Anda di halaman 1dari 11

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan PENILAIAN DAMPAK SISTEMIK KASUS BANK CENTURY MENURUT BOEDIONO SRI MULYANI

OLEH DIAH IKA MURTIZANAH 098554262 PE 09 AA

S1 PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN

Kondisi di Indonesia,akhir-akhir ini tidak menentu.Terjadi beberapa skandal yang terkuak , mengemparkan masyarakat.Mulai dari Skandal Cicak vs Buaya, korupsi , makelar kasus di beberapa lembaga tinggi negara, makelar pajak, kerusuhan, serta kasus Bank Century yang masih belum jelas akhir permasalahanya. Bank Century, sebuah bank yang menjadi buah bibir di kalangan masyarakat terkait pemberian dana talangan (bail out) oleh Bank Indonesia (BI) kepada bank tersebut yang akhirnya menimbulkan sebuah polemik yang berkepanjangan. Kasus ini mulai terkuak sekitar akhir tahun 2008 dan terus bergulir bahkan sampai sekarang sepertinya terus menggelinding kemana mana. Seperti yang kita ketahui, kasus yang melanda salah satu bank di Indonesia ini yang menyebabkan pemerintah melalui Bank Indonesia mengucurkan dana yang besar untuk menyelamatkan bank yang kini telah beralih nama menjadi Bank Permata. Kasus Bank Century hingga kini masih berkembang dan menjadi pemberitaan hangat disejumlah media massa, baik media massa yang beorientasi elektronik maupun cetak. Kasus Bank Century juga telah menyeret berbagai instituisi hukum di Indonesia, seperti halnya KPK, POLRI, dan DPR. Kebijakan pemberian dana talangan (bait-out) terhadap Bank Century menimbulkan persoalan besar dalam sistem finasional. Dana talangan itu diberikan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia, Boediono karena alasan regulasi / perputaran perbankan di indonesia kurang baik. Ini dijadikan alasan oleh Menteri Keuangan dan Bank Indonesia bahwa pemberian dana talangan terhadap Bank Century harus dilakukan karena dapat berdampak sistemik Tapi tidak serta merta alasan pemberian dana talangan dikarenakan dapat berdampak jika sistemik diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Ada beberapa golongan seperti Pansus, DPR, BPK yang menyatakan bahwa alasan itu tidaklah tepat, teledor dan tidak masuk akal. Alasan itu dinilai hanya alibi untuk memutuskan perampokan terhadap bank century terhadap pemiliknya sendiri. Kontroversi mengenai dampak sistemik skandal Bank Century terus bergulir mengenai benar atau tidak tindakan yang diambil Bank Indonesia pemberian dana talangan karena alasan sistemik menuai kritik dan respon dari beberapa pihak. Maka dari itu saya mencoba menjelaskan alasan yang dikemukakan Boediono Sri Mulyani dalam menentukan dampak sistemik kasus Bank Century respon masyarakat terhadap kebijakan tersebut dalam makalah yang berjudul Penilaian Dampak Sistemik Kasus Bank Century Menurut Boediono Sri Mulyani

