Anda di halaman 1dari 15

Bab I I.

Kasus

Register #1 9th July 2008, 19:01

FAQ

Members List

Award

Calendar

elvandro
Registered Member Kasus Likuidasi Merincorp - SBY Tutup Mata?

Join Date: Nov 2007 Posts: 83

Kesalahan Likuidasi Bank Merincorp Begitu Gamblang (Tamat) Kamis, 3 Juli 2008 Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil ketika dimintai tanggapannya soal ini menyatakan mendukung agar kasus ini dituntaskan secara hukum. Ini bagian dari menegakkan good corporate governance, katanya. Oleh: GE Soewarno Kontributor: Tri Wibiyanto, Oji, Iman JAKARTA (Investigator) : Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebenarnya begitu serius mengkaji soal skandal Bank Merincorp. Kajian dilakukan hampir satu tahun, setelah satu Tim diterjunkan untuk mengkaji soal ini. Dari kajian itulah, BPK kemudian menyimpulkan bahwa potensi kerugian akibat likuidasi salah arah ini mencapai Rp1 triliun. Lembaga di bawah kepemimpinan Anwar Nasution ini juga secara detil mengkaji aspek hukumnya. Seperti apa kajian yang dilaku, berikut penjelasannya; Setelah posisi CAR Bank Merincorp minus 22,7%, BPK menilai sebagian besar kredit Bank Merincorp sebesar Rp337 miliar dalam posisi macet. Kemudian saat Bank Exim mengambil alih 26% saham Merincorp milik Sumitomo dan hanya dibeli dengan harga US$1, Bank Exim pada saat itu menanggung risiko atas Bank Merincorp yang dalam keadaan sakit. Langkah konyol lainnya, masih menurut kajian BPK adalah soal pinjaman Sumitomo kepada Bank Merincorp sebesar US$30 juta, dialihkan ke Bank Exim. Ini artinya, Bank Exim kemudian memiliki kewajiban kepada Sumitomo sebesar US$30 juta. Hal ini, menurut BPK, mestinya tidak perlu terjadi. Karena Sumitomo kemudian terhindar dari tanggung jawab akibat kondisi Bank Merincorp yang sakit. Dan ini merugikan Bank Exim/Mandiri. Bank Sumitomo, menurut BPK mendapat keuntungan berganda. Pertama , US$30 juta akibat Bank Exim mengambil alih potensi kerugian yang mestinya ditanggung Bank asal Jepang itu. Kedua, Risiko macet placement Bank Exim di Bank Merincorp sebesar Rp229 miliar dan US$40 juta. Dan ketiga, membayar kewajiban Bank Merincorp kepada pihak ketiga sebesar Rp163 miliar. Begitupun ketika terjadi konversi Bank Exim menjadi modal kerja Bank Merincorp. BPK menilai, langkah itu melanggar Pasal 2 dan pasal 3 UU No. 3 Tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2000 tentang Tindak Pidana Korupsi. Karena, menggunakan aset Negara di luar kewenangan. Kebijakan ini, menurut BPK, juga melanggar prosedur. Karena tanpa izin dari pemegang saham. Dan ini menguntungkan Bank Sumitomo. Begitupun soal Money Market Bank Exim kepada Bank Merincorp sebesar Rp299 miliar, dan pinjaman valas Bank Exim kepada Bank Merincorp sebesar US$40 juta, menjadi modal Bank Merincorp, yang saat itu dalam keadaan bangkrut. Akibatnya Bank Exim setidaknya mengalami kerugian sebesar Rp299 miliar dan US$40 Juta.

