Anda di halaman 1dari 5

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280 sampai 300 hari.

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu : - triwulan I : 0 sampai 14 minggu - triwulan II : 14 sampai 28 minggu - triwulan III : 28 sampai 40 minggu Untuk dapat menegakkan kehamilan maka dapat ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil sehingga bidan dapat mendiagnosa kehamilan I. Tanda Kehamilan Adalah sekumpulan tanda atau gejala yang timbul pada wanita hamil yang terjadi akibat perubahan fisiologi danpsikologi pada masa kehamilan. II. Kategori Tanda Kehamilan 1. Presumsi Adalah perubahan yang dirasakan ibu / Kemungkinan /,Dugaan hamil. Tanda- tanda dugaan hamil : 1. Amenorea (terlambat datang bulan) 2. Mual dan Muntah Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilanhingga akhir triwulan pertama. Gejala ini sering terjadi pada pagi hari disebut morning sickness of pregnancy. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan disebut dengan Hiperemesis Gravidarum. 3. Mengidam. Pada beberapa wanita ditemukan adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya adalah Pica (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi. 4. Sinkope atau Pingsan 5. Pingmentasi Kulit Sekitar Pipi (Cloasma Gravidarum) Keluarnya Melanophore Stimulating Hormone (MSH) hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi pada kulit. Dinding perut Stria livide dan albican Linea Ningra dan alba Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastic di bawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum. Sekitar Payudara Hiperpigmentasi areola mamae Putting susu makin menonjol Kelenjar montgomery menonjol Pembuluh darah manifes sekitar payudara 6. Salivasi berlebihan 7. Anoreksia atau tidak ada selera makan. Biasanya timbul pada TM I, kemudian nafsu makan akan muncul kembali 8. Epulis (Hipertropi dari papil gusi) 9. Varices Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara dan dapat menghilang setelah persalinan. 10.Payudara tegang Pengaruh estrogen dan progesteron dan somamotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang, ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama. 11.Sering Kencing

Uterus yang membesar pada TM I akan menyebabkan tertekannya kandung kencing. Pada TM II umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul dan pada TM III gejala ini dapat timbul lagi karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing. 12.Obstipasi Karena pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus sehingga menyebabkan kesulitan untuk BAB. 2. Tanda tidak pasti kehamilan Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan dengan : 1. Pembesaran uterus 2. Pada pemeriksaan dalam dijumpai : - Tanda Hegar Pada minggu-minggu pertama istmus uteri mengadakan hipertropi sehingga lebih panjang dan lebih lunak. Pada VT jika 2 jari tangan dalam diletakkan pada forniks posterior dan tangan yang satunya pada dinding perut depan diatas simpisis, maka istmus uteri sedemikian lunaknya, seolah-olah corpus uteri tidak berhubungan dengan serviks. - Tanda Brackston Hicks Kontraksi tidak teratur yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada waktu pemeriksaan. Maka kadang-kadang corpus uteri yang lunak menjadi lebih keras. Hal tersebut disebabkan karena timbulnya kontraksi. - Tanda Piscasek Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol jelas kejurusan tersebut. Sehingga pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh didaerah implantasi dari blastosit dan daerah insersi plasenta. - Tanda Goodell Pelunakkan serviks dikarenakan pembuluh darah dalam serviks bertambah dan karena timbulnya oedema dari serviks dan hiperplasia kelenjar-kelenjar serviks. Jaringan ikat pada serviks banyak mengandung kolagen, akibat kadar estrogen meningkat, menyebabkan hipervaskularisasi maka kosistensi serviks menjadi lunak. - Tanda Chadwicks Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna unggu kebiruan pada mukosa vagina, vulva dan serviks akibat meningkatnya hormon estrogen. Warna portio pun tampak livide. 