BAB II PEMBAHASAN

Kasus Bank Century mulai menjadi buah bibir di kalangan masyarakat sekitar akhir tahun 2008 bahkan sampai sekarang masih belum jelas akhir penyelesaiannya. Skandal Bank Century tersebut masih terus bergulir. Bak bola panas, kasus PT Bank Century Tbk sepertinya terus menggelinding kemana mana. Seperti yang kita ketahui kasus yang menimpa salah satu bank di Indonesia ini menyebabkan bank yang kini telah beralih nama menjadi Bank Permata. Kasus Bank Century hingga kini masih berkembang bahkan telah menyeret berbagai institusi hukum di Indonesia seperti halnya KPK, POLRI, dan DPR. Terkait skandal Bank Century, jelas tidak ada asap bila tidak ada api. Kalau memang benar pemberian dana talangan (bail - out) atas Bank Century sebesar Rp 6,7 trilyun itu adalah keputusan yang benar, mestinya tidak perlu terjadi kehebohan seperti sekarang ini. Saat ini telah dibentuk Panitia Khusus ( Pansus) oleh DPR untuk mengupas tuntas kasus tertentu. Banyak pihak yang tidak sependapat dengan alasan yang di berikan oleh Gubenur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan yang pada waktu itu di jabat oleh Boediono dan Sri Mulyani dalam pemberian dana talanagan Century tersebut. Mereka beranggapan kalau kasus Bank Century tidak akan berdampak sistemik. Alasan yang dikemukan oleh Bank Indonesia dirasa kurang tepat, teledor, ceroboh, dan tidak masuk akal. Alasan tersebut di nilai hanya sebagai alibi untuk memulusakan Perampokan terhadap Bank century oleh pemiliknya sendiri. Analisa yang digunakan Bank Indonasi semata mata hanya di dasarkan pada analisa yang bersifat psikologi pasar dan mengesampingkan analisis kuantitatif kondisi Bank Century. Sebab secara kuantitatif Bank Century semestinya langsung di tutup dan tidak berhak mendapat dana talangan (bail out). Perang persepsi terus melanda Skandal Bank Century. Baberapa pendapat muncul mengenai kasus ambruknya Bank Century, berdampak sistemik atau tidak. Meskipun sebagian masyarakat tidak sependapat kalu kasus Bank Century dapat berdampak sistemik , namun pihak Boediono Sri Mulyani tetap bersikukuh kalau kasus Bank Century tersebut dapat berdampak sistemik. Mereka memiliki alasan yang cukup kuat dan tepat bagi mereka sehingga mereka memutuskan untuk memeberikan bail out kepada Bank Century. Menurur pandangan Boediono, pemberian bail out untuk Bank Century memang harus diberikan. Dana talangan tersebut diberikan untuk menghindari efek domino yang sistemik, tidak untuk menyelamatkan bank , dan juga bukan untuk menyelamatkan kepentingan deposan besar. Banyak persepsi publik yang mengatakan bahwa kasus Bank Century merupakan perampokan oleh pemiliknya sendiri. Wakil Presiden , Boediono , yang pada waktu kasus Bank Century terjadi

