BERDASARKAN PENANGGALAN LITURGI No. 28 Th. 2011 Periode Pekan Biasa XV 11 Juli 16 Juli 2011
FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Masm. 119: 105)
Renungan:
Teks ini dahulu pernah diartikan secara tidak tepat, sehingga umat Kristiani dahulu merasa dibenarkan oleh Allah untuk melakukan Perang Salib dalam rangka membebaskan Tanah Suci. Perikop ini sebenarnya membicarakan misi Yesus untuk datang ke dunia membebaskan kita dari cengkeraman setan. Jadi sebenarnya pedang (simbol peperangan) adalah perang antara Yesus melawan setan yang selama ini telah menyandera umat manusia. Yesus memang berhak merebut umat manusia kembali dari tangan setan, karena kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat (1 Yoh. 5: 19). 2
Bacaan Injil dan Renungan Harian 11 Juli s.d. 16 Juli 2011 Tuntutan Yesus adalah bahwa kalau kita memang ingin memperoleh keselamatan, kita harus berani radikal dan tidak ada kompromi dalam meninggalkan dunia, meski pilihan itu tidak akan serta merta membuat kita hidup lebih enak di dunia ini. Kita tetap harus memikul salib kita masing-masing dan mengikutNya. Apakah kita sudah semakin mantap untuk mengikuti Dia dengan tetap rela memikul salib kita masingmasing dalam peziarahan hidup kita kembali kepada Bapa?
Renungan:
Terhadap Sabda Allah kita tidak hanya cukup mendengar saja: masuk telinga kiri dan keluar lewat telinga kanan, karena yang penting agar kita menerima keselamatan yang ditawarkan Allah melalui PutraNya Yesus Kristus adalah bertobat. Bertobat pertama-tama adalah tindakan batin untuk kembali berpaling kepada Allah. Mempersilakan Sabda Allah masuk ke ruang pikiran kita saja tidaklah cukup. Kita perlu untuk membiarkan Sabda itu berbicara untuk batin kita dan kita bersedia untuk menang-gapinya. Yesus menangisi orang-orang Khorazim, Betsaida dan Kapernaum, karena mereka mendapat tawaran untuk memperoleh keselamatan, 3
Bacaan Injil dan Renungan Harian 11 Juli s.d. 16 Juli 2011 namun mereka itu bersikap acuh dan merasa bahwa diri mereka pasti akan mendapat keselamatan karena mereka adalah keturunan Abraham. Mereka tidak mau bertobat. Situasi macam yang dihadapi oleh orang-orang Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum bisa saja hinggap pada diri kita. Kita sudah merasa aman karena kita sudah memiliki tiket untuk masuk ke sorga lewat Sakramen Permandian yang kita terima. Sakramen Permandian memang penting, tetapi memelihara Permandian Kudus yang telah kita terima adalah sesuatu yang mutlak dilakukan. Kita dapat memelihara Permandian Kudus yang kita terima dengan cara mendengarkan Sabda Allah dan mencoba mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara pengamalan itu adalah dengan melakukan laku tobat.
Renungan:
Setelah kesal melihat orang-orang yang bertabiat seperti orang-orang Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum yang merasa bijak dan pandai, Yesus masih bisa bersyukur bisa menemukan sekelompok orang yang sebutnya sebagai orang kecil. Pemahaman kita tentang orang kecil akan menjadi mudah bila kita membaca Fil. 2: 5-11, Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, tetapi malahan menghampakan diri dan mengambil rupa seorang hamba, lahir seperti layaknya manusia dan mengambil rupa manusia, ia merendahkan diri secara sosial, menjadi 4
Bacaan Injil dan Renungan Harian 11 Juli s.d. 16 Juli 2011 taat sampai mati dan bahkan mati di kayu salib (kematian yang hanya pantas untuk seorang budak yang berasal dari status sosial paling rendah). Kalau kita sekarang kembali ke perikop yang kita baca hari ini, akan menjadi jelas bahwa seseorang dipilih Allah bukan karena ia suci, tetapi karena ia orang kecil. Seseorang menjadi semakin berkenan pada Bapa ketika ia mulai menghayati tugas perutusan dari Allah dengan sepenuh hati. Apakah kita termasuk orang yang membuat Yesus bersyukur kepada BapaNya?