Hal yang sama, menurut BPK juga terjadi akibat novasi atau pengambil alihan US$30 juta hutang Bank Merincorp kepada Sumitomo. Mestinya, masalah ini menjadi risiko Bank Sumitomo. Tapi malah diambil alih oleh Bank Exim. Dari serangkaian transaksi tidak sehat itu, Bank Sumitomo mendapat keuntungan langsung sebesar US$30 juta dan keuntungan tidak langsung sebesar Rp80,7 miliar dan US$10,8 juta, akibat terhindar dari potensi kerugian yang sudah diambil alih oleh Bank Exim/Mandiri. Keuntungan lain, menurut BPK, Bank Sumitomo menggunakan aset Bank Exim sebesar Rp299 miliar dan US$40 juta. Kebijakan ini jelas BPK telah melanggar prosedur penggunaan aset bank, melanggar kewenangan komisaris dan direksi. Soal novasi sebesar US$30 juta, menurut BPK, telah melanggar prosedur untuk membuat hutang kepada pihak ketiga untuk kepentigan khusus. Sementara soal pemberian kredit kepada Bank Merincorp oleh Bank Mandiri, di samping melanggar prosedur bank, juga melanggar prinsip kehati-hatian dan BMPK. Semua kelalaian itu, jelas BPK, telah melanggar pasal 2 dan pasal 3 UU No 3 Tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2000 tentang Tindak Pidana Korupsi. Ketua BPK Anwar Nasution kepada Investigator, melalui sambungan telpon membenarkan audit BPK terhadap kasus likuidasi Bank Merincorp. Tugas BPK mengaudit. Proses hukum selanjutnya, kita serahkan kepada yang berwenang, jelasnya. Bisnis Biasa Sementara itu analis finansial dari Insight Investment Manajement Iggi H Achsien menyatakan belum tentu pada likuidasi Bank Merincorp terjadi pelanggaran hukum. Bisa jadi, kerugian yang muncul akibat prosedur bisnis biasa. Kalau ini yang terjadi, maka keputusan manajemen tidak bisa diproses secara hukum, jelasnya. Menurut Iggi, potensi kerugian dalam proses likuidasi Bank Merincorp tidak sampai Rp1 triliun. Dalam hitungannya, potensi kerugian itu hanya US$30 juta, minus US$6,1 juta, minus recovery dari penagihan aset, baik loan maupun non loan. Di tempat terpisah, Direktur Utama CBC Denny Daruri meminta agar penyidik juga mengusut kredit macet di Bank Merincorp. Harus dilihat siapa yang ngemplang kredit itu. Dia juga harus bertanggung jawab, katanya. Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil ketika dimintai tanggapannya soal ini menyatakan mendukung agar kasus ini dituntaskan secara hukum. Ini bagian dari menegakkan good corporate governance, katanya. Masalahnya, kalau kasus korupsi ini begitu gamblang merugikan negara, kenapa Kejaksaan Agung masih bungkam? Usulan Denny Daruri agar KPK ambil alih kasus ini menjadi sangat relevan. Kita tunggu langkah berani KPK Ditulis dalam Skandal Likuiditas Bank Merincorp | Tidak ada komentar

elvandro
Registered Member

Join Date: Nov 2007 Posts: 83

Skandal Ini Mesti Diusut Sampai Tuntas (6) Jumat, 27 Juni 2008 Bagi Denny, kasus ini strategis karena dampak ekonomi dan kerugian negara besar. Ia mengusulkan jika Kejaksaan Agung tidak mampu bertindak,Saran saya KPK segera ambil alih kasus ini. Oleh: GE Soewarno Kontributor: Tri wibiyanto, Oji, Iman JAKARTA (Investigator) : Dari aspek penanganan hukum, skandal likuidiasi Bank Merincorp, sungguh teramat istimewa. Karena hingga kini kasus ini belum tuntas dan dibiarkan menggantung. Kejaksaan Agung pada awal 2006 memutuskan untuk menghentikan sementara kasus ini. Dihentikan tanpa Surat Perintah Penghentian Perkara (SP3). Sangat berbeda kalau kasus itu menyangkut orang kecil, miskin dan dekil, yang mencuri sepeda motor. Tidak hanya langsung diproses dan divonis, dalam penanganan kasus hukum terkait wong cilik, hukum begitu buas dan tegas.

