Anda di halaman 1dari 84

UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH INFUSA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.

) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Oleh :

ARIZTYA RIZKI NUGRAHANI K 100 040 213

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH INFUSA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta

Oleh :

ARIZTYA RIZKI NUGRAHANI K 100 040 213

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

ii

PENGESAHAN SKRIPSI Berjudul: UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH INFUSA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA Oleh : ARIZTYA RIZKI NUGRAHANI K 100 040 213
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Makalah Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal : Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan

Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

dr. EM Sutrisna, M.Kes Penguji : 1. Ratna Yuliani., M. Biotech., St 2. Maryati, M.Si., Apt 3. dr. EM Sutrisna, M.Kes 4. Rima Munawaroh, S.Si., Apt

Rima Munawaroh, S.Si., Apt

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),'Janganlah kalian takut dan janganlah kalian sedih dan bergembiralah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepada kalian (QS. Fushshilat:30)

Kerja orang sukses adalah mengerjakan realita sesuai basicnya Refreshingnya adalah merencanakan kerjanya Istirahatnya adalah mengevaluasi Wisatanya adalah mencari referensi Tidurnya adalah memimpikan esok hari dan yang akan datang (anonim)

Sebagai ungkapan syukur kehadirat illahi robbi, atas karunia-Nya yang tak terhingga, kupersembahkan karya sederhana ini untuk : Ibu & Bapak yang dimuliakan Allah... semoga masih ada kesempatan tuk raih jannah-Nya dengan berbakti padamu, Anin & Lala, semoga suatu saat nanti hidayah Allah kan hadir di hati kalian, Para guru kehidupan yang tulus ikhlas membimbingku, Teman-teman dan saudara seiman, Almamaterku.

iv

DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surakarta, 18 Juli 2008 Peneliti

(Ariztya Rizki Nugrahani)

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengemban amanah dalam menuntut ilmu. Shalawat dan salam senantiasa tertuju pada uswah khasanah, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun ummatnya menuju cahaya illahi. Skripsi dengan judul Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun Sendok (Plantago mayor L.) Pada Kelinci Jantan Yang Dibebani Glukosa diajukan dan dipertahankan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang farmasi. Penulisan skripsi ini tak lepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dra. Nurul Muthmainah, M.Si., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhmmadiyah Surakarta 2. Rima Munawaroh, S.Si., Apt, selaku pembimbing akademik dan

pembimbing skripsi,

yang telah banyak membantu penulis dalam

perkuliahan maupun penyusunan skripsi. 3. dr. EM Sutrisna, M. Kes selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

vi

4.

Ratna Yuliani, M. Biotech., St., Maryati, M.Si., Apt., dan Nurcahyanti Wahyuningtyas, M.Biomed., Apt selaku penguji pendadaran dan seminar proposal atas nasihat, kritik dan sarannya demi perbaikan skripsi ini.

5.

Seluruh dosen fakultas farmasi atas ilmu dan pengalaman berharga selama perkuliahan.

6. 7.

Mba Nur, Mas Awang, Pak Wiyono atas bantuan penelitian skripsi. Semua staf karyawan dan laboran atas kebaikan dalam memberikan pelayanan selama penulis menempuh kuliah.

8.

Segenap karyawan perpustakaan yang telah membantu dalam memperoleh referensi untuk penulisan skripsi ini.

9.

Bapak, Ibu, adik-adik, dan saudara seiman atas dukungan dan iringan doa di setaip langkah penulis.

10. Reny Kristiyanti Widiastuti, terimakasih atas kerjasama dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini. 11. Sahabat sahabat perjuanganku: Puji, Endah, Tari, Etha, Mely, Steela, Ucit, Septi, Alisa, Phi-Phi, teman-teman di Muttaqin, Yasmin 2, Avicenna, Mentoring, pengajar TPA, Uni, Mba Ika, Mba Chusnul, Mba ayi, banyak pelajaran berharga yang penulis dapat dari kalian. 12. Teman-teman kelompok antidiabetes: Dini, Ita, Sitta, Echo, dkk, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 13. Teman-teman Fakultas Farmasi UMS angkatan 2004 atas kebersamaannya. Serta untuk semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya selama ini, dan mohon maaf atas segala khilaf yang pernah penulis perbuat.

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Surakarta, 18 Juli 2008 Peneliti

viii

DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................. iv HALAMAN DEKLARASI.................................................................................. v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR ISI....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv INTISARI.......................................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. B. C. D. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 Perumusan Masalah............................................................................ 3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3 Tinjauan Pustaka................................................................................. 3 1. Obat Tradisional........................................................................... 3 2. Daun Sendok ................................................................................ 4 3. Infundasi....................................................................................... 6 4. Metabolisme Karbohidrat............................................................. 7 5. Pankreas ....................................................................................... 8 6. Diabetes Melitus .......................................................................... 9 7. Uji Anti Diabetes................................................... .................... 18

ix

E. F.

Landasan teori................................... .............................................. 19 Hipotesis................................... ................................... ................... 20

BAB II. METODE PENELITIAN..................................................................... 21 A. B. C. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian........................ 21

Bahan dan Alat................................................................................. 22 Jalannya Penelitian........................................................................... 22 1. Determinasi Tanaman.................................................................. 22 2. Pembuatan Simplisia Herba Daun Sendok.................................. 23 3. Pembuatan Infusa Herba Daun Sendok ....................................... 23 4. Penentuan Operating Time .......................................................... 24 5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum................................ 24 6. Pembuatan Stok Glukosa............................................................. 24 7. Perhitungan Dosis Acarbose........................................................ 25 8. Penetapan Peringkat Dosis .......................................................... 26 9. Uji Pendahuluan .......................................................................... 27 10. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah......................................... 28 11. Penetapan Kadar Glukosa Darah (Plasma) ................................ 29

D.

Cara Analisis .................................................................................... 30

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 32 A. B. C. D. E. Determinasi Tanaman ...................................................................... 32 Hasil Infundasi Herba Daun Sendok................................................ 32 Hasil Penetapan Waktu Serapan Optimum (Operating Time)......... 33 Hasil Penetapan Panjang Gelombang Maksimum ........................... 36 Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah ...................................... 37

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 51 A. B. Kesimpulan ...................................................................................... 51 Saran................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52 LAMPIRAN....................................................................................................... 55

xi

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Komposisi Sampel, Standar, dan Blangko yang Dianalisis pada Penetapan Kadar Glukosa Darah ...............................................30 Tabel 2. Penetapan Operating Time dari Glukosa Standar dengan Pereaksi GOD-PAP (Diasys)..............................................................35 Tabel 3. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum .......................................36 Tabel 4. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada Pembuatan Model Hiperglikemik (n=3).............................................38 Tabel 5. Nilai AUC0-240 pada Berbagai Model Hiperglikemik .........................39 Tabel 6. Hasil Uji LSD AUC
0-240

Antarkelompok Perlakuan pada

Orientasi Dosis Pembebanan Glukosa................................................40 Tabel 7. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal Pada Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa ..............................................41 Tabel 8. AUC0-240 pada Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa ......................42 Tabel 9. Hasil Uji LSD AUC0-240 Antarkelompok Perlakuan pada Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa ..............................................43 Tabel 10. Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Kelompok Perlakuan ............................................................................................46 Tabel 11. Nilai Auc0-240 dari Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Waktu pada Berbagai Perlakuan..........................................47 Tabel 12. Hasil Uji LSD AUC 0-240 antara Berbagai Peringkat Dosis ...............48 Tabel 13. Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah (% PKGD) tiap Kelompok Perlakuan ..........................................................................49

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Gambar 2. Skema Jalannya Penelitian ............................................................29 Pembentukan Senyawa Berwarna Merah (Kuinonimin) pada Reaksi Enzimatis dengan Reagen GOD PAP.......................34 Gambar 3. Kurva Hubungan Waktu Inkubasi Kurva Hubungan Antara Waktu Inkubasi dengan Nilai Absorbansi.........................35 Gambar 4. Kurva Hubungan Panjang Gelombang dengan Nilai Absorbansi antara Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAP (Dyasis) .........................................................................................36 Gambar 5. Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Dosis Pembebanan terhadap Waktu ..............................38 Gambar 6. Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Waktu Pembebanan Glukosa .........................................42 Gambar 7. Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah Terhadap Waktu pada Berbagai Dosis Infusa ...............................46

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Pembuatan Model Hiperglikemik .................................................55 Lampiran 2. Waktu Pembebanan Glukosa ........................................................56 Lampiran 3. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun Sendok...........................................................................................57 Lampiran 4. Uji Statistik .....................................................................................58 Lampiran 5. Hasil Determinasi ...........................................................................59 Lampiran 6. Gambar Alat dan Bahan .................................................................60

xiv

DAFTAR SINGKATAN
DM EDTA GOD-PAP AUC LSD ANOVA PKGD Diabetes Melitus Etilen Diamin Tetra Asetat Glucose Oxidase - Phenol Aminoantypirin Peroxidase Area Under the Curve Least Significant Difference Analisis o f Varian Penurunan Kadar Glukosa Darah

xv

INTISARI Herba daun sendok (Plantago mayor L.) secara tradisional digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah infusa herba daun sendok mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan yang dibebani glukosa, dan membandingkan efektivitas penurunan kadar glukosa darah antara infusa herba daun sendok dengan acarbose sebagai oral antidiabetic. Penelitian ini termasuk kategori eksperimental semu dengan rancangan percobaan acak lengkap pola searah. Sebanyak 20 ekor kelinci jantan lokal bermata merah, berat badan antara 1,2 2 kg dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok I kontrol positif (acarbose 2,33 mg/kgBB), kelompok II kontrol negatif (aquadest 3mL/1,5 kgBB), kelompok III, IV, V diberi infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/kgBB, 0,65 g/kgBB, dan 1,30 g/kgBB sebanyak 3 mL/ 1,5 kgBB. Pembebanan glukosa dosis 2 g/kgBB dilakukan bersamaan dengan pemberian sediaan uji. Cuplikan darah diambil dari vena telinga kelinci pada menit ke 0, 30, 60, 90, 120, 180, dan 240. Data yang didapatkan berupa kadar glukosa darah (mg/dL) diubah menjadi persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal, kemudian dihitung nilai AUC0-240. Nilai AUC0-240 dianalisis menggunakan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa herba daun sendok dapat menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 0,33 g/kgBB dan 0,65 g/kgBB. Kemampuan penurunan kadar glukosa darahnya hampir sama dengan acarbose (berbeda tidak bermakna). Nilai % Penurunan Kadar Glukosa Darah (PKGD) dari kontrol positif sebesar 13,78 5,07 %, infusa dosis 0,33 g/kgBB sebesar 17,15 5,30 %, dan infusa dosis 0,65 g/kgBB sebesar 14,32 3,69 %. Kata kunci: kadar glukosa darah, infusa, herba daun sendok (Plantago mayor L.)

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti (Suyono, 2005). Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu dari beberapa penyakit degeneratif, yaitu penyakit akibat fungsi atau struktur dari jaringan atau organ tubuh menurun secara progresif dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh usia atau pilihan gaya hidup (Subroto, 2006). Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini telah dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3 %, kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6% (Suyono, 2005). Dalam beberapa dekade terakhir ini hasil penelitian baik klinik maupun laboratorik menunjukkan bahwa diabetes melitus merupakan suatu keadaan yang heterogen baik sebab maupun macamnya (Soegondo, 2005). Data yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care tahun 2004, penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang (Subroto, 2006). Kekayaan alam Indonesia yang tersebar di daratan maupun lautan telah banyak dimanfaatkan orang, salah satunya pada bidang kesehatan. Ratusan jenis spesies tanaman telah dipercaya berkhasiat untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

Penggunaannya secara turun temurun dan dilakukan dengan proses sederhana inilah yang dikenal dengan obat tradisional/obat herbal. Saat ini, penggunaan obat-obatan dari bahan alami semakin meningkat. Selain harganya yang terjangkau, obat herbal juga memiliki efek samping yang relatif kecil. Tanaman obat terbukti merupakan salah satu sumber bagi bahan baku obat antidiabetes melitus, karena tumbuhan tersebut mempunyai senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai antidiabetes melitus. Diantara 250.000 spesies tanaman obat di seluruh dunia diperkirakan banyak yang mengandung senyawa antidiabetes melitus yang belum diketemukan (Suharmiati, 2003). Salah satu tanaman yang diperkirakan berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah adalah herba daun sendok (Plantago mayor L.). Ekstrak air, metanol, heksana, dan diklorometana dari biji Plantago mayor. L secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Adapun kandungan kimia dari biji Plantago mayor L. antara lain polisakarida, tanin, sterol, dan flavonoid yang diduga mempunyai efek sebagai penurun kadar glukosa darah (Aguilar dkk., 2006). Selain itu, daun sendok yang dibuat infusa mempunyai kemampuan dalam perbaikan sel-sel pulau Langerhans pankreas akibat pemberian aloksan dan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Sudarsono dkk., 2002). Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang kemampuan herba daun sendok sebagai penurun kadar glukosa darah. Karena adanya beberapa kandungan herba daun sendok yang larut dalam air, maka penyarian dilakukan dengan cara infundasi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan obat tradisional pada umumnya, dan mampu menjadi alternatif dalam pengobatan diabetes melitus.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan berikut: 1. Apakah infusa herba daun sendok dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci jantan yang dibebani glukosa? 2. Seberapa besar efektivitas infusa herba daun sendok dibandingkan dengan acarbose?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan efek penurunan kadar glukosa darah infusa herba daun sendok pada kelinci jantan yang dibebani glukosa, dan membandingkan tingkat keefektifan infusa herba daun sendok dengan acarbose sebagai hipoglikemik.

