Anda di halaman 1dari 14

BAB V ANALISIS

Dengan fluktuasi beban yang tinggi dan tidak dapat dipastikan, nilai frekuensi sistem akan menjadi sangat fluktuatif. Nilai ini sangat tergantung pada keseimbangan antara daya yang dibangkitkan dengan daya yang dikonsumsi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan frekuensi melalui pengaturan daya yang dihasilkan oleh sisi pembangkit dengan governor free sebagai primary control dan LFC sebagai secondary control. Pembahasan akan difokuskan pada LFC sebagai pengendali fluktuasi frekuensi. Studi tentang pengaturan frekuensi sistem di bab 5 dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dari PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali pada sub bidang Operasi Sistem. Data yang diperoleh merupakan data penggunaan LFC dalam dua kondisi yaitu kondisi pembangkit ber-LFC banyak dan sedikit. Selanjutnya penulis melakukan analisa berdasarkan data yang diperoleh tersebut dengan perhitungan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

5.1

Unit-unit Pembangkit yang Berpartisipasi Program LFC Banyak dari pembangkit yang ada di sistem jawa-bali telah dipasangi perangkat kendali LFC seperti yang tercantum pada Tabel 5.1. Dari sekian banyak pembangkit tersebut, tidak seluruhnya ikut berpartisipasi program LFC setiap waktu. Beberapa unit yang sudah berLFC bahkan tidak pernah ikut dalam program LFC. Hal ini dikarenakan, LFC dapat menyebabkan pembangkit lebih sering keluar sistem untuk pemeliharaan (maintenance). PLTA yang seharusnya terus berpartisipasi dalam program LFC pun sering kali dihadapkan pada masalah kekeringan waduk. Pada musim kemarau, jangankan untuk berpartipasi dalam program LFC, untuk beroperasi saja unit-unit PLTA tidak bisa.

NO 1 2 3 4

PEMBANGKIT PLTU SURALAYA #6 PLTU SURALAYA #7 PLTA SAGULING #1 PLTA SAGULING #2

NO 10 11 12 13

PEMBANGKIT PLTA CIRATA #4 PLTA CIRATA #5 PLTA CIRATA #6 PLTA CIRATA #7

5 6 7 8 9

PLTA SAGULING #3 PLTA SAGULING #4 PLTA CIRATA #1 PLTA CIRATA #2 PLTA CIRATA #3

14 15 16 17

PLTA CIRATA #8 PLTGU GRBRU #1 PLTGU GRBRU #2 PLTGU GRBRU #3

Sumber : PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali

Tabel 5. 1 Unit Pembangkit yang Dipasangi LFC

5.1.1 Data Tanggal 23 Maret 2011 Saat kami melakukan Kerja Praktik, kami mendapati hanya terdapat satu unit pembangkit yang sedang berpartisipasi program LFC, yaitu pada hari rabu, tanggal 23 Maret 2011 pada pukul 11.24 WIB. Unit yang berpartisipasi adalah PLTU Suralaya unit 5, dengan daya nominal, Po sebesar 600 MW dan regulasi daya, Pr sebesar 5 MW. Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa kondisi daya yang disuplai saat itu, berkisar 16000 MW.

Gambar 5. 1 Skema Jaringan system 500 KV

Dari tabel 5.1 dapat terlihat bahwa jumlah pembangkit yang berpartisipasi dalam program LFC tidaklah sesuai dengan aturan jaringan yang menyatakan bahwa setiap unit pembangkit besar dengan kapasitas lebih dari 200MW harus memungkinkan untuk pengaturan sekunder oleh Pusat Pengatur Beban. Gambar 5.2, 5.3 dan 5.4 merupakan daftar unit pembangkit yang terinterkoneksi dan dipantau oleh pihak PLN P3b Jawa Bali. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa hanya satu unit pembangkit yang berpartisipasi dalam program LFC dengan Pr hanya sebesar 5 MW. Hal ini terlihat dari gambar 5.2 yang ditandakan dengan unit 5 pada pembangkit Suralaya memiliki status LFC R a. Berdasarkan Gambar tersebut diketahui bahwa daya regulasi Pr yang tersedia dalam sistem saat tanggal 23 Maret 2011 adalah 5 MW. Sedangkan dalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 03 Tahun 2007 tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik JAMALI menyebutkan bahwa jumlah rentang pengaturan dari pembangkit ber-AGC harus dijaga minimum sebesar 2,5% dari beban sistem. Yang berarti untuk sistem tenaga listrik Jawa Bali seharusnya total daya regulasi, P r adalah 400 MW pada pukul 10.00.