Bisa jadi penanganan kasus ini berbeda karena calon tersangkanya Dirut Bank Mandiri dan mantan Bankir Profesional, Agus Marto dan Robby Djohan. Intinya, di hadapan mereka hukum bisa lebih lentur dan lembek kayak lemper. Kasus ini mulai diusut pada Februari 2005. Saat itu Jampidsus Kejaksaan Agung yang masih dijabat Hendarman Supandji, sekarang Hendarman menjadi Kepala Kejaksaan Agung (Kajagung). Kasus ini memang sudah ada di meja saya. Tapi karena banyak kasus yang menumpuk, sampai sekarang belum kami tangani. Baru pada Mei 2005, kejaksaan Agung mulai menengok kasus ini. Kejaksaan Agung perlu waktu tiga bulan untuk mulai melangkah. Bandingkan dengan pencuri ayam yang langsung dipopor bedil saat itu juga. Berkas Merincorp sudah saya limpahkan ke Jamintel, tegas Hendarman saat itu. Tapi, sejak kasus ini masuk ke Jamintel, perkembangan skandal Merincorp seperti ditelan bumi. Pada November 2005, hanya selang enam bulan sejak dipelajari Jamintel Kejaksaan Agung, Bank mandiri membagi-bagi sejumlah uang kepada para penyidik di Kejaksaan Agung atas nama hari raya Idul Fitri. Apakah, pembagian uang ini terkait dengan penghentian sementara kasus Merincorp? Wallahualam. Tapi kenyataannya, pada awal 2006 Kejakgung menyatakan kasus Merincorp tidak ada masalah. Kejaksaan menghentikan penyidikan kasus ini. Ketua Tim Penyidik Jamintel saat itu di bawah komando Renny Ariyani. Sekarang dia adalah Kajari Rangkas Bitung Propinsi Banten. Di tangan dialah, kasus Merincorp terhenti begitu saja. Sumber Investigator di Kejaksaan Agung menceritakan, Renny ambil peran besar terhentinya penyidikan likuidasi Bank Merincorp. Dicegat di Kejari Rangkas, Renny enggan berkomentar. Tanya saja ke Kejaksaan Agung, katanya sambil terbirit masuk ke mobilnya. Tiba-tiba Pelupa Kepala Kejagung Hendarman Supandji akhir pekan lalu, saat di cegat Investigator mengaku lupa dengan kasus ini.Saya lupa dengan kasus ini sudah teralu lama, katanya. Jampidsus Kejaksan Agung Marwan Effendy juga enggan menjelaskan. Saya belum tahu perkembangan terakhir. Saya lupa. Nanti saya pelajari dulu, katanya sambil ngeloyor pergi. Kapuspenkum Kejagung BD Nainggolan, ketika ditanya soal kelanjutan kasus likuidasi Bank Merincorp juga kayak sakit gigi. Saya tidak tahu. bahkan Nainggolan menyatakan, bahwa soal it bukan tugas Kejagung. Ini bukan tugas saya,ujarnya. Begitupun ketika ditanya aliran dana Rp70 juta yang mengalir ke tim pemeriksa Kejagung, Nainggolan menyatakan,Wah saya tidak tahu. Terima kasih atas informasinya. Direktur Utama Crisis Banking Center (CBC) Denny Daruri meminta agar Kejaksaan Agung serius membuka kembali kasus ini. Ini penting agar hukum mampu berbuat adil. Siapa yang merugika negara harus bertanggung jawab, tegasnya kemarin. Bagi Denny, kasus ini strategis karena dampak ekonomi dan kerugian negara besar. Ia mengusulkan jika Kejaksaan Agung tidak mampu bertindak,Saran saya KPK segera ambil alih kasus ini. Lalu apa sikap Menteri BUMN Sofyan Djalil soal ini? Dan bagaimana kajian soal likuidasi Bank Merincorp dari aspek keuangan? Bagaimana pula BPK menghitung besarnya kerugian dan pasal-pasal mana saja yang dilanggar? Ditulis dalam Skandal Likuiditas Bank Merincorp | Tidak ada komentar

elvandro
Registered Member

Join Date: Nov 2007 Posts: 83

Istana Tahu Skandal Ini (5) Senin, 23 Juni 2008 Oleh : GE Soewarno

Kontributor : Tri Wibiyanto, Oji, Iman JAKARTA (Investigator) : Surat itu sampai ke meja Ibu Negara Kristiani Bambang Yudhoyono pada 20 September 2006. Bersampul cokelat, pada bagian depan tertulis Kepada Yth. Ibu Negara Hajjah Kristiani Bambang Yudhoyono. Istana Kepresidenan Jakarta. Jalan Veteran No. 36 Jakarta Pusat. Dokumen setebal 5 centi meter itu tertulis dengan jelas nama pengirimnya; Siska J Kadi. Pada bagian akhir isi surat itu, juga jelas tertulis nama Siska sebagai pengirim dengan jelas plus alamatnya. Istana menulis surat tanda terima tertanggal 20 September 2006. Pada hari yang sama, bu Ani sapaan akrab Kristiani- mendapat pesan singkat dari seseorang begini; Saya sudah kirim data-datanya Bu Ani. Selang sehari, SMS itu berbalas begini; Saya sudah baca surat Ibu. Karena ini menyangkut direksi BUMN, dan saya tidak punya kewenangan untuk itu, surat ibu saya teruskan ke menteri yang berwenang. Surat itu kemudian mengalir ke mana-mana. Sumber Investigator di Sekretariat Negara menceritakan, surat itu tidak hanya mengalir ke Menteri Negara BUMN yang saat itu masih dijabat oleh Sugiharto. Tapi juga ke Presiden, Wakil Presiden, Yayasan Cikeas, Sekab dan Sekneg. Surat inilah yang kemudian membuat heboh manajemen Bank Mandiri. Karena, saat itu, Sugiharto sebagai karib dekat Agus Marto, melalui timnya menyampaikan surat itu ke Agus. Surat itu, wajar saja membuat heboh manajemen Bank Mandiri. Karena isinya memang membuat pening manajemen. Di luar soal skandal Bank Merincorp, surat itu juga berisi soal Kinerja Bank Mandiri yang jeblok, penyimpangan Program Pensiun Dini yang dinilai tidak transparan. Isi surat itu juga menyangkut soal aliran dana ke penyidik Kejaksaan Agung, Mabes Polri, Polda Metro Jaya, Polda Jatim dan beberapa Hakim. Dan soal corporate culture Bank Mandiri yang dinilai mulai rusak. Dalam soal Kinerja, misalnya, surat itu menjelaskan begini; Keuntungan Bank Mandiri pada semester I 2006 hanya mencapai Rp800 miliar, dengan asumsi keuntungan semester II sama dengan semester I, ini berarti keuntungan yang dicapai pada 20006 masih jauh jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh Bank Mandiri pada 2004 sebesar Rp5,2 triliun. Sebagai informasi tambahan, masih menurut surat itu, Pendapatan bunga dalam semester I 2006 lebih kecil dari biaya bunga. Pendapatan bunga sebesar Rp5,471 triliun, sementara biaya bunga sebesar Rp7,910 triliun. Pendapatan bunga hanya ditolong oleh pendapatan dari obligasi rekapitalisasi pemerintah sebesar Rp5,707 triliun. Dalam soal skandal Bank Merincorp, surat ini malah mengungkapkannya begitu gamblang soal dugaan suap begini; Sebagaimana ibu ketahui, saat ini Bank Mandiri sedang diperiksa di Kejaksaan Agung RI terkait berbagai kasus dugaan tindak pidana korupsi, salah satunya adalah kasus Bank Merincorp. Terdengan kabar bahwa kasus tersebut dipeti-eskan oleh oknum-oknum Kejaksaan Agung setelah mereka menerima sejumlah uang dari Bank Mandiri karena Bp Agus Martowardojo tersangkut di dalam kasus tersebut. Saya awam mengenai masalah hukum, terlebih lagi hukum pidana. Namun saya percaya penjelasan tertulis secara kronologi mengenai masalah tersebut sesuai dengan lampiran surat saya ini dapat digunakan untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam, (lampiran 6). Sejumlah orang dekat Sugiharto memang kemudian mencoba mendesak agar kasus ini diungkap tuntas dan diteruskan ke kejaksaan. Lendo Novo, staf khusus Sugiharto saat itu cukup konsisten mendorong agar skandal ini diungkap tuntas. Tapi, sikap Sugiharto saat itu jelas. Asal Agus Marto berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri Soal Bank Merincorp akan diamankan. Terkait dengan soal ini, mantan Meneg BUMN enggan menjelaskan. Tiga kali SMS yang dikirim tidak berbalas. Calon Gubernur BI Yang menarik sebenarnya cerita soal proses pancalonan gubernur BI oleh presiden. Terpilihnya Agus Marto sebagai calon Gubernur BI bukan perkara sederhana. Saat itu, Presiden dan Wakil Presiden memang sedang mencari figur calon Gubernur BI yang dinilai bisa diajak bekerja sama dengan pemerintah. Pemerintah merasa BI, sejak menjadi institusi yang independen sering berseberangan dengan pemerintah. Terutama soal indikator