Renungan:
Apa yang dimaksud Yesus dengan kuk dalam Injil? Orang Yahudi menggunakan gambaran kuk untuk mengungkapkan kepasrahan pada Allah. Mereka berbicara soal kuk hukum, kuk pemerintah, kuk kerajaan yang mengatur kehidupan sosial, dan juga kuk dari Allah. Yesus berkata bahwa kukNya enak. Kata enak sama artinya dengan pas, tidak membuat sakit. Kuk terbuat dari kayu dan digunakan pada penarik pedati (bisa kuda ataupun bagal) secara dua berdua berpasangan. Yesus mengundang kita apakah kita mau berpasangan dengan Dirinya, menggabungkan hidup kita dengan hidupNya, kehendak kita dengan kehendakNya, dan hati kita dengan hatiNya. Berpasangan dengan Yesus sama saja dengan bersatu denganNya dalam relasi cinta, kepasrahan, dan ketaatan. Yesus juga berbicara tentang beban yang harus ditanggung seseorang. Ada suatu cerita tentang seorang tua yang berpapasan dengan seorang anak laki-laki yang berjalan menggendong seorang anak laki-laki lain sebaya yang pincang. Si orang tua berkata: kasihan 5
Bacaan Injil dan Renungan Harian 11 Juli s.d. 16 Juli 2011 kamu nak! Beban yang harus engkau gendong kelihatan berat. Si anak laki-laki itu menjawab sang kakek: Beban ini tidak berat; ia adalah adikku!. Tidak ada beban yang dirasa berat ketika kita mengangkatnya dengan cinta atau bahkan kita membawa cinta kita bersama dengan beban yang kita tanggung. Ketika kita menjunjung beban kita bersama dengan Yesus, Ia juga akan ikut memanggul beban kita dan berjalan seiring sambil memberikan kekuatan kepada kita untuk memanggul beban kita. Apakah Anda pernah merasakan kegembiraan saat beristirahat sejenak bersama Yesus atau saat berjalan seiring bersamaNya? Hanya Yesus sajalah yang dapat mengangkat beban dosa dan keputusasaan kita. Yesus menggunakan gambaran kuk untuk menjelaskan bagaimana kita dapat mengubah beban dosa dan keputusasaan dengan kemuliaan dan kemenangan bersamaNya. Apakah Anda percaya pada cinta Allah sehingga kita mau tunduk pada kehendak dan rencanaNya bagi hidup kita?
Bacaan Injil dan Renungan Harian 11 Juli s.d. 16 Juli 2011 Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Renungan:
Di kalangan sejumlah orang katolik, hari Minggu (Dies Dominica Dominus (latin) = Tuhan) yang sebenarnya hari yang dikhususkan agar kita bisa mensyukuri rahmat Paskah (sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus) dimaknai sedikit keluar dari awal pemahaman makna Hari Tuhan. Banyak dari kita lebih melihat hari Minggu adalah hari libur. Banyak dari antara kita memulai Dies Dominica (baca: Minggu) dengan tidur larut malam pada malam menjelang hari minggu, sehingga pagi harinya menjadi sulit untuk bangun pagi dan pergi ke gereja untuk merayakan Perayaan Ekaristi. Bangun agak siang dan sudah berencana untuk berekreasi meski itu hanya ke mall siang hari menghadiri undangan resepsi pernikahandan baru sore hari ada waktu untuk menghadiri Perayaan Ekaristi. Rencana macam ini sebenarnya sah-sah saja, namun apabila sore hari hujan dan badan capekini baru menjadi tantangan. Akankah masih ke gereja? Pertanyaan lebih tajam lagi: apakah kita meliburkan hari raya atau merayakan hari libur? Apakah kita libur(artinya, menghentikan kegiatan rutin harian) AGAR bisa merayakan hari raya atau mari kita libur KARENA hari ini hari raya? Kedua Logika pikir inilah sebenarnya yang dipermasalahkan antara orang Farisi dan Yesus. Yesus melihat hari Sabat sebagai libur agar bisa merayakan hari raya, sedangkan orang Farisi lebih melihat hari Sabat sebagai hari libur karena hari Sabat adalah hari raya. Dimana posisi kita: melihat hari Minggu sebagai hari libur AGAR bisa merayakan Ekaristi atau hari Minggu sebagai hari libur KARENA hari itu hari Tuhan (saat Tuhan menyudahi enam hari berkarya untuk menciptakan jagad raya dan seisinya)?
Bacaan Injil dan Renungan Harian 11 Juli s.d. 16 Juli 2011 Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Lihatlah, itu HambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan padaNyalah bangsa-bangsa akan berharap."
Renungan:
Persekongkolan untuk membunuh Yesus muncul di kalangan orang Farisi karena mereka merasa tersinggung. Mereka merasa digurui oleh seseorang yang tidak belajar tentang Taurat Musa seperti mereka. Pendek kata, mereka tidak senang ada orang lain di luar kelompok mereka berbuat sesuatu yang lebih baik dari mereka. Dari rasa iri karena merasa kalah populer di depan mata banyak orang, muncullah niat untuk menghabisi. Apabila teks ini kita teruskan baca, kita semakin menyadari bahwa pandangan orang Farisi tentang Yesus tidak lagi dilandasi oleh pengetahuan mereka tentang Kitab Nabi-nabi, khususnya Kitab Nabi Yesaya yang pasti mereka kuasai. Nabi Yesaya sudah menubuatkan tentang sosok Hamba Tuhan (Yes. 42: 1 4) yang tidak lain adalah Yesus sendiri. Pandangan mereka terhadap Yesus sangat dikuasai oleh suasana hati (emosi) mereka dan bukan pada ilmu dan akal budi yang sehat. Akal yang seharusnya rasional telah menjadi irasional karena suasana batin yang emosional. Dalam kehidupan kita sehari-hari akal sehat kita yang seharusnya rasional juga terkadang menjadi irasional karena suasana batin kita yang emosional. Emosi yang kita punya bukanlah suatu aib, karena kita hanya bisa berbelas-kasihan (jatuh kasihan) kepada orang lain yang menderita apabila kita punya emosi. Namun masalahnya akan berubah menjadi 8
Bacaan Injil dan Renungan Harian 11 Juli s.d. 16 Juli 2011 mengkhawatirkan apabila emosi menguasai akal sehat kita, sehingga akal sehat menjadi tidak terkontrol. Sudahkah kita mampu mengontrol emosi kita, sehingga tidak membawa kita kepada tindakan yang tidak dapat dikontrol oleh akal sehat kita? Disadur oleh: F.A.Sinaradi (sinaradi@ymail.com)