeluaran untuk tata
usaha sekolah,
3) Pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah,
4) Kesejahteraan pegawai
5) Administrasi,
6) Pembinaan teknis
educative
Belum Maksimal.
Berdasarkan pada tabulasi di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan pendidikan di MTS
Nurul Ulum Kotagajah diperoleh sumber melalui dana rutin dan Bantuan operasional
sekolah (BOS) namun kedua jenis anggaran yang diterapka di MTS tersebut ternyata belum
dapat memacu peningkatan mutu pendidikan yang diharapkan.

B. Fokus Masalah
1. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dipahami betapa
petingnya keuangan sebagai peningkatan mutu pendidikan. Dalam pelaksanaannya banyak
faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Sistem perancanaan anggaran di MIN sudah dikelola.
2. Sistem pengalokasian anggaran di MIN sudah dikelola.
3. Sistem implementasi anggaran di MIN sudah dikelola.

2. Batasan Masalah
Mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan, baik faktor
internal maupun eksternal, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada
masalah sistem pembiayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian ini akan
dilakukan pada MTS Nurul Ulum di Kotagajah.

3. Rumus Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan umum yaitu
bagaimana sistem pembiayaan yang diterapkan MTS Nurul Ulum Kotagajah mutu
pendidikan.
Rumusan masalah ini selanjutnya dibagi ke dalam rumusan khusus sebagi berikut :
Bagaimana pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan MTS Nurul Ulum di
Kotagajah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem pembiayaan yang diterapkan di
MTS Nurul Ulum di Kotagajah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Secara rinci sebagai
berikut :
a. Untuk mendeskripsikan sistem perencanaan anggaran di MTS Nurul Ulum di
Kotagajah.
b. Untuk mendeskripsikan sistem pengalokasian anggaran di MTS Nurul Ulum di
Kotagajah.
c. Untuk mendeskripsikan sistem implementasi anggaran di MTS Nurul Ulum di
Kotagajah.
d. Untuk mendeskripsikan metode monev anggaran di MTS Nurul Ulum di Kotagajah.
e. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambatan dalam menjamin
pembiayaan di MTS Nurul Ulum di Kotagajah.

2. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mereka membuka wawasan dalam dalam
pembiayaan pendidikan di sekolah, dan mengukur seberapa besar kemampuan MTS Nurul
Ulum di Kotagajah dalam mendanai proses pembelajaran di sekolah. Kegunaan secara
praktis, yaitu:
1. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang manajemen
pembiayaan pendidikan di MTS.
2. Sebagai gambaran tentang peningkatan mutu pendidikan melalui pengelolaan
pembiayaan pada MTS

D. Kerangka pikir
Adapun yang menjadi definisi konsep adalah:
Manajemen pembiayaan adalah segala pengurusan yang berkaitan dengan anggran, nilai
dan sistem perencanaan, pengalokasian anggaran, sistem inplementasi anggaran monev dan
pelaporan, faktor pendukung dan penghambat dalam menjamin pembiayaan pendidikan
MTS Nurul Ulum di Kotagajah.
Sedangkan Mutu pendidikan yang dimaksudkan adalah kualitas pendidikan dalam
proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif,
atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana
sekolah, dukungan administrasi dan saran prasarana dan sumber daya lainnya serta
menciptakan suasana yang konduktif. Sedangkan mutu dalam konteks hasil pendidikan
mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada tiap turun waktu tertentu, atau hasil
pendidikan dapat berupa hasil tes kemampuan akademik.


MANAJEMEN
PEMBIAYAAN
1. Rencana Anggaran
2. Alokasi Anggaran
3. Sistem Implementasi
Anggaran
4. Metode Monev dan
Pelaporan
5. Faktor pendukung dan
penghematan dalam
menjamin pembiayaan
pendidikan
Mutu Pendidikan:
1. Perangkat kurikulum dan
bahan ajar
2. Metodologi dan strategi
pembelajaran
3. Sarana prasarana
4. Administrasi
5. Sistem evulasi
6. Tindak lanjut










BAB II
LANDASAN TEORI

E. Tinjuan pustaka
1. Manajemen Pembiayaan.
a. Pengertian pembiayaan Pendidikan
Sebelum membicarakan manajemen pembiayaan, penulis utarakan sedikit tentang
manajemen yang telahdirumuskan oleh beberapa ahli manajemen.
Sebagai ditulis:
(1) Hendri Fayol mengemukakan bahwa tugas-tugas pokok pimpinan itu setelah
diterjemahkan terdiri dari atas : merencanakan (to plan), mengorganisasikan (to
organize), menggerakan (to commmand), mengkoordinasikan (to coordinate),
mengendalikan (to control). (2) Luther Gulick mengemukakan konsepnya dalam
POSDICOR (planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating).

Dalam merencanakan pimpinan mempunyai kewajiban untuk membuat program kerja
ke depan, baik sifatnya rencana strategik untuk lima tahun atau rencana tahunan, sehingga
pekerjaan yang akan dikerjakan betul-betul sesuai dengan rencana. Begitu juga
mengorganisasiakan, yaitu menemukan struktur organisasi baik sifatnya dari yang teratas
sampai kepada yang terbawah. Dalam staffing, menentukan staf khususnya yang akan
menempati job-job yang telah dibuat sesuai dengan rencana kerjanya, orang-orang yang
akan menempati tempat keraja haruslah dengan pertimbangan kemampuan dan skill yang
dimiliki, serta melakukan pembinaan staf yang kontinu dan berkelanjutan, menilai kerja
bawahan betul-betul pada aspek proesionalitas, tidak dapat istilah like and dislike.
Directing, mengarahkan kepada staf bawahan untuk melakukan tugas-tugas yang sesuai
dengan tujuan organisasinya, memberikan motivasi dan semangat untuk selalu berkarya
secara lebih baik. Sedangkan coordinating, mengkoordinasikan satu unit organisasi unit
lainya didalam sebuah organisasi, sehingga terjalin koordinasi, komunikasi, dan
sinkronisasi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dua konsep yang telah digambarkan
oleh para ahli menejemen itu, meliputi tugas-tugas merencanakan, mengorganisasikan,
sampai kepada masalah mengendalikan atau mengontrol seluruh aktivitas yang
dilaksanakan. Sehingga kegiatan dalam satu manajemen itu betul-betul terencana, terkontol
atau terkenal secara baik.

Tugas-tugas pimpinan itu dirumaskan langkah-langkah pokok organisasi dan menejemen
melipiti:
(1) Proses perumusan dan perumusan kembali pokok kebijaksanaan secara umum (2)
Proses pemberian, pembagian, dan penggunaan wewenag, (3) Proses perencanaan, (4)
Proses pengorganisasian, (5) Proses penganggaran, (6) Proses kepegawaian, (7) Proses
pelaksanaan, (8) Proses pelaporan, dan (9) Proses pengerahan, bimbingan, dan
pengendalian.

Dari proses di atas semua kegiatan yang akan direncanakan atau dilaksanakan tidak
akan terlepas dari proses penganggaran, karena anggaran ini akan menentukan seberapa
besar kegiatan yang akan dilakukan. Begitu juga dalam membicarakan manajemen
pendidikan, dari sudut proses pencapaian tujuan pendidikan mencakup: perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, penilaian. Perencanaan itu sendiri merupakan pemilihan
dari sejumlah alternatife tentang penetapan prosedur pencapain, serta perkiraan sumber
(manusia, material, uang, dan waktu) yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Berkenan dengan perencanaan:
Dalam peencanaan kita mengenal beberapa tahap, yaitu tahap indentifikasi masalah,
perumusan masalah, pentapan tujuan identifikasi alternatif, pemilihan alterntif dan
elaborasi alternatif.
Dalam proses perencanaan di sekolah perlu melibatkan semua personel sekolah,
pelibatan semua personel ini akan dapat menimbulkan rasa memilki dan dapat menjadi
dorongan untuk berhasilnya suatu rencana. Sedangkan pengorganisan merupakan
keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah
lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-orang itu
dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk dalam kegiatan pengorganisaian ini
adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewanang orang-orang tersebut serta
mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapai tujuan sekolah. Pengarahan itu
sendiri merupakan usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan dapat berjalan
seperti yang telah dihendaki. Yakni dilakukan dengan memberikan penjelasan, petunjuk,
serta bimbingan. Pengkoordinasikan merupakan kegiatan menyatu padukan dari berbagi
individu atau unit di sekolah agar dapat berjalan selaras dalam usaha mencapai tujuan
sekolah. Pembiayaan yaitu kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja sekolah, dimulai dengan perancanaan biaya, usaha untuk
mendapatkan dana untuk mendukung rencana, penggunaan serta pengawasan penggunan
anggaran. Penilaian dimaksudkan untuk memberikan penilaian seberapa jauh tujuan yang
telah ditetapkan itu dapat tercapai, yang sekaligus untuk atau mengamati kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Dalam pelaksanaan di sekolah, tidak terlepas dari
apa yang disebut dengan pembiayaan.
Manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran.
Pembiayaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya, biaya itu sendiri
umumnya adalah berbentuk uang yang dikeluarkan untuk melakukan belanja atau
pengeluaran.
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja sekolah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk
mendapatkan dana yang mendukung perencanaan itu, penggunaan serta pengawasan
penggunaan anggaran tersebut.

Adapun bidang garapan manajemen pendidikan, mencakup semua aspk dalam
penyelanggaraanpendidikan, mencakup semua aspek dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Bidang gararapan menejemen pendidikan meliputi:
a. Manajemen kurikulum
b. Manajemen kesiswaan
c. Manajemen personalia
d. Manajemen sarana pendidikan
e. Manajemen tata laksana sekolah
f. Manajemen keuangan
g. Pengorganisasian sekolah
h. Hubungan sekolah dengan masyarakat.

Kegiatan manajemen kurikulum ini menitik beratkan usaha-usaha kelancaran
pembinaan situasi belajar mengajar di sekolah. Kegiatan ini erat kaitnnya dengan tugas
tugas-tugas guru, erat pula kaitannya dengan proses belajar mengajar.