D. Tinjauan Pustaka 1. Obat Tradisional Obat tradisional telah banyak dikenal dan banyak digunakan secara turun temurun untuk pengobatan secara pengalaman. Umumnya pemanfaatan obat tradisional lebih diutamakan secara preventif untuk menjaga kesehatan. Namun, ada pula yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit.

Menurut undang undang 23 tahun 1992, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, secara turun temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK. 00. 05. 4. 2411 tentang ketentuan pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, khasiatnya berdasarkan data empiris. Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan bahan alam baik tanaman obat, binatang ataupun mineral. Sedangkan fitofarmaka yaitu obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia (Suharmiati dan Handayani, 2006). 2. Daun Sendok (Plantago mayor L.) a. Nama Daerah Daun sendok di berbagai daerah dikenal dengan nama yang berbeda-beda. Sumatra : daun urat, daun urat-urat, ekor angin, kuping menjangan (Melayu). Jawa : ki urat, ceuli, ceuli uncal (Sunda), meloh kiloh, otot-ototan,

sangkabuah, sangkubah, sangkuwah, sembung otot, suri pandak (Jawa). Sulawesi : torongoat (Minahasa). (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)

b. Sistematika Tanaman Daun Sendok Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae

Sub Classis : Sympetalae Ordo Familia Genus Species : Plantaginales : Plantaginaceae : Plantago : Plantago mayor L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). c. Morfologi Tanaman Habitus tanaman daun sendok berupa herba, semusim, tinggi 6-50 cm. Batangnya pendek, bulat, berwarna coklat. Daunnya tunggal, bulat telur sampai lancet, ujungnya tumpul, pangkal meruncing, tepi bergerigi, roset, akar panjang 3-22 cm, lebar 1-20 cm, permukaan licin, panjang tangkai 1-25 cm, pertulangan daun melengkung, hijau muda, hijau. Bunga majemuk berbentuk bulir dengan panjang 40 cm, tangkai berbulir dengan panjang 4-27 cm, panjang tajuk 1,5 mm berwarna putih. Buahnya terdiri dari kotak-kotak, tiap kotak berisi 2-4 biji, berwarna hijau. Bijinya bulat kecil, jika masih muda berwarna coklat, setelah tua berwarna hitam. Jenis akar serabut, warna putih kotor. (Syamsuhidayat dan Hutapea., 1991) d. Komponen Kimia Tanaman Daun Sendok Daun sendok mengandung saponin, flavonoid dan polifenol

(Syamsuhidayat dan Hutapea., 1991). Herba ini mengandung plantagin, aukubin,

asam ursolik, beta sitosterol, n-hentriakuntan, dan plantaglusida yang terdiri dari methyl D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa. Juga mengandung tanin, kalium, dan vitamin (B1, C, A). Biji (che qian zi) daun sendok mengandung asam planterolik, plantasan (dengan komposisi xylose, arabinose, asam galakturonat dan rhamnose), protein, mucilago, aukubin, asam suksinat, adenin, cholin, katalpol, syiringin, asam lemak (palmitat, stearat, aracidat, oleat, linoleat, dan lenolenat), serta flavanone glicoside. Sedangkan bagian akar mengandung naphazolin (Dalimartha, 1999). e. Khasiat Tanaman Daun Sendok Daun sendok (Plantago mayor L.) berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat penurun panas dan penambah nafsu makan (Syamsuhidayat dan Hutapea., 1991). Biji dapat berkhasiat sebagai diuretik, menyehatkan paru, ekspektoran, pencahar (laksans), meredakan panas, dan menerangkan penglihatan. Akar berkhasiat untuk mengatasi keputihan (leukore) dan nyeri otot (Dalimartha, 2005). Infusa daun sendok dapat melarutkan kalsium batu ginjal secara in vitro, serta mempunyai kemampuan dalam perbaikan sel-sel pulau Langerhans pankreas akibat pemberian aloksan dan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Sudarsono dkk., 2002). 3. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya untuk menyari kandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air. Penyarian adalah peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986). Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih

berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif dan seminimal mungkin zat yang tidak digunakan (Ansel, 1989). Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyarian sebagai cairan penyari digunakan air, etanol-air, eter. Penyarian pada pembuatan obat di Indonesia masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanolair (Anonim, 1979) Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infusa dibuat dengan cara membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahannya. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel, kecuali bahan yang mudah menguap (Anonim, 1986). 4. Metabolisme Karbohidrat Sumber energi terbesar manusia berasal dari karbohidrat. Karbohidrat dari makanan dirombak di usus halus dan diubah menjadi glukosa, kemudian dilepas ke aliran darah dan diangkut ke sel sel tubuh (Tjay dan Raharja, 2002). Glukosa yang diserap tubuh dari makanan digunakan sesuai keperluan, bila pasokan glukosa tersebut berlebihan, sisanya disimpan dalam otot sebagai senyawa lemak yang disebut glikogen. Gula yang menumpuk banyak di dalam pembuluh darah akan membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat,

sehingga mengakibatkan gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa darah (Mangoenprasodjo, 2005). Kadar glukosa dalam darah diatur oleh beberapa hormon. Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas menurunkan kadar glukosa dan pembentukan glikogen dari glukosa (Wirahadikusumah, 1985). Diantara beberapa penyakit kelainan metabolisme karbohidrat, yang paling banyak diketahui adalah Diabetes Melitus (Tjay dan Raharja, 2002) 5. Pankreas Pankreas merupakan organ lonjong kira kira 15 cm terletak di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari 98 % sel-sel dengan sekresi ekstern, yang memproduksi enzim enzim cerna (pankreatin) yang disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau Langerhans) dengan sekresi intern yaitu hormon-hormon insulin dan glukagon yang disalurkan langsung ke aliran darah. Ada empat jenis endokrin: a. Sel alfa yang memproduksi hormon glukagon b. Sel beta yang membran selnya banyak granula berderetan, yang berisi insulin c. Sel delta yang memproduksi somatostatin d. Sel PP yang memproduksi PP (pancreatic polipeptide) yang berperan pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu (Tjay dan Raharja, 2002). Pulau Langerhans tersusun mengelilingi pembuluh kapiler kecil yang merupakan tempat penampungan hormon yang disekresikan oleh sel-sel tersebut. Pulau Langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta, dan delta. Sel beta kira-kira 60 persen dari semua sel, terletak terutama di tengah dari setiap

pulau dan mensekresi insulin. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 persen dari semua sel, mensekresi glukagon. Dan sel delta, yang merupakan 10 persen dari seluruh sel, mensekresikan somastotatin. Selain itu, paling sedikit terdapat satu jenis sel lain, yang disebut sel PP, yang terdapat dalam jumlah sedikit dalam pulau langerhans dan mensekresikan hormon yang fungsinya masih diragukan yakni polipeptida pankreas (Guyton,1997). Hormon insulin normalnya dilepaskan secara langsung ke dalam sirkulasi darah dari pulau Langerhans yang tersebar di seluruh kelenjar pankreas (Wise, 2002). Insulin diperlukan untuk penyerapan glukosa dalam tubuh. Aksi insulin dimulai dengan membentuk ikatan antara insulin reseptor pada permukaan membran sel target. Reseptor insulin merupakan membran glikoprotein yang terdiri dari dua subunit protein yang dikode oleh satu gen (Masharani dkk., 2004). 6. Diabetes Melitus Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2005). Pada diabetes, pankreas tidak memproduksi insulin atau memproduksi insulin terlalu sedikit sehingga kadar glukosa darah meningkat (Tjay dan Rahardja, 2002). a. Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut ADA 2003 yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes tipe lain dan diabetes gestasional (Soegondo, 2005).

10

1). Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat, dan sel-sel beta pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia, serta peningkatan kadar gukosa darah (Katzung, 2002). 2). Diabetes Melitus Tipe 2 Penderita diabetes tipe 2 mempunyai sirkulasi endogen cukup untuk mencegah terjadinya ketoasidosis tetapi insulin tersebut sering dalam kadar yang kurang normal atau kadarnya relatif tidak mencukupi karena kurang pekanya jaringan untuk memproduksi insulin. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan pada insulin, terjadi pula defisiensi respon sel beta pankreas terhadap glukosa (Katzung, 2002). Patogenesis dari diabetes melitus tipe 2 sangat kompleks termasuk interaksi dari faktor genetik dan lingkungan. Latar belakang etnis, jenis kelamin, dan usia merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan risiko diabetes tipe ini (Buse dkk., 2003). Diabetes tipe 2 biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Kebanyakan pasien diabetes tipe ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus (Woodley dan Whelant, 1995).

11

3). Diabetes Melitus Tipe Lain Pada diabetes tipe lain, hiperglikemia berkaitan dengan penyakit-penyakit lain yang jelas. Penyakit tersebut meliputi penyakit eksokrin pankreas, defek genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi insulin, endokrinopati, karena obat/ zat kimia, infeksi, imunologi, dan sindrom genetik (Soegondo, 2005). 4). Diabetes Melitus Gestasional Istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita hiperglikemia selama kehamilan. Pada pasien pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal setalah persalinan (Woodley danWhelant, 1995). b. Gejala Gejala Diabetes Gejala utama diabetes yaitu polifagia (meningkatnya rasa lapar), polidipsia (meningkatnya rasa haus), dan poliuria (meningkatnya buang air kecil), serta kehilangan berat badan terutama pada diabetes tipe 1 (DiPiro dkk., 2005). Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes melitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. Gejala akut penyakit diabetes melitus pada tiap penderita tidaklah sama, bahkan ada penderita yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu (masih kompensasi). Gejala hampir sama dengan gejala utama. Namun, bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu nafsu makan mulai berkurang (tidak polifagia lagi) bahkan kadang-kadang disusul dengan mual, mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual bahkan penderita akan jatuh koma.