3. Teraba Balotement Adalah gerakan janin yang belum engaged, teraba pada minggu ke 16-18. Balotement adalah tehnik mempalpasi suatu struktur terapung dengan menekan perlahan struktur tersebut dan merasakan pantulannya. Jari pemeriksa dalam vagina mendorong dengan lembut kearah atas, janin terdorong keatas kemudian janin turun kembali dan jari merasakan benturan lunak. 4. Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan positif 3.Tanda pasti kehamilan a. Teraba bagian-bagian janin dan dapat dikenal bagianbagian janin b. Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin c. Dapat dirasakan gerakan janin d. Pada pemeriksaan dengan sinar Rotgen tampak kerangka janin. e. Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang janin, dan dapat diperkirakan tuanya kehamilan serta dapat menilai pertumbuhan janin

Tiga lapisan otot (sirkuler, longitudinal dan oblik) tampak jelas pada kehamilan Usia kehamilan : -8 minggu > telur bebek -12 minggu : telur angsa > dapat diraba dari luar di atas simfisis (kosongkan dulu kandung kencing) -Trimester I > Tanda Hegar + : hipertrofi istmus -16 mgu > di isi amnion & janin ~ sebesar kepala bayi > setinju dewasa ~ FET pusat > simfisis 1. 2 jari diatas simfisis= 12 mgg 2. Setinggi pusat=24 minggu 3. 3 jari diatas pusat=28 minggu 4. 2 jari dibawah pusat=20 minggu 5. Diantara pusat-simfisis=16 minggu -20 minggu : FU tepi bawah umbilikus -24 minggu : FU tepi atas umbilikus -28 minggu : FU 3 jari atas umblikus atau sepertiga jarak pusat PX (25 cm) -32 minggu : FU 1/2 jarak pst-PX (27cm) -36 minggu : FU 1 jari bawah PX (30cm) > Kepala bayi masih diatas PAP -40 minggu : FU turun kembali 3 jari bawah PX -Tinggi FU > umur kehamilan,besar, dan berat janin PLASENTA NORMAL Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan disebut sebagai zygote. Kemudian terjadi pembelahan pada zygote sehingga menghasilkan apa yang disebut sebagai 2 blastomers, kemudian morula dan blastokist. Pada tahap-tahap perkembangan ini, zona pellucida masih mengelilingi. Sebelum terjadinya implantasi, zona pellucida menghilang sehingga blastosit menempel pada permukaan endometrium. Dengan menempelnya blastokist pada permukaan endometrium maka blastosit menyatu dengan epitel endometrium. Setelah terjadi erosi pada sel epitel endometrium, trophoblast masuk lebih dalam ke dalam endometrium dan segera blastokist terkurung di dalam endometrium . Implantasi ini terjadi pada daerah endometrium atas terutama pada dinding posterior dari uterus . Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi perubahan untuk menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi makan kepada blastokist yang disebut sebagai desidua. Setelah terjadi implantasi desidua akan dibedakan menjadi : 1. Desidua basalis: desidua yang terletak antara blastokist dan miometrium 2. Desidua kapsularis: desidua yang terletak antara blastokist dan kavum uteri 3. Desidua vera: desidua sisa yang tidak mengandung blastokist Bersamaan dengan hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu degenerasi fibrinoid, yang terletak dia antara desidua dan trofoblast untuk menghalangi serbuan trofoblast lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi fibrinoid ini disebut sebagai lapisan Nitabuch . Pada perkembangan selanjutnya, saat terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ABORTUS 2.1.1 Definisi Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar rahim, atau sebelum kehamilan tersebut mencapai usia kehamilan 20 minggu ( dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir ) atau berat badan janin kurang dari 500 gram.1,2,3 Beberapa definisi lain tentang abortus antara lain; abortus sebagai terputusnya kehamilan sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu dimana plasentasi belum selesai.2,9
1 1,3 2,3 2