Kegiatan manajemenkurikulum yang terpenting setidaknya mencakup dua hal, pertama
kegiatan yang amat erat kaitnnya dengan tugas guru dan kegiatan yang erta kaitannya
dengan proses belajar mengajar. Sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas-tugas
guru meliputi : pembagian tugas mengajar, pembagian tugas/tanggung jawab dalam
membina ekstra kurikuler, koordinasi penyusunan persiapan mengajar. Sedangkan kegiatan
yang berhubungan dengan proses belajar mengajar meliputi: penyusunan jadwal pelajaran,
penyusunan program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu (caturwulan, semesteran,
tahunan), pengisian daftar kemajuan murid, penyelenggaraan evaluasi belajar mengajar,
laporan hasil evaluasi, kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

Manajemen murid menunjukan pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan
pencatatan murid semenjak dari proses penerimaan samapi murid meninggalkan sekolah.
Manajemen personel sekolah (kepegawaian), merupakan seluruh komponen personel
sekolah, meliputi: kepala sekolah, guru, pegawai, tata usaha dan pesuruh/penjaga sekolah.
Dalam hal ini kepala sekolah perlu mendayagunakan seluruh personelnya secara efektif dan
efisien agar tuhuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat dicapai optimal.
Allah SWT berfirman :
~4 W-OUE;N- O4O=O=O +.-
7U4E N.Oc4O4
4pONLg`u^-4 W ]14O7Ec4
_O) )U4N U^O4^-
jEEOgO-4 7N)Ol4[NO
E) u7+L7 4pOUEu> ^)
105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Dalam hubungan dengan proses belajar mengajar, ada sarana pendidikan yang secra
langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, sebagai contohnya adalah kapur tulis,
atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan oleh guru dalam mengajar, dan sarana
pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar,
seperti lemari arsip di kantor sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan yang digunakan
secara langsung untuk belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang
praktek keterampilan, dan laboratorium. Untuk prasana yang keberadaanya tidak secara
langsung dan menunjang terdiri proses belajar mengajar, diantaranya ruang kantor, kantin
sekolah, tanah, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan, jalan, dan sebagainya.

Manajemen tata laksana sekolah (ketatausahaan), keseluruhan di dalam pengetaruan
kegiatan ketata usahaan sekolah, kebutuhan kantor secara umum, seperti keperluanya
pengangendaan surat, buku ekspedisi, notulen, buku pengumuman dan lain-lain. Dan
beberapa bidang garapan manajemen di atas tentu saling terkait antara satu dengan yang
lainnya, dan semuanya akan bermuara pada bidang manajemen keuangan.
Dalam kaitannya dengan dana pendidikan, pegawai administrasi sekolah memiliki
tugas dan harus tanggung jawab, sebagimana dikatakan:
1. Perencanaan anggaran dan finisial
2. Pengaturan pemasokan
3. Perencanaan dan peningkatan fasilitas sekolah
4. Hubungan dengan masyarakat
5. Peraturan pegawai
6. Penataran
7. Pelaksanaan apa yang telah direncanakan
8. Transportasi
9. Layanan makan
10. Keuangan dan laporan
11. Manajemen kantor.

Setiap unit selalu berhadapan dengan maslah keuangan, demikian pula sekolah. Soal-
soal yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada uang
sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), uang kesejahteraan porsonel, dan gaji serta
keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti pengadaan
alat atau bahan pelajaran, ulangan, evaluasi belajar, kartu pribadi, raport dan STTB,
pengadaan perpustakaan sekolah, prakarya dan praktek.
Pengelolaan (manajemen) keuangan itu sendiri adalah kegiatan mengatur struktur
permodalan, mengalokasikan, dan mengendalikan keuangan perusahaan demikian rupa
sehingga dicapai hasil yang optimal.
Dalam organisasi yang bersifat bisnis pengelolaan keuangan betul-betul merupakan
faktor yang sangat menentukan kelangsungan organisasinya. Mengingat bahwa hanya
dengan pengaturan yang efisienlah perusahaan dimungkinkan untuk meraih keuntungan
sehingga kelangsungan perusahaan dapat terjamin.
Dalam setiap manajemen pengelolaan pembiayaan memerlukan perencanaan.
Merencanakan itu sendiri pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan di
masa yang akan datang (masa depan). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengantur
berbagai sumber-sumber pembiayaan agar hasil yang akan dicapai sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan atau saran yang hendak
dicapai dan menentapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai itu sesfektif
dan seefisien mungkin.

Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan,
tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan
mengatakan ketiga kegiatan itu adalah:
(1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai, (2) Pemilihan program untuk mencapai tujuan
(3)Indentifikasi dan pengarahan sumber-sumber yang jumlahnya selalu terbatas. Oleh
karena itu perencanaan merupakan tindakan menentapkan terlebih dahulu apa yang akan
dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya.

Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencaai sasaran yang
telah ditetapkan. Sebagai suatu alat ukur dalam membandingkan antara hasil yang dicapai
dengan harapan. Perencanaan merupakan siklus tertentu dan melalui siklus tersebut suatu
perencanaan dievaluasi sejak awal persiapan sampai pelaksanaan dan penyelesaian
perencanaan.

Secara umum beberapa langkah penting perlu diperhatikan bagi perencanaan yang baik.
1. Perencanaan yang efektif dimulai dengan tujuan secara lengkap dan jelas. Tujuan
merupakan keharusan bagi perencanaan, apabila tujuan itu banyak, maka tujuan yang
dipilih adalah yang memudahkan dalam pencapaiannya. Skala prioritas perlu
ditetapkan berdasarkan pertimbangan ini.
2. Setelah tujuan ditetapkan langkah berikutnya adalah permusan kebijakan. Tujuan
merupakan keharusan bagi perencanaan, apabila tujuan itu banyak, maka tujuan yang
dipilih adalah yang memudahkan dalam pencapaianya. Skala prioritas perlu ditetapkan
berdasarkan pertimbangan ini.
3. Langkah ketiga adalah analisis dan penetapan cara dan sarana untuk mencapai tujuan
dalam kerangka kebijakan yang dirumuskan.
4. Langkah keempat adalah menunjukan orang-orang yang akan menerima tanggung
jawab pelaksanaan (pimpinan) termasuk juga orag yang akan mengadakan pengwasan
5. Langkah terakhir adalah penentuan sistem pengendalian yang memungkinkan
pengukuran dan pembandingan apa yang harus dicapai, dengan yang telah dicapai,
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam perencanaan pembiayaan ada beberapa model yang ditawarkan sebagimana
dikatakan:
Dalam pndidikan, model perencanaan patut diperhatikan antara lain: Model
perencanaan komprehensif, model target setting, model costing (pembiayaan) dan
efektivitas biaya, dan model PPSB.
Pada dasarnya perencanaan anggaran adalah sinonim dengan perencanaan pengajaran.
Aktivitas yang mesti dilakukan adalah proses penyusunan belanja yang mencakup:
- Menilai masyarakat, sekolah dan kebutuhan peserta didik, permasalahan dan isu-
isu.
- Mengadakan indentifikasi dan meninjau kembali tujuan dan prioritas.
- Menjabarakan tujuan yang bersifat umum ke dalam pelaksanaan pecapaian sasaran
yang dapat diukur.
- Mengembangkan strukutur dan format program demi tercapai sasaran.

Pembiayaan di sekolah itu sendiri meliputi:
- Gaji guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenag administrasi.
- Biaya pengadaan dan pemeliharan sarana dan prasarana.
- Penyelengaraan pendidikan.
- Biaya keperluan dan pengembangan.

Oleh karena itu, pembiayaan pendidikan yang dimaksud di sini tidak terlepas dari
upaya pengelolaan dana itu sendiri, dari mana sumber-sumber dana itu ddapatkan
(pemerintah, masyarakat, orang tua murid), pengalokasian smber dana,
implementasi/pelaksana di lapangan, monev dan pelaporannya.
Dalam mengungkapkan pembiayaan pendidikan, disini dibatasi pada jalur pendidikan
sekolah.
Pembiayaan meliputi:
a. Biaya pembangunan (capital costs).
b. Biaya rutin (current costs). Seperti misalnya untuk gaji guru, kapur tulis dll.
c. Biaya tak langsung (indirect costs atau income forgone).

Biaya pembangunan di lingkungan madrasah negeri ini sering disebut dengan biaya
proyek. Sumber dana ini biasanya dalam proses pengajuannya dimulai dari bawah, yaitu
dari tingkat sekolah itu sendiri. Meminta untuk mendirikan gedung atau meminta tambahan
gedung, baik gedung ruang kelas atau ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang guru
dan ruang kepala sekolah kepada kendepag, kemudian kandepag mengajukan Departemen
Agama RI, lalu umumnya ada team dari pusat untuk mengecek kebutuhan sekolah itu, juka
memang benar dibutuhkan dianggarkan oleh pusat untuk memperoleh bantuan tersebut
tertera dalam DIPA Departemen Agama di Kanwil Agama masing-masing. Bagi sekolah-
sekolah madrasah swasta uang bangunan itu pula biasanya dimintakan kepada siswa baru
pada saat pendaftaran sebagai syarat untuk membayar uang bangunan, kumpulan dari
sumbangan pembanguna ini kemudian dihimpun, lalu digunakan untuk keperluan
pembangunan di sekolah.
Sedangkan biaya rutin, biaya yang diperoleh dari pemerintah yang alokasinya biasanya
sudah ditentukan, di dalamnya termasuk gaji pegawai negeri, tunjangan fungsional,
tunjangan istri, tunjangan anak, juga sebagian digunakan untuk pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan biaya tak langsung adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara langsung oleh
siswa atau orang murid untuk keperluan pendidikan di sekolah, namun selama mengikuti
pendidikan anak tidak dapat bekerja atau membantu orang tua. Seandainya tidak sekolah
mungkin ia dapat membantu orang tuanya dapat menghasilkan uang. Jadi ada sejumlah
penghasilan yang dianggap hilang, dan ini juga perlu dipertimbangkan untuk menghitung
biaya pendidikan di sekolah. Namun demikian usia anak-anak MTS Nurul Ulum memang
usia wajib belajar, termasuk usia anak Madrasah Tsanawiyah, untuk kategori biaya yang
tak langsung atau biaya yang hilang selama mengikutu pendidikan di sekolah tidaklah
cepat.
Selain itu dikenal pula dengan istilah biaya pribadi dan sosial, yang digunakan untuk
keperluan pendidikan disekolah.
Biaya pribadi adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga
pengeluaran rumah tangga, sedangkan biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang
dihimpun oleh pemerintah, kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan.
Allah SWT berfirman:
4 W-O>u> 47.E_EOO-
N74O^` /-- EE_ +.-
7 V41g~ -O~NeO-4
OgOg -OOO^-4 W-O7O~4
+O LO~ ++Ou+E` ^)
5. dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka
yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja
dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

[268] Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasa yang
tidak dapat mengatur harta bendanya.