12

Gejala kronis penyakit diabetes melitus antara lain kesemutan, kulit terasa panas, terasa tebal di kulit, kram, lelah, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin (Tjokroprawiro, 2006). c. Pengelolaan Diabetes Melitus Menurut Soegondo (2005), pilar utama pengelolaan diabetes melitus antara lain perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan penyuluhan. Pengelolaan diabetes melitus jangka pendek bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau gejala, dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Tujuan pengelolaan jangka panjang untuk mencegah komplikasi sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. 1). Perencanaan makan Perencanaan makan sangat penting pada pasien diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Tujuan dari perencanaan makan yaitu untuk menjaga konsentrasi glukosa dalam rentang normal atau mendekati normal. Standar yang dianjurkan adalah makanan yang seimbang dalam hal karbohidrat, lemak, dan protein sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat 60 - 70 %, protein 10 - 15 %, dan lemak 2025 % (Soegondo, 2005). 2). Latihan Jasmani Menurut Waspadji (2005), latihan jasmani dianjurkan 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Penderita diabetes harus

13

didukung untuk latihan jasmani berdasarkan usia dan kemampuan fisik penderita. Latihan fisik dapat meningkatkan metabolisme karbohidrat, sensitivitas insulin, dan fungsi kardiovaskuler (Sweetman, 2005). 3). Obat Berkhasiat Hipoglikemik a). Insulin Secara kimawi, insulin terdiri dari dua rantai peptida (A dan P) dengan masing-masing 21 dan 30 asam amino, yang saling dihubungkan oleh 2 jembatan disulfida. Berat molekulnya 5700. Pada tahun 1974, sintesis totalnya ditemukan, tetapi meliputi sekitar 200 reaksi kimiawi dan sangat mahal (Tjay & Rahardja, 2002). Insulin dapat meningkatkan simpanan lemak maupun glukosa (sumber energi) dalam sel sasaran khusus, serta mempengaruhi pertumbuhan sel dan fungsi metabolisme berbagai jenis jaringan. Klasifikasi akhir diabetes melitus mengidentifikasi terdapatnya suatu kelompok pasien yang hampir tidak mempunyai sekresi insulin dan kelangsungan hidupnya tergantung pemberian insulin eksogen (diabetes tipe 1). Sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidak memerlukan insulin eksogen untuk kelangsungan hidupnya, tetapi banyak memerlukan suplemen eksogen dari sekresi endogen untuk mencapai kesehatan yang optimum (Katzung, 2002). Secara keseluruhan sebanyak 20 - 25 % pasien diabetes melitus tipe 2 kemudian akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa

14

darahnya dengan kombinasi sulfonilurea dan metformin, langkah berikut yang mungkin diberikan adalah insulin (Soegondo, 2005). Pemberian insulin akan menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes melitus. Namun demikian agar pengobatan dengan insulin dapat optimal maka pemberiannya perlu dilakukan dengan meniru semirip mungkin sekresi insulin yang fisiologis, yang sulit dikerjakan pada pemberian secara subcutan bahkan juga dengan pemberian insulin melalui infus intravena (Woodley dan Whelant, 1995). b). Obat Hipoglikemik Oral (1). Pemicu sekresi insulin (a). Sulfonilurea Kerja utama dari sulfonilurea yaitu meningkatkan pengeluaran produksi insulin dari pankreas. Mekanisme obat golongan sulfonilurea adalah

menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat dari rangsangan glukosa (Soegondo, 2005). Sulfonilurea bekerja dengan cara menstimulasi sel-sel beta pankreas dari pulau langerhans pankreas yang kemampuan sekresi insulinnya menurun sehingga bisa ditingkatkan dengan obat ini. Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes yang tidak tergantung insulin yang begitu berat, sel-sel betanya masih cukup baik bekerja. Ada indikasi bahwa obat golongan ini juga memperbaiki kepekaan organ tujuan bagi insulin dan menurunkan absorbsi insulin oleh hati (Tjay&Rahardja, 2002).

15

Obat golongan sulfonilurea mempunyai efek samping, yang paling umum adalah rasa tidak nyaman di perut dan diare. Beberapa orang mungkin mengalami ruam pada kulit. Sulfonilurea biasanya direkomendasikan 30 menit sebelum makan untuk mendapatkan hasil yang terbaik (Ramaiah, 2006). (b). Glinid Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, yaitu meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu repaglinid (derivat asam benzoat), dan nateglinid (derivat Fenilalanin). Obat ini diabsorbsi cepat setelah pemberian oral, dan diekskresi secara cepat melalui hati (Waspadji, 2005). Efek samping nateglinid antara lain hipoglikemia, rash, urtikaria. Sedangkan repaglinid jarang menyebabkan hipoglikemia, nyeri abdominal, gangguan gastrointestinal, dan gangguan penglihatan (Anonim,2006) (2). Penambah sensitivitas Insulin (a). Biguanid Golongan biguanid yang masih dipakai adalah metformin. Penjelasan lengkap tentang mekanisme kerja biguanid masih belum jelas. Mekanisme yang diusulkan baru-baru ini meliputi stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan peningkatan eliminasi glukosa dalam darah, penurunan gukoneogenesis hati, melambatkan absorbsi glukosa dalam saluran cerna, dan penurunan kadar glukagon plasma (Katzung, 2002). Biguanida umumnya menghasilkan rasa yang tidak enak, pahit, atau seperti logam pada lidah, menghilangkan selera makan, menimbulkan rasa mual,

16

dan rasa tidak nyaman pada perut. Selain itu juga menyebabkan rasa tidak bersemangat, rasa lemah pada otot dan penurunan berat badan yang berlebihan pada sebagian orang (Ramaiah, 2006). Pemakainan tunggal metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20%. Kombinasi sulfonilurea dengan metformin tampak merupakan kombinasi yang rasional karena cara kerja yang berbeda yang saling aditif. Kombinasi tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih banyak daripada penggunaan tnggal masing-masing (Waspadji, 2005). (b). Tiazolidindion Tiazolidindion merupakan golongan obat antidiabetes oral yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran. Kerja utama obat golongan tiazolidindion yaitu untuk mengurangi resistensi insulin dengan meningkatkan ambilan glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan adipose (Katzung, 2002). Golongan tiazolidindion dapat digunakan berasama sulfonilurea atau insulin atau metformin untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah. Contoh produk ini adalah pioglitazone dan rosiglitazone (Tjay & Rahardja, 2002). Efek samping yang ditimbulkan antara lain gangguan gastrointestinal, pertambahan berat badan, hipoglikemi, anemia, dan udem (Anonim, 2006). (3). Penghambat glukosidase alfa Golongan penghambat glukosidase alfa tersedia untuk penggunaan klinik yaitu acarbose dan miglitol. Perbedaan pokok antara keduanya yaitu pada proses absorbsinya (Masharani dkk., 2004).

17

Acarbose merupakan contoh penghambat glukosidase alfa yang sering digunakan. Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa dari dalam sel cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menururkan hiperglikemia post prandial (Soegondo, 2005). Glukosa akan dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya kadar gula darah bisa dihindari. Hal tersebut karena cara kerja obat golongan ini berdasar persaingan penghambatan enzim alfa glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian diturunkan atau polisakarida menjadi monosakarida dihambat (Tjay & Rahardja 2002). Acarbose tersedia dalam tablet 50 mg dan 10 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu 50 mg dua kali sehari, secara bertahap ditingkatkan 100mg tiga kali sehari. Untuk efek maksimal, acarbose diberikan bersama suapan pertama. Pada pasien diabetes acarbose dapat mengurangi hiperglikemi postprandial 30-50 %, dan menurunkan HbA1C 0,5-1 % (Masharani dkk., 2004). Pemakaian acarbose dosis tinggi bisa menyebabkan malabsorpsi (penyerapan yang tidak memadai). Sedangkan untuk efek samping, acarbose dapat meningkatkan gas di dalam perut, rasa masuk angin dan diare (Ramaiah, 2006). Dosis tunggal acarbose tidak mengakibatkan risiko terjadinya

hipoglikemia. Namun, kombinasi acarbose dengan insulin atau sulfonilurea dapat mengakibatkan hipoglikemia (Masharani dkk., 2004).

18

7. Uji Antidiabetes Keadaan diabetes melitus pada hewan percobaan dapat diinduksi dengan cara pankreatomi dan dengan cara kimia. Zat-zat kimia sebagai induktor (diabetogen) pada umumnya diberikan secara parenteral. Jenis hewan percobaan yang digunakan meliputi mencit, tikus, kelinci, atau anjing (Anonim, 1993). Penentuan kadar gula dapat dilakukan secara kualitatif terhadap glukosa urin, sedangkan kadar gula darah ditentukan secara kuantitatif. Penentuannya dilakukan secara kolorimetri atau spektrofotometri pada panjang gelombang tertentu. Uji efek antidiabetes dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode uji toleransi glukosa dan metode uji diabetes aloksan (Anonim, 1993). a. Metode Uji Toleransi Glukosa Prinsip metode ini yaitu pada kelinci yang telah dipuasakan (20-24 jam), diberikan larutan glukosa 50 % peroral, setengah jam sesudah pemberian obat yang diujikan. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat, dilakukan pengambilan cuplikan darah vena telinga dari masing-masing kelinci sejumlah 0,5 mL sebagai kadar glukosa darah awal. Pengambilan cuplikan darah vena diulangi setelah perlakuan pada waktu-waktu tertentu. Cuplikan darah ditampung dalam ependorf, disentrifuge selama 5 menit pada putaran 3000 6000 rpm. Serum yang diperoleh diberi pereaksi dan diukur serapannya untuk menentukan kadar glukosanya (Anonim, 1993). b. Metode Uji Diabetes Aloksan Prinsip dari metode ini yaitu induksi diabetes dilakukan pada mencit yang diberi suntikan aloksan monohidrat dengan dosis 70 mg/ kgBB. Penyuntikan

19

dilakukan secara intravena pada ekor mencit. Perkembangan hiperglikemia diperiksa tiap hari. Pemberian obat antidiabetik secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan terhadap mencit positif (Anonim, 1993).

E. Landasan Teori Hasil penelitian Aguilar, dkk (2006) menunjukkan efek hipoglikemik dari biji daun sendok (Plantago mayor L.). Penelitian dilakukan dengan memberikan ekstrak air, ekstrak metanol, ekstrak heksana, dan ekstrak diklorometana dari biji kering Plantago mayor L. masing-masing 500 mg/kgBB pada mencit yang diinduksi aloksan. Semua perlakuan menunjukkan hasil yang signifikan menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji yang dipuasakan. Penurunan kadar glukosa darah yang paling tinggi ditunjukkan oleh ekstrak heksana dan ekstrak diklorometana. Selain itu juga dilakukan analisis fitokimia pendahuluan untuk mengetahui senyawa senyawa yang terkandung dalam biji Plantago mayor L. Dalam ekstrak tersebut menunjukkan adanya senyawa saponin (ekstrak air), saponin, tanin, flavonoid (ekstrak metanol), flavonoid, sterol (ekstrak diklorometana), dan tanin dalam ekstrak heksana. Senyawa senyawa tersebut diduga merupakan senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Aguilar dkk., 2006). Herba daun sendok mengandung plantagin, aukubin, asam ursolik, beta sitosterol, n-hentriakuntan, dan plantaglusida yang terdiri dari methyl Dgalakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa. Juga mengandung tanin, kalium, dan vitamin (B1, C, A). (Dalimartha, 1999).

20

Infusa daun sendok mempunyai kemampuan dalam perbaikan sel-sel pulau Langerhans pankreas akibat pemberian aloksan dan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Sudarsono dkk., 2002).

F. Hipotesis Infusa herba daun sendok (Plantago mayor L.) diduga mempunyai kemampuan menurunkan kadar glukosa darah kelinci jantan yang telah dibebani glukosa.

21

BAB II METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian Penelitian tentang uji penurunan kadar glukosa darah infusa herba Plantago mayor L. pada kelinci jantan yang dibebani glukosa termasuk kategori penelitian eksperimental semu, menggunakan rancangan percobaan acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti adanya kemungkinan terjadinya sebab akibat diantara variabel. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variable tergantung, dan variable kendali. 1. Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja diubah atau dimanipulasi oleh peneliti dengan maksud untuk mengetahui pengaruhnya pada obyek yang diteliti. Termasuk dalam variabel bebas pada penelitian ini yaitu kelompok perlakuan (kontrol positif, kontrol negatif, variasi dosis infusa herba daun sendok). 2. Variabel tergantung yaitu variabel yang memiliki nilai yang berubah-ubah sebagai akibat manipulasi dari variabel bebas. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah efek penurunan kadar glukosa darah oleh infusa herba daun sendok. 3. Variabel kendali yaitu variabel data penelitian yang berpengaruh tetapi dapat dikendalikan, terdiri dari hewan uji dan tanaman daun sendok. a. Hewan uji : jenis kelamin, galur, berat badan, kondisi.

22

b. Tanaman daun sendok : waktu pengumpulan, bagian tanaman, dan daerah pengambilan tanaman uji.

B. Bahan dan Alat 1. Bahan a. Tanaman yang digunakan adalah daun sendok yang diperoleh dari Cepogo Boyolali pada bulan Januari 2008. b. Reagensia yang digunakan adalah aquadest, D-glukosa monohidrat, GODPAP, EDTA, yang didapat dari Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan obat antidiabetes oral acarbose (Glucobay). c. Hewan uji yang digunakan adalah kelinci lokal berjenis kelamin jantan, bermata merah, serta memiliki berat badan 1,2-2,0 kg. 2. Alat yang digunakan a. Infundasi: panci infusa, termometer, kain flannel, gelas ukur, kompor. b. Uji farmakologi: timbangan hewan uji, scalpel, jarum per-oral, alat-alat gelas, microtube 1,5 mL, mikropipet, yellow tips, white tips, minispin ependorf, spektrofotometer (Star Dust FC 15).