Eastman dkk menyatakan abortus adalah suatu keadaan dimana terhentinya suatu kehamilan pada saat janin belum dapat bertahan hidup diluar uterus, dengan berat badan janin antara 400-1000 gram atau saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu.2,9 Pada tahun 1977 WHO ( World Health Organisation ) mendefinisikan abortus sebagai keluarnya janin dari rahim dengan berat janin kurang dari 500 gram, atau usia kehamilan 20-22 minggu.7 Keguguran adalah salah satu komplikasi kehamilan yang tersering dimana 15% kehamilan akan berakhir dengan keguguran. Penyebabnya adalah faktor genetik atau perkembangan janin yang abnormal. Keguguran yang berulang terjadi 3% dari populasi ibu hamil dan dikaitkan dengan trombofilia, serviks yang lemah, infeksi, kelainan endokrinologi, faktor anatomi dan kelainan imunitas.9 Berdasarkan riwayat kehamilan, ada 3 kelompok wanita yang memiliki resiko keguguran, yaitu. 1.Kelompok keguguran kambuhan primer : kelompok ini terdiri dari wanita dengan tiga kali atau lebih keguguran berturut-turut tanpa adanya kehamilan yang terus berkembang hingga melewati usia kehamilan 20 minggu 2.Kelompok keguguran kambuhan sekunder : kelompok ini terdiri dari wanita yang mengalami tiga kali atau lebih keguguran menyusul setidaknya satu kehamilan yang berkembang hingga lebih dari usia kehamilan 20 minggu, dan kemungkinan berakhir dengan lahir hidup, lahir mati atau kematian neonatus. 3.Kelompok keguguran kambuhan tertier : kelompok ini terdiri dari wanita yang mengalami setidaknya tiga kali keguguran yang tidak berturutan dan diselingi dengan kehamilan yang berkembang hingga melewati usia kehamilan 20 minggu. Bahwa seorang wanita bisa mengalami keguguran yang berulang dengan seorang laki-laki dan tidak dengan laki-laki lainnya. Usia perempuan yang lebih tua merupakan faktor resiko keguguran; resiko keguguran meningkat sesuai dengan usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. 2.1.2 Stadium Klinik Abortus : 1. Abortus imminens (Threatened Abortion) adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, hidup, tanpa adanya dilatasi serviks dan kehamilan masih dapat dipertahankan.1,9 2. Abortus insipiens (Inevitable Abortion) adalah peristiwa perdarahan uterus pada usia kehamilan sebelum 20 minggu dimana kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi, dimana telah terjadi dilatasi serviks uteri namun hasil konsepsi masih didalam uterus. Pengeluaran hasil konsepsi harus segera dilakukan dengan dilatasi dan kuretase.1,9 3. Abortus Inkomplitus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari uterus pada usia kehamilan sebelum 20 minggu, dimana ada sisa jaringan konsepsi (plasenta) yang tertinggal didalam uterus, mengakibatkan kontraksi uterus disertai rasa nyeri dan perdarahan uterus. Pengeluaran sisa hasil konsepsi harus segera dilakukan dengan dilatasi dan kuretase.1,9 4. Abortus komplitus adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari uterus, pada usia kehamilan sebelum 20 minggu.1,9 2.1.3 PATOFISIOLOGI : Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Granula korteks didalam ovum atau oosit sekunder berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim didalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa lain.17 Kedua pronukleus saling mendekati membentuk zygot yang terdiri dari bahan genetik perempuan dan lakilaki. Pada manusia terdapat 46 kromosom yaitu 44 kromosom autosom dan 2 kromosom kelamin.17 Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zygot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya, hasil konsepsi berada dalam stadium morula dimana sebelumnya telah terjadi pembelahan-pembelahan yang di peroleh dari vitelus, hingga volume vitelus ini makin berkurang yang akhirnya terisi seluruhnya oleh morula.17 Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut blastokista dimana bagian luarnya adalah jaringan tropoblas dan dibagian dalamnya disebut massa sel dalam (inner cell mass) pada satu kutub. Blastokista itu sendiri tertanam diantara jaringan sel epitel dari mukosa uterus pada hari ke 6-7 setelah ovulasi. Kemudian terjadi diferensiasi menjadi masa sinsitial. Pada hari ke-8,