menjabat sebagai Gubenur Bank Indonesia mengatakatan bahwa masyarakat harus bisa membedakan antara tindak kejahatan dan tindak penyelamatan. Tindakan penyelamatan terhadap Bank Century dengan memberikan suntikan dana segar tersebut tidak untuk kepentingan eksistensi bank , tidak untuk kepentingan deposan besar , namun untuk menghindari kerusakan dunia perbankan secara sistemik. Begitupula dengan Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang juga menegaskan bahwa keputusan untuk menetapakan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik memiliki dasar yang kuat. Sri Mulyani memaparkan bahwa data dan analisa terhadap Bank Century per Oktober 2008 yang diterima Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) dari Bank Indonesia telah cukup untuk menberikan gambaran kondisi Century, yang dalam hal ini telah ditetapkan sebagai bank gagal dan di nilai berdampak sistemik. Selain menggunakan data , fakta ,informasi, dan analisa yang di terima dari Bank Indonesia, hal hal yang bersifat makro tentang perkembangan situasi dan kondisi krisis keuangan dunia juga menjadi pertimbangan . kondisi ekonomi global saat itu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian dan sistem keuangan Indonesia. Sri Mulyani juga menyatakan, penetapan dampak sistemik Bank Century telah menggunakan informasi, analisa, dan metodelogi baik yang bersifat kualitataif maupun kuantitatif, termasuk menggunakan judgement. Menteri Keuangan dan Bank dan Indonesia mempertimbangkan akal sehat, serta data dan informasi yang tersedia secara menyeluruh dalam penggunaan judgement. Jadi penggunaan judgement adalah sah. Secara umum, Century telah memenuhi kualifikasi sebagai bank gagal karena pada saat Rasio Kecukupan Modalnya (CAR) negatif 3.53 persen dan seharusnya ditutup. Namun menurut Sri Mulyani , keadaan tersebut bisa terjadi apabila kondisi pasar dalam keadaan normal. Apabila keadaan pasar dalam keadaan normal, meskipun Bank Century ditutup tentu tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Namun jika diletakkan pada kondisi November 2008, dimana terjadi krisis keuangan global, kondisi yang terjadi akan sebaliknya. Oleh karena itu penutupan Bank Century dalam situasi tersebut berdasarkan data, fakta, informasi dan analisa serta metodelogi yang digunakan, maka sesuai dengan akal sehat dan judgement itu akan menimbulkan efek berantai. Efek berantai yang dimaksud yakni terjadinya rush atau antrean yang tidak hanya dialami oleh Century, namun juga akan terjadi pada bank lain. Jangan sampai, politisasi terhadap penyehatan bank akan membuat pengambil keputusan takut mmengambil keputusan jika ada bank yang ukurannya lebih besar mengalami kegagalan. Kasus Bank Century menimbulkan kontroversi dari berbagai pakar apakah berdampak sistemik atau tidak. Berbagai pertimbangan dan latar belakang mengapa Bank Century berdampak sistemik antara lain adalah sebagai berikut: 1. Kondisi Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran boleh jadi berjalan normal, namun dengan gejala segmentasi di Pasar Uang Antar Bank ( PUAB) yang semakin meluas. Bukan hanya itu, terdapat potensi kerentanan apabila terjadi flight to quality atau capital outflow yang mengakibatkan bank bank menengah ke bawah akan mengalami kesulitan likuiditas bila hal tersebut terjadi. Bahkan terdapat 18 bank yang memiliki karakteristik mirip Bank Century diduga juga akan mengalami kesulitan likuiditas. Kondisi itu cenderung membuat bank bank menahan likuiditas baik terhadap rupiah maupun valuta asing ( valas). Kondisi ini akan membahayakan bank bank yang tidak memiliki kekuatan likuiditas yang cukup. Akan lebih gawat lagi kalau muncul rumor di kalangan masyarakat mengenai kegagalan bank dalam Real Time Gross Settlement (RTGS) akan membuat kepanikan di kalangan masyarakat dan berpotensi menimbulkan bank run. Ini akan membebani Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jika Bank Century di tutup. 2. Dampak terhadap Pasar Keuangan Ketika skan dal Century terjadi, situasi pasar keuangan masih relatif labil dan menyerap berita berita negatif. Waktu itu terdapat potensi sentimen negatif di pasar keuangan terutamadalm kondisi pasar yang sangat rentan terhadap berita berita yang dapat merusak kepercayaan terhadap pasar keuangan. 3. Dampak Kepercayaan Publik atau Psikologi Pasar Penutupan bank dapat menambah ketidakpastian pada pasar domestik dan diyakini dapat berakibat fatal pad psikologi pasar yang sedang sensistif. Pada waktu itu rumor kalah kliring dan situasi rawan flight to quality sedang terjadi dengan isu isu bank kekurangan likuiditas dan negara negara tetangga menerapkan kebikakan peminjaman 100%. Psikologi ini akan memorak porandakan sistm keuangan kendali bank tersebut berukuran kecil. 4. Berdampak pada bank lain Harus diakui, jika dilihat dari peran bank memang tidak signifikan dalam hal fungsinya sebagai lembaga pemberian kredit, ukuran bank. Dan keterkaitan dengan bank atau lembaga keungan lain. Namun dari sisi jumlah nasabah dan jaringan kantor cabang, Bank Century termasuk memiliki jumlah nasabah yang cukup besar (65.000) nasabah dan jaringan yang cukup luas di seluruh Indonesia dengan 65 kantor cabang. Dalam kondisi pasar yang normal, jika bank ini di tutup, diperkirakan relatif tidak akan menimbulkan dampak sistemik bagi bank lain. Namun, melihat kondisi pasar yang saat itu cenderung rentah terhadap berita-berita negatif. Penutupan Bank Century berpotensi menimbulkan rush pada bank-bank lain terutama pada bankbank yang lebih kecil. Situasi ketika itu sedang terjadi penurunan kepercayaan masyarakat akibat psikologi pasar yang tidak menentu. Bahkan menimbulkan kekacauan yang lebih besar dan dan menyeret bank-bank lain. 5. Kondisi Sektor Riil dan Sistem Keuangan