C. Jalannya Penelitian 1. Determinasi tanaman Tujuan determinasi tanaman daun sendok adalah untuk memastikan dan meyakinkan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar tanaman daun sendok. Determinasi terhadap tanaman daun sendok dilakukan di Laboratorium

23

Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Pembuatan simplisia herba daun sendok Tanaman diperoleh dari daerah Cepogo - Boyolali pada bulan Januari 2008. Bagian tanaman yang digunakan adalah herba, yaitu seluruh bagian tanaman (daun, biji, batang, bunga) kecuali akar. Pengambilan tanaman dilakukan di bawah sinar matahari (pukul 10.00 12.00 WIB), karena diperkirakan pada waktu tersebut fotosintesis tanaman berlangsung sempurna. Tanaman diambil, dicuci bersih, disortasi untuk memisahkan bagian tanaman yang rusak dan tumbuhan lain. Perajangan dilakukan untuk membantu mempercepat proses pengeringan. Rajangan dikeringkan di bawah sinar matahari dan ditutup dengan kain hitam untuk mencegah kerusakan kandungan kimia tanaman yang disebabkan sinar UV dari matahari. Setelah itu simplisia diserbuk dengan blender untuk memperbesar luas permukaan partikel agar kontak antara bahan dan larutan penyari lebih besar. 3. Pembuatan Infusa herba daun sendok Pembuatan infusa herba daun sendok dilakukan dengan metode infundasi. Serbuk daun sendok yang telah ditimbang dengan berat tertentu dicampur air dalam panci sesuai konsentrasi yang diinginkan ditambah lagi air sebanyak dua kali bobot bahannya. Kemudian dipanaskan dengan penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 90oC sambil sekali-kali diaduk. Infusa diserkai selagi panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air ditambahkan air mendidih melalui ampasnya hingga diperoleh volume infusa

24

yang dikehendaki. 4. Penentuan Operating Time Sebanyak 10,0 L aquadest ditambah 1000 mL reagen GOD-PAP Diasys yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10,0 L glukosa baku dari DiaSys ditambah 1000,0 L reagen GOD-PAP DiaSys, kemudian diinkubasi pada suhu kamar (25-30
o

C).

Serapannya

dibaca

dengan

spektrofotometer (Star Dust FC 15) pada panjang gelombang 500 nm (berdasarkan panjang gelombang yang tertera di leaflet reagen GOD-PAP) dan dibaca pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60. Penentuan operating time dimaksudkan untuk memperoleh waktu serapan yang stabil. 5. Penentuan panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimum Sebanyak 10,0 L aquadest ditambah 1000,0 L reagen GOD-PAP (DiaSys) yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10,0 L glukosa baku dari DiaSys ditambah 1000,0 L reagen GOD-PAP (DiaSys), kemudian diinkubasi pada suhu kamar. Serapan dibaca dengan menggunakan alat spektrofotometer visibel (Star Dust FC) pada panjang gelombang 340, 405, 500, 546, 578, dan 630 nm dengan menunggu operating time sesuai hasil yang diperoleh pada penentuan operating time. Panjang gelombang serapan maksimum ditentukan untuk mendapatkan panjang gelombang saat serapan tertinggi. 6. Pembuatan stok glukosa D-Glukosa monohidrat (berat sesuai dosis orientasi) dilarutkan sedikit demi sedikit dalam air panas hingga 100,0 mL. Stok sediaan dibuat dalam 100 mL, tiap pemberian sebanyak 3 mL, sehingga untuk dosis:

25

a. 1 g/ kgBB Konsentrasi

= 1,5 g/ 1,5 kgBB = 1,5 g/ 3mL = 0,5 g/ mL = 50 g/ 100 mL

b. 2 g/ kgBB Konsentrasi

= 3 g/ 1,5 kgBB = 3 g/ 5mL = 0,6 g/ mL = 60 g/ 100mL

7. Perhitungan dosis acarbose Perhitungan dosis acarbose untuk kelinci didasarkan pada dosis terapi peroral untuk manusia. Acarbose yang digunakan ialah Glucobay. Dosis sekali minum untuk manusia berat badan 70 kg adalah 50 mg. Dosis tersebut dikonversikan ke kelinci dengan berat 1,5 kg dengan nilai konversi 0,07. Kemudian nilai konversi tersebut dikalikan dengan dosis terapi untuk manusia, yaitu 0,07 x 50 mg = 3,5 mg/ 1,5 kgBB atau 2,33 mg/ kgBB untuk diberikan sekali minum. Dosis acarbose = 3,5 mg/ 1,5 kgBB = 3,5 mg/ 3 mL = 1,167 mg/ mL Jika dibuat stok 100 mL = 117 mg/ 100 mL Ditimbang 20 tablet glucobay didapatkan berat 2697,7 mg, maka berat rata-rata 1 tablet glucobay adalah
2697,7 mg = 134,85 mg. Acarbose untuk volume 100 ml 20 tablet

26

117 mg x 134,85 mg = 315,55 mg/100 ml sehinga untuk membuat stok 50 mg

acarbose dengan menimbang sebanyak 315,55 mg tablet glucobay kemudian disuspensi dengan aquadest hangat hingga 100 ml. 8. Penetapan peringkat dosis Pemakaian di masyarakat Indonesia (BB 50 kg) ialah 10 gram herba kering daun sendok untuk sekali minum. Maka untuk manusia 70 kg :

70 kg x 10 g herba daun sendok = 14 g 50 Pemakaian untuk manusia kemudian dikoversikan pada kelinci 1,5 kg (faktor konversi 0,07) 14 g x 0,07 = 0.98 g / 1,5 kgBB = 0,65 g /kgBB

Selanjutnya dibuat orientasi dosis dengan faktor pengali dan pembagi menggunakan bilangan 2. 0,65 g / kgBB x 2 0,65 g/ kgBB : 2 = 1,30 g / kgBB, dan = 0,33 g/ kgBB

Sehingga, dosis untuk infusa herba daun sendok adalah 0,33 g/ kgBB ; 0,65 g/ kgBB ; 1,30 g/ kgBB. Stok sediaan dibuat dalam 100 mL, tiap pemberian sebanyak 3 mL, sehingga untuk dosis: a. 0,33 g/ kgBB = 0,495 g/ 1,5 kgBB Konsentrasi = 0,495 g/ 3 mL = 0,165 g/ mL = 16,5 g/ 100 mL = 16,5 %

27

b. 0,65 g/ kgBB = 0,975 g/ 1,5 kgBB Konsentrasi = 0,975 g/ 3 mL = 0,325 g/ mL = 32,5 g/ 100mL = 32,5 % c. 1,30 g/ kgBB = 1,965 g/ 1,5 kgBB Konsentrasi = 1,965 g/ 3 mL = 0,655 g/ mL = 65,5 g/ 100mL = 65,5 % 9. Uji Pendahuluan a. Pembuatan Model Hiperglikemi Hewan uji dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari tiga kelinci. Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 20-24 jam dengan tetap diberi minum ad libitum. Pada penelitian ini pembagian kelompok perlakuan sebagai berikut: 1) Kontrol normal : hewan uji diberi aquadest 3mL/ 1,5 kgBB

2) Kontrol hiperglikemi : hewan uji diberi glukosa 50% sebanyak 3 mL/ 1,5 kgBB dan glukosa 60% sebanyak 5 mL/ 1,5 kgBB. Masing-masing hewan uji diambil darahnya dari vena telinga kelinci pada menit ke-0, 30, 60, 90, 120, 180, 240. Darah yang digunakan yaitu plasma darah yang ditetapkan kadar glukosanya dengan metode enzimatis. b. Waktu Pembebanan Glukosa Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 3 kelinci. Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 20-24 jam dengan

28

tetap diberi minum ad libitum. Pada penelitian ini pembagian kelompok perlakuan sebagai berikut: a) Kontrol negatif : hewan uji diberi aquadest dan glukosa konsentrasi 60% b) Kontrol positif : hewan uji diberi acarbose dan glukosa konsentrasi 60% c) Uji I : hewan uji diberi infusa herba daun sendok 30 menit sebelum pembebanan glukosa konsentrasi 60% d) Uji II : hewan uji diberi infusa herba daun sendok dengan pembebanan glukosa konsentrasi 60%. 10. Uji Penurunan kadar glukosa darah Kelinci dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan. Setiap kelompok terdiri dari 4 ekor. Kelinci dipuasakan (20-24 jam), tetap diberi minum ad bersamaan

libitum. Kemudian dilakukan pengambilan cuplikan darah vena telinga dari

masing-masing kelinci sejumlah 0,5 ml sebagai kadar glukosa darah awal. Masing-masing kelinci dibagi dalam 5 kelompok dan diberi perlakuan yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) Kelompok I kontrol negatif diberi aquadest Kelompok II kontrol positif diberi acarbose dosis 2,33 mg/ kgBB Kelompok III diberi infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/ kgBB Kelompok IV diberi infusa herba daun sendok dosis 0,65 g/ kgBB Kelompok V diberi infusa herba daun sendok dosis 1,30 g/ kgBB Pemberian sediaan uji dilakukan bersamaan dengan pembebanan glukosa (5mL/ 1,5 kgBB). Setelah pembebanan glukosa, cuplikan darah diambil dari vena telinga kelinci tiap menit ke-0, 30, 60, 90, 120, 180, 240 dengan volume kira-kira

29

0,5 mL. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode enzimatis menggunakan reagen GOD-PAP. Skema rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 11. Penetapan kadar glukosa darah (plasma) Kadar glukosa darah ditetapkan secara enzimatis dengan menggunakan reagen GOD-PAP. Cuplikan darah ditampung dalam microtube 1,5 mL yang diberi EDTA, kemudian dipusingkan dengan vortex dan disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit serta dipersiapkan komposisinya seperti pada Tabel 1. Kelinci sebanyak 20 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, dipuasakan selama 20-24 jam Pengambilan cuplikan darah vena telinga sejumlah 0,5 ml (kadar glukosa darah awal)

Kontrol positif (acarbose 2,33 mg/kg bb) 3 ml/ 1,5 kgBB

Kontrol negatif aquadest 3 ml/1,5 kgBB

Perlakuan I Perlakuan II (Dosis (Dosis 0,3 g/ kgBB) 0,65 g/ kgBB)

Perlakuan III (Dosis 1,30 g/ kgBB)

Dilakukan pembebanan glukosa 2 g/kgBB sesaat setelah pemberian sediaan uji Pengambilan cuplikan darah pada menit ke- 0, 30, 60, 90, 120, 180, 240

Pengukuran kadar glukosa darah dengan metode enzimatis Pembacaan kadar pada spektrofotometer Star Dust, kadar dalam Analisis hasil perolehan dan uji statistik

Gambar 1. Skema Jalannya Penelitian

30

Tabel 1. Komposisi Sampel, Standar, dan Blangko yang dianalisis pada Penetapan Kadar Glukosa Darah Komposisi Bahan Volume Pengambilan Sampel (L) Standar (L) Blangko (L) Plasma darah 10 Glukosa standar 10 Aquadest 10 Ditambah 1000,0 L reagen GOD-PAP (DiaSys). Diinkubasi pada suhu kamar selama operating time. Kemudian serapan dibaca dengan spektrofotometer (Star Dust FC) pada panjang gelombang maksimum.

