Atau
Yahweh allah
Makalah Seminar sehari di Aula Mapalus Kantor Gubernur – Sulawesi Utara
Manado, Senin, 5 September 2005
Oleh
Rev. Yakub Sulistyo, S.Th. MA
Gereja Pimpinan Rohulkudus “SURYA KEBENARAN” Ambarawa
Jl. Dr. Cipto No. 120 Ambarawa - Jawa Tengah
Telp. 0298-593544 dan 522239
Email: yakub@indo.net.id
TUHANNYA ABRAHAM, ISHAK DAN YAKUB BERNAMA YAHWEH
SIAPAKAH ALLAH?
Setelah kita bahas secara theologis, mari kita cermati siapakah Allah
dan dari mana Nama itu berasal? Secara Historis dan Arkeologis, Allah
adalah Nama Dewa sesuai dengan apa yang ditulis oleh para pakar theologi
Islam sendiri (bukan dari P’agung Nama Yahweh) yaitu :
a. Allah adalah nama Dewa bangsa Arab yang mengairi bumi… (Passing
Over, Muh Wahyuni Nafis 1998, hal 85).
b. Allah adalah nama dewa yang disembah penduduk Mekkah ( Agama
manusia kata pengantar Djohan Effendi, 1985, hal 258).
c. Allah adalah nama dewa yang disebut-sebut suku Quraisy, bangsa
Arab bersama sama dewi Allata dan dewi Aluzza ( Kelengkapan
Tarikh Nabi Muhamad SAW, KH Moenawar Kholil, jilid 1 hal 223).
d. Allah adalah nama dewa tertinggi bangsa Arab bersama dewi Allata
dan dewi Alluza yang disembah sejak dulu kala, tertulis didalam
inskripsi Arab (Keberagaman Yang Saling Menyapa, Drs Moh Sabri
MA 1999, hal 70).
e. Allah is the name of pagan deity from Babylon, he had wife named
Allata, and who migrated with him, over 3500 year period, to Mecca,
Bassed on inscriptions found in stone, Quran and Hadist (Allah Divine
or Demonic, Steven van Natan 1995, p.1).
f. Allah orang kafir Quraisy menyembah dewa yang bernama Allah. Bagi
Islam Tuhan sesungguhnya bernama Allah. Umat Islam menjelaskan
bahwa yang mereka sembah bukan Allah masyarakat Purba. (Konflik
Islam Kristen, Pengtr. Deliar Noer H Sudarto, 1999, hal 162-163).
g. Allah sebelum Islam disembah bersama patung Allata sebagai dewi
musim panas, Aluzza dewi musim dingin, Almanah dewi penentu
nasib, Alhubal ada di dalam baitulah sebagai menantu Allah yaitu
suami Almanah. (Bidah bidah di Indonesia, Drs KH Badruddin
Hsubky, 1994, hal 81).
Menurut Firman Tuhan, kita dilarang untuk memanggil Nama
sesembahan lain, selain Nama Yahweh, seperti kata Keluaran 23: 13.
oyhla ovw wrmvt okyla ytrma-rva lkbw
^yp-l[ [mvy al wrykzt al oyrxa
Uvkol {dan didalam semua} a’sher {itu} -amar’ti {Aku sudah mengatakan}
aleikem {kepada kamu} tishameru {berawas-awaslah}
weshem {dan dengan nama} elohim {Tuhan} Akherim {yang lain} lo {jangan}
taz’kiru {menyebut} lo {jangan} yishama {itu kedengaran}
al-phikha {dari mulutmu}
atau
Dalam segala hal yang telah Kufirmankan kepadamu haruslah kamu berawas-
awas; nama Tuhan lain janganlah kamu sebut, janganlah nama itu
kedengaran dari mulutmu."
Kata “Allah” tidak bisa dipakai sebagai pengganti kata “Tuhan” sebab
Allah adalah Nama diri sesembahannya umat Islam dan kata Allah tidak bisa
diterjemahkan karena Allah adalah Nama diri seperti pernyataan berikut :
1. Secara etimologi kata “Allah” (Arab = terdiri dari huruf Alif, Lam, Lam
dan Ha dengan tasydid sebagai tanda idgham Lam pertama pada
Lam kedua). Kata “Allah” adalah ghairu musytaq (tidak ada asal
katanya dan bukan pecahan dari kata lain), karena kata ini tidak bisa
diubah menjadi bentuk tatsniyah (ganda) dan jama’ (plural). Demikian
pula kata ini tidak dapat dijadikan sebagai mudhaf. Kata “Allah” juga
disebut sebagai isim murtajal, maksudnya kata “Allah” adalah nama
asal bagi Dzat Yang Wajib Ada, Yang Maha Suci, Maha Agung dan
Yang berhak Disembah (ma bud). Tidak ada satupun makhluk yang
berhak memakai nama “Allah”. Maka manusia hanya boleh memakai
nama Abdullah (hamba Allah), Abdurrahman (hamba Allah Yang
Maha Rahman), dll. Karena itulah maka kata “Allah” tidak boleh
diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Maka terjemah “Allah”
menjadi God (bahasa Inggris) atau Tuhan (Indonesia) adalah tindakan
yang batil. Karena God bisa diubah menjadi bentuk jama’ (Gods) dan
Tuhan bisa diubah menjadi bentuk jamak (Tuhan-tuhan). Sedangkan
“Allah” tidak bisa diubah menjadi bentuk jamak. (Majalah Sabili No. 14
Th. XI, 30 Januari 2004 / 8 Dzulhijjah 1424, halaman 58). Hal ini
terbukti dalam huruf karakter komputer untuk kata “Allah” dalam
symbol Arab merupakan satu rangkaian huruf yang tidak dapat
dipisah-pisahkan satu dengan lainnya.