Pada tahun berjalan usulan anggaran harus sudah masuk ke pusat yang akan dibahas dalam
pembahasan di Jakarta, terutama untuk mendapatkan pengesahan. Akibat inflasi setiap
tahun haruslah ditambahkan. Sebagaimana dikatakan oleh Koots yang dkutip:
Penganggaran (budgeting) merupakan satu langkah perencanaan dan juga sebagi
instrument perencanaan yang fundamental. Anggaran dapat diartikan sebagai suatu
rencana opresai dari suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian
pengeluaran biaya untuk perode tertentu, selanjutnya Koots membatasi bahwa
budgeting adalah formulasi perencanaan untuk periode tertentu ibutuhkan sejumlah
dana.
Dalam penganggaran diperlukan secara rinci sumber-sumber dana dari mana saja yang
akan diprediksi menjadi masukan dan memperirakan pengeluaran yang bakal terjadi.

Penganggaran memerukan proses secara bertahap, yaitu:
1. Mengidentifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode anggaran.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, mesin dan material.
3. sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan finicial.
4. Memformulasikan anggaran menurut format yang telah disepakati.
5. Usaha memperoleh persetujuan dari berwewenang (pengambilan keputusan) dalam
tahap ini dilakukan kompromi melalui rapat-rapat untuk mempertimbangkan secara
objektif dan subjektif.
Empat fase kegiatan pokok penyusunan anggaran sebagai berikut:
1. Perencanaan anggaran, merupakan kegiatan mengentifikasi tujuan, menentukan
prioritas, menjabarkan tujuan dalam penampilan operasional yang dapat diukur,
menganalisis alternative pencapaian tujuan dengan analias cost-sfektiveness,
membuat rekomendasi alternative pendekatan untuk mencapai sasaran.
2. Mempersiapkan anggaran: antara lain penyesuaian kegiatan dengan mekanisme
anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran
perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan,
bahan-bahan yang telah tersedia.
3. Mengelola pelaksanaan anggaran, antara lain mempersiapkan pembukuan,
melakukan pembelajaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengwasi
pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan
pertanggungjawaban keuangan.
4. Meniali pelaksanaan anggaran,antara lain menilai pelaksanaan proses belajar
mengajar, meniali bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat
rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.

Di dalam penyusunan anggaran diperlukan waktu dan anggaran. Sebagaimana diungkapkan
bahwa:
Waktu dan anggaraan (time anf budget) di mana tujuan akhir administrasi dan target
anggaran harus cukup substansi waktu bagi perencanaan kolektif oleh guru, gaji yang
kompetitif bagi staf, biaya yang ditanggung oleh siswa tidak lebih dari 10% dari yang
ditanggung oleh anak-anak pada sekolah-sekolah tradisional.

Di sinilah esensi peran yang lebih besar dari masyarakat untuk andil dala membangun
pendidikan dengan jalan memberikan dukungan finicial yang memadai, misalnya dalam
kerangka penerimaan siswa, KOMITE, dan uang bagunan. Danumihardja dalam
Manajemen sumber daya keuangan yang efektif dan efesiensi juga memberikan kontribusi
pada karya manajemen yang optimum.
Perencanaan keuangan sekolah memerlukan data akurat dan lengkap sehingga semua
perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan datang dapat diantisipasi dalam rancangan
anggaran. Beberapa faktor yang turut mempengaruhi perencanaan kebutukan untuk asa
yang akan datang dapat diantisipasi dalam rangcangan anggaran.
Faktor yang turut mempengaruhi perencanaan keuangan sekolah antara lain: laju
pertumbuhan peserta didik, inflasi, pengembangan program, dan perbaikan serta
peningkatan pendekatan belajar mengajar.

Dalam membicarakan anggaran program perlu memperhatikan ongkos rupiah dan non
rupiah.
1. Apakah ada uang ekstra yang diperlukan untuk melaksanakan program? Dari mana
uang itu diperoleh.
2. Untuk apa uang tersebut kalau tidak dipakai dalam program?
3. Beberapa persen dari seluruh biaya dipakai untuk operasi program? Sedangkan
ongkos non rupiah: apakah program membebani guru, orang tua, administrator,
kesabaran, moral, dan sebagainya, apakah karyawan bkerja lembur karena
program, apakah ada biaya-biaya lain yang menyebabkan terjadinya kehilangan
alternatif opportunity.


Perlunya imbalan finansial, sesuatu yang diterima oleh karyawan dalam bentuk
seperti gaji atau upah, bonus, premi, pengobatan, asuransi, dan lain-lain yang
sejenisnya dibayar oleh organisasi. Dan imbalan non finansial, dimaksudkan untuk
mempertahankan karyawan dalam jangka panjang.
Berdasarkan dari kenyataan di atas menunjukkan perlunya mengidentifikasikan dan
menentukan perencanaan kebutuhan dalam pembiayaan pendidikan, baik untuk gaji
guru, pengadaan alat-alat pelajaran, buku pelajaran, alat-alat kantordan sebagainya.
Suryosubroto dalam buku manajemen pendidikan sekolah mengatakan biaya
penyelenggaraan sekolah itu meliiputi:
1. Pengadaan alat atau bahan manajemen
2. Pengadaan alat atau bahan pelajaran
3. Penyelenggaraan ulang, evaluasi belajar, kartu pribadi, rapor dan STTB.
4. Pengadaan perpustakaan sekolah
5. Prakarya dan pelajaraan praktek.
perlunya ada suatu pengaturaan peralatan pelajaraan:
1. Mengatur buku-buku pelajaran untuk siswa
2. Mengaturkepustakaan sekolah
3. Mengatur kepustakaan kelas
4. Mengatur alat-alat laboratorium
5. Mengatur alat-alat peraga untuk setiap bidang studi
6. Mengatur peralatan pelajaraan keterampilan dan olah raga, dan lain-lain.

Buku-buku pelajaran untuk siswa, untuk mata pelajaran yang sama semestinya
ditentukan dari pengarangan atau penerbitan yang sama, misalnya yang diterbitkan oleh Air
Langga, kemudian kurikulum mana yang layak dipakai juga perlu dibicarakan. Karena hal
ini akan membingungkan anak sendiri, jika anak sudah dibelikan oleh orang tuanya
ternyata, tidak cocok dengan yang digunakan oleh guru di sekolah. Begiu juga jkadang-
kadang dalam satu gugus yang tidak sama, maka anak akan merasakan dirugikan terutama
soal-soal yang dibuat oleh gugus, tidak sma dengan yang diajarkan oleh disekolah masing-
masing.
Buku-buku untuk perpustakan juga perlu diperhatikan, agar anak-anak bisa membaca
buku-buku pelajaran, buku-buki pengetahuan popular dan sebagainya. Alat-alat peraga juga
perlu disediakan di sekolah, agar materi yang disampaikan yang semestinya menggunakan
alat peraga yang bisa langsung dipraktekkan, agar anak lebih mengarti dan paham, tidak
mengira-ngira.
Oleh karena itu dalam pengadaan sarana dan prasarana kerja membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Masukan-masukan dari semua dewan guru sangat diperlukan, karna para
guruyang lebih mampu dan lebih mengetahui kebutuhan atau keperluan apa saja yang
seharusnya diadakan oleh sekolah, mana yang menjadi prioritas, mengingat dana yang
dipersiapkan umumnya terbatas.
Siagian, memberikan penjelasan:
Sarana dan prasarana kerja itu adalah bangunan fisik, perabotan dan peralatan kantor,
wahana mobilitas, uang, bahan mentah dan bahan baku. Dengan demikian dalam
perencanaan pembiayaan pendidikan sangat diperlukan kehati-hatian dalam merinci
kegiatan-kegiatan yang bakal dilaksanakan, dengan mempertimbangkan rangcangan
pendapatan atau sumber-sumber yang akan dihimpun untuk mendanai pelaksanaan
tersebut.

Semuanya perlu pengaturan yang baik dalam pengadaannya maupun pemakaian,
termasuk juga bagaimana cara merawatnya, siapa yang diserahi tugas untuk bertanggung
jawab dalam pemeliharaan dan perawatannya.

2. bentuk-bentuknya penganggaran pendidikan.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk penganggaran, perlu mengetahui bentuk-bentuk
pengantaran ( desain budget ).
Dalam mendesain budget terdapat bentuk, yaitu (1) line item budget yang
digabungkan dengan bentuk tradisional, dan (2) program budget.

Bentuk line item budget ini sering disebut perencananaan budget secara tradisional.

Line item budget, mungkin modelnya paling sederhana dan mucul pertama kal. Proses
paling sederhana sekali, yaitu para perencanaan mengidentifikasi dulu macam-macam
yang akan dibiayai, misalnya ada program rutin, ada program-program pembangunan,
dan mungkin masih ada program istemewa, kemudian pada masing-masing program
ditentukan terlebih dahulu program-program yang ada di dalamnya. Dan masing-
masing program itu ditentukan biayanya. Lain item budget. Line item pengeluaran
biaya, tetapi tidak membantu untuk mengambilan keputusan. Di samping itu tidak
dapat menunjukan masukan program dan keluarnya. Sedangkan program budget,
bentuk ini menentuak pada sasaran yang kongret dinyatakan dalam pernyataan
fungsional. Oleh karena itu penganggaran berdasarkanprogram budget
mengharuskannya diadakan pemilihan sasaran dan alokasi sumber berdasarkan analisis
sistematik. Berdasakan program tersebut dikembangkan lagi, sehingga ditemukan suatu
model yang disebut terakhir, model Zero-base-budget (ZBB). Model ini dikembangkan
oleh Peter Ryhrr (1979) merupakan pendekatan bottonup dalam perencanaan dan
penganggaran.

