Anda di halaman 1dari 3

MATA KULIAH FILOSOFI SOSIAL Kelompok 7 Anggota: Aisha Rasyidila, Sely Charolina, Rizky Abadi D DETERMINASI POPPER 1.

Pendahuluan Determinasi merupakan sebuah tema yang menjadi bahasan utama Popper. Ia berpendapat bahwa determnasi merupakan suatu hal yang penting dalam pertahanan tesisnya, tidak hanya dalam realitas kebebasan masyarakat, pertanggungjawaban moral dan kreativitas; tetapi juga karena memiliki nilai fundamental yang sama dengan pendapatnya dalam rasionalitas manusia, dan terorinya tentang konten dan pertumbuhan sains yang bisa di demonstrasikan. Seperti yang dikutip Popper dari Arthur Holly Compton, dalam bukunya The Freedom of Man Power, menjelaskan bahwa orang dengan determinasi yang sempurna tidak memiliki celah di dalam pikirannya untuk menerima interbensi dari luar. Hal seperti ini bisa menjadi mimpi buruk karena hal itu dapat mematikan kreativitas untuk menciptakan sesuat yang baru. Popper memikirkan sebuah kondisi khusus dimana determinasi dapat tetap menjaga keutuhan rasionalitas manusia, namun juga memiliki unsur indeterminasi agar perubahan masih bisa terjadi. Popper menuangkannya dalam dua teorinya yang terkenal, Plastic Control, serta teori yang ia sebut sebagai World One (dunia untuk objek psikis dan proses), World Three (Dunia untuk objek yang abstrak dan teori), serta interaksi melalui World Two (Dunia psikoloi untuk kepercayaan dan hasrat). Apa yang diragukan di sini adalah: apakah kritikan Popper terhadap determinasi dapat dibilang sukses, sementara argumen lain yang menentang tesis tersebut bisa jadi merupakan pemikiran yang relevan dengan pertimbangan yang didasari oleh inspirasi dari pendapat sendiri. Pada dasarnya ada dua hambatan: yang pertama adalah penyisihannya atas penjelasan verbal belaka pada kemungkinan alternatif yang utama, dan yang kedua adalah bagaimana cara ia mengatur sistematika teorinya sehingga terlihat saintifik. 2. Kemungkinan dan Prediksi Alternatif Pada 1982, Popper melihat masalah utama dalam motivasi disebabkan oleh akal pikiran. Di satu sisi akal pikiran dipengaruhi oleh sebuah kejadian, dan kejadiankejadian sebelumnya, dan kesalahan nantinya bisa diantisipasi dari pengetahuan yang cukup berdasarkan pengalaman sebelumya (1). Di sisi lain, berdasarkan akal pikirannya seseorang bebas untuk memilih tindakannya, selama masih bertanggung jawab (2). Popper berpendapat bahwa sebenarnya kemungkinannya tergantung dari bagaimana orang itu mengidentifikasikan kata bebas. Begitu juga dengan konsep determinasi yang berbeda dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Ketetapan manusia tidak dapat ditebak.

3.Analisis Determinisme Determinisme bermakna bahwa manusia terpaksa dan tidak memiliki kebebasan dalam seluruh aktivitas dan perbuatannya. Para penganut paham determinisme berpandangan bahwa manusia terpaksa dalam setiap perbuatannya dan sama sekali tidak memiliki kehendak, ikhitiar dan kebebasan. Mereka menyandarkan seluruh perbuatan manusia itu kepada Tuhan. Karena itu, menurut mereka, manusia laksana benda-benda dan bebatuan yang dilemparkan dari atas jatuh ke bawah dan lintasan gerakan dari atas ke bawah ini dilalui tanpa adanya kebebasan yang dimilikinya dan lintasan tersebut dilalui secara paksa. Dalam istilah moderen, secara implisit terdapat tiga kondisi: pertama bahwa solusi analitik untuk persamaan gerak untuk mematuhi sistem mekanika Newton dinyatakan sebagai rumus tertutup ada untuk semua kondisi awal yang akan merangkul dalam rumus yang sama gerakan tubuh terbesar alam semesta dan orang-orang dari atom ringan. Kondisi kedua jumlah kebutuhan bahwa setiap solusi untuk persamaan gerak untuk sistem tersebut harus efektif. Kondisi ketiga adalah data kondisi awal harus diasumsikan dalam perumusan klaim deterministik bahwa selalu ada kemungkinan untuk bukti eksperimental untuk memperbaiki suatu bilangan real yang tepat sebagai nilai dari setiap variabel keadaan. Setiap peristiwa menghasilkan suatu efek tertentu apabila dirumuskan secara intuitif dalam gagasan determinisme lebih formal. Hal ini terjadi terutama karena gagasan penyebab tidak berperan baik dalam perumusan maupun isi teori fisik. Selain itu, penyebab suatu peristiwa seringkali samar-samar dan tergantung pada konteks yang sangat cocok untuk menggunakannya untuk menangkap gagasan umum determinisme. Teori fisika mungkin melibatkan parameter yang didefinisikan menggunakan ukuran probabilitas yang sendiri berevolusi deterministik dengan waktu. Popper menekankan sifat indeterminitas manusia bahwa historisitas manusia tidak semata-mata ditentukan oloh hukum alam (law of nature), melainkan juga dipengaruhi oleh perkembangan pikiran manusia sendiri. Sifat manusia yang rasional, kritis dan terbuka inilah maka sifat historisitas manusia menjadi "linier-inklusif" sebagai perwujudan sifat manusia ynng indeterministik. Kesulitan besar yang terjadi apabila sosialitas dan historisitas manusia secara metodologis dilakukan generalisasiinduktif untuk memperoleh hukum manusia yang bersifat universal di dasarkan atas uniformity of nature (kesatuan hukum alam). Kesulitan tersebut terkait dengan masalah waktu, tempat, sejarah, dan latar belakang kultur. Menurut Popper, filsafat deterministik mencermati keteraturan biologis. Popper dipengaruhi oleh Kant, dimana ia menampilkan hipotesa besar imajinatifnya berupa teori keteraturan deterministik. Alam semesta ini teratur. Ilmuwan berupaya membaca keteraturan tersebut. Dalam hal ini, uji falsifikasi diharapkan dapat menemukan kawasan benar dan kawasan salah dari suatu teori. Popper menguji teorinya secara deduktif dengan uji falsifikasi, dan kesimpulan yang hendak dicapai adalah kebenaran probabilistik. Teori relatifitas Einstein merupakan salah satu teori yang tepat diuji validitasnya dengan uji falsifikasi Popper. eterminisme Einstein sepenuhnya terkandung di masa lalu dalam setiap detail tunggal. Determinisme mensyaratkan bahwa masa depan adalah merupakan bagian dari masa lalu. Dalam setiap peristiwa terdapat irisan waktu yang terjadi bersamaan dengan hukum hukum yang sesuai bagi semesta alam itu, serta peristiwa yang terkait