JAM BEBAN RATA-RATA SISTEM TOTAL PR STANDAR 2,5 %


Maret 2011

10.00 16.000 MW 400 MW

19.00 18.500 MW 462 MW

Sumber : PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali

Tabel 5. 2 Standar Regulasi Daya Sistem Jawa Bali

Gambar 5. 2 Unit Pembangkit yang berpartisipasi pada program LFC bagian 1

Gambar 5. 3 Unit Pembangkit yang berpartisipasi pada program LFC bagian 2

Gambar 5. 4 Unit Pembangkit yang berpartisipasi pada program LFC pada sistem 150 kV

5.1.2 Data Tanggal 6 Januari 2010 Sebagai kondisi pembanding yang dialami pada tanggal 23 Maret 2011. Dimana pada saat itu kondisi pembangkit aktif LFC sangat minim, maka kami mencoba menampilkan data pembanding yang diambil pada tanggal 6 januari 2010 pada pukul 19:00 hingga pukul 20:00. Pada tanggal 6 Januari 2010 tercatat pada Tabel 5.3 memiliki daya regulasi (P r) sebesar 370 MW. Walaupun kondisi ini belum bisa memenuhi aturan jaringan tahun 2007 nomer 3 yang menyatakan bahwa daya regulasi yang disediakan harus 2,5% dari beban yang dilayani, akan tetapi sudah dianggap cukup memenuhi jika dibandingkan dengan kondisi yang terjadi pada tanggal 23 Maret 2011.

Jan-10 TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 JAM 10.00 90 90 100 240 210 210 190 110 130 80 160 160 150 145 145 120 JAM 19.00 220 220 200 200 360 370 165 115 100 160 220 190 260 180 250 190

Feb-10 JAM 10.00 130 190 170 210 170 150 130 170 205 165 165 185 165 130 130 165 JAM 19.00 190 190 220 210 210 210 170 230 245 185 235 205 185 165 205 145

Mar-10 JAM 10.00 105 125 125 105 125 125 85 145 165 145 105 125 145 125 125 165 JAM 19.00 145 165 225 165 145 165 125 105 145 165 185 205 185 145 165 205

Apr-10 JAM 10.00 165 125 90 110 125 105 85 105 105 145 165 205 145 165 165 185 JAM 19.00 145 165 150 145 145 125 105 145 145 205 205 205 225 245 185 205

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

130 140 200 150 110 130 125 100 80 80 80 80 140 100 100

165 230 320 160 140 220 150 150 160 160 110 150 200 200 120

145 145 165 125 105 165 185 165 165 110 90 85

165 165 185 125 185 185 205 185 125 150 110 105

195 145 165 165 105 205 165 205 165 205 165 125 105 165 145

165 185 185 185 185 285 255 265 165 225 165 255 185 165 185

205 125 125 165 165 145 170 180 85

245 155 165 245 285 265 185 260 145

Tabel 5. 3 Total daya Regulasi Sistem Jawa Bali Bulan Januari April 2010

Sedangkan daya regulasi sistem Jawa Bali yang seharusnya dipenuhi adalah :
JAM BEBAN RATA-RATA SISTEM TOTAL PR STANDAR 2,5 %
Januari 2010