Bila dicermati bahwa perencanaan itu sendiri dapat menjembatani jurang antara apa
yang ada sekarang dengan yang diinginkan pada masa depan. Perbedaan antara apa yang
ada sekarang dan masa depan ini memberikan bahan untuk perencanaan dalam menetapkan
tujuan yang hendak dicapai dibidang pendidikan. Itulah sebabnya, perencanaan pendidikan
merupakan kegiatan yang sangat penting dan sekaligus sebagai kegiatan yang kompleks
sesuai dengan kompleksitasnya masalah pendidikan.
Makna perencanaan pendididkan sebagai berikut:
1. Perencanaan pendidikan adalah suatu proses yang mempersiapkan seperangkap
alternatif keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian
tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan
yang ada di bidang ekonomi, sosial dan budaya secara menyeluruh.
2. Perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijakan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan
kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk
mengembangan potensi sistem pendidikan nasional memenuhi kebutuhan bangsa
dan anak didik yang dilayani oleh sisyem tersebut.

Perhitungan biaya dalam pindidikan didasarkan pada perhitungan biaya myata (the real
cost) sesuai dengan kegiatan menurut jenis dan volumenya.

Dua hal yang penting perlu dikaji dan dianalisis, yaitu : Biaya pendidikan secara
keseluruhan (total cost) dan biaya satuan persiswa (unit cost). Biaya satuan per murid
merupakan ukuran yang mengambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke
sekolah-sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam memperoleh
pendidikan.

Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata per siswa yang dihitung dari total
pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah (enrolment) dalam kurun
waktu tertentu. Dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di
sekolah. Di tingkat sekolah dasar atau Madrasah Ibtidayah (MI) rencana pendapatan dan
belanja sekolah (RAPBS) mencerminkan kekuatansekolah dalam membiayai
penyelenggaraan pendidikannya dan sekaligis menggambarkan rata-rata ekonomi keluarga
para siswa. Oleh karena itu besaran penerimaan biaya pendidikan yang bersumber dari
masyarakat./orang tua murid mencerminkan keampuan ekonomi masyarakat. Di sinilah
peran perencanaan harus secara matang mempertimbangkan seberapa masukan yang akan
diprediksi, dan pengeluaran (kebutuhan apa saja yang akan dibiayai), semuanya dituangkan
dalam perencanaan pembiayaan pendidikan. Anggaran biaya di tingkatkan dasar, terutama
di MI sebagaimana besar masih dari pemerintah pusat sebagaimana dikatakan.
Anggaran atau biaya pendidikan SD masih bertanggung pada pemerintah pusat
(92,39%). Peran serta orang tua dalam menanggung seluruh beban biaya pendidikan
SD masih sangat rendah (6,98%).

Secara keseluruhan pembiayaan pendidikan itu bersumber dari berbagai macam,
sebagimana dikatakan
Sumber pembiayaan pendidikan di sekolah umumnya secara lazimm terlihat: Dalam
rencana pendapatan, terdapat komponen sumber dana yang berasal dari pemerintah,
siswa (terutama iuran rutin sekolah, atau lazim disebut iuran KOMITE), dan
sumbangan masyarakat lainnya, baik dalam bentuk uang atau barang. Sementara itu
untuk pengeluaran terdapat komponen gaji guru (pegawai) yang biasanya paling
dominan dan non gaji (pemeliharaan, pengadaan saran penunjang seperti alat peraga,
penyelengaraan proses belajar mengajar, dan kegiatan ekstrakulikuler. Komponen gaji
di sekolah negeri yang bersumber dari pemerintah bersifat tetap, sekolah tidak dapat
melakukan perubahan apapun kecuali menyalurkannya kepada para guru, karena
komponen gaji sangat dominan, maka besarkecilnya RAPBS sangat tergatung pada
jumlah guru disuatu sekolah. Dalam keadaan guru tidak merata antar-sekolah, maka
bisa terjadi ada sekolah yang memilki PAPBS-nya tinggi karena jumlah gurunya
surplus padahal jumlah siswanya sedikit, dan pihak lain ada sekolah yang RAPBS nya
lebih rendah karena jumlah gurunya seikit, sekalipun jumlah siswanya banyak. Hal ini
di sebabkan distribusi guru tidak merata. RPBS juga ditentukan oleh jumlah siswa.
Sekolah yang siswanya besar akan mendaptakan dana yang lebih besar pula dari iuran
siswa yang dikelola oleh sekolah bersama KOMITE atau komite sekolah.

Suatu anggaran belanja yang disusun juga merupakan suatu rencana, yang berisi
pernyataan mengenai hasil-hasil yang diharapkan dan biasanya dinyatakan dalam
bentuk angka-angka sehingga sering disebut Numberized program, sedangkan
keuntungan (profit plan).

Tahap-tahaan mulai dari proses pengajuan dana kepada pemerintah samapi
mendapatkan dana, sebelum sampai pada istilah sekarang yang disebut anggaran dana
DIPA yang prosesnya melalui pengusulan yang disebut DUPA, DIPA tahun 2007 itu
hasil dari DUPA tahun 2006.
Sebagimana dijelaskan oleh Rohani dan Abu Ahmad, (1991 : 53-54) yaitu:
1. Pengajuan anggaran (DUK).
Di tiap unit kerja terlebih dahulu mengajukan DUK (Daftar Usulan Kegiatan) yang
nantinya akan dipakai sebagai dasar untu penentuan besar kecilnya sarana
anggaran.
DUK ini harus sudah masuk tiga bulan sebelum berlaku anggaran baru (belum
mantap untuk kegiatan yang ditentukan dana dari SPP). Atas dasar DUK terebut
maka penjabat administrator menerbit DUK yang sekaligus rencana pembiayaan.
DUK hendak disusun berdasarkan progra oriented, yang cukup realistis, dan
disusun sesuai dengan SKB dua Menteri tahun 1980.
2. Pengambilan/penilaian anggaran/dropping.
Untuk dapat memperoleh uang bayaran, terlebih dahulu harus mengajukan SPU
(Surat Permintaan Uang) yang berlaku untuk tiap-tiap triwulan, yang harus
dilengkapi dengan:
- Rencana pengeluaran riil yang diperlukan
- SPJ pada bulan yang lalu.
Kegiatan penganggaran belanja merupakan alat perencanaan yang fundamental
bagi kebanyakan organisasi. Ia dapat mendorong organisasi untuk melihat ke depan
tentang anggaran yang diperlukan bagi setiap unit kegiatan, baik untuk jangka
pendek maupun untuk waktu yang lama. Selain itu para inisiator dapat
memanfaatkannya sebagai alat untuk mengadakan pengwasan, terutama dalam
menentukan efisiensi usaha pencapaian tujuan. Komponen non gaji lebih
mencerminkan kekuatan sekolah dalam mendukung proses pendidikannyakarena
alokasinya langsung menunjang keperluan sekolah. Oleh akrena itu, kekuatan
pembiayaan di sekolah dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan bukan
semata-mata pada jumlah totalnya, melankan pada besar komponn non gaji di
dalamnya, seperti pengalokasian untuk pembelajaran.

Dalam pelaksanaan sistem pendidikan dibutuhkan dana yangmemadai dan dana
tersebut bukan hanya dari pemerintah pusat tetapi lebih-lebih dari masyarakat
sendiri melalui masyarakat daerah dan pemerintah daerah. Partisipasi masyarakat
setempat harus dihargakan dan diberikan tempat serta peranan untuk mengurus
pendidikan itu. Masyarakat memilki kriteriannya sendiri untuk menilai pendidikan
guru, misalnya terhadap biaya program dan kebutuhan guru berdasarkan kondisi
setempat. Dalam hal ini masyarakat berperan ganda, di satu sisi mereka adalah
pembayar pajak dan penyumbang dana untuk pendidikan dan disisi lain mereka
sebagai konsumen guru.

Sepantasnya masyarakat menilai beberapa besar biaya tersebut bagi program
pendidikan yng dilaksanakan di sekolah oleh guru, apakah pendidikan yang
diberikan oleh para lulusan terhadap anak-anak sesuai dengan harapan
masyarakat.

Peningkatan kemampuan dalam melakukan pembinaan program pengajaran, anggaran,
sarana dan prasarana, hubungan yang baik antara sekolah danmasyarakat perlu dibina. Ada
beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam perencanaan maupun pelaksanaan
pengajaran. Sebagaimana diungkapkan:
1. Penguasaan guru dalam bahasa asing kurang, sehingga tidak mampu membaca
buku-buku sumber aslinya.
2. Guru terlalu banyak kegiatan di luar kampus untuk mencari tambahan biaya hidup.
3. Kurang perhatian untuk meningkatkan kesejahteraan guru.
4. Kurang dapat penataran yang intensif, juga pendidikan pre-service.
5. Guru kurang menyadari pentingnya perumusan tujuan.
6. Kurang berminat pada inovasi, kurang pengarahan.
7. Kurang motivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik.
8. Guru kurang memperhatikan siswa secara individual, murid kurang berminat
meningkatkan proses belajarnya.
9. Kurang komunikasi antara guru dan siswa.

Secara garis besar, perancanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan-
tujuan apa yang dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara ini digunakan untuk
menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang ingin disampaikan,
bagaimana cara menyampaikan bahan, serta media/alat apa yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan pengajaran tersebut.

