Anda di halaman 1dari 8

Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasak an oleh banyak orang.

Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat te rtentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal yang mungki n menimpanya dikemudian hari. Dalam teori Behavior dijelaskan bahwa kecemasan mu ncul melalui clasical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi kecem asan terhadap hal-hal yang telah pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yan g telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988:284). Taylor (1953 ) dalam Tailor Manifest Anxiety Scale (TMAS) mengemukakan bahwa kecemasan merupa kan suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan seba gai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya ra sa aman. Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan men imbulkan atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal gemetar, berkeringa t, detak jantung meningkat) dan psikologis (misal panik, tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi). Carlson (1992:201) menjelaskan kecemasan sebagai rasa taku t dan antisipasi terhadap nasib buruk dimasa yang akan datang, kecemasan ini mem iliki bayangan bahwa ada bahaya yang mengancam dalam suatu aktivitas dan obyek, yang jika seseorang melihat gejala itu maka ia akan merasa cemas. Kecemasan meru pakan respon emosional yang tidak menentu terhadap suatu obyek yang tidak jelas. Menurut Massion, Warshaw, & Keller (1993) (dalam Weiten & Llyod, 1999:437) Kece masan merupakan gangguan yang ditandai dengan perasaan ketakutan pada sesuatu ya ng akan terjadi secara berlebihan. Kecemasan merupakan respon emosional yang tid ak menentu terhadap suatu obyek yang tidak jelas (Stuard and sudeen, 1998: 175). Menurut (Darajat, 1996:27) kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang sedang men galami tekanan perasaan (Frustasi) atau pertentangan batin (konflik). Manakala s eseorang sedang mengalami cemas karena perasaan atau konflik, maka perasaan itu akan muncul melalui berbagai bentuk emosi yang disadari dan yang tidak disadari. Segi yang disadari dari cemas tampak dalam segi seperti rasa takut, terkejut, n geri, rasa lemah, rasa berdosa, rasa terancam, dsb. Sementara segi yang tanpa di sadari dari cemas tampak dalam keadaan individu yang merasakan takut tanpa menge tahui faktor-faktor yang mendorongnya pada keadaan itu. Kecemasan dapat diartika n sebagai energi yang tidak dapat diukur, namun dapat dilihat secara tidak langs ung melalui tindakan individu tersebut, misalnya berkeringat, sering buang air b esar, kulit lembab, nafsu makan menurun, tekanan darah, nadi dan pernafasan meni ngkat (Lang, 1997 dalam Goldstein & Krasner,1988:284). Atkinson (1990:6) kecemas an adalah emosi yang tidak menyenangkan dan ditandai dengan dengan istilah-istil ah seperti kehawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang kita alam i dalam tingkat yang berbeda. Kecemasan menurut Yoseph (dalam Sobur; 2003,345) a dalah bentuk serta intensitas dari perasaan orang yang terancam keselamatannya, sedangkan orang yang terancam tersebut tidak mengetahui langkah dan cara yang ha rus diambil untuk menyelamatkan dirinya. Sedangkan menurut (Sobur, 2003:345) Kec emasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan terancam sebagai tangga pan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam. Kartono (1989,127) menjela skan bahwa Kecemasan adalah rasa ragu, masygul, gentar atau tidak berani