Saat itu menurut data-data yang tersedia, kondisi sistem keuangan mengalami tekanan sejalan dengan kondisi ekonomi dan keuangan global yang terus memburuk. Hal yang sama juga terjadinya penurunan cadangan devisa dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Namun peran pemberian kredit terhadap sektor riil tidak signifikan, kegagalan bank ini memiliki dampak yang relatif terbatas terhadap sektor riil. Itu adalah alasan alasan yang melatar belakangi pengucuran dana segar yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap Bank Century dalam upaya untuk menghindari kerusakan (rush) dalam dunia perbankan. Jika memperhatikan kenyataan pada November 2008, permasalahan yang terjadi pada Bank Century berpotensi menimbulkan dampak sistemik, terutama melalui jalur psikologi pasar, sistem pembayaran, dan pasar keuangan. Ini menandakan , kondisi saat pemberian bail out Century perlu diperhatikan, tidak dapat di lihat dari kaca mata sekarang ini. Apakah semua itu benar? Apakah memang benar kalau pemberian dana talangan yang diberikan Bank Indonesia dapat berdampak sistemik serta menimbulkan kekacauan dunia perbankan? Selama ini Sri Mulyani Boediono hanya mengemukakan bahwa mereka memiliki alasan yang kuat dan tepat sehingga mereka perlu melakukan upaya penyelamatan terhadap Bank Century, tanpa mengemukakan data dan fakta yang jelas dan konkret untuk membuktikan pernyataannya itu. Kalau mereka boleh menimbulkan opini publik dengan cara demikian , tentu saya juga boleh mengemukakan fakta dan data yang termuat pada berbagai media massa. Data dan fakta tersebut termuat dalam Laporan Kemajuan Pemeriksaan Investigasi Atas Kaasus Bank Century yang ditulis oleh Badan Pengawas Keuangan ( BPK ) dan di tanda tangani pada tanggal 26 September 2009 oleh Surya Ekawoto Suryadi selaku Penanggung jawab Pemeriksaan. Data tersebut antara lain sebagai berikut. Kelahiran Bank Century (BC) memang sudah bermasalah sejak awal dibentuk, namun semua itu beserta keseluruhan proses kerusakan dibiarkan saja oleh Bank Indonesia (BI). Kesulitan likuidias yang dialami BC membuatnya mengajukan permohonan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) kepada BI pada tanggal 30 Oktober 2008 sebesar Rp1 triliun. Tapi BC tidak memenuhi syarat FPJP sesuai dengan PBI No. 10/26/PBI/2008 , posisi CARnya positif 2,35%. Secara sistemik , pada tanggal 14 November 2008, BI mengubah Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai persyaratan FPJP dari semula CAR minimal 8% menjadi CAR minimal positif. Sehingga BC memenuhi persyaratan memperoleh FPJP.Sementara itu, hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa CAR BC pada 31 Oktober 2008 sudah negatif 3,53%, sehingga seharusnya BC tidak memenuhi syarat untuk memperoleh FPJP. Namun berdasarkan perubahan PBI tersebut, pada 14 November 2008, BI menyetujui pemberian FPJP kepada BC. Jumlah FPJP yang telah disalurkan kepada BC adalah Rp

689,39 miliar yang dicairkan pada 14 November 2008 sebesar Rp 356,81 miliar, 17 November 2008 sebesar Rp 145,26 miliar, dan 18 November 2008 sebesar Rp. 187,32 miliar. Secara sistemik, BC digerogoti oleh pemilik dan atau manajemennya sendiri, yang secara sistemik pula dibiarkan oleh BI. Faktanya sebagai berikut. Setelah BC ditempatkan dalam pengawasan khusus pada 6 November 2008, BI tidak mengizinkan penarikan dana dari pihak terkait yang tersimpan dalam BC. Namun, setelah itu toh ada penarikan dana oleh pihak terkait sebagai berikut. - Rp. 454,898 miliar - AUD 164,81 ribu - USD 2,22 juta - SGD 41,28 ribu.