Keadaan ekonomi keluarga erat berhubungan dengan belajar anak, anak yang sedang
belajar selain harus terpenuhi kebutuhi pokoknya, misalnya makan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis dan lain-lain. Fasilitas
itu terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

Di sinilah pelunya kekuatan ekonomi keluarga, sebagai penyangga kelangsungan
pendidikan anak-anaknya. Selain orang tua harus bekerja keras mencari ekonomi, juga
perlu memperhatikan keadaan pendidikan anak, termasuk juga dalam mencakup kebutuhan
fasilitas belajar anak.
Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi individu siswa, banyak faktor yang
bersumber dari kelurga.
Untuk mengatasi mutu pendidikan, pemerintah dalam hal ini Mentrei Pendidikan
Nasional telah mencanangkan gerakan peningkatan mutu pendidikan, pada tanggal 2 Mei
2002. Melalui gerakan ini pemerintah tampaknya hendak mengajak semua praktisi
pendidikan untuk melihat kualitas pendidikan yang mereka hasilkan selama ini untuk
kemudian melakukan aksi-aksi peningkatan mutu pendidikan di masing-masing sekolah di
mana mereka mengabdikan diri. Tantangan peningkatan mutu pendidikan di tingkat
sekolah atau madrasah, terletak kepada kepala sekolah atau kepala madrasah, sebab dialah
yang paling bertanggung jawab atas jalannya proses pendidikan. Elemen lain selain kepala
sekolah atau kepala madrasah seperti guru, staf administrasi sekolah dan lainnya tinggal
mengikuti dan memberikan masukan terbaik bagi upaya peningkatan mutu pendidikan yang
dilakukan oleh kepala sekolah atau madrasah sebenarnya sesuatu yang menarik atau dilihat
lebih dekat. Terutama untuk mengatahui apa yang dilakukan oleh kepala sekolah atau
kepala sekolah madrasah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan
sekolah/madrasah yang ia pimpin. Beranjak dari inventarisasi sejumlah unsur kegiatan yang
secara langsung pada peralatan-peralatan pengajar, terutama dalam pengtur buku-buku
pelajaran untuk siswa, mengatur kepustakaan sekolah/guru, mengatur kepustakaan kelas,
mengatur alat-alat laboratorium, menrut alat-alat peraga untuk setiap bidak studi, mengatur
peralatan pelajaran keterampilan dan olah raga, dan lain-lain.
Untuk mengadakan alat-alat pelajaran itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa
dilakukan dengan membuat sendiri atau membeli dari tempat lain, sebagimana
diungkapkan:
Pengadaan alat-alat pelajaran itu dapat dilakukan dengan:
1. Pembeli
2. Buatan
3. Penerimaan hibah atau bantuan
4. Penyewaan
5. Pinjaman
6. Pendaur ulangan.

Pembelian dapat dilakukan melalui dana proyek atau dana DIPA, baik dilakukan secara
langsung oleh lembaga atau melalui menujukan langsung kepada rekanan yang ingin
ditunjuk, atau melaluitender untuk dana di atas seratus juta keatas. Bantuan sendiri
dilakukan dengan jalan membuat sendiri. Penerimaan hibah atau bantuan biasanya ditingkat
madrasah diperoleh dari instansi pemerintah pusat dalam hal ini adalah Departemen Agama
RI, sedangkan melalui penyewaan biasanya alat itu sangat dibutuhkan, sehingga dilakukan
dengan jalan menyewa. Pinjaman dilakuka oleh sekolah untuk mencakupi kebutuhan
peralatan sekolah yang belum ada. Sedangkan pendaur ulangan atau memperbaiki alat-alat
yang sudah rusak, agar bisa dimanfaatkan kembali.

3. Pembiayaan Pendidikan di Madrasah
Apabila kita simak sejarah lahirnya madrasah dan perkembangan madrasah itu sendiri,
tak terlepas dari perkembangan masyarakat itu sendiri, yaitu madrasah merupakan lembaga
yang lahir dan untuk masyarakat.

Madrasah mempunyai visi, misi, dan karakteristik yang sangat khas di dalam
masyarakat dan bangsa Indonesia baik dilihat dari segi kebudayaan, politik, bahkan
ekonomi. Namun dalam perkmbangan selanjutnya masyarakat berkeinginan untuk
pengadaan penegerian sekolah swasta itu menjadi sekolah negri. Kehidupan
masyarakat yang umumnya lahir dari strata masyarakat miskin menyebabkan suatu
keinginan untuk menegerikan madrasah- madrasah. Hal tersebut memang mempunyai
segi-segi positif antara lain adanya kucuran dana pemerintahan. Namun sekarang
pemerintah akan memulai untuk menghetikan penegerian sekolah madrasah.

Pemerintah akan menghetikan proses penegerian 600 madrasah baik Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS) maupun Madrasah Aliyah (MA)
diseluruh Indonesia.

Di sini apabila diperhatikan tampaknya pemerintah ingin madrasah itu didukung oleh
masyarakat dan dapat diperdayakan masyarakat sendiri, karena madrasah karakternya sejak
dulu begitu.

Dalam suatu lembaga pendidikan, biasanya pendidikan merupakan salah satu
komponen penunjang yang penting, yang sifatnya melengkapi, akan tetapi tidak dapat
ditinggalkan. Dalam kondisi yang sangat terpaksa, pendidikan akan masih berlangsung
tanpa, pendidikan akan masih berlangsung tanpa adanya biaya, akan tetapi setiap usaha
peningkatan kualitas pendidikan mempunyai akibat keuangan. Penganggung jawab
administrasi biaya pendidikan adalah kepala sekolah. Namun demikian guru diharapkan
ikut berperan dalam administrasi biaya pendidikan di sekolah. Keterlibatan guru dalam
administrasi biaya ini meskipun meambah beban mereka tetapi memberikan kesempatan
untuk mereka ikut mengrahkan pembiayaan bagi perbaikan belajar mengajar.
Keterlibatan guru dalam administrasi keuangan ini, tentunya dari tahap perencanaan
sampai pada pelaporan, bersama-sama dengan kepala sekolah melakukan administrasi
keuangan sekolah.
Adiminstrasi keuangan meliputi kegiatan perencanaan, pengggunaan, pencatatan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban dana yang dialokasikan untuk penyenggaraan
sekolah.
Tujuan administrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan,
sehingga pengurusannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja pendidikan. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha
untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan serta pengawasan
penggunaan anggaran teresebut.

Madrasah Ibtidaiyah ynag kedudukannya setara dengan sekolah dasar (SD) di
Departemen Pendidikan Nasional dianggap sebagai satu jenjang formal yang paling penting
dalam perkembangan setiap individu, jenjang pendidikan ini mengajrakan tentang dasar-
dasar ilmu pengetahuan, seperti membaca, menulis dan berhitung serta menanamkan dasar-
dasar nilai moral kepada setiap anak didik. Merupakan kewajiban para orang tua untuk
mendorong anak-anak agar dapat menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
untuk meraih gelar terhormat dan prestasi-prestasi lainnya.

Dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar pendidikan nasional
pendidikan, Bab IX standar pendidikan nasional pendidikan pasal 62:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya inventasi, biaya operasi dan biaya
personel.
2. Biaya ivetasi satuan pendidikan sebagimana dimaskud pada ayat (1) meliputi biaya
penyedian saran yang prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap.
3. Biaya personel sebagimana pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus
dikelurkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operaasi satuan penddikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidikan dan tenag kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji.
b. Biaya opersai pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi dan lain sebagainya.
5. Standar biaya operasi satuan biaya pendidikan ditetapkan dengan peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP.
Adapun sumber pembiayaan pendidikan yang selama ini biasanya dari pemerintah,
SPP atau KOMITE, sekarang bergulirnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maka
madrasah tidak boleh memungut biaya apapun dari siswa sehingga untuk biaya operasional
sekolah, termasuk untk gaji guru honorer semuanya dianggarkan melalui dana BOS.
Sedangkan untuk Madrasah Ibtidaiyah Negeri gaji pegawai/belanja pegawai diambil dari
dana rutin.

2. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu
produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun
yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini yang bermutu
terlibat berbagai input, seperti: bahan ajar (kognitif, efektif, atau psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan admistrasi dan sarana
prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang konduktif. Manajemen
sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau
mensinergikan semua komponen dalam interaksi (pross) belajar mengajar baik antara guru,
siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis
dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks hasil
pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu
tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun).
Prestasi yang dicapai hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test
kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta atau Ebtanas). Dapat pula prestasi di
bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan
tertentu misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat
berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban,
saling menghormati, kebesihan, dsb.

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetatp
agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil (output) harus
dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk
setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Bebagai input dan proses harus selalu mengacu pada
mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam
school based quality improvement bukan hanya pada p;rposes, tetapi tanggung jawab
akhirnya adalah hasil yang dicapai. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh
sekolah terutama yang menyakut aspek kemampuan akademik atau kognitif dapat
dilakukan benchmarking (menggunkan titik acuan standar, misalnya : NEM oleh PKG atau
MGMP). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada
patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-kurikuler) dilakukan oleh
individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu
dan proses pendidikan tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan
penjabaran dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario bagaimana mencapainya.

2. Kerangka Kerja Dalam Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini diharapkan sekolah dapat
bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain sebagai berikut :

Sumber daya: sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya
sesuai dengan kebutuahn setempat. Selain pembiayaan operasional/administrasi,
pengelolaan keuangan harus ditunjukan untu (i) memperkuat sekolah dalam menentukan
dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses
peningkatan mutu, (ii) pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses
pengadaanya, dan (iii) pengurangan kbutuhan birokrasi pusat.

Pertanggung-jawaban (accountability): sekolah dituntut untuk memiliki akuntablitas baik
kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal inin merupakan perpaduan antara komitment
terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat. Pertanggung-
jawaban (accountability) ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat
dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka mningkatkan
kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan infromasi mengenai apa yang
sudah dikerjakan. Untuk setiap sekolah hyarus memberikan laporan pertanggung-jawaban
dan mengkomunikasikannya kepada orang tua/masyarakat dan pemerintah, dan
melaksanakan kaji ulang secara komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas
sekolah dalam proses peningkatan mutu.

Kurikulum: berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional, sekolah
bertanggung jawab untuk men gmbangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan
proses penyampaiannya. Melalui pnjelasan bahwa materi tersebut ada manfaat dan
relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan melibatkan semnua indera dan lapisan otak serta menciptakan
tantangan agar siswa tumbuh dan berkenbang secara intelektual dengan menguasai ilmu
pengetahuan, tearmpil, memiliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan memiliki
kematangan emosional. Ada tiga hal yang harus diperhatiakan dalam kegiatan ini yaitu:

Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa
Bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk menyajikan
kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara e4fektif dan efisien
dengan memperhatikan sumber daya yang ada.
Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan sebagai
fenomena alamiah di sekolah.

Untuk melihat progres pencapian kurikulum, siswa harus dinilai melalui proses tes yang
dibuat sesuai dengan standar nasional dan mencakup berbagai aspek kognitif, affektif dan
psikomotor maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan masukan ulang
secara obyektif kepada orang tua mengenai anak mereka (siswa) dan kepada sekolah yang
bersangkuatan maupun sekolah lainya mengenai performan sekolah sehubungan dengan
proses peningkatan mutu pendidikan.