trofoblas berdiferensiasi menjadi lapisan luar (outer multinucleated sintitiotrofoblast) dan membentuk lapisan dalam (primitive mononuclear sytotrofoblast). Kemudian massa sinsitial berpenetrasi diantara sel epitel dan akan segera menyebar ke stroma. Pada hari ke-9 vakuola atau lakuna muncul pada sinsitial dan akan segera membesar kemudian akan segera menyatu. Pembentukan dari sirkulasi uteroplasenta yang potensial terjadi ketika kapiler vena ibu bersentuhan dengan sinsitial maka darah akan dapat lewat melalui sistem lakuna. Lakuna akan menjadi daerah intervilus dari plasenta. Pada hari 12-13 setelah fertilisasi, blastokista sudah sepenuhnya melekat pada stroma desidua sehingga epitel dari permukaan uterus akan terus tumbuh. Hal ini menandakan bahwasanya tahap awal dari implantasi akan disertai dengan sedikit nekrosis dari jaringan atau reaksi inflamasi dari jaringan mukosa. Setelah fase inisial nidasi, diferensiasi dari trofoblas dapat terjadi pada dua jalur utama yaitu villous dan ekstra villous. Hal ini berguna untuk mempertimbangkan kedua jenis dari jalur diferensiasi yang dipisahkan oleh kedua fungsi dari kedua trofoblas ini dan tipe dari sel maternal, dimana masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Villus trofoblas sepenuhnya menutupi seluruh villi chorialis plasenta dan berfungsi untuk transportasi nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Dalam 2 minggu perkembangan konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium, kemudian terbentuk sinus intertrofoblastik yang merupakan ruangan yang berisi darah maternal. Sirkulasi darah janin ini berakhir dilengkung kapiler ( capillary loops ) didalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili korialis akan tumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta. Hasil konsepsi diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Korion ini terbentuk oleh karena adanya chorionic membrane. Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, korion tersebut dinamakan korion frondosum. Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.18,19,20 Didapati bahwa trombosis dari pembuluh darah uteroplasenta akan menyebabkan perfusi ke plasenta terganggu. Kegagalan pada endovaskular dan interstisial dari diferensiasi extravillus trofoblas akan menyebabkan abortus pada awal kehamilan. Pada kasus lain dari abortus spontan pada awal kehamilan, sinsitial extravillous trofoblas tidak mencapai arteri spiralis. Hal ini menyebabkan arteri tidak berpulsasi dan suplai darah yang melalui arteri spiralis tidak akan adekuat sampai akhir kehamilan trimester pertama yang menyebabkan terjadinya abortus spontan.18,19,20 2.1.4 Etiologi Lebih dari 80% kasus abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu, setelah itu angka kejadiannya cepat menurun ( Harlap & Shiono, 1980 ). Kelainan kromosom merupakan penyebab terbanyak dari kasus abortus spontan dini ini, dan setelah itu insidensinya juga menurun. Risiko terjadinya abortus spontan meningkat seiring dengan meningkatnya paritas serta usia ibu dan ayah.3 Mekanisme pasti dari abortus spontan tidak selalu jelas, tetapi pada bulan-bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hampir selalu didahului oleh kematian mudigah atau janin. Karena itu, pertimbangan etiologi pada abortus dini antara lain mencakup pemastian penyebab kematian janin. Pada bulan-bulan selanjutnya, janin sering belum meninggal di dalam rahim sebelum ekspulsi dan penyebab ekspulsi tersebut perlu diteliti.1 1.Faktor janin : a.Perkmbangan zigot abnormal b.Aneuploidi c.Euploid d.Trisomi autosom e.Monosomi X f.Kelainan struktural kromosom 2.Faktor ibu : a.Usia b.Infeksi : TORCH, chlamidia trachomatis c.Penyakit kronis : TBC, karsinoma d.Kelainan endokrinologi : DM, defisiensi progesterone e.Malnutrisi f.Radiasi