Pada 14 November 2008, Robert Tantular (RT) memerintahkan BC Cabang Surabaya memindahkan deposito milik salah satu nasabah BC senilai USD 96 juta dari kantor Cabang Surabaya-Kertajaya ke Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan. Setelah itu, Dewi Tantular (DT) dan RT mencairkan deposito tersebut senilai USD 18 juta tanggal 15 November 2008 yang digunakan oleh DT (Kepala Divisi Bank Notes) untuk menutupi kekurangan bank notes yang telah digunakan untuk keperluan pribadi DT; DT telah menjual bank notes ke luar negeri dengan jumlah yang melebihi jumlah yang tercatat, sehingga secara akumulatif terjadi selisih kurang antara fisik bank notes dan catatan akuntansi. Deposito milik nasabah tersebut kemudian diganti oleh BC dengan dana yang berasaldari FPJP. Suntikan dana sebesar Rp 6,72 triliun kepada BC, dinyatakan untuk menghindari kerusakan sistem perbankan Indonesia secara sistemik. Mari kita lihat angka-angkanya sebagai berikut. Fungsi BC dalam industri perbankan hanya 0,68 % dalam rasio DPB bank/DPK industri dan rasio kredit bank/kredit industri hanya 0,42 %. Maka, fungsi BC dalam industri perbankan tidak ada artinya sama sekali. Di mana sistemiknya? Mungkin sangat berarti untuk pihak-pihak tertentu yang menggunakanBC sebagai pencuci uang dan berbagai praktik kotor yang masih harus dibuktikan oleh laporan final oleh BPK. Aspek psikologis pasar juga dibuat-buat dengan tameng "tidak bisa diukur", padahal kalau semua kewajiban kepada bank dibayar sepenuhnya dan dilikuidasi, sedangkan kewajiban kepada deposan lainnya dibayar maksimum Rp 2 miliar per account sesuai peraturan, sama sekali tidak ada dampak sistemiknya. Mengapa? Karena aktiva antarbank BC 24,28 % dan pasiva antarbank 19,34 %, sehingga per saldo BC mempunyai tagihan neto sebesar 4,94 % kepada bank-bank lain dalam hubungan inter bank call money market. Maka, kalau BC dilikuidasi, tidak ada bank yang dirugikan. Yang dirugikan para deposan besar yang menyimpan uangnya dalam BC dan akhirnya dirampok (istilahnya JK) oleh para pemegang sahamnya sendiri. Kalau mau memasukkan faktor psikologis, mestinya pemerintah dan BI memperhatikan demikian banyaknya uang yang kehilangan tabungan seumur hidupnya, karena penipuan oleh

Antaboga ala Madoff yang sangat terkait dengan BC. Pemerintah tidak mempedulikannya sama sekali, apakah sudah ada yang bunuh diri atau tidak, apakah banyak yang menangis atau tidak, apakah ada yang akan mati karena tidak mampu membayar biaya pengobatannya atau tidak. Kini persoalan Bank Century hampir pasti mengikuti pola dan kesalahan yang dilakukan pemerintah pada BLBI pertama tahun1998, ketika pemerintah memberika bail out kepada bank bank yang dananya dirampok oleh pemiliknya sendiri dan menjadikan pemerintah sebagai penjamin, tameng, atau bodyguard untuk keamanan semuanya. Begitu pula yang terjadi pada Bank Century. Tapi kondisi yang terjadi pada 1998, krisis yang terjadi secara global dan sektor keuangan di dalam negeri amburadul. Dengan demikian unsur eksternal dan internal untuk melakukan upaya penyelematan sektor perbankan terpenuhi. Sedangkan pada 2008, kendati terjadi krisis global, kondisi sektor perbankan dan sektor keuangan masih sangat stabil. Hanya terjadi fluktuasi nilai tukar, tetapi pinjaman uang antar bank meningkat, modal tidak tergerus, kredit bermasalah pun tidak mengkhawatirkan, dan likuiditas masih sangat mencukupi. Jadi, alasan mereka yang menyamakan kondisi saat bail out dilakukan (November 2008) dengan kondisi 1998 dinilai sangat aneh. BI seharusnya hanya fokus mengawasi 15 bank besar yang menguasai industri perbankan Indonesia dan Centuty tidak termasuk di dalamnya. 15 bank yang mempunyai dampak sistemik jika bermasalah itu diantaranya Bank Mandiri, BNI, Bank Danamon, Bank Niaga, Bank Permata, dan BRI. Jadi BC terlalu kecil apabila dibandingkan dengan 15 bank yang menjadi fokus BI. Bank Century tidak memiliki peran penting di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), peranannya hanya sekitar 0,4 persen. Jika penyelamatan Bank Century yang dilakukan dengan pertimbangan kegagalan operasional yang dialami bank tersebut dikatakan dapat berdampak sistemik, hal itu merupakan kesalahan indikator. Di lihat dari pendekatan PUAB dan pasar devisa yang digunakan untuk menilai posisi bank, Century tidak akan berdampak sistemik. Sejak Bank Century mulai beroperasi sejak Februari 2005 hingga diselamatkan pada November 2008 selalu melakukan pelanggaran, ini menandakan lemahnya pengawasan BI. Nasabah Bank Century hanya beberapa ribu orang saja dan bukan masyarakat kelas bawah. Ada beberapa nasabah, sekitar 49 nasabah berasal dari kelas kakap yang menguasai 40 persen aset bank tersebut. Ini menunjukkan kegagalan operasional yang dialami Bank Century tidak akan berdampak sistemik, namun hanya akan berdampak pada sejumlah nasabah saja serta bank yang lebih kecil. Jadi keputusan untuk menyelamatkan Bank Century karena berdampak sistemik bukan alasan yang tepat dan terlalu tergesa gesa. Kegiatan perbankan di Indonesia juga masih berjalan normal. Tidak berpengaruh pada masyarakat terutama masyarakat menegah ke bawah. Mungkin yang terkena imbas hanya para deposan besar yang menyimpan uangnya di bank tersebut. Sekarang ini bank- bank juga masih tetap menjalankan aktivitas perbankan dengan baik karena Bank Century adalah bank kecil yang tidak akan menimbulkan dampak sistemik terhadap bank lain kalau mengalami permasalahan.