Personil sekolah: sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam
arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainny). Sementara itu pembinaan profesional
dalam rangka pembangunan kapasitas/kepampuan kepala sekolah dan pembinaan
keterampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum termasuk staf kependidikan
lainnya dilakukan secara terus menurus atas inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi diluar
sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan instrumen pendukung. Dalam konteks ini
pengembangan prefesional harus menujang peningkatan mutu dan penghargaan terhadap
perlu dikempangkan. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memberikan
kewenangan kepada sekoalh untuk mengkontrol sumber daya manusia, fleksibilitas dalam
merespon kebutuhan masyarakat, misalnya pengangkatan tenaga honorer untuk
keterampilan yang khas, atau muatan lokasl. Demikian pula mengirim guru untuk berlatih
di instituasi yang dianggap tepat.

Konsekwensi logis dari itu, sekolah hasrus diperkenankan untuk:
Mengembangkan perencanaan pendidikan dan prioritasnya didalam kerangka acuan
yang dibuat oleh pemerintah.
Memonitor dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai dan menentukan
apakah tujuannya telah sesuai kebutuhan untuk peningkatan mutu.
Menyajikan laporan terhadap hasil dan performannya kepada masyarakat dan
pemerintah sebagai konsumen dari layanan pendidikan (pertanggung jawaban
kepada stake-holders).

Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman kepada kita bahwa tanggung
jawab peningkatan kualitas pendidikan secara mikro telah bergeser dari birokrasi pusat ke
unit pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah. Dengan kata lain, didalam masyarakat yang
kompolek seperti sekarang dimana berbagai perubahan tata nilai yang bervarisai dan
harapan yang lebih besar terhadap pendidikan terjadi begitu cepat, maka diyakini akan
disadari bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara tepat dan cepat dapat merespon
perubahan keinginan masyarakat tersebut.

Kondisi ini telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa sekolah yang sekolah yang
dikelola secara efektiflah (dengan manajemen yang berbasis sekolah) yang akan mampu
merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat dalam hal mutu pendidikan.

Institusi pusat memilki peran yang penting, tetapi harus mulai dibatasi dalam hal yang
berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem pendidikan secara keseluruhan,
harapan dan standar bagi siswa untuk belajar dan menyediakan dukungan komponen
pendidikan yang relatif baku atau standar minimal. Konsep ini menempatkan pemerintah
dan otorits pendidikan lainnya memiliki tanggung jawab untuk menetukan kunci dasar
tujuan dan kebijakan pendidikan dan memperdayakan secara bersama-sama sekolah dan
masyarakat untuk bekerja di dalam kerangka acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang
telah dirumuskan secara nasional dalam rangka menyajikan sebuah proses pengelolaan
pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk setiap komunitas masyarakat.

Jelaslah bahwa konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini membawa isu
desentralisasi dalam manajemen (pengelolaan) pendidikan dimana birokrasi pusat bukan
lagi sebagai penentuan kebijakan makro, prioritas pembangunan, dan standar secara
keseluruh melalui sistem monitoring dan pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih
memfokuskan diri kepada tanggung jawab individu sekolah dan masyarakat pendukungnya
untuk merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevalusi hasilnya, dan
secara terus menerus menyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam pengimplementasian
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu
siswa (lulusan).
Sementara itu pendanaan walaupun dianggap penting dalam perspektif proses perencanaan
dimana tujuan ditenbtukan, kebutuhan diindentifikasikan, kebijakan diformulasikan dan
prioritas ditentukan, serta sumber daya dialokasikan, tetapi fokus perubahan kepada bentuk
pengelolaan yang mengekspresikan diri secara benar kepada tujuan akhir yaitu mutu
pendidikan dimana berbagai kebutuhan siswa untuk belajar terpenuhi. Untuk itu dengan
memperhatikan kondisi geografik dan sosiekonomik masyarakat, maka sumber daya
dialokasikan dan didistribusikan kepada sekolah dan pemanfaatnnya dipercaya kepada
sekolah sesuai dengan perencanaan dan prioritas yang telah ditentukan oleh sekolah
tersebut dan dengan dukungan masyarakat. Pedoman pelaksanaan peningkatan mutu
kalaupun ada hanya bersifat umum yang memberikan rambu-rambu mengenai apa-apa yang
boleh/tidak boleh dilakukan.

Secara singkat dapat ditengaskan bahwa akhir dari itu semua bermuara kepada mutu
pendidikan. Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk menjadi pusat mutu
(center for excellence) dan ini mendorong masing-masing sekolah agar dapat menentukan
visi dan misi nya untuk mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.

3. Strategi Peningkatan Mutu di Tingkat Sekolah

Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang
berbasis sekolahini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru
dan staf lainnya termasuk instirusi yang memilki kepedulian terhadap pendidikan sekolah
melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :
Penyusun basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara
sistimatis menyakut berbagai aspek akademis, administrarif (siswa, guru, staf), dan
keuangan.
Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
mengenai sumber daya sekolah, kinerja dalam mengembangkan dana mencapai target
kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual
dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
Bedasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan
merumuskan visi, misi, dan misi, dan tujuan dalam rangka menyajiakan pendidikan
yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan
nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubung dengan
identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa
belajar, penyediaan sumber daya dan pengloaan kurikulum indikator pencapaian
peningkatan mutu tersebut.
Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama
dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau
jangka pendek (tahunan termasuk anggarannya). Program tersebut memuat sejumlah
program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah
ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu
dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup
indikator atau target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses
peningkatan mutu apa yang akan dicapai dalam tahum tersebut sebagai proses
peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase
ternte, peroleh prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah
yang disusun bersama-sama antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik
dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan sekolah lainya sesuai dengan
pelayanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita
dalam mengimplemntasian konsep manajemen ini adalah mutu siswa, maka program
yang disusun harus mendukung pengembangan kurikulum dengan memperhatikan
kurikulum nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk menyampaikannya di dalam
proses pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.

Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah
total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksanakan program. Oleh karena
itu, sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu
lebih penting dari program lainnya dan memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi
ini mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program
tersebut. Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan peralatan bukan kepada output
pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen tersebut
sekolah harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program-program
pembelajaran bagi siswa. Sementara pertimbangan keuangan melainkan hasrus merefleksi
kebijakan dan prioritas tersebut. Anggaran harus jelas terakit dengan program yang
mendukung pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan pada
perencanaan sebelum sejumlah program dan pendanaan disetujui atau ditetapkan.

Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program
sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan
pengembangan jangka panjang melalu identifikasi kunci kebijakan dan prioritas.
Perencanaan jangka ini dapat dinyatakan sebagai strategi perencanaan yang harus
memenuhi tujuan esensial, yaitu (i) mampu mengendentifikasi perubahan pokok di
sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu
tahun, dan (ii) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut
harus menyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali
merasakan tertekan karena perubahan tersebut dirasakan harus melaksanakan total
dan segera) bahwa walapun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai
dengan kebuthan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang
representatif untuk melaksanakannya, semetara urutan dan logika pengembangan
telah juga disesuaikan. Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program
dapat dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja
dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan perencanaan dan
waktunya.

Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai,
dan sejauh mana pencapainnya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka
kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui
proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring
dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifiitas dan efisiensi dari rogram sekolah
dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali
evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain
hasil evaluasi juga diperluakan informasi lain yang akan dipergunakan untuk
pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di
masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menurtus dilakukan sehingga
merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelajutan.

F. Manajemen Pembiayaan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi guru, penyedian buku dan alat pelajaran, serta perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan lainnya. Namun berbagai indikator mutu pendidikan belum
menujukan peningkatan yang merata, bahkan sebagian lainnya masih memperhatinkan.
Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production
funstion atau input-output analsis, kurang memperhatikan proses pendidikan. Kedua,
penyelenggara pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah
kehilangan kemandirian, motivasi dan inisitaf untuk mengajukan lembaganya. Ketiga,
peranserta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelanggaraan pendidikan
selama ini sangat minimum, termasuk dana dalam proses pendidikan.

Ada delapan hal yang harus dikritisi:
4. Hingga saat ini dunia pendidikan di Indonesia ternyata belum memuculkan
sikap kritis. Dalam praktiknya, evaluasi akhir dari keberhasilan seorang anak
didik baru pada tingkat kognitif. Sama sekali belum menyantumkan ranah
afektif dan psikomotorik. Padahal dua ranah itu sama pentingnya sebagai
indikator keberhasilan pendidikan.
5. Problem akut mutu guru, kualitas tenaga pendidik harus selalu ditingkatkan.
Menjadi seorang guru tidaklah cukup dengan intelektual belaka, namun harus
mempunyai kemampuan untuk memproses pembelajaran dalam kelas.
6. Sisi manajemen pendidikan. Ada beberapa hal pnting yang harus dibenahi
bersama. Misalnya faktor moralitas pngelola institusi pendidikan. Perbaikan itu
saja dimulai dari tingkat teratas sampai level terbawah.
7. Pemerintah pusat harus memberikan lebih banyak sumber daya untuk bidang
pendidikan kepada pmerintah daerah melalui dana alokasi khusus ketimbang
melalui proyek-proyek. Tentu saja disertai pengawasan dan mekanisme
akuntabilitas yang tepat.
8. Proses pengembangan pendidikan di Indonesia belum didukung budaya
penelitian yang kuat. Padahal penelitian akan menentukan proses pengambilan
sebuah kebijakan dan berujung pada pelaksanaan. Di Indonesia setiap tahun
mencetak beribu-ribu luluan sarjana, namun banyak diantara mereka yang tidak
terpakai dalam dunia kerja.? Sebab tidak itopang oleh data yang benar.
9. Dunia pendidikan tidak boleh dipisahkan dari ekonomi, politik, kebudayaan dan
pertahanan.
10. Pendidikan kita belum sepenuhnya berorientasi global
11. Banyak mereka yang terdidik, tapi tidak beradab.