makro seperti angka pertumbuhan, inflasi dan nilai tukar rupiah. Makanya dalam pencalonan Gubernur BI, baru sekali ini SBY-JK kompak mencalonkan Agus Marto yang kemudian dipasangkan dengan Raden Pardede. Sumber Investigator di Sekretariat Negara menceritakan begini; Pilihan Agus adalah pilihan kompromistis. Ketika Istana menghendaki Gubernur BI yang lebih bisa diajak kerja sama, pilihan Agus menjadi tepat. Di samping soal komitmen Agus yang selama ini nyaris bisa dikendalikan, Agus dinilai punya kelemahan terkait dengan kasus Bank Merincorp. Bahkan, masih menurut sumber itu, baik SBY maupun JK, saat memanggil Agus,Keduanya menanyakan soal kasus Bank Merincorp. Dan ini yang gawat, untuk menutup-nutupi kasus Bank Merincorp, Istana kemudian memerintahkan Kejaksaan Agung Hendarman Supandji membuat jawaban soal kasus Bank Merincorp dari aspek hukum. Sumber Investigator di lingkaran satu Agus Marto membenarkan itu. Kejaksaan Agung Hendarman Supandji saat dicegat Investigator pekan lalu juga enggan berkomentar. Saya lupa, katanya singkat. Agus Marto, sejak menjadi calon Gubernur BI pun langsung membentuk tim khusus untuk menangkal isu-isu negatif, salah satunya ya soal Bank Merincorp itu. Keberadaan tim yang bekerja hampir 24 jam ini dibenarkan sumber Investigator di lingkaran Agus Marto. Juru bicara kepresidenan Andi Alfian Malarangeng membantah aliran surat dan soal pencalonan Gubernur BI. Andi mengaku tidak mengetahui perihal dokumen skandal likuidasi Bank Merincorp yang pernah dikirim oleh Serikat Pekerja Bank Mandiri ke Ani Yudhoyono. Sebaiknya anda tanya langsung kepada serikat pekerjanya saja. Ada buktinya tidak (tanda terima), kilah Andi. Andi mengaku, dirinya tidak mengetahui masalah tersebut. Apalagi Ibu Ani Yudhoyono adalah Ibu Negara di mana fungsinya sebagai Ibu Negara adalah mendampingi kegiatankegiatan kenegaraan. Saya tidak tahu masalah tersebut, Ibu Ani Yudhoyono adalah Ibu Negara, fungsinya ya sebagai Ibu Negara. Kalau yang Anda tanyakan itu urusan pemerintahan,kata Andi. Sementara, Andi juga mengaku tidak tahu menahu saat proses pencalonan Agus Martowardojo oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saya tidak tahu masalah tersebut, yang saya tahu adalah tugas presiden menurut Undang-undang adalah mengajukan calon gubernur BI, kilah Andi. Penyidikan Macet Lalu sejauh mana kasus ini masuk dalam penyidikan kejaksaan? Kenapa penyidikan dihentikan tanpa SP3? Ditulis dalam Skandal Likuiditas Bank Merincorp | Tidak ada komentar