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN Polemik seputar ambruknya kasus Bank Century berdampak sistemik ataupun tidak masih terus bergulir. Sebagian besar publik ternyata meyakini bahwa kasus Bank Century tidak berdampak sistemik, seperti Pansus,BPK,Jusuf Kalla,PKS, para ekonom serta para aktivis. Namun Boediono Sri Mulyani terus bersikukuh bahwa mereka memiliki dasar yang kuat sehingga Bank Indonesia memberikan dana talangan sebesar 6,7 triliun kepada Bank Century untuk menyelamatkannya. Boediono Sri Mulyani menegaskan bahwa ppemberian dana talangan tersebut memang seharusnya dilakukan untuk menghindari efek domino yang sistemik. Bukan untuk mempertahankan keberadaan bank tersebut, tidak untuk kepentingan deposan besar, namun untuk menghindari kerusakan dunia perbankan secara sistemik. Mereka telah menggunakan analisis , informasi, dan metodelogi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, termasuk dalam penggunaan judgement. Memang Bank Century yang telah memenuhi kualifikasi dan seharusnya di tutup karena memiliki CAR negatif 3,53 persen. Namun jika diletakkan pada kondisi krisis global pada November 2008 maka keputusan untuk menetapkan pemberian bail out kepada bank Century merupakan suatu keputusan yang tepat. Kelahiran Bank Century sejak awal memang telah bermasalah , namun dibiarkan saja oleh Bank Indonesia. Sampai akhirnya Bank Century mengalami kesulitan likuiditas dan mengajukan permohonan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) , namun ditolak karena tidak memenuhi syarat. Tapi tetap saja BI memberikan FPJP kepada Bank Century dengan alasan dapat berdampak sistemik demgan jumlah yang fantastis, Rp 6,7 triliun. Suntikan dana tersebut , dinyatakan untuk menghindari kerusakan sistem perbankan Indonesia secara sistemik. Fungsi Bank Century dalam ndustri perbankan hanya 0,68% dalam rasio DPB bank / DPK industri dan rasio kredit bank / kredit industri hanya 0.42% . Maka fungsi Bank Century dalam industri perbankan tidak ada artinya sama sekali. Aspek psikologis pasar digunakan sebagai tameng untuk memuluskan upaya perampokan oleh pemiliknya sendiri. Secara cara bertahap persoalan Century hampir mengikuti pola krisis pada tahun 1998. Namun kondisi yang terjadi pada November 2008 tidak parah seperti yang terjadi pada tahun 1998. Jadi alasan krisis kurang tepat untuk dijadikan alasan pemberian dana talangan tersebut. BI seharusnya hanya fokus mengawasi 15 bank besar yang menguasai industri perbankan Indonesia dan Centuty tidak termasuk di dalamnya. 15 bank yang mempunyai dampak sistemik jika bermasalah itu diantaranya Bank Mandiri, BNI, Bank Danamon, Bank Niaga, Bank