D. Cara Analisis

Data berupa kadar glukosa darah (mg/dL) diubah ke dalam persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal dengan rumus
P
n

C C

n 0

x 100%

.............(1)

Ket: Cn = kadar glukosa darah pada waktu tertentu C0 = kadar glukosa awal Pn = persentase kadar glukosa darah pada waktu tertentu terhadap kadar glukosa awal

Antara persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal dan waktu pengambilan cuplikan dibuat kurva. Dari kurva tersebut kemudian dihitung luas daerah di bawah kurva / Area Under the Curve (AUC) dari menit ke-0 sampai menit ke-240 (AUC0-240) dengan rumus trapesium untuk masing-masing perlakuan, yaitu:

AUC 0 n =

t1 t0
2

x (P0 + P1) +

t2 t1
2

x (P1 + P2) + ......

tn tn 1
2

x (Pn + Pn 1)

..................(2)

31

Langkah selanjutnya, dilakukan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji distribusi dengan Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan
Levene statistic. Apabila nilai D hitung > D tabel atau p<0,05. Artinya sampel

tersebut diambil dari populasi yang terdistribusi tidak normal. Sedangkan jika D hitung < D tabel atau p>0,05 artinya sampel tersebut diambil dari populasi yang terdistribusi normal. Apabila data terdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan uji statistik parametric (uji Anava 1 jalan dengan taraf kepercayaan 95%). Kemudian bila terdapat perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan

Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila tidak

terdistribusi normal maka dilanjutkan ke uji non-parametric (uji Kruskal-Wallis, untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, jika hasil diterima dilanjutkan ke uji Mann-Whitney). Kemampuan sediaan uji dalam menurunkan kadar glukosa darah, diketahui dari perhitungan dengan rumus persentase penurunan kadar glukosa darah (% PKGD) yaitu:
% PKGD = AUC 0 240 kel.kontro l negatif - AUC 0 - 240 kel.kontro l perlakuan AUC 0 - 240 kontrol perlakuan x 100%

....(3)

32

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel. Kebenaran tanaman dalam penelitian merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Determinasi tanaman dilakukan di laboratorium biologi FKIP UMS dengan menggunakan pustaka Flora of Java (1965). Hasil determinasi sebagai berikut: 1b, 2b, 3b, 4b, 12b, 13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b, 23b, 24b, 25b, 26b, 27a, 28b, 29b, 30b, 31b, 403b, 404b, 414a, 451b, 452b, 453b, 464a, 466a, 467a, 468b, 469b, 470d, 488c, 491a, 492a 1 1b Genus: Plantago Species : Plantago mayor L. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benar tanaman daun sendok (Plantago major L.). famili: Plantaginaceae

B. Hasil Infundasi Herba Daun Sendok

Herba daun sendok di potong-potong kemudian dikeringkan untuk menghilangkan air, yang dikhawatirkan dapat menghidrolisis senyawa berkhasiat dalam tanaman. Simplisia kering kemudian diserbuk/ diblender untuk memperluas permukaan, sehingga zat-zat yang terkandung di dalam herba lebih mudah tersari.

33

Tahap selanjutnya yaitu penyarian dengan aquadest. Sesaat sebelum dipanaskan, simplisia dibasahi dengan cairan penyari. Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada penyari untuk memasuki pori-pori simplisia, mengganti udara di pori-pori simplisia yang kering dengan cairan penyari. setelah itu baru dibuat infusa dengan dipanaskan pada suhu 90oC selama 15 menit. Pembuatan infusa dilakukan sesaat sebelum pemberian sediaan uji, untuk menghindari tumbuhnya jamur karena air merupakan media pertumbuhan jamur.
Aquadest dipilih sebagai cairan penyari karena di dalam Plantago mayor

L. terdapat senyawa yang bersifat polar. Keuntungan air dibanding pelarut lainnya yaitu murah, mudah didapat, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan alamiah. Sedangkan kelemahan air sebagai cairan penyari yaitu tidak selektif, mudah ditumbuhi kapang, dan cepat rusak.

C. Hasil Penetapan Waktu Serapan Optimum (Operating Time)

Penentuan operating time ditujukan untuk mengetahui waktu serapan optimum ketika glukosa standar dan GOD-PAP bereaksi membentuk warna merah stabil yaitu kuinonimin. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada Gambar 2. Warna merah (kuinonimin) merupakan hasil reaksi bertahap antara glukosa darah dengan GOD-PAP. Tahap pertama yaitu pembentukan asam gukonat dari glukosa dengan katalis enzim glukose oksidase (GOD). Senyawa lain yang dihasilkan dari reaksi tersebut yaitu hidrogen peroksidase (H2O2). Tahap selanjutnya yaitu pembentukan kuinonimin. Hidrogen peroksidase yang dihasilkan akan bereaksi dengan 4 amino antipirin dan fenol dengan katalis

34

enzim peroksidase menghasilkan kuinonimin yang berwarna merah intensif (Henry dkk., 1974) .

Gambar 2. Pembentukan Senyawa Berwarna Merah (Kuinonimin) pada Reaksi Enzimatis dengan Reagen GOD-PAP (Henry dkk., 1974)

Serapan dibaca pada panjang gelombang 500 nm sesuai panjang gelombang yang tertera pada leaflet reagen GOD-PAP, tiap 5 menit selama 60 menit. Parameter stabil yaitu jika pada waktu tertentu larutan menunjukkan

serapan yang bernilai sama berturut-turut. Hasil penetapan operating time disajikan pada Tabel 2. Sedangkan kurva hubungan antara waktu inkubasi dengan nilai absorbansi disajikan pada Gambar 3. GOD-PAP merupakan enzim yang memerlukan waktu tertentu untuk bereaksi optimum, sehingga perlu diinkubasi. Gambar 3 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa waktu yang memberikan serapan optimum terjadi pada menit

35

ke 15 - 20. Jika waktu inkubasi kurang dari waktu inkubasi optimum/ operating
timenya, maka enzim tidak akan bereaksi sempurna dengan substratnya (glukosa).

Apabila waktu inkubasi melebihi 20 menit maka senyawa yang terbentuk akan terdegradasi.

Gambar 3. Kurva Hubungan antara Waktu Inkubasi dengan Nilai Absorbansi Tabel 2. Hasil Penetapan Operating Time dari Glukosa Standar dengan Pereaksi GOD-PAP (Diasys) pada Panjang Gelombang 500 nm selama 60 Menit

Waktu (menit)

Absorbansi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

0,184 0,273 0,279 0,266 0,266 0,286 0,265 0,279 0,272 0,272 0,277 0,287 0,277

36

D.

Hasil Penetapan Panjang Gelombang yang Memiliki Absorbansi Maksimum

Tujuan ditetapkannya panjang gelombang maksimum yaitu untuk mengetahui panjang gelombang yang mempunyai serapan terbesar, yaitu saat senyawa berwarna yang terbentuk telah optimum, sehingga diperoleh kepekaan yang maksimum. Hasil percobaan menunjukkan bahwa panjang gelombang 500 nm mempunyai serapan maksimum pada glukosa darah dibandingkan panjang gelombang lainnya, yaitu 0,376. Dengan demikian pembacaan kadar glukosa darah pada spektrofotometer Star Dust selanjutnya dilakukan pada panjang gelombang 500 nm. Data hasil penetapan panjang gelombang maksimum disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 4.
Tabel 3. Absorbansi Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAP Pengukuran Berbagai Panjang Gelombang Panjang gelombang (nm) 340 405 500 546 578 630 Absorbansi 0,312 0,084 0,376 0,260 0,156 0,043 (Diasys) pada

Gambar 4. Kurva Hubungan Panjang Gelombang dengan Nilai Absorbansi antara Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAP(DyaSis)

37

E. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah

Penelitian penurunan kadar glukosa darah ini menggunakan metode toleransi glukosa oral. Prinsip kerjanya yaitu membebani hewan uji dengan glukosa hingga keadaan hiperglikemi tanpa merusak pankreas hewan uji. Hewan uji yang digunakan yaitu kelinci jantan lokal berat antara 1,2-2 kg. Pemilihan jenis kelamin jantan dan lokal untuk meminimalkan adanya variasi hasil kadar glukosa darah, karena hewan uji merupakan veriabel kendali. Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 20-24 jam sebelum diberi perlakuan tetapi tetap diberi minum ad libitum. Tujuan dipuasakan yaitu untuk menghindari pengaruh makanan yang dapat mempengaruhi/ mempertinggi kadar glukosa darah jika kelinci dibebani glukosa. Sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang selama puasa, maka kelinci diberi minum ad libitum. Selanjutnya dilakukan uji pendahuluan dan uji utama sesuai skema jalannya penelitian pada Gambar 1. 1. Uji Pendahuluan a. Pembuatan Model Hiperglikemik Pembuatan model hiperglikemik bertujuan untuk mengetahui dosis glukosa yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah hewan uji sampai melebihi kadar normal atau hiperglikemik. Hasil dari orientasi ini akan dijadikan sebagai pedoman uji utama, untuk memastikan bahwa hewan uji benar-benar telah mengalami kenaikan kadar glukosa darah sebelum diuji efek penurunan kadar glukosa darahnya.

38

Hewan uji dipuasakan, kemudian diambil cuplikan darah sebagai kadar glukosa puasa. Tujuan penetapan kadar glukosa darah puasa yaitu untuk mengoreksi kadar glukosa darah tiap pengambilan cuplikan. Dosis glukosa yang diorientasikan yaitu 1 g/kgBB dan 2 g/kgBB, yang dibandingkan dengan kontrol normal tanpa pembebanan glukosa. Darah yang digunakan yaitu plasma darah, sehingga perlu penambahan EDTA sebagai antikoagulan. Setelah diambil glukosa darah puasanya, hewan uji diberi sedian sesuai masing-masing kelompok. Data berupa kadar glukosa darah (Lampiran 1) diubah menjadi persentase kadar glukosa terhadap kadar awal (Tabel 4). Kurva hubungan antara persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal dengan waktu sampling ditunjukkan pada Gambar 5.
Tabel 4. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada Pembuatan Model Hiperglikemik (n=3) % Kadar glukosa darah terhadap kadar awal (rata-rata SE) Menit keGlukosa Glukosa Kontrol normal 2 g/kgBB 1 g/kgBB 0 109,15 6,90 178,8 50,12 139,58 6,85 30 108,55 9,34 254,52 36,84 187,29 17,92 60 110,13 10,75 216,64 23,21 167,77 13,08 90 111,52 9,09 171,29 24,89 144,39 23,04 120 106,06 9,09 120,39 12,00 112,74 7,68 180 101,99 7,49 109,37 8,48 116,63 10,12 240 88,58 2,67 106,69 5,77 114,19 1,24
Orientasi model hiperglikemik
%kadar glukosa darah 300 250 200 150 100 50 0 0 30 60 90 120 150 180 210 240 Menit kekontrol normal glukosa 2 g/kgBB glukosa 1 g/kgBB

Gambar 5. Kurva Hubungan % Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Dosis Pembebanan terhadap Waktu (n=3)

39

Berdasarkan kurva hubungan % kadar glukosa darah pada berbagai dosis pembebanan terhadap waktu (Gambar 5) dapat dihitung AUC antara kontrol normal, glukosa 2 g/kgBB, dan glukosa 1 g/kgBB (Tabel 5). Parameter nilai AUC menggambarkan jumlah total glukosa yang mencapai sirkulasi sistemik, sehingga nilai AUC terbesar menunjukkan bahwa glukosa lebih banyak masuk ke sirkulasi sistemik.
Tabel 5. Nilai AUC0-240 pada Berbagai Model Hiperglikemik Kelompok perlakuan AUC0-240 (rata-rata SE, %menit)

kontrol normal (aquadest) glukosa 2 g/kgBB glukosa 1 g/kgBB

25093 1879,67 37135 2071,41 32574 1225,48

Dosis pembebanan glukosa 2 g/kgBB menunjukkan nilai AUC total yang paling besar. Untuk mengetahui dosis berapa yang digunakan dalam pembebanan glukosa, maka dilakukan uji statistik. Nilai AUC
0-240

dianalisis statistik menggunakan program SPSS 12. Uji

yang dilakukkan pertama kali yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk dosis pembebanan glukosa sebesar 0,969 > 0,05 yang berarti data terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis homogenitas varian dengan Levene Statistic untuk mengetahui homogenitas dari nilai AUC tiap-tiap kelompok perlakuan. Dari uji homogenitas varian didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,421 > 0,05 yang berarti data AUC memiliki varian yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji analisis varian satu jalan (one way anova).