elvandro
Registered Member

Join Date: Nov 2007 Posts: 83

Sampai Kapan Mereka akan Tetap Bungkam? (4) Rabu, 18 Juni 2008 Pada bagian kiri atas Nota itu tertulis memo begini; Litigasi : Mohon untuk segera diproses dan didistribusikan dengan baik dalam minggu ini. Upayakan hari Kamis sudah done. Khusus team Merincorp, untuk distribusi, dihold & bicarakan. oleh : GE Soewarno Kontributor: Tri Wibiyanto, Oji, Iman JAKARTA (Investigator) : Nota ini bersifat rahasia, dari Group Legal Bank Mandiri tanggal 25 Oktober 2005. Pada Nota bernomor CHC.LG/LIT.095/2005 ini, ditandatangani oleh Kepala Group Legal Ridzki Junaidi. Sumber Investigator di Bank Mandiri menceritakan, Ridzki adalah orang kepercayaan Agus Marto. Di tangan Ridzki pula, semua dokumen soal likuidasi Bank Merincorp disimpan. Yang menarik dari Nota yang dokumen aslinya diperoleh Investigator ini, setidaknya dua hal; Pertama, tujuan dari Nota ini, soal Permohonan Biaya Humas Dalam Rangka Hari Raya

Keagamaan. Intinya, Group Legal meminta persetujuan Direktur Corporate Secretary, HC & Compliance Bank Mandiri untuk menyetujui memberikan perhatian (kata perhatian dalam tanda petik ini, kami kutip sesuai dengan aslinya-red), kepada sejumlah Penyidik Kejaksaan Agung, Mabes Polri, Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jatim, uang sebesar Rp467 juta. Kedua, dan ini yang gawat, pada bagian kiri atas Nota itu tertulis memo begini; Litigasi (bergaris bawah) : Mohon untuk segera diproses dan didistribusikan dengan baik dalam minggu ini (kata minggu ini diberi garis bawah tebal dan dobel). Upayakan hari Kamis sudah done. Selanjutnya catatan Memo itu menambahkan pula hal terkait likuidasi Bank Merincorp, begini; Khusus team Merincorp, untuk distribusi, dihold & bicarakan. Kutipan akhir pada memo ini menunjukkan bahwa, Bank Mandiri tidak hanya membereskan kasus likuidasi Bank Merincorp secara administrasi. Tetapi juga, patut diduga kuat, melakukan pemberesan terhadap para penyidik di sejumlah institusi hukum. Sebagai catatan, riset yang dilakukan Investigator menunjukkan bahwa dua bulan sebelum aliran dana itu menggelontor, Kejaksaan Agung sedang giat mengungkap kasus likuidasi Bank Merincorp. Robby Melempar Lalu, apa tanggapan Robby Djohan, sebagai orang yang paling banyak terlibat dalam skandal ini? Kepada Investigator, Robby selalu menghindar. Tiga kali menghubungi telpon rumahnya, hanya seorang perempuan yang menerima. Seolah sudah disetel, perempuan itu selalu menjawab,Bapak keluar. Begitupun ketika Investigator menyambangi kantornya di lantai 25 Graha Niaga. Sekretaris Robby hanya meminta Investigator meninggalkan pertanyaan dan alamat kontak. Setelah sejumlah pertanyaan Investigator kirim, selang dua minggu, Robby tidak juga membalas surat itu. Akhirnya, melalui sambungan telpon, Robby mau menjawab, meski dengan ogah-ogahan. Itu terjadi pada 5 Mei 2008 pukul 07.00. Jawab Robby,Saya tidak ingat itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Telepon kemudian terputus. Setelah beberapa saat tersambung lagi, Robby menyatakan,Sebaiknya anda bicara saja dengan Agus Martowardojo. Dia kan yang masih di sana. Jadi masih berhubungan dengan Bank Mandiri. Tapi kami perlu penjelasan resmi anda? Robby hanya berujar begini; Tanyakan saja pada PR (Public Relation) Bank Mandiri. Saya tidak tahu perkembangannya, apakah masalah Bank Merincorp itu sudah selesai atau belum atau masih digantung, ujar Robby sambil menutup Telpon. Agus Panik Memburu Agus Martowardojo dalam kasus Bank Merincorp, laiknya perburuan seru. Ini terjadi karena, semua pihak yang terkait dengan kasus ini mengunci rapat bibirnya. Head Corporate Secretary Bank Mandiri Mansyur Nasution juga idem dito. Tiga kali dicegat, Mansyur tiba-tiba menjadi pejabat yang super sibuk. Biasanya Mansyur begitu ramah dengan wartawan. Dalam satu acara konferensi pers yang digelar manajemen Bank Mandiri, kepada Investigator, Mansyur hanya menyatakan,Wah..Saya sibuk. Minggu depannya, setelah dicegat kembali, Mansyur meminta agar Investigator mengirim daftar pertanyaan kepada Humas Bank Mandiri. Dua minggu setelah daftar pertanyaan dikirim, Mansyur tidak juga menggubris semua hal yang ditanyakan. Begitupun Agus Marto. Dua kali dicegat di kantornya, dengan bergegas Agus hanya menyatakan,Hubungi humas. Saya ada acara, katanya sambil berlalu ke mobilnya. Investigator akhirnya berhasil mencegat Agus pada 8 Mei 2008 di Jakarta Convention Center. Saat itu sedang berlangsung The Asia Pasific Conference And Exhibition (Apconex) 2008. Acara ini digelar Perbanas. Agus meski bersedia meladeni reporter Investigator Tri Wibiyanto, pada akhirnya hanya emosi yang meledak di depan publik. Saat itu, Agus sedang berbincang dengan Sigit Pramono, mantan Dirut BNI. Investigator pun menyalami Agus Ia menjabatnya dengan lemah, Ini soal likuidasi Bank Merincorp pak,Sergah Investigator. Raut muka Agus langsung meregang. Memerah. Agus hanya diam. Sementara matanya tajam menatap ke sekeliling. Saya sudah mengirim surat