terhadap hal-hal yang tidak konkrit, yang riil, yang semu atau khayali, hal-hal yang tidak jelas. Kecemasan juga memiliki orientasi di masa depan. Seseorang mun gkin memiliki bayangan bahwa ada bahaya yang mengancam dalam suatu obyek. Ia mel ihat gejala itu ada, sehingga ia merasa cemas. Kecemasan ini dibutuhkan agar ind ividu dapat mempersiapkan diri menghadapi peristiwa buruk yang mungkin akan terj adi. Menurut Branca, 1964 (dalam John & Pervin, 406:2001). Cluster (dalam Dougla s, 1990:107) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan reaksi individu yang tertek an dalam menghadapi kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi. Seperti yang diungk apkan dalam kamus psikologi oleh Chaplin (1989,32) bahwa kecemasan adalah perasa an campuran berisikan ketakutan dan kekhawatiran mengenai masa-masa mendatang ta npa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Greenberger & Padesky (2004,209) kece masan merupakan periode singkat perasaan gugup atau takut yang dialami seseorang ketika dihadapkan pada pengalaman yang sulit dalam kehidupan. Menurut (Warga, 1 983:110) kecemasan merupakan ketakutan terpusat pada sebuah object seperti emosi yang menimbulkan suatu reaksi seperti kegelisahan, ketakutan yang ditandai deng an tekanan darah, jantung yang semakin meningkat dsb. Yang mana hal ini merupaka n antisipasi emosi tindakan sebagai alat penekan. Dari beberapa uraian diatas, d apat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan subyektif mengenai ketega ngan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatas i suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebu t pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai d isertasi perubahan fisiologis (misal gemetar, berkeringat, detak jantung meningk at) dan psikologis (misal panik, tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi). ht tp://wangmuba.com/2009/02/13/pengertian-kecemasan/ Menurut Freud (dalam Corey, 1 998:17) ada tiga macam kecemasan: 1) Kecemasan Realistik adalah ketakutan terhad ap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan ancaman yan g ada. Dalam kehidupan sehari-hari kecemasan jenis ini kita sebut sebagai rasa t akut. Persis inilah yang dimakud Freud dalam bahasa jerman, tapi penerjemahnya m (fear) terkesan terlalu umum. Contohnya sangat jelas, jika saya m enganggap kita takut lempar seekor ular berbisa kedepan anda, anda pasti akan mengalami kecemasan ini . 2) Kecemasan Moral kecemasan ini akan kita rasakan ketika ancaman datang bukan dari dunia luar atau dari dunia fisik, tapi dari dunia sosial super ego yang te lah diinternalisasikan ke dalam diri kita. Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi. Kecemasan bentuk ini merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri. 3) Kecemasan Neurotik pera saan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan id, kalau anda pernah m erasakan kehilangan ide, gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran anda, maka anda saat itu sedang mengalami kecemasan neurotik. Neu rotik adalah kata lain dari perasaan gugup. Kecemasan jenis terakhir inilah yang paling menarik perhatian freud, dan biasanya kita hanya menyebutnya dengan kece masan saja. Lahey & Ciminero (1980: 192-195), menyebutkan jenis-jenis kecemasan berdasarkan sifatnya adalah : a) Kecemasan bersifat afersif. Kecemasan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga seseorang yang mengalaminya dengan intensitas tinggi biasanya berusaha keras untuk mengurangi atau menghindari kece masan dengan menghindarkan diri dari berbagai stimulus yang dapat menghasilkan k ecemasan. b) Kecemasan bersifat mengganggu. Kecemasan dapat menjadi pengalaman y ang mengganggu kemampuan kognitif dan motorik.

c) Kecemasan yang bersifat psikofisiologis. Kecemasan berkaitan dengan pengalama n yang melibatkan aspek psikologis dan biologis, artinya selama periode kecemasa n berlangsung terjadi perubahanperubahan dalam pola perilaku atau perubahan psik ologis dan gejala-gejala fisiologis. Menurut Kartono (1989,140) terdapat macam-m acam kecemasan antara lain: a) Kecemasan Super Ego. Kecemasan ini khusus mengena i diri setiap orang, dalam arti diri sendiri tubuh dan kondisi psikis sendiri., misalnya cemas kalau nanti dirinya gagal, sakit, mati, ditertawakan orang, ditud uh, dihukum, hilang muka, kehilangan barang-barang atau orang yang disayangi. b) Kecemasan Neurotis. Suatu kecemasan yang erat kaitannya dengan mekanisme-mekani sme pelarian diri yang negative bayak disebabkan rasa bersalah atau berdosa, ser ta konflik-konflik emosional serius dan kronis berkesinambungan, dan frustrasi-f ustrasi serta ketegangan-ketegangan batin. c) Kecemasan Psikotis. Kecemasan kare na merasa terancam hidupnya dan kacau kalau ditambah kebingungan yang hebat, dis ebabkan oleh dispersonalisasi dan disorganisasi psikis. Menurut Richard & lazaru s (1969) kecemasan mempunyai 2 arti yaitu: 1) Kecemasan sebagai suatu respon. Ke cemasan ini yaitu reaksi individu terhadap kejadian atau peristiwa yang menimpa dirinya. hal ini dapat dilihat dari apa yang dilakukannya, apa yang dikatakannya , dan perubahan-perubahan fisik yang terjadi. Hampir semua individu merasakan ke cemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh kegeli sahan, kekhawatiran, ketakutan dan sebagainya. Kecemasan dipandang sebagai suatu respon terhadap kondisi tertentu. Karena merupakan keadaan yang subyektif maka tak dapat diamati secara langsung. Hal ini hanya dapat diketahui dengan menarik suatu kesimpulan melalui penyebab dan akibatnya. 2) Kecemasan sebagai variabel p erantara. Reaksi dan keadaan yang disebabkan oleh beberapa stimulius yang dapat berakibat tertentu dan dirasakan oleh dindividu lebih lanjut, atau suatu keadaan yang mempengaruhi rangkaian stimulus dan respon. kecemasan ini tidak dapat dike tahui secara langsung, dari keadaan yang mendahului serta akibat-akibatnya. Jadi yang dapat diamati adalah kondisi stimulus dan tingkah laku cemas yang mendahul ui dan mengenai akibat-akibat fisiologis dari keadaan cemas. Hal ini didukung de ngan teori crow dan crow (1973) bahwa kecemasan yang dialami individu dapat memp engaruhi fisik individu yang bersangkutan. Kecemasan ini tidak selalu berdasarka n atas kenyataan, tetapi dapat juga hanya merupakan imajinasi individu. Darajat (1977,27) menyebutkan bahwa terdapat macam-macam atau bentuk-bentuk kecemasan, a ntara lain : 1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui adanya baha ya yang mengancam dirinya. 2. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. 3. Rasa cemas karena merasa berdosa atau bersalah karena melak ukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan hati nurani. http://wangmuba.com/2 009/02/13/macam-macam-kecemasan/ Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman da n kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangk an tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKe s RI, 1990). Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan , rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998). Ke cemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disert ai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan se ring kali merupakan suatu emosi yang normal