10.00 15.000 MW 375 MW

19.00 17.500 MW 437 MW

Sumber : PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali

Tabel 5. 4 Standar Regulasi Daya Sistem Jawa Bali

JENIS PEMBANGKIT PLTU MINYAK PLTU BATU BARA PLTG/GU PLTP PLTA

LFC 0 4 2 0 12

Tabel 5. 5 Unit Pembangkit Aktif LFC Pada Tanggal 6 Januari 2011

Berdasarkan daftar unit pembangkit yang berpartisipasi LFC pada tanggal 6 Januari 2010, menunjukan bahwa jumlah pembangkit yang aktif LFC sebanyak 18 unit pembangkit. Jumlah ini berbeda jauh dengan data yang diterima pada tanggal 23 Maret 2011. 5.2 Analisis Pengaturan Frekuensi dengan LFC

5.2.1 Proses Analisis Menurut standar yang diterapkan PLN, frekuensi sistem tenaga yang ada di Indonesia adalah sebesar 50 Hz dengan toleransi 0,5 Hz. Pengaturan frekuensi pada sistem jawa-bali tidak dilaksanakan benar-benar otomatis. Pengaturan frekuensi sistem jawa bali dilakukan sebagian secara otomatis oleh program LFC pada JCC, sementara sebagian dilakukan secara manual oleh dispatcher di JCC. Masing-masing pengaturan dilakukan sebagai berikut: 1. Rentang normal Pada saat normal, nilai frekuensi dijaga pada nilai 500,25 Hz. Beban sistem yang dinamis akan diimbangi oleh regulasi primer, berupa governor free, dan regulasi sekunder, berupa program otomatis LFC dan manual oleh dispatcher. 2. Ekskursi Pada keadaan ekskursi, frekuensi berada diluar rentang normal, sampai dengan 500,5 Hz. Hal ini terjadi apabila pembangkit berkapasitas besar keluar dari sistem karena trip maupun gangguan lain yang menyebabkan kegagalan operasi pembangkit. Saat keadaan ekskursi, dispatcher harus berusaha mengembalikan frekuensi ke rentang normal baik dengan pelepasan beban atau menggunakan sisa cadangan tenaga listrik yang ada.

5.2.2 Analisis frekuensi dengan LFC Grafik pada Gambar 5.5 adalah grafik frekuensi dan N level yang disusun dari data yang kami dapat dari PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Data tersebut dicatat pada 23 Maret 2011 pada pukul 11:24 hingga pukul 11:39. Dari data pada tabel 5.2 diketahui regulasi pembangkit yang mengaktifkan LFC sangat besar yaitu 400 MW, sedangkan regulasi pembangkit yang tersedia hanya 5 MW. Grafik pada Gambar 5.6 menunjukan grafik frekuensi dari data yang diperoleh pada tanggal 6 Januari pukul 19:24 hingga pukul 19:40. Berdasarkan tabel 5.4 diketahui regulasi pembangkit

yang mengaktifkan LFC seharusnya sebesar 437 MW, sedangkan pada aplikasi real time hanya terdapat 370 MW daya regulasi LFC yang aktif.
Gambar 5. 5 Grafik Frekuensi dan N level Pada Tanggal 23 Maret 2011

Berdasarkan gambar grafik yang diperoleh, diketahui bahwa frekuensi berbanding terbalik

6 januari 2010 total PR 370 MW


51,000 50,900 50,800 50,700 50,600 50,500 50,400 50,300 50,200 50,100 50,000 49,900 49,800 49,700 49,600 49,500 49,400 49,300 49,200 49,100 49,000 19:23:55 19:24:30 19:25:06 19:25:41 19:26:16 19:26:52 19:27:27 19:28:03 19:28:38 19:29:14 19:29:49 19:30:24 19:31:00 19:31:35 19:32:11 19:32:46 19:33:22 19:33:57 19:34:33 19:35:08 19:35:44 19:36:19 19:36:54 19:37:30 19:38:05 19:38:41 19:39:16 19:39:52 6 januari 2010 total PR 370 MW
Gambar 5. 6 Grafik Frekuensi Pada Tanggal 6 Januari 2010