g.Merokok, kafein h.Trauma i.Laparotomi j.Kelainan struktur uterus k.Penyakit autoimun : SLE ( systemic Lupus Eritematosus ), ACA ( antibody anticardiolipin ) l.Respon imunne abnormal m.Toksin lingkungan 3.Faktor ayah 2.1.5 Insidensi Di Indonesia diperkirakan abortus spontan terjadi sekitar 10-15% dari seluruh kehamilan. Menurut data resmi WHO ( 1994 ) abortus spontan dilaporkan terjadi pada 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus spontan terjadi pada kehamilan trimester pertama dan angka kejadian ini akan sangat menurun setelah itu. 21,22 Angka kejadian abortus spontan sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas usia kehamilannya yang hanya sedikit memberi gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak berobat. Sementara itu dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan.20,21 Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Bila dikaji lebih jauh kejadian abortus spontan bisa mendekati angka 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet.23 Sofia Doria dkk (2008) melaporkan, dari 232 pasien yang didiagnosa dengan abortus spontan, 147 (63,4%) kasus dengan kromosom yang normal, 85 (36,6%) dengan kromosom abnormal. Dari 85 kasus kelainan kromosom dimana 81 (95,3%) kasus berasal dari trimester pertama, 2 (2,4%) kasus berasal dari trimester kedua dan 2 (2,4%) kasus terjadi pada trimester ketiga. Pada 66 kasus abortus spontan dilakukan pemeriksaan kariotip; 62/66 ( 93,9% ) kasus abortus spontan menunjukkan abnormalitas; 36/62 dengan trisomi tunggal, 5/62 dengan dua atau tiga trisomi, 6/62 dengan monosomi X, 13/62 dengan poliploidi, 9/62 dengan mosaik dan 1/62 dengan trisomi plus translokasi seimbang.12 Garcia-Enguidanos (2002) menemukan resiko abortus spontan meningkat dengan bertambahnya usia ibu dan meningkat tajam setelah usia 35 tahun atau lebih.24 Andersen (2000) menjumpai resiko abortus spontan 11,1%-15,0% pada usia dibawah 35 tahun dan bertambah menjadi 24,6% diatas usia 35 tahun. Hefner (2004) juga menjumpai hasil yang sama, dari 10%-14% resiko abortus spontan pada usia 20-34 tahun, dan bertambah menjadi 24% setelah 35 tahun, dan 50% setelah usia 40 tahun.25 2.2. KROMOSOM 2.2.1 STRUKTUR KROMOSOM Manusia adalah eukariosit, organisme dengan sel-sel yang mempunyai nukleus sejati yang dibatasi oleh membran nukleus, bermultiplikasi dengan cara mitosis. Bakteri adalah prokariosit, organisme tanpa inti sejati, bereproduksi dengan cara pembelahan sel. Dengan pengecualian DNA yang ada dalam mitokondria, semua DNA kita disusun di dalam inti sel dikelilingi oleh membran nukleus. Karena ovum kaya akan mitokondria, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh mitokrondria gen (contoh, Lebers optic neuropathy) ditransmisikan oleh ibu, karena mitokondria didalam sperma tereliminasi sewaktu fertilisasi.26 Kromosom adalah kumpulan material genetik yang terdiri dari molekul DNA (yang mengandung banyak gen) yang melekat pada sejumlah besar protein yang mempertahankan struktur kromosom dan berperan dalam ekspresi gen. Sel-sel somatik manusia mengandung kromosom dengan 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom seks. Semua sel-sel somatik adalah diploid-23 pasang kromosom. Hanya gamet yang haploid, dengan 22 autosom kromosom dan 1 kromosom seks. Variasinya ukuran kromosom mulai dari 50 juta sampai 250 juta pasangan basa. Kromosom 1 mengandung paling banyak gen (2968 gen) dan kromosom Y mengandung jumlah gen yang paling sedikit (231 gen). Semua kromosom mengandung bagian penghubung/penjepit yang disebut sentromer, yang membagi kromosom menjadi dua lengan,

lengan pendek p dan lengan panjang q. Dua anggota dari setiap pasang autosom adalah homolog yang masing-masing berasal dari ayah dan ibu.26,27 Sebuah gen adalah sebuah unit DNA dalam sebuah kromosom yang dapat diaktifkan untuk mentranskripsikan RNA spesifik. Lokasi dari sebuah gen dalam kromosom menunjukkan lokusnya. Karena ada 22 pasang autosom, kebanyakan gen tampil dalam pasangan. Pasangan tersebut adalah homozigot bila sama dan heterozigot bila tidak sama.26 Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah: Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain. Patofisiologi AbPada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu banyak terjadi perdarahan. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998) Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan berkontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu keguguran memberi gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. (Manuaba,IBG 1998) B. Hal-hal yang menyebabkan abortus Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Faktor- faktor penyebab adalah : Kelainan kromosom Lingkungan kurang sempurna Pengaruh dari luar (radiasi, virus, obat-obatan) Kelainan pada plasenta Endartritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu. Penyakit ibu Penyakit mendadak seperti pneumonia, evus abdominalis, pielonefritis, dan malaria dapat menyebabkan abortus karena toksin bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadi abortus. Kelainan traktus genitalis Retroversia uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Lama waktu yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang di dalam rahim oleh fetus agar mampu bertahan hidup diluar kandungan bervariasi. Dahulu fetus yang lahir sebelum mencapai umur kehamilan 28 minggu sangat jarang yang dapat hidup dan oleh karenanya 28 minggu dianggap sebagai lama waktu minimal yang dibutuhkan untuk mencapai viabilitas. Dewasa ini digunakan istilah abortus dini dan abortus lambat. Abortus dini adalah proses kehamilan berhenti pada umur kehamilan sebelum12 minggu. Abortus lambat adalah proses kahamilan berhenti pada umur kehamilan antara 12 sampai 20 minggu. Ada juga yang mengganggap kehamilan yang berhenti dibawah umur kehamilan 20 minggu sebagai abortus dini dan yang berhenti antra umur kehamilan 20 sampai 28 minggu sebagai abortus lambat. Mempergunakan umur kehamilan untuk menetapkan abortus ada kesulitan dan kelemahannya. Kesulitannya ialah apabila tanggal haid terakhir tidak dapat diketahui lagi misalnya terlupa atau haid tidak

teratur atau kehamilan bersambung dalam masa menyusui ataupun pada kehamilan yang terjadi setelah menggunakan kontrasepsi hormonal. Kelemahannya ialah sukar menetapkan kapan kehamilan itu mulai bersemi karena sukar menetapkan saat ovulasi yang mengalami fertilisasi dan saat implantasi blastokista pada desidua. Pada haid yang regular ovulasi terjadi rata-rata 14 hari sebelum hari pertama haid yang akan dating. Implantasi blastokista terjadi pada hari ke 5 atau ke 6 setelah fertilisasi atau kira-kira 8 hari sebelum haid yang akan dating. C. Jenis-jenis Abortus 1. Abortus Iminens (menagancam) a. Definisi Keadaan dimana perdarahan berasal dari intrauteri yang timbul sebelum usia kehamilan lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilatasi serviks. b. Diagnosa Diagnosa abortus iminens dapat berupa : Perdarahan melalui ostium uteri eksternum Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan Uterus membesar sesuai dengan umur kahamilan Adanya nyeri atau tidak sama sekali Tes kehamilan positif Tidak ditemukan kelainan pada serviks c. Penatalaksanaan Penanganan abortus iminens terdiri atas : Istirahat baring Pemberian hormon progesteron dan estrogen tidak dianjurkan Pemberian bahan tokolitik ( jika tidak tepat dan berlangsung lama akan menunda proses pengeluaran hasil konsepsi menjadi missed abortion) Nasihat untuk tidak bersanggama untuk meminimumkan kemungkinan rangsangan prostaglandin Jika ada alat kontrasepsi dalam rahim, maka ia harus diangkat Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 2. Abortus insipiens a. Definisi Keadaan perdarahan dari intra uteri yang timbul bersama dilatasi serviks yang kontinyu dan progresif, tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu. b. Gambaran klinis - Kram suprapubik intermiten, progresif diakibatkan oleh kontraksi uterus yang mengakibatkan pendataran dan dilatasi serviks - Jumlah perdarahan bervariasi - sebagian besar timbul sebelum 12 minggu setelah siklus haid terakhir, namun yang lambat dapat terjadi selama trimester kedua - Abortus bersifat insipiens , bila selaput amnion pecah - Pada pemeriksaan fisik, abdomen lunak dan tidak nyeri tekan, kadang