(Kusuma W, 1997). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samarsamar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997). T eori Kecemasan Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh deng an tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap su atu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan ting kah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : a. Teori Psikodinamik Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil da ri konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untu k mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menu run dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kec emasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simpto m, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik men urut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manus ia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masi h lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelapara n, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suat u keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat res tu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang i ngin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflikkonflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak t erpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesarbesarkan. Tekanan ini a kan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun , desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-ke cemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988). b. Teori Perilaku Menurut teori perila ku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan. c.Teori Interpersonal Menjelask an bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingg a menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga. d Teori Keluarga Menj elaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konf lik dalam keluarga. e. Teori Biologik Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupa kan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998 ). Faktor Predisposisi Kecemasan Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dial ami seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup

(Wibisono, 1990). Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan (Roan, 1989) yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pas ien yang akan menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpe ngaruh adalah faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan o perasi yang akan dijalani. Gejala Kecemasan Penderita yang mengalami kecemasan b iasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu : a. Fase 1 Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mem persiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pad a fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi ho rmon adrenalin dan nor adrenalin. Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, lehe r dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tre mor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1 985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah infor masi yang ada secara benar (Asdie, 1988). b. Fase 2 (dua) Disamping gejala klini s seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan k eluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangi s tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadangkadang dari cara terta wa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (A sdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseora ng yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988). c. Fase 3 Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identif ikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa per ubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stre s. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsan g sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya tela h mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat seba gai gangguan kepribadian (Asdie, 1988) Klasifikasi Tingkat Kecemasan Ada empat t ingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996). 1) Kec emasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan se hari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan perse psinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan d an kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, irita bel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. 2) Kecemasan sedang; Memungkinkan ses eorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesu atu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meni ngkat,

kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bi cara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar n amun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfok us pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. 3) Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan pers epsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu a rea yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpi tasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tid ak berdaya, bingung, disorientasi. 4) Panik; Panik berhubungan dengan terperanga h, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang pa nik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala y ang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, p ucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Respon Fi siologis terhadap Kecemasan - Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpit asi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan la in-lain. - Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa ter cekik. - Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat s eluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal. - Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di e pigastrium, nausea, diare. Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata be rkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat. Respon P sikologis terhadap Kecemasan *Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar. *Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan perseps i menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain. *Afektif; Tidak sabar, teg ang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain. http ://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/teori-kecemasan.html Dalam proses pembel ajaran di sekolah, Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan s ecara luas pada berbagai jenjang pendidikan di sekolah. Matematika adalah ilmu t entang bilanganbilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasio nal yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan Pada umumnya, siswa mengalami kecemasan terhadap pelajaran matematika. Kecemasan matematika ad alah reaksi emosional berupa perasaan takut, tegang, dan cemas bila berkaitan de ngan manipulasi angka atau bilangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sema kin positif sikap siswa terhadap pembelajaran matematika maka akan semakin renda h tingkat kecemasan dalam menghadapi pelajaran atau ujian matematika. Semakin re ndah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika maka akan semakin tinggi tingk at kecemasan dalam menghadapi pelajaran atau ujian matematika. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada kepala sekolah agar memperhatikan

kesejahteraan para guru dan menyediakan sarana prasarana, media pembelajaran yan g mendukung guru untuk kreatif dalam mengajar. Guru kelas agar dapat menciptakan suasana yang kompetisi yang sehat agar minat siswa terpacu untuk lebih menyukai pelajaran matematika. Guru BK agar dapat membantu guru kelas dalam menangani ma salah kelas dan diharapkan guru BK dapat memberikan layanan konseling belajar ke pada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Kecemasan merupakan hal yan g umum dalam kehidupan manusia. Kecemasan ini dapat ditujukan pada bidang yang s pesifik, dalam hal ini bidang akademik. Salah satu bidang akademik yang seringka li dianggap sulit dipahami siswa adalah matematika. Pada masyarakat Indonesia, m atematika seringkali dianggap sebagai pelajaran yang terpenting sehingga dijadik an ukuran kepandaian seorang anak. Anak yang menguasai matematika dianggap sebag ai anak pandai, sedangkan anak yang tidak mampu dalam matematika dianggap sebaga i anak yang bodoh dan tidak mampu pula pada bidang lainnya. Oleh karena itu, ora ngtua umumnya menuntut agar anak mendapat nilai matematika yang bagus. Akibat ad anya tekanan dari anggapan masyarakat di atas, pelajaran matematika telah berkem bang menjadi sesuatu yang mengancam dan menakutkan bagi siswa sehingga muncul be rbagai reaksi kecemasan matematika yang pada akhirnya dapat mengganggu prestasi belajar matematika anak. http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&i d=78496

Anda mungkin juga menyukai