40

One way anova dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang

diberikan mempunyai perbedaan yang signifikan. Berdasarkan anava satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% didapatkan nilai signifikansi 0,008 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara kontrol normal, glukosa dosis 1 g/kgBB, dan dosis 2 g/kgBB dalam mempengaruhi kadar glukosa darah. Analisis selanjutnya yaitu Least Significant Difference (LSD) untuk mengetahui dan membandingkan adanya perbedaan antarkelompok perlakuan. Hasil uji LSD dengan taraf kepercayaan 95 % pada beberapa uji ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil LSD AUC 0-240 Antarkelompok Perlakuan Orientasi Dosis Pembebanan Glukosa dengan Taraf Kepercayaan 95 % Antar kelompok perlakuan Normal -Glukosa 2 g/kgBB Normal -Glukosa 1 g/kgBB Glukosa 1 g/kgBB - glukosa 2 g/kgBB Nilai p 0,003 0,024 0,117 Keterangan berbeda bermakna berbeda bermakna berbeda tidak bermakna

Hasil uji LSD untuk orientasi dosis pembebanan glukosa menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kontrol normal dengan glukosa dosis 2 g/kgBB maupun dosis 1 g/kgBB. Artinya, dengan pembebanan glukosa 1 g/kgBB maupun 2 g/kgBB mampu menaikkan kadar glukosa darah hewan uji. Sedangkan dosis 1 g/kgBB dan 2 g menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna, yang berarti kedua dosis dapat digunakan untuk menaikkan kadar glukosa darah. Percobaan ini menggunakan glukosa dosis 2g/kgBB, karena nilai AUCnya lebih tinggi daripada dosis 1 g/kgBB. b. Penetapan Waktu Pembebanan Glukosa Penetapan waktu pembebanan glukosa bertujuan untuk mengetahui waktu

41

pemberian glukosa yang tepat. Dengan demikian dapat diketahui efek penurunan kadar glukosa darah oleh acarbose maupun infusa herba daun sendok. Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, masing-masing kontrol negatif (aquadest), kontrol positif (acarbose), dan infusa herba daun sendok dosis 1,30 g/kgBB yang diberikan 30 menit sebelum serta bersamaan dengan glukosa. Sesuai dengan penggunaan pada manusia, acarbose diminum bersama suapan pertama, sehingga pembebanan glukosa bersamaan dengan aquadest maupun acarbose. Orientasi dilakukan pada kontrol positif untuk membandingkan apakah kemampuan obat untuk memberikan efek penurunan kadar glukosa darah sama dengan infusa herba daun sendok. Infusa herba daun sendok diberikan 30 menit sebelum dan bersamaan dengan pembebanan glukosa, untuk mengetahui waktu pemberian glukosa yang efektif sehingga ketika diberikan sediaan uji dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang maksimal. Hewan uji diberikan perlakuan seperti halnya pada orientasi model hiperglikemik, kemudian diukur kadar glukosa darahnya. Kadar glukosa darah selanjutnya diubah dalam persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal (Tabel 7).
Tabel 7. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada Orientasi Waktu pembebanan Glukosa Menit ke0 30 60 90 120 180 240 % kadar glukosa terhadap kadar awal (rata-rataSE) Kontrol positif Kontrol negatif Infusa 30 menit Infusa bersamaan bersamaan sebelum bersamaan 111 1,43 135 19,34 119 8,59 109 4,80 105 2,00 204 17,18 158 16,30 131 15,06 118 4,50 170 31,19 185 13,99 119 5,74 116 9,63 154 31,80 192 12,14 117 6,60 109 10,31 109 5,22 152 26,27 102 10,61 106 8,32 106 7,73 132 17,53 82 6,67 94 2,34 116 9,96 113 10,73 70 8,52

42

Data rata-rata persentase kadar glukosa darah terhadap waktu sampling masing-masing kelompok perlakuan kemudian dibuat kurva (Gambar 6). Luas area di bawah kurva (AUC) masing-masing perlakuan dapat dihitung dari Gambar 6. Nilai AUC (Tabel 8) kemudian dianalisis statistik sehingga dapat diketahui waktu pembebanan glukosa yang akan digunakan untuk uji utama.

Gambar 6. Kurva Hubungan Antara Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Waktu Pembebanan Glukosa (n=3) Tabel 8. AUC0-240 pada Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa (n=3) Kelompok perlakuan kontrol positif kontrol negatif infusa 30 menit sebelum glukosa infusa bersamaan glukosa AUC0-240 (rata-rataSE) 25987 1321,94 32605 1569,09 35999 2598,26 24244 757,79

Uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene statistic untuk waktu pembebanan glukosa masing-masing mempunyai nilai signifikansi > 0,05. Hal tersebut berarti data terdistribusi normal dan homogen, sehingga dilanjutkan dengan anava satu jalan.

43

Hasil anava satu jalan menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari AUC waktu pembebanan glukosa sebesar 0,004 < 0,05. Artinya ada perbedaan yang bermakna antara kontrol positif, kontrol negatif, infusa 30 menit sebelum dan bersamaan dengan pembebanan glukosa pada kadar glukosa darah. Untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan dalam mempengaruhi kadar glukosa darah, maka dilakukan uji LSD. Hasil LSD AUC0-240 antarkelompok perlakuan orientasi waktu pembebanan glukosa ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji LSD AUC0-240 Antarkelompok Perlakuan Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa dengan Taraf Kepercayaan 95 % Nilai p 0,025 0,003 0,489 0,195 0,008 0,001 Keterangan berbeda bermakna berbeda bermakna berbeda tidak bermakna berbeda tidak bermakna berbeda bermakna berbeda bermakna

Antar kelompok perlakuan kontrol positif - negatif kontrol positif infusa 30' sebelum kontrol positif infusa bersamaan kontrol negatif infusa 30' sebelum kontrol negatif infusa bersamaan 30' sebelum infusa bersamaan

Hasil uji LSD menunjukkan bahwa pembebanan glukosa 30 menit sebelum infusa dengan kontrol negatif berbeda tidak bermakna, sedangkan dengan kontrol positif berbeda bermakna. Hal tersebut berarti kemampuan penurunan kadar glukosa darah oleh infusa sama dengan kontrol negatif, dan berbeda kemampuannya dengan kontrol positif, jika dibebani glukosa 30 menit sebelumnya. Uji LSD untuk pembebanan glukosa bersamaan infusa dengan kontrol negatif berbeda bermakna, sedangkan dengan kontrol positif berbeda tidak bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penurunan kadar

44

glukosa darah oleh infusa sama dengan acarbose, dan berbeda kemampuannya dengan aquadest, jika pembebanan glukosa dilakukan bersamaan dengan sediaan uji. Sedangkan uji LSD antara waktu pembebanan glukosa 30 menit dan bersamaan dengan infusa menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sehingga, untuk pembebanan glukosa selanjutnya dilakukan bersamaan dengan pemberian sediaan uji. 2. Uji Utama Uji utama efek penurunan kadar glukosa darah infusa herba daun sendok dilakukan setelah uji pendahuluan. Tujuan dari uji ini yaitu untuk melihat efek penurunan kadar glukosa darah dari infusa herba daun sendok pada 3 seri dosis. Metode uji yang digunakan yaitu uji uji toleransi glukosa oral (UTGO). Berbeda dengan metode uji diabetes dengan induksi aloksan, UTGO dapat memberikan gambaran kenaikan kadar glukosa darah dengan cepat setelah pembebanan glukosa. Selain itu juga memberikan efek penurunan kadar glukosa darah cepat pula oleh obat atau zat-zat yang berefek hipoglikemik, karena

glukosa cepat dimetabolisme. Namun, metode toleransi glukosa oral memiliki kelemahan, yaitu hewan uji hanya dibebani glukosa tanpa merusak pankreas, yang berarti sel-sel beta masih dalam kondisi normal, dan sekresi insulin masih normal walaupun jumlah glukosa berlebih. Hiperglikemi terjadi akibat glukosa yang menumpuk sedangkan sel beta pankreas rusak, sehingga insulin tidak mampu mentransport glukosa ke dalam sel. Glukosa merupakan aldoheksosa, yang sering kita sebut sebagai dekstrosa, gula anggur ataupun gula darah. Gula ini terbanyak ditemukan di alam. Sebagian dari

45

gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa merupakan contoh dari polisakarida. Glikogen merupakan polisakarida yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah karena merupakan cadangan energi pada hewan dan manusia yang disimpan di hati dan otot sebagai granula, dan jika dibutuhkan oleh tubuh akan diubah menjadi glukosa yang dikenal sebagai proses glikogenolisis. Volume pemberian sediaan sebanyak setengah dari volume maksimal, dimaksudkan untuk menghindari ketoksikan akibat terlalu banyak cairan yang masuk. Volume maksimal kelinci yaitu 12 mL, diberikan 3 mL sediaan uji dan 5 mL glukosa 60 %, sehingga masing-masing hewan uji hanya mendapatkan 8 mL dari total sediaan yang diberikan. Penetapan kadar glukosa darah dilakukan dengan metode enzimatis, yaitu dengan menambahkan reagen GOD-PAP yang berisi dapar fosfat 250 mmol/L, fenol 5 mmol/L, 4-amino antipirin 0,5 mmol/L, glukosa oksidase (GOD) 10 ku/L, dan peroksidase (POD) 1 ku/L. Jika glukosa bereaksi dengan reagen GOD-PAP akan terbentuk senyawa yang berwarna merah, seperti mekanisme pada Gambar 2. Besarnya intensitas warna yang terbentuk berbanding lurus dengan jumlah kadar glukosa darah. Pembentukan senyawa berwarna memerlukan waktu inkubasi agar reaksi antara glukosa darah dengan enzim enzim yang terdapat dalam reagen berlangsung optimum. Reaksi tersebut akan merubah warna cairan dari bening menjadi berwarna merah, sehingga dapat dibaca kadarnya di Star Dust.

46

Pembacaan kadar menggunakan spektrofotometer Star Dust sesuai dengan hasil penetapan waktu serapan yang stabil dan panjang gelombang serapan maksimum. Kadar yang diperoleh pada menit-menit tertentu kemudian dihitung dalam persentase kadar glukosa darah terhadap kadar puasa. Persentase kadar glukosa darah ditunjukkan pada Tabel 10. Persentase kadar glukosa darah yang diperoleh kemudian dibuat kurva hubungan terhadap waktu (menit). Profil kurva disajikan pada Gambar 7.
Tabel 10. Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Kelompok Perlakuan (n=4) Menit ke0 30 60 90 120 180 240 Persentase kadar glukosa darah pada berbagai kelompok perlakuan Kontrol Kontrol infusa dosis infusa dosis infusa dosis positif negatif 0,33 g/kgBB 0,65 g/kgBB 1,30 g/kgBB 111 1,01 141 15,04 112 3,76 125 8,50 121 4,84 115 6,98 204 12,17 134 8,79 156 9,63 159 6,60 135 9,23 170 22,06 127 12,22 143 4,84 144 8,19 131 4,61 157 22,59 117 10,14 128 8,78 134 8,52 129 9,46 117 8,71 107 8,14 107 2,69 125 8,05 110 2,73 108 6,12 111 2,65 99 1,66 115 5,30 96 2,16 105 12,72 94 3,50 95 3,50 104 2,49

Gambar 7. Profil Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Waktu

47

Kurva hubungan persentase kadar glukosa darah terhadap waktu digunakan untuk menghitung luas area di bawah kurva (AUC). Nilai AUC
0-240

tiap perlakuan menunjukkan jumlah kadar glukosa dalam darah selama 240 menit. Nilai AUC0-240 setiap perlakuan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai AUC0-240 dari Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Waktu pada Berbagai Perlakuan Kelompok perlakuan kontrol positif kontrol negatif infusa dosis 0,33 g/kgBB infusa dosis 0,65 g/kgBB infusa dosis 1,30 g/kgBB AUC0-240 (rata-rata SE) 28411 833,78 32951 1162,24 27298 1144,99 28231 313,46 30590 1202,00

Kontrol negatif memiliki profil kurva paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal tersebut karena kontrol negatif hanya diberi aquadest, sehingga kadar glukosa darah kelinci cenderung masih tinggi. Sedangkan kurva kontrol positif dengan infusa berbagai dosis masih di bawah kurva kontrol negatif. Untuk mengetahui apakah kontrol positif dan infusa mempunyai efek menurunkan kadar glukosa, maka diperlukan uji statistik terhadap nilai AUC perlakuan tersebut. Nilai signifikansi dari analisis statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene
Statistic untuk uji utama berturut-turut adalah 0,344 dan 0,109 (p>0,05). Hal
0-240

berbagai

tersebut menunjukkan bahwa AUC

0-240

dari masing-masing uji terdistribusi

normal dan memiliki varian yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji anava satu jalan.