Jika berbicara mutu pendidikan pada akhirnya dilihat dari kualitas lulusan dan tujuan
pendidikan dijadikan kriteria, tentunya lulusan pendidikan akan dapat menghasilkan pibadi
siswa yang bertkwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang sosial dan
bertanggungjawab, warganegara yang tercinta kepada tanah air dan memiliki rasa
kesetiakawanan sosial. Tampaknya sesuai dengan definisi belajar itu sendiri, Whittaker
menyatakan Learning may be difined as the process by which behavior orginates or altered
training or experince. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. Rober mendefinisikan belajar (1) Learning is the process
of acquiring knowledge. Belajar adalah sebagai proses mempetoleh ilmu pengetahuan; (2)
Learning is a relatively permanent change in respons potentiality which accurs as a result
of reonfeced practice. Belajar sebagai suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative
langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Sedangkan Winkle mendefinisikan belajar
sebagai berikut: belajar adalah suatu proses yang mengarah pada suatu penguasaan
pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan
dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.
Di era globalisasi, bangsa Indonesia akan menghadapi tantangan yang sangat besar hal
ini menyakut sumber daya manusia. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus
mempersiapkan sumber daya yang berkualitas yang tentunya melalui pembangunan
pndidikan yang bermutu. Sumber daya manusia yang bermutu dapat dihasilkan melalui
lembaga pendidikan yang bermutu ialah lembaga pendidikan dimana terdapat suasana
proses belajar mengajar yang konduksif, kurikulum yang relevan, sumber dan fasilitas yang
memadai, pengelolaan yang baik serta didukung oleh tenaga pendidikan yang profesional
(bermutu). Guru dikatakan bermutu apabila ia memiliki sejumlah kompetensi yang
diperlukan guru melaksanakan tugas dengan baik. Kompetensi yang dimaksud adalah
berupa kompetensi : pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Untuk itulah masalah
proses belajar mengajar perlu mendapat perhatian yang serius dan harus didukung oleh
berbagai komponen. Tuntunan terhadap kualitas pendidikan memang merupakan taruhan
besar bagi kita untuk bisa bersaing, tidak hanya dilingkup domistik, tetapi ditingkat global.
Bisa dibayangkan sangay sulitnya para lulusan sebuah lembaga pendidikan akan bersaing
jika mereka tidak berkualitas. Semua orang menyadari, pendidikan sangat penting, bukan
semata-mata mencerdaskan diri, bangsa danmasyarakat serta meningkatkan martabat dan
kesejahteraan. Tapi lebih dari itu, pendidikan merupakan salah satu cara yang paling elegan
untuk memotong mata rantai kemiskinan. Ada beberapa faktor yang bisa dilakukan untuk
memotong mata rantai kemiskinan. Ada beberapa faktor yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Selain masalah biaya yang juga merupakan faktor
penting; pertama berkaitan dengan pendekatan dan cara penyampaian yang memang harus
dilakukan dalam proses belajar mengajr.

Faktor guru atau dosen menjadi paling dominan sebab masing-masing guru atau
dosen memiliki pengalaman dan cara penyampaian yang berbeda. Dan guru itu sendiri
adalah pekerjaan professional bukan sekedar buruh, maka konsekwensinya harus ada
upaya menaikan gaji dan kesejahteran.

Untuk meningkatkan mutu profesi secra sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya
secara formal, maupun informal. Secara formal artinya guru mengikuti berbagai
pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu
dan kemampuannnya. Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya melalui mass media seperti televisi, radio, majalah ilmiah, koran dan
sebagainya. Atau membaca buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan
bidang tugas.
Kedua,terkait dengan kurikulum. Dalam sistem pendidikan, kutikulum merupakan
pencerminan kehendak tentang gambaran lulusan yang akan diciptakan sekaligus sebagai
gambaran tentang proses serta sumber daya (resources) yang dimiliki. Karena itu kurikulum
sebagai academic plan setidaknya memuat purose, content, sequence, leaner, isnstructional
resources, evaluation, dan adjustment. Kurikulum didasarkan pada purpose (tujuan)
pendidikan yang dicita-citakan. Secara falsafi tujuan tersebut diharapkan selalu memiliki
tiga aspek penting, yakni knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), dan attude
(perilaku). Persoalannya meski kurikulum yang telah dibuat mendekati sempurna dan baik,
kembali saja kepada guru atau dosen yang akan menyampaikannya. Dan hal tersebut sangat
berkaitan dengan hal yang ketiga, yang dijadikkan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas. Yakni fasilitas yang di dalamnya menyakut antara lain, operasional
laboratorium serta kebutuhan pembiayaan lainnnya. Menyimak ketiga persoalan tersebut
tersebut, rasa-rasanya, maslahnya memang tetap berakhir pada pembiayaan yang harus
dikelurakan dan ditanggung lembaga pendidikan yang ujung-ujungnya dibebankan kepada
masyarakat. Meski demikian, kiranya tidaklah pantas jika sejak awal para pengelola
pendidikan memastikan jalan satu-satunya untuk meningkatkan kualitas pendidik adalah
mematok biaya yang mahal. Para pengelola pendidikan harus bisa menujukan dulu langka
efisiensi yang dilakukan serta akuntabilitas dalam pengelolan dana berapapun dana yang
diperlukan hal ini tidak akan setimpal dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Karena itu pengelola pendidikan dituntut melakukan efisiensi dan
akuntabilitas. Di situ bisa dikatakan bahwa dana bukanlah satu-satunya yang harus
dijadikan prasarat un tuk meningkatkan kualitas pendidikan tapi dana merupakan
kesempurnaan syarat, atau dalam agama dibahas sebagai syarat, atau dalam agama dibahas
sebagai syarat rukun yang memang harus terpenuhi dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan.

Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan
kualitas pengelolaannya, kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantung.
Walupun komponen-komponennya cukup baik seperti tersedianya prasarana dan
sarana serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang dengan pengelolaan yang handal
maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal.

Sebagaimana pula diketahui pembelajaran bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan
dalam mencapai prestasi belajar. Ada hal lain yang juga pengaruh dan menentuakn tinggi
rendahnya prestasi belajar peserta didik, yaitu:
1. Keadaan fisik dan psikis siswa, yang ditunjukan oleh IQ (kecerdasan intelektual),
EQ (kecerdasan emosi), kesehatan, motivasi, ketekunan, ketelitian, keuletan, dan
minat.
2. Guru yang mengajar dan membimbing siswa, seperti latar belakang, penguasa
ilmu, kemampuan mengajar, perlakuan guru terhadap siswa.
3. Sarana pendidikan, yaitu ruang tenmpat belajar, alat-alat belajar, media yang
digunakan guru, dan buku-buku sumber belajar.

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teamn
sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

Begitu pula pentingnya keterlibatan orang tuan dalam keberhasilan siswa di sekolah.

Siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila di telah menguasai sebagai
besar materi yang berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pengetahuan dan kemajuan yang telah dicapai pada umumnya berpengaruh terhadap
pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, artinyamenyebabkan prestasi yang selanjutnya lebih
baik.

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleknya, maka profesi guru
memerlukan persyaratan khusus bagi seorang guru, yaitu:
1. Menurut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya.
3. Menurut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kesepakatan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakan.
5. Memungkinkan pengembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

Oleh karena itu semua kegiatan yang menyakut dalam proses pembelajaran agar dapat
dievaluasi.

Evaluasi merupakan bagian dari proses pendidikan secaramenyeluruh, evaluasi
pendidikan bukan hanya sekedar kumpulan tehnik-tehnik yang diperlukan oleh guru
dalam mengukur belajar siswa, melainkan suatu proses kontinu yang mendasari
seluruh proses pendidikan dan pengejaran yang baik.

Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang
bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya proses
belajar yang bermutu. Jika terjadi proses belajar yang optimal mengahasilkan skor hasil
ujian yang baik maka mampir dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah
semu. Guru dalam mengajar haruslah mempersiapkan materi secara baik, dan perlunya
gairah atau semangit. Oleh karena itu menciptakan kegairahan kerja guru dan
karyawan, dibutuhkan kepemimpinan seseorang yang mempunyai jiwa besar,
kepemimpinan seorang kepala sekolah yang berperan sebagi pemimpin.

Kepala sekolah dalam peranannya sebagai pemimpin, yaitu:
1. Lebih banyak mengarahkan dari pada menyuruh dan memaksa
2. Bekerja sama dalam menjalankan tugas dan bukan berdasarkan pada SK, atau
sebagai pebguasa;
3. Menanamkan kepercayaan kepada guru dan senua karyawan, bukan menakut-
nakuti;
4. Menujukan bagaimana cara melakukan sesuatu dan bukan menujukkan bahwa ia
tahu sesuatu;
5. Menciptakan suasana harminis, bukan suasana yang menejemukan;
6. Bersifat memperbaiki kesalahan dan bukan menyalah kesalahan orang lain;
7. Bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan bukan ogah-ogahan;
8. Mampu mengarahkan orang lain tanpa merasa diperintah, serta
9. Berupaya untuk mencapai tujuan sekolah,

Jabatan kepala sekolah memainkan peranan yang sangat penting, tidak hanya secara
internal bagi organisasinya, akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak luar
organisasi. Di mana peranan tersebut terbagi menjadi tiga bentuk yang bersifat
ineterpersonal, informasional,dan dalam kencah pengambilan keputusan.

Kepala sekolah dianggap orang sudah dapat mempimpin dan mengarahkan bawahnnya.
Maka ia mempunyai pengetahuan lainnya.
Allah SWT berfirman

-EE}4O -4:4N ;}g)` .4^g14:gN
+OE4uO>-47 LOE;O4O ;}g)` 4^gLgN
+OE4u^U44 }g` ^^-. VUgN
^g)
65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[886].

[886] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu
dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan
diterangkan dengan ayat-ayat berikut.

