Anda di halaman 1dari 4

B.

Hakikat Berbicara Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1993 : 15). Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (1997 : 13). Mereka berpendapat bahwa bericara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Dua macam pendapat di atas pada dasarnya sama saja, yakni berbicara merupakan keterampilan atau kemampuan untuk menyampaikan pesan berupa pikiran, gagasan dan perasaan melalui bahasa lisan kepada orang lain. 5 12 Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya menurut Drs. Puji Santosa, M.Hum, dkk (2003 : 6.28 6.29) 1. Berbicara antar pribadi Berbicara antar pribadi terjadi jika orang membicarakan sesuatu. Suasana pembicaraannya dapat bersifat serius atau santai bergantung kepada masalah yang diperbincangkan. 2. Berbicara dalam kelompok kecil Pembicaraan seperti ini terjadi antara pembicara dengan sekelompok kecil pendengar (3 5 orang). Dalam kegiatan pembelajaran, kelompok kecil merupakan sarana untuk melatih siswa mengungkapkan pendapatnya secara lisan, terutama untuk melatih siswa yang jarang berbicara. Suasana dalam kelompok kecil lebih memungkinkan siswa berani berbicara. 3. Berbicara dalam kelompok besar Jenis berbicara seperti ini terjadi bila pembicara menghadapi pendengar yang berjumlah besar. Jika jenis berbicara seperti ini terjadi di ruang kelas,

pendengar berkesempatan untuk bertanya atau berkomentar tentang isi pembicaraan yang disampaikan pembicara. Menurt Tri Priyono (2001 : 17). Ada bebepara hal sebagai berikut penyebab munculnya kecemasan berbicara : 1. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan, ia menghadapi sejumlah ketidakpastian. 2. Menghadapi penilaian. Khawatir ditertawakan, takut dikatakan tolol atau kurang wawasan dan sebagainya. 6 13 3. Berhadapan dengan situasi yang asing dan ia tidak siap. Dari beberapa hal yang menjadi penyebab kecemasan berbicara di atas, penulis berasumsi bahwa penyebab pertamalah yang lebih dominan.

PENGERTIAN KETERAMPILAN BERBICARA Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui penerapan metode simulasi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Bantul. Desain penelitian menggunakan model Kemmis dengan 3 siklus penelitian yang terdiri atas 9

langkah tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 2 Bantul yang terdiri dari 36 siswa dan objek penelitian adalah penerapan metode simulasi dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket siswa, lembar observasi, lembar tugas, dan instrumen penilaian keterampilan berbicara. Data penelitian terbagi atas dua jenis yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi, catatan hasil wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil penelitian keterampilan berbicara pretest dan post-test yang dilakukan pada setiap akhir siklus, dan hasil penilaian tugas per pertemuan. Analisis data dilaksanakan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 2 Bantul. Dengan metode simulasi, praktik pembelajaran yang meliputi alokasi waktu, pengorganisasian siswa, pemberian materi, penggunaan media dan metode, serta tugas dan tanggung jawab guru-siswa dapat berjalan dengan baik. Di samping itu dengan metode simulasi, komunikasi antara guru dan siswa menjadi baik. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Sementara itu, siswa dapat menggunakan bahasa secara fungsional, otentik, dan pragmatik untuk tujuan kebermaknaan. Siswa dapat menggunakan bahasa secara lisan dan tertulis di dalam kelas. Kegiatan dipusatkan pada siswa bukan pada guru. Siswa juga dapat mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya sendiri. Selain itu siswa menggunakan bahasa Inggris dengan berinterpretasi, berekspresi, dan bernegosiasi. Metode simulasi juga dapat meningkatkan keberanian berbicara siswa. Keberanian berbicara siswa dari tindakan siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan yang berarti. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan oleh hasil: (a) keaktifan siswa mengemukakan pendapat melalui pengalamanpengalaman belajarnya meningkat dari siklus I ke siklus III sebesar 33.3%, (b) keberanian siswa tampil berbicara dalam bahasa Inggris di depan kelas meningkat dari siklus I ke siklus III sebesar 14.3 %, (c) keaktifan siswa bertanya kepada guru untuk lebih mendalami pemahaman materi, meningkat dari siklus I ke siklus III sebesar 39.3%, dan (d) partisipasi secara aktif seluruh siswa dalam diskusi dan kegiatan kelompok meningkat dari siklus I ke siklus III sebesar 82.9%. Akhirnya, metode simulasi dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penguasaan materi keterampilan berbicara siswa. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dari perbedaan hasil penilaian pretest dan post-test . Pada siklus I nilai rerata pretest adalah 67.61 dan post-test sebesar 70.39 dengan persentase kenaikan sebesar 4.11%. Tindakan dilanjutkan ke siklus II, nilai rerata meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 72.39 dengan persentase kenaikan sebesar 2.84%. Pada akhir siklus III, nilai rerata yang diperoleh siswa meningkat menjadi 78.42 dengan persentase kenaikan dari siklus II ke siklus III sebesar 8.33%. kirim ke teman | versi cetak

Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dengan metode diskusi sebagai upaya peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII C SMP N 2 Randublatung tahun ajaran 2007/2008 dan mengidentifikasi peningkatan keterampilan berbicara siswa yang meliputi keterampilan bertanya dan menjelaskan serta keberanian untuk tampil di depan guna melaporkan hasil diskusi. Objek penelitian ini adalah kemampuan berbicara siswa yang dilakukan pada waktu berdiskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang meliputi kemampuan bertanya dan menjelaskan serta keberanian tampil di depan kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif dengan jenis penelitian

tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara,observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan review. Wawancara dengan guru bidang studi dan kepala sekolah dilakukan mulai dari dialog awal sampai penyimpulan hasil penelitian. Observasi dan catatan pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Dokumentasi diambil selama pembelajaran berlangsung yang berupa foto-foto dan rekaman dalam bentuk CD. Review/tanggapan guru diberikan setelah penelitian selesai. Pelaksanaan tindakan pembelajaran terbagi menjadi tiga putaran yang terus meningkat setiap putarannya. Kolaborasi antara peneliti dan guru bahasa Indonesia secara terus menerus menunjang kelancaran penelitian ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan keterampilan berbicara siswa yang meliputi bertanya dan menjelaskan, serta tampil di depan kelas. Keterampilan bertanya siswa meningkat mulai dari 0 % (tidak ada yang bertanya) menjadi 3%(1 siswa) , 16 %( 6 siswa), dan 53 %(15 siswa ). Keterampilan menjelaskan sebelum penelitian 0%, putaran 1 terdapat 2 siswa (6 %), putaran 2, ada 3 sis wa ( 9 %), dan putaran 3 ada 19 siswa ( 67 %). Keberanian tampil di depan kelas juga mengalami peningkatan, mulai dari 0% menjadi 6 siswa (8%), 7 siswa (19%), dan 18 siswa (64%). Selain peningkatan dan perubahan yang terjadi pada diri siswa, perubahan juga terjadi pada pada aktivitas guru selama mengajar. Tindak mengajar yang dilakukan guru cenderung berangsur membaik. Item Type: Karya Ilmiah (Skripsi) ID Number: A310040067

Anda mungkin juga menyukai