Dengan menampilkan gambar 5.5 dan gambar 5.6 diatas, dapat dibandingkan 2 kondisi yaitu saat jumlah daya regulasi LFC tanggal 6 januari 2010 sebesar 370 MW dengan 23 Maret 2011 sebesar 5 MW dengan rentang waktu yang hampir serupa. Dengan membandingkan kedua grafik diatas, terlihat bahwa kondisi frekuensi pada tanggal 6 Januari 2010 lebih stabil jika dibandingkan dengan kondisi pada tanggal 23 Maret 2011. Hal ini terjadi dikarenakan pada tanggal 6 Januari 2010 memiliki daya regulasi LFC yang jauh lebih besar dibandingkan tanggal 23 Maret 2011. Dengan semakin banyaknya LFC aktif pada sistem, maka perubahan frekuensi dengan 0,2 Hz akan mudah untuk dikembalikan ke nilai 50 Hz.. Seperti yang ditercantum dalam aturan Menteri Energi dan Sumber Mineral yang menyatakan bahwa jumlah rentang pengaturan pembangkit ber-LFC dijaga minimin 2,5 % dari beban sistem. Oleh karena itu, jika jumlah daya regulasi yang semakin mendekati nilai standar regulasi daya 2,5% dari beban sistem maka frekuensi sistem akan lebih terjaga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar total daya regulasi sistem, maka akan memperbaiki (menjaga) nilai fluktuasi frekuensi. Pembagian Beban pada Unit-unit Pembangkit Akibat Pengaruh N Level Analisa yang dilakukan adalah pada hari jumat tanggal 23 Maret 2011, dengan mengamati monitor yang ada di ruang JCC pada pukul 11:24 hingga pukul 11:39. Pengiriman N level dilakukan oleh pusat control (JCC) dilakukan setiap 4 detik kesemua pembangkit secara otomatis. Seperti yang terlihat pada Gambar 5.5 frekuensi berbanding terbalik dengan N level. N level menunjukan kestabilan sistem terhadap perubahan pembebanan yang terjadi. Seperti yang kita lihat pada pukul 11:24 hingga pukul 11:26 N level berada pada nilai +1 sedangkan frekuensi berada pada nilai kurang dari 50 Hz. Hal ini menandakan bahwa untuk memperbaiki frekuensi kembali ke nilai 50 Hz dibutuhkan kenaikan daya pembangkitan sebesar Po + Pr. Namun sebaliknya yang terjadi pada rentang waktu 11:35 hingga 11:38. Selama rentang waktu ini, N level menunjukan nilai -1 dan frekuensi menunjukan nilai lebih dari 50 Hz. Hal ini menunjukan bahwa sistem kelebihan supply, sehingga untuk memulihkan ke nilai 50 Hz harus menurunkan daya pembangkitan sebesar Po Pr. Pada saat pengamatan nilai N level dan frekuensi sistem, pada saat itu frekuensi turun sebesar 49,8 Hz lalu pada saat yang bersamaan nilai N level pada monitor sebesar +1

5.3

dengan selang waktu 4 detik. Pada kondisi seperti ini maka sistem mengalami kekurangan supply atau kelebihan beban, maka besarnya daya yang harus dibangkitkan oleh masingmasing pembangkit yang ikut serta program LFC untuk memperbaiki nilai frekuensi ke nilai standar 50 Hz adalah PLTU Suralaya unit 5 Dengan menggunakan persamaan P = Po + N.Pr dapat diperoleh nilai daya yang harus dibangkitkan oleh pembangkit PLTU Suralaya unit 5. Po = 600 MW Pr = 5 MW P = Po + N.Pr = 600 + 1 . 5 = 605 MW Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan LFC dalam mengembalikan kondisi frekuensi ke kondisi semula 50 Hz hanya sebesar 605 MW. Jika terjadi perubahan lebih besar dari kemampuan LFC tersebut, maka LFC tidak mampu mengatasinya. Terlebih lagi pembangkit yang memiliki LFC aktif merupakan PLTU. Diketahui bahwa PLTU memiliki ramp rate yang relatif rendah, sehingga kurang responsif terhadap perubahan beban yang singkat. Oleh karena itu, sebagian besar perubahan beban yang fluktuatif direspon oleh governor free yang terpasang di beberapa pembangkit.