Peranan kepala sekolah yang bersifat interpersonal, peranan dengan sifat ini
merupakan bentuk keterampilan dalam berinteraksi dengan stake holders di dalam dan di
luar organisasi; yang terwujud dalam tiga bentuk, yaitu selaku simbul keberadaan
organisasi, bertanggung jawab untuk memberikan motivasi dan arahan pada bawahan, serta
sebagai penghubung,yang harus memiliki kemampuan menciptakan jaringan yang luas
dengan berbagai pihak yang memiliki informasi yang dibutuhkan organisasi. Peranan yang
bersifat informasional, peranan ini terbagi tiga bentuk: yaitu sebagai pemantau arus
informasi yang terjadi dalam luar organisasi dan informasi yang tidak ditujukan kepadanya
tetapi kepada orang lain dalam organisasi; kemudian sebagai deseminator informasi,
tuntutan peran ini adalah pemahaman yang mendalam tentang makna informasi yang
diterimanya, dan pengetahuan tentang berbagai fungsi yang di selenggarakan. Serta sebagi
juru bicara organisasi, peran ini memerlukan kemampuan menyalurkan informasi secara
tepat kepada berbagai pihak di luar organisasi, terutama jika menyakut informasi tentang
rencana, kebijaksanaan, tidakkan dan hasil yang telah dicapai dalam organisasi. Peran
pengambilan keputusan, peran ini mengambil empat bentuk, yaitu: pertama, selaku
entrepreneur, pimpinan diharapkan mampumengkaji terus menerus situasi yang dihadapiu
oleh organisasi, untuk mencari dan menemukan peluang yang dapat memanfaatkan. Kedua,
peredam gangguan, peranan ini merupakan kesedian memikul tanggung jawab untuk
pengambilan tindakkan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius, Ketiga,
pembagi sumber dana dan daya , hal ini berkaitan dengan manajemen dengan wewenag
atau kekuasaan, Keempat, perundingan.

BAB III
METODE PENELITIAN

G. Metode Penelitian
A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penilitian kualitatif deskriptif yaitu mendeskripsikan tentang
pembiayaan pendidikan yang di MTS Nurul Ulum di Kotagajah, yang terfokus dalam
sistem prencanaan anggaran, sistem implementasi anggaran, metode monev dan pelaporan,
faktor pendukung dan penghambat dalam menjamin pembiayaan terutama dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTS Nurul Ulum di Kotagajah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yang bertitik tolak
dari paradigma fenomenologis, yaitu berusaha untuk memahami arti atau peristiwa dalam
kaitannya dengan orang-orang dalam situasi tertentu. Pandangan fenomenologis berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitan- kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-
situasi tertentu.
Sedangkan pendekatan phenomenologis bukan hendak berpikir spekulatif, melainkan
hendak mendudukan pada kemampuan manusia untuk berfikir reflektif,dan lebih jauh
untuk menggunakan logika reflektif di samping logika induktif dan deduktif, serta logika
materiil, dan logika probabilistic. Sementara penelitian deskriptif itu untuk
mendeskripsikan apa yang sedang diteliti. Secara umum karakteritik penelitian
penomenologis dengan model paradikmanaturalistic telah diterapkan untuk memudahkan
peneliti dalam penjelasan hasil penilitian. Penjelasan dengan menggunakan metode
deskriptif yang merupakan salah stu dari karakteristik penelitian kualitif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Didalamnya
terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-
kondisi yang saat ini terjadi atau ada. Salah satu ciri atau karakteristik penelitian kualitif
adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Metode
penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena yang
diselidiki.
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan: pertama, menyesuaikan
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode
ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti-responden; dan ketiga,
metode ini lebih peka da lebioh dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Salah satu ciri penelitian
kualitataf ini dapat dilakukan dengabn menggunakan metode desdkriptif. Penelitian
deskriptif, peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada
obyek tertentu secara jelas dan sistematis. Ciri lain penelitian kualitatif ini menggunakan
analisis data cara induktif, analisis induktif digunakan karena beberapa alasan. Pertama,
proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagai yang terdapat
dalam data; kedua analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peniliti-responden
menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akontabel; ketiga analisis demikian lebih banyak
mengutarakan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat
tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya; analisis induktif lebih dapat menemukan
pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan; dan yang terakhir, analisis
demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur
analitik.
Dengan demikian, pada penelitian ini laporan penelitian berisi pernyataan-pernyataan
atau ungkapan-ungkapan dari berbagai pihak sekolah tentang manajemen pembiayaan di
MTS Nurul Ulum di Kotagajah, mendeskripsikan,
1. Sistem perencanaan anggaran, meliputi: apa yang menjadikan visi, rencana apa saja
yang akan dilakukan, siapa yang akan merencanakan anggaran, siapa yang
seharusnya ikut merencanakan, kapan rencana itu dibuat, dan mengapa rencana
anggaran itu dibuat.
2. Sistem pengalokasian anggaran, meliputi: apa saja yang akan dialokasikan dalam
anggaran, siapa yang mengalokasikan anggaran, bilamana alokasi anggaran itu
dilakukan.
3. Sisterm implementasi anggaran, meliputi: rencana apa saja yang dapat
diimplementasikan, siapa yang mengimplementasikan anggaran, bagaimana sistem
trnsparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban.
4. Metode monitoring, evaluasi dan metode pelaporan, meliputi: apa saja yang
dilakukan monitoring dan evaluasi, apa saja yang dilakukan monitoring dan
evaluasi, siapa yang membuat laporan pertanggungjawaban.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pernelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan, meliputi:
a. Menyusun instrument yang akan digunakan pada sasaran penelitian.
b. Melaksanakan observasi terhadap kegiatan manajemen pembiayaan, melakukan
wawancara dengan kepala sekolah, bendahara, guru-guru, serta studi
dokumentasi terhadap dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk
memperoleh data sesuai dengan kebutuhan penelitian ini, baik data kepala
sekolah, bendahara, guru, siswa, keuangan sekolah di MTS Nurul Ulum di
Kotagajah
2. Tahap pengumpulan data dan analisis data, meliputi:
a. Mengumpulan data berdasarkan kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan
dengan wawancara, obsevasi, studi dokumentasi.
b. Menganalisis data yang diperoleh dari pelaksanaan sistem perencanaan
anggaran, sistem pengalokasikan anggaran, sistem implemntasi anggaran,
metode monev dan pelapor, faktor pendukung dan penghamabt dalam
menjamin pembiayaan
3. Tahap penyusunan hasil penelitian
Pada tahap ini merupakan tahap terakhir, yaitu menyusun laporan penelitian
berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis
B. Sumber Data
Subyek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data berada untuk variabel
penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Adalah subyek penlitian tidak selalu berupa
orang, tetapi dapat berupa benda benda, kegiatan, dan tempat. Yang menjadi subyek
penelitian ini adalah Kepala MTS Nurul Ulum di Kotagajah, perwakilan Dewan.
Guru bidang studi umum dan perwakilan Dewan Guru bidang studi agama di MTS
Nurul Ulum di Kotagajah, tata usaha, bendahara rutin/BOS di MTS Nurul Ulum di
Kotagajah. Pemilihan perwakilan ini didasrkan pada sampel purposive. Penggunaan teknik
sampel ini (sampel purposive) mempunyai sauatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja,
cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi lengkap dan dilakukann
wawancara secara mendalam. Kepada Kepala Sekolah MTS Nurul Ulum di
Kotagajah, para bendahara rutin dan bendahara BOS, dewan guru. Dalam
wawancara ini mengumpulan informasi tentangsistem perencanaan anggran, sistem
pengalokasian anggaran, tahap implementasi di lapangan, monitoring dan evaluasi,
pelaporan, serta mutu pendidikan.
b. Obsevasi dengan menggunakan alat observasi schedle dan cek list. Yaitu dengan
menggunakan waktu atau turun kronologis waktu obsevasi dan alat cek sebagai
pemandu untuk melakukan obsevasi di MTS Nurul Ulum di Kotagajah ini,
obsevasi dilakukan dengan melihat dari dekat mengenai data-data keuangan
sekolah, kegiatan guru dalam KKG, mengecek persiapan guru dalam mengajar,
termasuk melihat proses belajar mengajar di kelas.
c. Studi dokumentasi, yaitu menggunakan alat dokumenter. Pada saat wawancara
dengan kepala sekolah, para guru dan bendahara semuanya didokumntasikan, serta
melihat dokumen-dokumen penting tentang daftar RAPBS yang disusun, siapa
yang terlibat, apa saja yang diusulkan, serta hasil-hasil UN/UAS baik di MTS
Nurul Ulum di Kotagajah

D. Metode Analisis Data
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu
pola, ketegori, dan suatu uraian dasar. Sedangkan defisini analisis data sebagai proses yang
merinci usaha secra formal unuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan oleh data dan sebagian usaha untuk memberikan batuan pada tema dan
hipotesis itu.
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Pekerja pengumpulan data dalam penelitian kualitatif harus langsung diikuti dengan
pekerjaan menulis, mengdit, mengklasifikasi, mereduksi, menyajikan dan menarik
kesimpulan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagi sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagianya. Setelah dibaca,
dipelajari, ditelah, maka langka berikutnya ialah mengdakan reduksi data yang dilakukan
membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga berada didalamnya. Langkah selanjutnya
adalah menyusunnya dan satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorikan pada
langka berikutnya. Katagori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir
dari analisis data ini ialah mengdakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap
ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori
substansife dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Oleh dalam menganalisa data
terhadap penelitian ini berlandaskan teori-teori di atas, dan melakukan analisa Induktif,
yaitu melakukan analisa penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yang khusus untuk
diperlakukan secara umum, kemudian menghubungkan kerkaitan antara satu dengan yang
lain, mengeliminasi yang tidak berkaitan, baru simpulan.
Untuk memperoleh data yang valid dan akuntabilitas dalam pelaksanaan penelitian
lapangan yang diteliti, penelitian mencari data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian
ini, tanpa mengada-ngada atau merekayasa data yang ada di lapangan, tetapi benar-benar
mengambil data yang riel di lapangan. Oleh karena itu untuk mempertanggungjawabkan
keilmiahan isi dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan jalan mengadakan
pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data dilakukan
dengan trianggulasi.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu keperluan pengecekan atau sebagai pembandingkan terhadap data
itu. Teknik tringulasi yang paling banyak digunkan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya.
Dalam penelitian ini teknik tringulasi yang digunakan ialah triangulasi dengan sumber,
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitif. Hal ini dicapai
dengan jalan : (1) membandingkan dengan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secra pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
(4) membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang berada, orang pemerintah; (5) membandingkan hasil wawancara dengan
isi suatu dokumen yang berkaitan. Oleh penelitian ini dilakukan dengan menyajikan data
yang valid, akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan ), dilakukan dengan teknik
pengecekan keabsahan data, salah satunya melalui teknik trianggulasi (cek dan recek
terhadap informasi yang disampaikan ), sehingga data yang diperileh benar-benar valid,
akuntabel.

Anda mungkin juga menyukai