kepada Bapak tapi belum ditanggapi. Agus rupanya gusar. Siapa anda!, kata Agus sambil berbalik dan bergegas keluar. Nada bicara Agus meninggi. Investigator tidak mau kalah sigap. Agus terus dipepet. Sikut Agus bergerak mendorong. Benturan fisik tak terhindarkan. Agus mengelak keras. Tapi Investigator terus memepetnya.Ehh..Saya terima surat itu banyak, mana saya tahu surat dari anda! Agus terus nyerocos. Bapak jelaskan saja kasus Merincorp. Kenapa anda ambil alih saham Sumitomo. Wajah Agus makin meregang. Semakin memerah. Anda ini siapa! Anda ini Siapa, tanya Agus ketus. Sumber kami menyebutkan, Anda dapat untung banyak dari kasus ini? Atas pertanyaan itu, Agus tidak menjawab. Tapi malah menantang. Katanya,Kalau mau tulis, tulis saja! Agus menegaskan itu dengan mata melotot. Tajam, sebelum masuk ke mobil Alphardnya, sambil membanting pintu. Iskandar, Humas Bank Mandiri yang menyaksikan kejadian itu, kemudian berujar,Sudahlah mas. Tadi kan dia ngomong kalau mau tulis ya tulis saja. Robby Djohan dan Agus Martowardojo, selama ini sebenarnya dikenal luas sebagai pejabat publik yang ramah terhadap media. Dalam banyak acara Bank Mandiri, keduanya selalu akrab dengan jurnalis yang hadir. Tapi dalam banyak kesempatan pula, tiap kali keduanya ditanya soal skandal Merincorp, sikap yang muncul sangat kontras. Bisa jadi, skandal ini bagi keduanya adalah cacat yang bakal menghantuinya seumur hidup. Langkah mereka dalam skandal ini memang susah dinalar. Sebagai bankir profesional, berprestasi sebagai CEO bertangan dingin, tapi saat menangani Bank Merincorp, keduanya seperti bankir amatiran yang mengabaikan prinsip profesionalisme dan mengabaikan aspek risiko. Istana Tahu Lalu, bagaimana Istana tahu persis soal skandal ini? Dan kenapa SBY JK tetap nekat mencalonkan Agus Martowardojo sebagai calon Gubernur Bank Indonesia? Ditulis dalam Skandal Likuiditas Bank Merincorp | Tidak ada komentar

II. Logis
1. Kasus di atas adalah kasus yang membahas tentang kesalahan likuidasi Bank Merincorp. 2. BPK menyimpulkan bahwa potensi kerugian akibat likuidasi salah arah ini mencapai Rp1 triliun. 3. Kejaksaan Agung pada awal 2006 memutuskan untuk menghentikan sementara kasus ini tanpa Surat Perintah Penghentian Perkara (SP3). 4. BPK menilai sebagian besar kredit Bank Merincorp sebesar Rp337 miliar dalam posisi macet. 5. Kemudian saat Bank Exim mengambil alih 26% saham Merincorp milik Sumitomo dan hanya dibeli dengan harga US$1, Bank Exim pada saat itu menanggung risiko atas Bank Merincorp yang dalam keadaan sakit. 6. Dalam pencalonan Gubernur BI, baru sekali ini SBY-JK kompak mencalonkan Agus Marto yang kemudian dipasangkan dengan Raden Pardede. 7. Semua kelalaian itu, jelas BPK, telah melanggar pasal 2 dan pasal 3 UU No 3 Tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2000 tentang Tindak Pidana Korupsi.