2. Tidak diterima oleh semua golongan dan agama.
Umat Hindu dan Budha di Indonesia tidak pernah memakai kata
“Allah” sebagai pengganti kata “Tuhan”, jadi kata “Allah” bukan
padanan kata / synonim untuk kata “Tuhan”. Kriteria sebuah “kata
adopsi” dari kata asing, baru bisa diadopsi sebagai vocabulary
bahasa Indonesia, jika bisa diterima oleh semua golongan dan
agama. Misalkan kata “Kursi” yang adalah adopsi dari bahasa “Arab”
bisa dijadikan sebagai Vocabulary bahasa Indonesia karena semua
golongan dan agama dapat menerima kata “kursi” dengan makna
yang sama.
Jadi sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” tidak dapat
disinonimkan menjadi “Keallahan” Yang Maha Esa.
3. Tata Bahasa Indonesia Hukum DM nya mengalami kerancuan.
Dalam Alkitab yang di cetak oleh Percetakan Lembaga Alkitab
Indonesia tahun 1996 sebagai cetakan ke empat, edisi II, Edisi I 1974,
Edisi II cetakan pertama 1993, cetakan kedua 1994, cetakan ketiga
1995 dan cetakan keempat 1996 tertulis sebagai berikut :
a. Kejadian 2: 4 TUHAN Allah ....
b. Keluaran 23: 17 Tuhanmu TUHAN.
c. Ulangan 10: 17 TUHAN, Allahmulah ....
d. Ulangan 10: 17 Allah ....
e. Ulangan 10: 17 allah ....
f. Ulangan 10: 17 Tuhan ....
g. Ulangan 10: 17 tuhan ....
h. Yesaya 12: 2 TUHAN ALLAH ....
i. Yesaya 42: 8 TUHAN ....
j. Yehezkiel 6: 3 Tuhan ALLAH ....
k. Yehezkiel 10: 4 TUHAN .... TUHAN.
l. Yehezkiel 10: 5 ALLAH ....
m. Markus 12: 30 Tuhan, Allahmu ....
n. Yohanes 20: 28 Tuhanku dan Allahku
o. Efesus 1: 17 Allah Tuhan ....
p. Wahyu 4: 8 Tuhan Allah ....
q. Wahyu 11: 17 ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa ....
Bagaimana kita sebagai orang Indonesia harus membedakan kata
kata di atas? Coba perhatikan sekali lagi:
Ada 2 kata pokok yaitu TUHAN dan ALLAH. Lalu Siapa TUHAN? Dan
Siapa ALLAH? Dalam pengucapan tidak ada bedanya antara TUHAN,
Tuhan, tuhan, ALLAH, Allah, allah, Tuhan ALLAH, TUHAN Allah, TUHAN
ALLAH.
4. Jangan mencari literatur yang bukan berasal dari Firman Tuhan, baik
mencontoh Kristen Arab, maupun hal-hal yang pernah dilakukan oleh
manusia, namun tidak sesuai dengan Firman dan kehendak Tuhan itu
sendiri, sebab manusia bisa salah dan tidak sesuai dengan isi hati
Tuhan dan semuanya tergantung kepada penerjemahnya.
Para Nabi saja pernah salah dihadapan Bapa Yahweh, termasuk
Moshe/Musa dan Aharon/Harun.
Dibawah ini bukti bahwa semua tergantung penerjemahnya,
jika penerjemahnya salah, tentu yang mengikuti ikut-ikutan salah.
Dalam Kitab Suci (Alkitabul Muqoddasu) Wa huwa Asfaarul Ahdainil
qodiimi wal jadiid (Perjanjian Lama dan Baru) Mutarjamah
minallughootil Ashliiyah (diterjemahkan dari bhs asli) oleh Nidaaur
Rojaa’ Stuttgart Almaaniyaa (Yayasan Nidaur Roja Stuttgart Jerman)
Nama Yahweh dalam Keluaran 3: 15 tidak diubah, namun dari Arabic
Bible International Bible Society diterjemahkan menjadi Arrobu.