Permata, dan BRI. Jadi BC terlalu kecil apabila dibandingkan dengan 15 bank yang menjadi fokus BI. Dan tidak berdampak sistemik bila dilihat dari pendekatan PUAB, hanya memiliki peranan o,4 persen. Yang mengalami kerugian mungkin hanya para deposan besar dari Bank Century yang jumlahya tidak terlalu besar. Nasabah Bank Century hanya beberapa ribu orang saja dan bukan masyarakat kelas bawah. Ada beberapa nasabah, sekitar 49 nasabah berasal dari kelas kakap yang menguasai 40 persen aset bank tersebut. Ini menunjukkan kegagalan operasional yang dialami Bank Century tidak akan berdampak sistemik, namun hanya akan berdampak pada sejumlah nasabah saja serta bank yang lebih kecil. Jadi keputusan untuk menyelamatkan Bank Century karena berdampak sistemik bukan alasan yang tepat dan terlalu tergesa gesa. Kegiatan perbankan di Indonesia juga masih berjalan normal. Bank bank besar masih tetap beroperasi dan sepertinya tidak terpengaruh dengan kondisi Bank Century, mungkin yang terkena dampak adalah bank bank kecil yang posisinya berada di bawah Bank Century. 3.2. KRITIK DAN SARAN Dalam kaitan Bank Century, apapun kejadiannya sesungguhnya, skandal ini telah memunculkan persepsi masyarakat bahwa ada dana sebesar 6,7 triliun disalah gunakan. Sebagian besar maasyarakat terlanjur mempercayai uang dalam jumlah yang sangat besar itu digunakan untuk kepentingan orang orang yang memiliki kekuasaan di negeri ini. Lebih gawat lagi, malah ada yang berburuk sangka bahwa uang tersebut digunakan untuk orang orang pemerintah. Boleh jadi persepsi itu salah, namanya juga pandangan masyarakat, dapat menerawang kemana mana. Bank Century merupakan bank yang sudah cacat sejak lahir bahkan sejak masih dalam kandungan saja sudah bermasalah. Ada pula permasalahan besar menjelang kematiannya, termasuk para nasabah yang kehilangan uangnya. Permasalahan tidak berhenti begitu saja. Upaya penyelesaian Bank Century ditangani dengan cara yang kurang tepat yakni dengan pemberian dana talangan( bail out) untuk membantu Bank Century dalam mengatasi kesulitan likuiditas. Masalah hukum diselesaikan lewat jalur politik. Di dalam Bank Centuty ada modus penarikan tunai dengan menggunakan identitas palsu, yang telah memutuskan mata rantai aliran dari Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) senilai Rp 698 miliar dan dana talangan Rp 6,7 triliun yang diterima oleh Bank Century pada November 2008 hingga Juli 2009 . Masuk akal jika masyarakat luas menuntut kasus itu untuk segera mungkin diselesaikan. Kini setelah permasalahan Bank Century menjadi bahan pembicaraan publik, pemerintah harus tetap terbuka . Menteri Keuangan dan Gubernur BI pada waktu itu dijabat ole Sri Mulyani

Boediono yang dianggap publik sebagai pejabat yang paling bertanggung atas kebijakan untuk menyelamatkan bank tersebut dan memberikan bail out, harus bertanggung jawab atas tragedi ekonomi yang menimpa bangsa ini sama saat tahun 1998 . Pengelolaan ekonomi dan aset publik sudah saatnya dilakukan dengan jujur dan berkeadilan. Negara tidak boleh mempermainkan rasa keadilan kepada rakyatnya. Tidakkah BI belajar banyak dari kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang telah merugikan negara mencapai Rp 600 triliun yang hingga kini bahkan sampai 20 tahun mendatang rakyat harus membayarnya dengan bunga dan pokok pembayaran sebesar Rp 60 triliun melalui APBN? Dimanakah tanggung jawab BI sebagai Badan Pengawas Perbankan Nasional? Andai dana Rp 6,7 triliun diberikan untuk program pelayanan mesyarakat seperti kesehatan dan pendidikan, sungguh begitu banyak rakyat yang bersyukur, karena kebaikan hati yang diberikan pemerintah. Kini, langkah strategis yang harus dilakukan oleh orang yang merasa memiliki andil dalam kasus ini untuk segera bertobat atas perbuatannya dan meminta maaf secara terbuka kepada pewaris sah kedaulatan, rakyat Indonesia. Semua pihak yang terlibat dalam kejahatan perbankan ini harus diusut . Pansus DPR bertugas menuntaskan proses politik, sementara KPK, Kejagung, dan POLRI bertugas menuntaskan skandal dan penyelewengan yang berada di tubuh Bank Century. Saya berharap penuntasan kasus Century itu dapat terselesaikan dengan cepat, tepat, akurat agar stabilitas dan kepercayaan publik kembali terjaga terhadap pemerintah dan dunia perbankan.

Anda mungkin juga menyukai