5.4

Peran Dispatcher dalam Menjaga Nilai Frekuensi Seperti yang telah dijelaskan bahwa pengaturan frekuensi ini tidak 100% diatur secara otomatis oleh LFC hal ini dikarenakan fluktuasi kenaikan dan penurunan beban frekuensi sistem sangat curam. Kenaikan dan penurunan beban ini bila sesuai dengan perencanaan maka dispatcher akan menaikan atau menurunkan beban sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan oleh PT PLN yang telah dikoordinasikan kesemua pembangkit yang terinterkoneksi dengan sistem jawa-bali. Jadi kenaikan atau penurunan beban yang sesuai dengan perencanaan tidak ditanggung sepenuhnya oleh pembangkit yang mengikuti program LFC. Peran dispatcher menjadi sangat penting dalam hal ini. Ketika terjadi kenaikan dan penurunan frekuensi yang cukup tinggi dispatcher dituntut untuk secepatnya menindak lanjuti dengan memerintahkan pembangkit untuk beroperasi atau keluar dari sistem.

Akan tetapi kenaikan beban ataupun penurunan beban tidak selamanya sama dengan perencanaan, hal ini terjadi bila ada unit yang terganggu diluar dari perencanaan (fault outage). Pada hari Sabtu tanggal 26 Maret 2011 jam 20:30 hingga 21:30 terjadi penurunan beban cukup signifikan akibat adanya peringatan earth hour. Earth hour merupakan perayaan yang dilakukan dunian dalam rangka menghemat listrik yaitu dengan mematikan listrik selama satu jam. Perayaan ini juga dilaksanakan di Indonesia, sehingga efek penurunan beban sesaat juga mempengaruhi kondisi sistem dan mengakibatkan frekuensi berfluktuasi.

Tabel 5. 6 Kondisi beban 19 Maret 2011

Tabel 5. 7 Kondisi Beban 26 Maret 2011

Pada umumnya kondisi beban untuk hari yang sama dalam minggu yang berbeda kemungkinan memiliki nilai yang sama, akan tetapi akibat adanya earth hour terjadi perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat pada tabel 5.6 dan tabel 5.7. Pada tanggal 19 Maret pukul 20:30 hingga 21:30 tercatat penurunan beban sebesar 775 MW, sedangkan pada 26 Maret 20:30 hingga 21:30 tercatat penurunan beban sebesar 973 MW. Sehingga diketahui terdapat selisih penurunan beban sekitar 200 MW. Kondisi sistem Pada waktu pengamatan pada hari senin tanggal 21 juli 2008, unit PLTGU Blok 3 Gresik mengalami gangguan pasokan gas sehingga dispatcher lokal yang berada di PLTGU gresik memberitahu kepada dispatcher yang berada di JCC gandul. Besarnya daya yang berkurang akibat gangguan pasokan gas tersebut sebesar 100 MW, hal ini tidak dapat direspon sepenuhnya oleh LFC karena pada saat itu besarnya Pr sistem hanya 60 MW. Untuk mempertahankan nilai Pr sistem maka dispatcher JCC langsung menghubungi PLTA saguling dimana pada saat itu PLTA saguling memang sudah dalam perencanaan untuk membangkitkan 2 unit, sedangkan yang beroperasi baru 1 unit sehingga perubahan nilai frekuensi ini dapat direspon cepat karena PLTA sangat cepat untuk menaikan dan menurunkan kira-kira 100 MW hanya dalm 4 menit sudah dapat dibangkitkan oleh PLTA saguling. Peran serta dispatcher dalam menjaga nilai frekuensi sistem pada kondisi normal sangatlah penting. Selain tindakan yang diambil diatas ada beberapa juga tindakan yang diambil oleh seorang dispatcher diantaranya : Menaikan atau menurunkan nilai Po pada unit-unit yang mengikuti program LFC, tentu saja dengan konfirmasi dengan dispatcher yang ada di unit pembangkit. Akan tetapi dispatcher tidak dapat merubah setingan nilai Pr hal ini akan mengganggu kestabilan generator, karena yang dapat mengetahui berapa besar pembebanan maksimal generator hanyalah manajemen pembangkit Menghubungi unit-unit pembangkit yang cukup banyak masih memiliki cadangan berputar

Anda mungkin juga menyukai