dengan waktu kemudian. Alam semesta mungkin berimplikasi pada realitas waktu atau mengubah realita, tetapi mereka tidak berimplikasi untuk kebenaran determinisme. 4.Propensitas Kecenderungan Interpretasi dari Probabilitas Kalkulus merupakan sumbangsih Popper terbesat terhadap Ilmu Pengetahuan khususnya Determinisme Metafisika yang hal ini dapat membantu menyempurnakan pandangan Popper mengenai Determinisme. Hubungan antara 2 konsep akan mudah dimengerti apabila menurut Popper sebuah kecenderungan dapat diterima sebagai realita fisik hanya sebuah determinisme tidak berfungsi lagi. Namun Teori Propensitas ini tidak dapat diterima dengan baik di daerah yang diharapkan Popper dapat menghargai lebih akan pemikirannya. Dewasa ini, kita memiliki beberapa masalah tentang sebuah konsistensi. Banyak dari kita yang tidak dapat mennerima determinisme dari mekanik klasik dan keberadaan probabilitas fisika. Secara gamblang Popper mengajak kita untuk berada di sisi kontra. Hal ini dibuktikan dengan objektivitas penjabaran dari mekanik statistik adalah yang paling benar sehingga fisika klasik seharusnya tidak determiniskan. Popper berpendapat dikarenakan penegasan statistik dalam mekanik statistik seobjektif penegasan mekanik dalam teori tersebut.Sehingga tidak ada alasan untuk menjadikan konteks ini menjadi sulit dengan ide objektifitas. Popper menggunakan contoh dari mekanik statistik non-ekulibrium untuk menjelaskan maksudnya kali ini. Untuk menjelaskan pendekatan mutlak ekuilibrium, kita harus berasumsi dulu jika ukuran dari kemungkinan intial yang menghasilkan tingkah laku patologis adalah nol. Sedangkan ukuran kemungkinan dinamis yang selalu seimbang adalah satu. Dengan hipotesa probabilitas yang menyatakan ukuran patologi adalah nol harus dijabarkan secara fisika menjadi propensities, namun propensitas atau kecenderungan hanya didapat jika berada pada situasi yang sama dalam sistem evaluasi waktu. Teori Propensitas digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tidak bisa diukur. Dan hanya itu, teori satu ini tidak dapat menyelesaikan masalah dasar mengenai mekanik statistik. 5. Humes fork Kontribusi Popper mengenaui ide indeterminisme bisa dijawab oleh Ide Humes fork, gagasan tentang kontrol plastik. Namun ide ini cukup susah dimengerti sehingga jarang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan. Kendala yang dihadapi tidak hanya tidak adanya karakter khusus mengenai sistem determinisme itu sendiri namun yang ada hanya sebagian yang menjelaskan ciri khusus selebihnya tidak ada. Ide Kontrol Plastik melibatkan lebih dari bagian-bagian interdeterminisme, Popper berpendapat bahwa tingkah laku sebuah sistem secara keseluruhan akan dipengaruhi luas skala determinisnya yang juga mendapat pengaruh dari tingkah laku variabel interdeterminisme. Cukup susah ketika kita diharuskan mempengaruhi sesuatu yang tidak tampak.

Anda mungkin juga menyukai