48

Hasil uji anava dari kelima perlakuan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,007 (p<0,05). Sehingga antara kontrol positif, kontrol negatif, infusa dosis 0,33 g/kgBB, dosis 0,65 g/kgBB, maupun dosis 1,30 g/kgBB mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menurunkan kadar glukosa darah. Karena hasil anava signifikan/ berbeda bermakna, maka dilanjutkan uji LSD untuk membandingkan kemampuan penurunan kadar glukosa darah antara kelompok perlakuan satu dan lainnya. Hasil uji LSD dengan taraf kepercayaan 95 % pada beberapa uji ditunjukkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil LSD AUC 0-240 Kepercayaan 95 %. antara Berbagai Peringkat Dosis dengan Taraf Nilai p 0,005 0,001 0,004 0,112 0,439 0,899 0,140 0,516 0,033 0,113 Keterangan Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda tidak bermakna Berbeda tidak bermakna Berbeda tidak bermakna Berbeda tidak bermakna Berbeda tidak bermakna Berbeda bermakna Berbeda tidak bermakna

Antar kelompok perlakuan Kontrol negatif Kontrol positif Kontrol negatif Dosis 0,33 g/kgBB Kontrol negatif Dosis 0,65 g/kgBB Kontrol negatif Dosis 1,30 g/kgBB Kontrol positif Dosis 0,33 g/kgBB Kontrol positif Dosis 0,65 g/kgBB Kontrol positif Dosis 1,30 g/kgBB Dosis 0,33 g/kgBB Dosis 0,65 g/kgBB Dosis 0,33 g/kgBB Dosis 1,30 g/kgBB Dosis 0,65 g/kgBB 2 Dosis 1,30 g/kgBB

Analisis statistik LSD menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna baik antara kontrol negatif dengan kontrol positif, kontrol negatif dengan infusa dosis 0,33 g/kgBB maupun dosis 0,65 g/kgBB. Hal tersebut menunjukkan bahwa acarbose, infusa dosis 0,33 g/kgBB dan dosis 0,65 g/kgBB mempunyai kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sedangkan antara kontrol

49

negatif dengan infusa dosis 1,30 g/kgBB berbeda tidak signifikan, artinya infusa dosis 1,30 g/kgBB tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa herba daun sendok pada konsentrasi tertinggi (65,5%, dosis 1,30 g/kgBB) tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah. Keadaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya suatu senyawa yang bersifat antagonis dengan senyawa yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Konsentrasi yang lebih rendah dibuat dengan mengencerkan infusa konsentrasi 65,5 % tersebut. Apabila konsentrasinya diencerkan kemungkinan senyawa antagonis tersebut lebih sedikit, sehingga senyawa yang berkhasiat dapat berefek menurunan kadar glukosa darah. Besarnya efek penurunan kadar glukosa darah dihitung dari % PKGD (Penurunan Kadar Glukosa Darah). Purata % PKGD ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah (% PKGD) tiap Kelompok Perlakuan Kelompok perlakuan kontrol positif infusa dosis 0,33 g/kgBB infusa dosis 0,65 g/kgBB Nilai % PKGD (rata-rata SE) 13,78 5,07 17,15 5,30 14,32 3,69

Tabel 13 menunjukkan bahwa % PKGD infusa dosis 0,33 g/kgBB paling besar dibandingkan kontrol positif, infusa dosis 0,65 g/kgBB. Dari nilai AUC0-240 dan % PKGD dapat diketahui bahwa nilai AUC0-240 berbanding terbalik dengan % PKGD, yaitu semakin kecil nilai AUC0-240 akan semakin besar % PKGD sehingga efek menurunkan kadar glukosa darah yang dihasilkan semakin besar. Cairan penyari yang digunakan yaitu air yang bersifat polar, sehingga akan menarik zat aktif dari simplisia yang juga bersifat polar. Plantago mayor L.

50

mengandung beberapa senyawa polar seperti tanin, saponin, flavonoid yang diduga berefek sebagai penurun kadar glukosa darah. Namun, dari penelitian ini belum dapat diketahui senyawa yang bertanggungjawab sebagai penurun kadar glukosa darah, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.

51

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji farmakologi penurunan kadar glukosa darah infusa herba daun sendok ( Plantago mayor L.) dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/kgBB dan 0,65 g/kgBB, dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci jantan yang dibebani glukosa dengan persentase penurunan kadar glukosa darah (% PKGD) masing-masing 17,15 5,30 dan 14,32 3,69. 2. Persentase PKGD infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/kgBB dan 0,65 g/kgBB sebanding dengan acarbose dosis 2,33 mg/kgBB.

B. Saran

1. Perlu diteliti lebih lanjut tentang: a. Pengaruh infusa herba daun sendok dengan konsentrasi yang lebih kecil dari 16,5 % untuk mengetahui dosis minimal yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. b. Senyawa dari Plantago mayor. L yang bertanggung jawab dalam penurunan kadar glukosa darah. 2. Perlu dilakukan uji penurunan kadar glukosa darah dengan kontrol positif acarbose yang dibuat dalam sediaan suspensi.

52

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 12, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 9-10, Direktorat Jenderal POM, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1993, Pedoman Pengujian dan Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 15-17, Yayasan Pengembangan Obat Alam, Jakarta. Anonim, 2006, British National Formulary 51, 350-355, British Medical Association, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 605-612, University Indonesia Press, Jakarta. Aguilar, F. A., Avila, E. V., Perez, J. A., Lezama, R. V., Carrillo, L. V., Ramoz, R. R., 2006, Hipoglycemic Effect of Plantago Major Seeds in Healty And Alloxan-Diabetic Mice, Proc, West Pharmacol, Soc: 49; 51-54. Buse, J, B., Polonsky, K, S., Burant, C, F., 2003, Type 2 Diabetes Mellitus, in: Williams Text Book of Endocrinology 10th Edition, 1427-1429, Saunders, USA, Backer C.A., Van den Brink, R. C, 1965, Flora of Java (Spermatophytes only) Vol. 1. N. V. P. Noordh off Gronirgen, Netherlands. Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Jilid I, 51-55, Trubus Agrimedia, Jakarta. Dalimartha, S., 2005, Tanaman Obat Di Lingkungan Sekitar, 11-12, Puspa Swara, Jakarta. DiPiro, T., Tarbet, L., Yee, C., Matzke, R., Wells, G., and Posey, M., 2005, Pharmacotherapy A Pathopysiologic Approach, 1341, Medical Publishing Division, New York. Guyton, 1997, Resistensi Tubuh Terhadap Infeksi : II, Imunitas dan Alergi. Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 9, 555-577, EGC, Jakarta. Henry, R.J., Canon, D.C., and Winkelmann, J.W., 1978, Clinical Chemistry Ed 2, 1278, Harper and Row, New York.

53

Katzung, B.G., 2002, Basic And Clinical Pharmacology (Farmakologi Dasar Dan Klinik), Edisi III, 585-587, Diterjemahkan Oleh Andrianto. P, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mangoenprasodjo, A. S., 2005, Hidup Sehat dan Normal Thinkfresh. Yogyakarta.
dengan Diabetes,

Masharani, U., Karam, J. H., and German, M. S., 2004, Basic And Clinical Endocrinology, 680-684, Mc. Graw Hill, USA. Ramaiah, 2006, Diabetes, Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan Mendeteksi Sejak Dini, PT Buana Ilmu Populer, Jakarta, Soegondo, S., 2005, Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini, dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, 17-26, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Subroto, 2006, Ramuan Herbal Untuk Diabetes Melitus, 4-9, Penebar Swadaya, Jakarta. Sudarsono., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., dan Purnomo, 2002, Tumbuhan Obat II: Hasil Penelitian, Sifat Sifat dan Penggunaan, 151, Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suharmiati dan Handayani, L., 2006, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, 4-6, Agro Pustaka, Jakarta. Suharmiati, 2003, Pengujian Bioaktivitas Antidiabetes Melitus Tumbuhan Obat, (online),(http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/06pengujianbioaktivit asAntidiabetes.pdf/06-pengujianBioaktivitasAntidiabeteshtml, diakses 2 september 2007). Suyono, S., 2005, Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes, dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, 1-4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Sweetman, S. C., 2005, Martindale: The Complete Drug Refference, 34th Edition,324, Pharmaceutical Press, London. Syamsuhidayat, S.S., dan Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat Penggunaan dan Efek Samping, Edisi IV, 567-584, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

54

Tjokroprawiro, A., 2006, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Waspadji, 2005, Diabetes Melitus Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional, dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Wirahadikusumah, 1985, Biokimia : Metabolisme Energi, Karbohidrat Dan Lipid, Penerbit ITB, Bandung. Wise, P. H. J., 2002, Mengenal Diabetes, Untuk Diabetes yang Tidak Tergantung Insulin, Edisi II, Cetakan I, 1-2, Arcan, Jakarta. Woodley, M dan Whelant, A., 1995, Pedoman Pengobatan, 36-39, Andioffset Essensia Medica, Yogyakarta.

55

Lampiran 1. Pembuatan Model Hiperglikemik A. Kadar glukosa darah (mg/dL)


Normal 1 98 104 94 101 103 97 93 82 2 112 137 142 147 145 139 131 104 3 102 101 105 98 102 97 96 91 104 114 114 115 117 111 107 92 glukosa 2g/kgBB 2 3 1 138 221 278 236 225 194 161 153 106 109 251 246 231 105 98 101 79 216 257 195 105 96 94 90 glukosa 1g/kgBB 2 3 1 66 101 128 78 76 88 77 62 81 96 118 61 61 70 77 104 119 96 96 91 87

menit kepuasa 0 30 60 90 120 180 240

rata2

rata2 108 182 262 226 187 132 118 115

rata2 68 95 127 114 97 78 80 78

147 108 127

B. Persentase kadar glukosa darah tertentu dibanding puasa (%) C = (Ct/Cp) x 100%
menit ke0 30 60 90 120 180 240 Normal 1
106,12 95,918 103,06 105,1 98,98 94,898 83,673

glukosa 2g/kgBB 3
99,02 102,94 96,078 100 95,098 94,118 89,216

glukosa 1g/kgBB 1
153,03 222,73 193,94 118,18 115,15 133,33 116,67

2
122,32 126,79 131,25 129,46 124,11 116,96 92,857

1
160,14 201,45 171,01 163,04 140,58 116,67 110,87

2
102,83 236,79 232,08 217,92 99,057 92,453 95,283

3
273,42 325,32 246,84 132,91 121,52 118,99 113,92

2
130,65 174,19 154,84 190,32 98,387 98,387 112,9

3
135,06 164,94 154,55 124,68 124,68 118,18 112,99

C. AUC 0-240
menit ke0-30 30-60 60-90 90-120 120-180 180-240 total 1 3031 2985 3122 3061 5816 5357 23372 Normal 2 3737 3871 3911 3804 7232 6295 28848 3 3029 2985 2941 2926 5676 5500 23059 glukosa 2g/kgBB 1 2 3 5424 5094 8981 5587 7033 8582 5011 6750 5696 4554 4755 3816 7717 5745 7215 6826 5632 6987 35120 35009 41278 glukosa 1g/kgBB 1 2 3 5636 4573 4500 6250 4935 4792 4682 5177 4188 3500 4331 3740 7455 5903 7286 7500 6339 6935 35023 31258 31442

56 Lampiran 2. Waktu Pembebanan Glukosa A. Kadar glukosa darah (mg/dl)


kontrol ( + ) kontrol (-) 1 2 3 1 2 3 rata2 puasa 118 140 129 129 106 132 156 0 128 157 146 144 109 224 207 30 123 143 159 142 251 262 278 60 150 163 178 164 246 191 208 90 153 168 173 165 231 161 192 120 148 158 156 154 105 147 182 180 134 162 140 145 98 139 186 240 117 129 129 125 123 175 153 ket: kont (+): acarbose+glukosa, kont (-): aquadest+glukosa menit kerata2 131 180 264 215 195 145 141 150 30' sebelum 84 91 86 87 120 96 110 156 164 142 215 135 172 226 131 148 183 78 129 147 76 96 132 73 infusa rata2 bersamaan 87 83 95 104 101 121 114 107 143 125 168 178 164 134 121 142 176 121 110 172 136 100 91 148 117 73 86 129 100 64 64 61 rata2 90 107 149 150 158 126 108 84

B. Persentase kadar glukosa darah tertentu dibanding puasa (%) C = (Ct/Cp) x 100%
menit ke0 30 60 90 120 180 240 kontrol ( + ) 1 108 104 127 130 125 114 99 2 112 102 116 120 113 116 92 3 113 109 112 97 90 90 92 1 103 237 232 218 99 92 116 kontrol (-) 2 170 198 145 122 111 105 133 3 133 178 133 123 117 119 98 30' sebelum 104 131 169 205 176 154 114 132 171 236 248 201 162 145 112 191 157 152 91 88 85 infusa bersamaan 146 151 161 146 120 88 77 120 177 127 116 96 91 67 103 171 137 165 142 124 59 kontrol + 111 105 118 116 109 106 94 rata-rata kontrol 30' sebelum 135 116 204 164 170 187 154 202 109 156 106 134 116 115 bersamaan 123 166 142 142 120 101 68

