Anda di halaman 1dari 3

Cerpen Bahasa Indonesia

Sebuah Penantian di Senja Kelabu

Sore itu hatiku gundah. Pelajaran di sekolah dan tugas-tugas membuat otakku penat. Segera kuberanjak dari tempat duduk,tanpa pamitan kepada orang tua,aku langsung pergi. Sore itu aku juga agak sedikit kesal pada orang tuaku karena tidak diijinkan keluar bersama teman-temanku. Pantai yang tak begitu jauh dari rumahkku seolah menjadi tempat persinggahankku untuk mengadu dan bercerita apa saja yang kualami atau hanya sekedar duduk menyaksikkan matahari terbenam yang begitu indah membuatku sadar akan kebesaran Yang Maha Kuasa. Pantai itu begitu tentram,damai,dan tenang. Tak ada kegaduhan disana-sini hanya riak ombak dan desir angin yang merdu. Sulit kutemui tempat seperti itu di tengah keramaian kota. Angin pantai seakan membelai rambutkku,sinar sang surya yang kemerahan seakaan menyapaku. Kicau burung kembali kesarangnya

mengajakku melupakan segala kepenatan yang hinggap di kepalaku. Ombak berdebur menambah kedamaian. Kulemparkan pandangan ke sekeliling pantai yang terjaga kebersihannya. Nyiur tegak melambai dan pasir hitam kelabu terbentang luas. Di dekat batu karang pandanganku terpaku. Terlihat seorang gadis kecil cantik berbaju merah rapi,rambutnya dikepang dua dengan pita berwana senada. Gadis yang usianya sekitar sepuluh tahun itu duduk termenung dan merunduk sedih. Sesekali ia lemparkan pandangan ke laut lepas seperti mencari dan menunggu seseorang. Dengan langkah gontai kudekati ia dan kusapa Hai, boleh aku duduk di sini?. Ia hanya mengangguk kecil sambil memandang ke laut lepas Oleh: Nama : Pande Putu Erawijantari No : 11 Kelas : XRSBI

Cerpen Bahasa Indonesia kembali. Sedang apa adik sendiri di sini?tanyaku ramah karena agak penasaran. Menunggu mama papa, sebentar lagi mereka akan

menjemputku,jawabnya singkat. Kemana papa dan mamamu,kok

ninggalin

adik

sendirian

di

sini?tanyaku lagi. Ia hanya menggeleng lemah dan beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan kearah barat meninggalkanku tanpa permisi,mungkin ia agak terganggu dengan kedatanganku. Aku pun beranjak untuk pulang kearah yang berlawanan,kesal juga rasanya. Anak itu memang sering kulihat disini,senja aku memang sering kemari,tapi baru kali ini aku mendekati dan bertanya jawab dengannya. Itu cukup membalas rasa penasaran yang lama kupendam. Tapi aku lupa menanyakan namanya. Senja itu memang tak seramai biasanya,hanya ada beberapa orang dan petugas penjaga keamanan pantai. Tidak heran di pantai sesepi ini ada petugas keamanan pantai,karena di balik kedamaian,pantai ini sering menelan korban. Seminggu yang lalu kudengar berita sepasang suami istri hanyut terseret arus,dan anak gadisnya berhasil diselamatkan ketika berenang di pantai ini. Sayup-sayup kudengar teriakan kecil yang menghilang bersama debur ombak yang besar saat itu datang dari arah barat. Sejenak aku tersentak,teringat akan gadis kecil yang berbicara tadi,tapi ia tak tampak lagi ketika aku menoleh kebelakang. Kemana gerangan gadis kecil itu?hati kecilku bertanya penasaran. Petugas penjaga keamanan pantai bersiap untuk menyelamatkan seseorang yang terseret arus. Aku memang belum pernah melihat kecelakaan pantai secara langsung hanya mendengar saja. Akupun menunggu proses penyelamatan itu karena penasaran. Selang beberapa Oleh: Nama : Pande Putu Erawijantari No : 11 Kelas : XRSBI

Cerpen Bahasa Indonesia lama korban ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Seorang gadis kecil cantik berbaju merah dengan rambut yang kini basah tersenyum kecil. Gadis kecil itu tak lain gadis mungil manis yang kuajak berbicara tadi. Orang-orang yang kebetulan ada di situ menatapnya iba. Aku menggeleng dan menyesal telah meninggalkannya. Terlambat!gumamku dalam hati. Di sela-sela kerumunan angin dingin menerpa tubuhku terdengar sayup-sayup suara Kak,terimakasih ya udah mau nemenin nunggu mama papa! Sekarang aku udah dijemput,ternyata mereka menepati janji. Aku gemetar suara yang kudengar adalah suara gadis kecil yang telah tiada itu. Kasihan ia,nasibnya sama dengan nasib orangtuanya,kata seorang penjaga keamanan pantai. Kini aku tahu kecelakaan seminggu lalu telah merengut nyawa orang tua gadis itu,dan ia menunggu ajal mejemputnya juga seperti mama dan papanya. Aku merasakan kesepiannya. Aku tahu kini gadis kecil itu sudah gembira berkumpul kembali bersama orangtuanya. Sunggingan kecil bibir mungilnya menandakan ia meraih kebahagiaan abadi di dunia fana bersama oarang tuanya. Aku hanya bisa menatapnya untuk terakhir kalinya sebelum ia digotong untuk dimakamkan karena ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Ia salah satu korban keganasan pantai yang sepi itu dan mengakhiri penantiannya. Sebuah penantian yang hampa di senja kelabu itu. Aku teringat orangtuaku di rumah dan membayangkan begitu cemasnya mereka dan menantiku di rumah. Aku memang selalu pamitan jika akan pergi,tapi kali ini tidak. Akupun pulang sambil mengenang peristiwa tragis yang baru saja terjadi. Aku menyesal telah meninggalkan orangtuaku tanpa seijin mereka padahal seharusnya aku bersyukur mempunyai orang tua yang begitu menyayangiku. Oleh: Nama : Pande Putu Erawijantari No : 11 Kelas : XRSBI

Anda mungkin juga menyukai