8. Bisa jadi penanganan kasus ini berbeda karena calon tersangkanya Dirut Bank Mandiri dan mantan Bankir Profesional, Agus Marto dan Robby Djohan. Intinya, di hadapan mereka hukum bisa lebih lentur dan lembek kayak lemper. 9. Riski yang man merupakan orang kepercayaan Agus Marto (Dirut Bank Mandiri) memberikan uang sebesar Rp 467 juta ,- kepada sejumlah Penyidik Kejaksaan Agung, Mabes Polri, Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jatim disertai memeo. 10. Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil ketika dimintai tanggapannya soal ini menyatakan mendukung agar kasus ini dituntaskan secara hukum. Ini bagian dari menegakkan good corporate governance, katanya.

III. Kritis

Bank Merincorp

Mengambil alih

BPK
Menduga telah terjadi TIPIKOR di dalam kasus ini

Bank Exim/Mandiri
Menghentikan sementara kasus ini tanpa Surat Perintah

Bank Sumitimo

Kejaksaan Agung

Penghenian Perkara (SP3)

Mabes Polri, Kapolda Metro Jaya, Kapolda Jatim

Uang sebesar Rp 467 juta ,- : Risky

Sejumlah Penyidik Kejaksaan Agung

IV. Radikal Kesimpulan Kejaksaan Agung pada awal 2006 memutuskan untuk menghentikan sementara kasus ini tanpa Surat Perintah Penghentian Perkara (SP3). Dalam pencalonan Gubernur BI, baru sekali ini SBY-JK kompak mencalonkan Agus Marto yang kemudian dipasangkan dengan Raden Pardede. Alternatif Solusi Seharusnya Kejaksaan Agung tidak bertindak demikian. Karena hukum itu tidak boleh tebang pilih. Siapa saja yang diduga bersalah tetap harus di periksa sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku. Seharusnya SBY-JK harus lebih berhati-hati dalam menentukan pemimpin Bank Central. Agus Marto pada saat itu diduga sedang terkait masala.Selain itu keputusannya untuk membeli saham Bank Merincop dinilai banyak pihak sangat salah jalan. Dari hal itu dapat disimpulkan bagaimana kemampuan dari Agus Marto dan apakah pantas seorang Agus Marto menjadi pemimpin dari Bank Central. Dugaan ini sangat penting. Mengingat korupsi di dalam birokrasi sangat banyak sekali, maka harus d tangani dengan serius. KPK seharusnya bertindak mengatasi dugaan kasus ini. Karena korupsi dapat menghancurkan kehidupan Bangsa. Maka harus diberantas sampai ke akar-akarnya.

Riski yang man merupakan orang kepercayaan Agus Marto (Dirut Bank Mandiri) memberikan uang sebesar Rp 467 juta ,- kepada sejumlah Penyidik Kejaksaan Agung, Mabes Polri, Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jatim disertai memeo.

Bab II I. Kasus
KPK Selidiki Pembelian Aset Grup Humpuss
JAKARTA--MIOL: Ini menyangkut Grup Humpuss, konglomerasi milik putra mantan Presiden Soeharto. Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan praktik kolusi dalam penjualan aset Grup Humpuss (PT Timor Putra Nasional), yang ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional. "KPK dapat membuktikan adanya aliran dana dari PT Humpuss kepada PT Vista yang kemudian diserahkan kepada BPPN untuk membayar aset PT Timor," kata Ketua KPK Taufiequrrachman, Kamis (29/11). KPK menemukan indikasi rekayasa dalam serangkaian pembayaran Grup Humpuss kepada BPPN. KPK menemukan aliran dana dari Humpuss kepada PT Vista Bella Pratama untuk membeli PT Timor. PT Vista, perusahaan yang dibentuk hanya sebagai alat untuk membeli aset-aset Humpuss. Ruki juga mengungkapkan, KPK tetap akan meneruskan penyelidikan tindak pidana korupsi yang diduga terjadi dalam proses jual beli piutang tersebut. Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sebelumnya bertemu dengan pihak KPK, dan kejaksaan untuk membicarakan masalah itu, meminta Jaksa Agung sebagai pengacara negara membatalkan secara hukum, jual beli aset utang itu. Jika diperlukan, bisa melalui gugatan di pengadilan.