C. AUC0-240 menit ke0-30 30-60 60-90 90-120 120-180 180-240 total

1
3191 3470 3852 3826 7169 6381 27890

kontrol ( + ) 2
3214 3279 3546 3493 6857 6236 26625

3
3331 3313 3137 2810 5398 5457 23446

1
5094 7033 6750 4755 5745 6255 35632

kontrol (-) 2
5523 5148 4000 3500 6500 7136 31807

infusa 3
4663 4673 3846 3596 7077 6519 30375 3518 4500 5607 5714 9893 8036 37268

30' sebelum
4549 6115 7269 6742 10879 9198 44753 4535 5215 4640 3645 5372 5198 28605 4446 4681 4608 3994 6253 4952 28934

bersamaan
4453 4563 3647 3174 5589 4737 26163 4111 4615 4529 4615 7990 5481 31341

57

Lampiran 3. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun Sendok A. Kadar glukosa darah(mg/dl)
menit kepuasa 0 30 60 90 120 180 240 kontrol ( + ) 1 118 128 123 150 153 148 134 117 2 140 157 143 163 168 158 162 129 3 114 127 148 182 162 178 118 105 4 129 146 159 178 173 156 140 129 Rata2 125 140 143 168 164 160 139 120 kontrol (-) 1 138 221 278 236 225 194 161 101 2 106 109 251 246 231 105 98 123 3 132 224 262 191 161 147 139 175 4 156 207 278 208 192 182 186 153 Rata2 133 190 267 220 202 157 146 138 Dosis 1 infusa 1 142 171 189 185 169 159 164 138 2 138 141 178 136 125 114 160 131 3 120 136 190 189 168 142 127 116 4 122 137 142 147 145 139 131 104 131 146 175 164 152 139 146 122 Rata2 1 116 120 161 178 177 128 116 100 Dosis 2 infusa 2 106 139 151 146 131 105 101 108 3 108 155 195 159 120 115 105 100 4 104 125 168 137 129 115 107 103 Rata2 109 135 169 155 139 116 107 103 Dosis 3 infusa 1 91 118 157 144 134 125 118 97 2 100 127 145 157 150 141 116 98 3 97 114 147 129 112 109 103 106 4 95 103 160 120 118 105 103 97 Rata2 96 116 152 138 129 120 110 100

Ket: kontrol (+): acarbose+glukosa, kontrol (-): aquadest+glukosa

B. Persentase kadar glukosa darah tertentu dibanding puasa (%) C = (Ct/Cp) x 100%
menit ke0 30 60 90 120 180 240 kontrol ( + ) 1 108 104 127 130 125 114 99 2 112 102 116 120 113 116 92 3 111 130 160 142 156 104 92 4 113 123 138 134 121 109 100 1 160 201 171 163 141 117 73 kontrol (-) 2 103 237 232 218 99 92 116 3 170 198 145 122 111 105 133 4 133 178 133 123 117 119 98 1 120 133 130 119 112 115 97 Dosis 1 infusa 2 102 129 99 91 83 116 95 3 113 158 158 140 118 106 97 4 112 116 120 119 114 107 85 1 103 139 153 153 110 100 86 Dosis 2 infusa 2 131 142 138 124 99 95 102 3 144 181 147 111 106 97 93 4 120 162 132 124 111 103 99 1 130 173 158 147 137 130 107 Dosis 3 infusa 2 127 145 157 150 141 116 98 3 118 152 133 115 112 106 109 4 108 168 126 124 111 108 102 kont + 111 115 135 131 129 110 96 kont 141 204 170 157 117 108 105 rata-rata Dosis 1 112 134 127 117 107 111 94 Dosis 2 125 156 143 128 107 99 95 Dosis 3 121 159 144 134 125 115 104

C. AUC0-240
menit ke0-30 30-60 60-90 90-120 120-180 180-240
total

kontrol ( + ) 1 3191 3470 3852 3826 7169 6381


27890

kontrol (-) 4 3547 3919 4081 3826 6884 6256


28512

Dosis 1 infusa 4 4663 4673 3846 3596 7077 6519


30375

Dosis 2 infusa 4 3430 3553 3590 3492 6639 5779


26484

Dosis 3 infusa 4 4226 4399 3837 3519 6404 6058


28442

2 3214 3279 3546 3493 6857 6236


26625

3 3618 4342 4526 4474 7789 5868


30618

1 5424 5587 5011 4554 7717 5696


33989

2 5094 7033 6750 4755 5745 6255


35632

3 5523 5148 4000 3500 6500 7136


31807

1 3803 3951 3739 3465 6824 6380


28162

2 3467 3413 2837 2598 5957 6326


24598

3 4075 4738 4463 3875 6725 6075


29950

1 3634 4384 4591 3944 6310 5586


28448

2 4104 4203 3920 3340 5830 5915


27311

3 4861 4917 3875 3264 6111 5694


28722

1 4533 4962 4582 4269 8011 7088


33445

2 4080 4530 4605 4365 7710 6420


31710

3 4036 4268 3727 3418 6557 6464


28469

4 4153 4421 3758 3521 6568 6316


28737

Rata2

28411

32951

27298

28231

30590

58

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik A. Pembuatan Model Hiperglikemik

NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test AUC N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 9 31601.00 5892.330 .164 .164 -.163 .492 .969

Oneway
Descriptives AUC 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 17005.4201 33180.5799 28223.0893 46048.2440 27301.4970 37847.1696 27071.7545 36130.2455

N NORMAL GLU 2g/kgBB GLU 1g/kgBB Total 3 3 3 9

Mean Std. Deviation 25093.00 3255.68902 37135.67 3587.79519 32574.33 2122.60226 31601.00 5892.32957

Std. Error 1879.673 2071.415 1225.485 1964.110

Minimum 23059.00 35009.00 31258.00 23059.00

Maximum 28848.00 41278.00 35023.00 41278.00

Test of Homogeneity of Variances AUC Levene Statistic 1.003 df1 2 df2 6 Sig. .421

ANOVA AUC Sum of Squares 2.22E+08 55954451 2.78E+08 df 2 6 8 Mean Square 110900965.3 9325741.889 F 11.892 Sig. .008

Between Groups Within Groups Total

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons Dependent Variable: AUC LSD Mean Difference (I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN (I-J) NORMAL GLU 2g/kgBB -12042.667* GLU 1g/kgBB -7481.3333* GLU 2g/kgBB NORMAL 12042.667* GLU 1g/kgBB 4561.33333 GLU 1g/kgBB NORMAL 7481.33333* GLU 2g/kgBB -4561.3333

Std. Error 2493.424 2493.424 2493.424 2493.424 2493.424 2493.424

Sig. .003 .024 .003 .117 .024 .117

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -18143.8544 -5941.4789 -13582.5211 -1380.1456 5941.4789 18143.8544 -1539.8544 10662.5211 1380.1456 13582.5211 -10662.5211 1539.8544

*. The mean difference is significant at the .05 level.

B. Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa

NPar Tests
Descriptive Statistics N Perlakuan AUC 12 12 Mean 2.50 31289.25 Std. Deviation 1.168 5808.451 Minimum 1 23446 Maximum 4 44753

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Perlakuan 12 2.50 1.168 .166 .166 -.166 .574 .897 AUC 12 31289.25 5808.451 .157 .157 -.105 .545 .927

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Lanjutan

Oneway
Descriptives AUC 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound Minimum 20299.16 31674.84 23446 25853.38 39355.96 30375 25423.60 51826.40 35283 24107.82 31772.84 26163 27598.74 34979.76 23446

N kontrol + kontrol 30' sebelum bersamaan Total 3 3 3 3 12

Mean Std. Deviation 25987.00 2289.665 32604.67 2717.759 38625.00 5314.280 27940.33 1542.793 31289.25 5808.451

Std. Error 1321.939 1569.099 3068.201 890.732 1676.755

Maximum 27890 35632 44753 28934 44753

Test of Homogeneity of Variances AUC Levene Statistic 3.417 df1 3 df2 8 Sig. .073

ANOVA AUC Sum of Squares 2.85E+08 86501131 3.71E+08 df 3 8 11 Mean Square 94872646.97 10812641.42 F 8.774 Sig. .007

Between Groups Within Groups Total

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons Dependent Variable: AUC LSD Mean Difference (I-J) -6617.667* -12638.000* -1953.333 6617.667* -6020.333 4664.333 12638.000* 6020.333 10684.667* 1953.333 -4664.333 -10684.667*

(I) Perlakuan kontrol +

kontrol -

30' sebelum

bersamaan

(J) Perlakuan kontrol 30' sebelum bersamaan kontrol + 30' sebelum bersamaan kontrol + kontrol bersamaan kontrol + kontrol 30' sebelum

Std. Error 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852 2684.852

Sig. .039 .002 .488 .039 .055 .121 .002 .055 .004 .488 .121 .004

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -12808.95 -426.39 -18829.28 -6446.72 -8144.61 4237.95 426.39 12808.95 -12211.61 170.95 -1526.95 10855.61 6446.72 18829.28 -170.95 12211.61 4493.39 16875.95 -4237.95 8144.61 -10855.61 1526.95 -16875.95 -4493.39

*. The mean difference is significant at the .05 level.

C. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Daun Sendok

NPar Tests
Descriptive Statistics N perlakuan AUC 20 20 Mean 3.0000 29496.30 Std. Deviation 1.45095 2731.472 Minimum 1.00 24598 Maximum 5.00 35632

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. perlakuan 20 3.0000 1.45095 .155 .155 -.155 .692 .725 AUC 20 29496.30 2731.472 .209 .209 -.085 .937 .344

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Oneway
Descriptives AUC 5% Confidence Interval fo Mean N Mean Std. Deviation Std. ErrorLower Bound Upper BoundMinimum Maximum 4 28411.25 1667.562 833.781 25757.79 31064.71 26625 30618 4 32950.75 2324.487 162.243 29251.97 36649.53 30375 35632 4 27298.50 2289.992 144.996 23654.61 30942.39 24598 29950 4 28230.75 626.921 313.461 27233.18 29228.32 27311 28722 4 30590.25 2404.002 202.001 26764.95 34415.55 28469 33445 20 29496.30 2731.472 610.776 28217.93 30774.67 24598 35632

kontrol + kontrol infusa dosis infusa dosis infusa dosis Total

Test of Homogeneity of Variances AUC Levene Statistic 2.282 df1 4 df2 15 Sig. .109

ANOVA AUC Sum of Squares 82956906 58800964 1.42E+08 df 4 15 19 Mean Square 20739226.55 3920064.267 F 5.291 Sig. .007

Between Groups Within Groups Total

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons Dependent Variable: AUC LSD Mean Difference (I-J) -4539.500* 1112.750 180.500 -2179.000 4539.500* 5652.250* 4720.000* 2360.500 -1112.750 -5652.250* -932.250 -3291.750* -180.500 -4720.000* 932.250 -2359.500 2179.000 -2360.500 3291.750* 2359.500

(I) perlakuan kontrol +

kontrol -

infusa dosis 1

infusa dosis 2

infusa dosis 3

(J) perlakuan kontrol infusa dosis 1 infusa dosis 2 infusa dosis 3 kontrol + infusa dosis 1 infusa dosis 2 infusa dosis 3 kontrol + kontrol infusa dosis 2 infusa dosis 3 kontrol + kontrol infusa dosis 1 infusa dosis 3 kontrol + kontrol infusa dosis 1 infusa dosis 2

Std. Error 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011 1400.011

Sig. .005 .439 .899 .140 .005 .001 .004 .112 .439 .001 .516 .033 .899 .004 .516 .113 .140 .112 .033 .113

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -7523.55 -1555.45 -1871.30 4096.80 -2803.55 3164.55 -5163.05 805.05 1555.45 7523.55 2668.20 8636.30 1735.95 7704.05 -623.55 5344.55 -4096.80 1871.30 -8636.30 -2668.20 -3916.30 2051.80 -6275.80 -307.70 -3164.55 2803.55 -7704.05 -1735.95 -2051.80 3916.30 -5343.55 624.55 -805.05 5163.05 -5344.55 623.55 307.70 6275.80 -624.55 5343.55

*. The mean difference is significant at the .05 level.

59

Lampiran 5. Hasil Determinasi

: ARIZTYA RIZKI

: K 100 040 213

60

Lampiran 6. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Daun Sendok (Plantago mayor L.)

Kelinci Jantan Lokal

Pengambilan Darah di Vena Telinga Kelinci

Sampel Darah setelah disentrifuge

Anda mungkin juga menyukai