uterus dapat teraba tergantung pada usia kehamilan - Inspekulo, sering serviks mendatar dan berdilatasi. Selaput amnion dapat terlihat menonjol melalui serviks atau dapat robek dengan cairan amnion di dalam vagina, adneksa normal c. Penatalaksanaan Pasien harus dirawat di rumah sakit. Karena tidak ada kemunginan kelangsungan hidup bagi janin pada abortus insipiens, maka oksitosin diberikan intravena (20 unit dalam 1000 ml larutan ringer laktat ) untuk memejukan kelahiran janin. Analgetik mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri dan ketakutan. Setelah janin lahir, kuretase mungkin diperlukan bila ada kemungkinan jaringan plasenta tertinggal. Pasien Rh dan tidak tersensitisasi harus diberikan profilaksis globulin imun Rh. 3. Abortus inkompletus a. Definisi

Keluarnya sebagian, tetapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu. b. Gambaran klinis - Nyeri mulai dari ringan dan intermiten, tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat. - Perdarahan pervaginam merupakan gajala yang paling khas dimana jumlah perdarahan cenderung lebih banyak daripada haid biasa bahkan cukup untuk menyebabkan syok hipovolemik. Selama jaringan plasenta tetap melekat sebagian pada dinding uterus, maka kontraksi miometrium terganggu; pembuluh darah didalam segmen yang terbuka pada tempat menempelnya plasenta berdarah hebat. Pasien dapat mengeluarkan banyak bekuan darah atau janin yang dapat dikenal atau jaringan plasenta. - Biasanya pasien telah melewatkan dua siklus haid, karena abortus inkompletus cenderung terjadi kira-kira 10 minggu setelah mulainya siklus haid terakhir. - Inspekulo: sering vagina banyak mengandung bekuan darah dan serviks tampak mendatar dan dilatasi, jaringan plasenta dapat terlihat di ostium uteri atau vagina. - Diagnosis ditegakan dengan terlihatnya jaringan plasenta atau janin c. Penatalaksanaan Hasil konsepsi apa pun yang dikeluarkan atau perdarahan menjadi berlebih, maka evakuasi uterus segera diindikasikan untuk meminimalkan perdarahan dan resiko infeksi pelvis. 4. Abortus septik a. Definisi Abortus septik adalah abortus yang terinfeksi, dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya kedalam sirkulasi sistemik ibu. Pada banyak kasus, ada banyak pengaruh luar yang berhubungan dengan kehamilan. b. Gambaran klinis - Nyeri suprapubik yang hebat dan konstan - Demam dan menggigil merupakan gejala yang khas infeksi serius - Abortus septik dapat mengikuti abortus yang diinduksi atau dapat mengikuti alat kontrasepsi dalam rahim. - Suhu subfebril,hipotensi dan takikardi - Defans muscular,rigiditas atau distensi menunjukkan adanya keterlibatan peritoneum - Inspekulo: sekre berdarah dan berbau busuk, dilatasi serviks, fragmen jaringan plasenta dalam kanalis servikalis atau vagina dikeluarkan dengan forsep cincin dan dilakukan pemeriksaan bakteriologi dan patologi Pada pemeriksaan bimanual kadang ditemukan nyeri tekan, gerakan serviks terasa sangat nyeri, massa adneksa dapat berupa abses atau hematoma. - Pada tingkat keparahan yang lanjut leukusitosis dapat lebih dari 20.000 yang merupakan manifestasi infeksi fulminan, baortus yang diomplikasi oleh klostridium membawa ancaman hemolisis dan gagal ginjal. Petunjuk diagnosis mencakup batang gram positif dalam eksudat purulen, bukti gas pada foto abdomen dan hemoglobinemia. c. Penatalaksanaan Prisip terapi umum: 1. infeksi harus dikendalikan dengan antibiotik yang tepat. 2. Volume intrvaskular efektif harus dipertahankan untuk memberikan perfusi jaringan yang adekuat. 3. Uterus harus dievakuasi. Hasil konsepsi yang tetahan atau alat kontrasepsi dalam rahim disingkirkan. 5. Abortus komplet Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. 6. Abortus habitualis Definisi abortus spontan yang berkali-kali (habitualis) telah dibuat berdasarkan berbagai kriteria jumlah dan urutannya, tapi definisi yang paling mungkin diterima saat ini adalah abortus spontan yang terjadi berturutturut tiga kali atau lebih (Cunningham dkk,,1995)

Anda mungkin juga menyukai