"Pembelian ini termasuk kategori dilarang atau tidak memenuhi syarat jual beli karena PT Vista memiliki afiliasi dengan pemilik aset yang dibeli," kata Sri Mulyani. Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kemas Yahya mengatakan akan menindaklanjuti permintaan itu. Ia memastikan, kejaksaan sudah melakukan penyidikan terkait kasus PT Timor. Data yang ada menunjukkan, utang PT Timor kepada Bank Mandiri saat diambilalih BPPN Rp4,576 triliun. Aset PT Timor dijual BPPN jauh di bawah nilai utang, yaitu hanya Rp512 miliar atau hanya 11 persen dari total nilai utang. Salah satu syarat dalam Perjanjian Jual Beli Piutang (PJBP) antara BPPN dan PT Vista disebutkan, pembeli dan karyawan pembeli tidak memiliki kepentingan ekonomi secara langsung atau tidak kepada peminjam dan jajarannya. Itu tercantum dalam Pasal 3 Point 3.5 dan 2.6 PJBP. Atas pelanggaran itu, PT Vista diwajibkan membayar penuh Rp4,576 triliun dikurangi dengan jumlah pembayaran yang sudah diterima BPPN Rp512 miliar. Menurut Sri Mulyani, hal itu sesuai isi perjanjian jual beli piutang yang menyatakan jika pembeli (PT Vista) melanggar ketentuan tentang benturan kepentingan, PT Vista diwajibkan membayar nilai piutang secara penuh. (*/SH-9).

II. Logis
1. Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan praktik kolusi dalam penjualan aset Grup Humpuss yang ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional. 2. "KPK dapat membuktikan adanya aliran dana dari PT Humpuss kepada PT Vista yang kemudian diserahkan kepada BPPN untuk membayar aset PT Timor," 3. KPK menemukan indikasi rekayasa dalam serangkaian pembayaran Grup Humpuss kepada BPPN. 4. KPK menemukan aliran dana dari Humpuss kepada PT Vista Bella Pratama untuk membeli PT Timor. 5. Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sebelumnya bertemu dengan pihak KPK, dan kejaksaan untuk membicarakan masalah itu, meminta Jaksa Agung sebagai pengacara negara membatalkan secara hukum, jual beli aset utang itu. 6. Data yang ada menunjukkan, utang PT Timor kepada Bank Mandiri saat diambilalih BPPN Rp4,576 triliun. 7. Aset PT Timor dijual BPPN jauh di bawah nilai utang, yaitu hanya Rp512 miliar atau hanya 11 persen dari total nilai utang. 8. Salah satu syarat dalam Perjanjian Jual Beli Piutang (PJBP) antara BPPN dan PT Vista disebutkan, pembeli dan karyawan pembeli tidak memiliki kepentingan ekonomi secara langsung atau tidak kepada peminjam dan jajarannya. 9. Atas pelanggaran itu, PT Vista diwajibkan membayar penuh Rp4,576 triliun dikurangi dengan jumlah pembayaran yang sudah diterima BPPN Rp512 miliar. 10. Menurut Sri Mulyani, hal itu sesuai isi perjanjian jual beli piutang yang menyatakan jika pembeli (PT Vista) melanggar ketentuan tentang benturan kepentingan, PT Vista diwajibkan membayar nilai piutang secara penuh.

III. Kritis
BPPN menjual aset jauh di bawah nilai utang, yaitu hanya Rp 512 miliar

PT Humpus

PT Timor
Memberi kan aliran dana

BPPN
PT Vista
Menemukan adanya indikasi rekayasa serangkaian pembayaran yang dilakukan oleh PT Humpus kepada BPPN

Huta ng Rp 4.576 milya r.

KPK

Bank Mandiri

IV. Radikal Kesimpulan Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan praktik kolusi dalam penjualan aset Grup Humpuss yang ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional. KPK dapat membuktikan adanya aliran dana dari PT Humpuss kepada PT Vista yang kemudian diserahkan kepada BPPN untuk membayar aset PT Timor, kata Ketua KPK Taufiequrrachman. Atas pelanggaran itu, PT Vista diwajibkan membayar penuh Rp4,576 triliun dikurangi dengan jumlah pembayaran yang sudah diterima BPPN Rp512 miliar. Alternatif Solusi Penuman praktek kulusi ini merupakan suatu prestasi bagi KPK. Tetap diharapkan KPK dapat melakukan investigasi dengan benar dan segera menyelesaikan dugaan kolusi ini. Jika telah ditemukan bukti-bukti yang kuat, maka kasus ini harus segera dipersidangkan sehingga dapat segera dikenakan sanksi kepada siapa-siapa yang telah melanggar ketentuan perundang-undangan. PT Visa harus segera mengganti kerugian yang seharusnya agar tidak merugikan pihak ke 3 (Bank Mandiri).

Analisis Kasus Likuidasi Bank Merincop & Pelanggaran Penjualan Aset PT Timor
Tugas T1

Oleh : Dhimas Hendra Wicaksono Nim. 0710113071 Kelas : C

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2008

Anda mungkin juga menyukai