Anda di halaman 1dari 8

KRISTENISASI NUSANTARA SEKELUMIT MENGENAI STRATEGI MASUKNYA KRISTEN KE NUSANTARA Oleh: Dio Fahlevi 180310100017 A. Pendahuluan.

Kehendak untuk beragama atau memegang suatu sistem keyakinan merupakan fitrah manusia yang memerlukan suatu jiwa yang memiliki kekuatan lebih, dalam hal ini Endang Saefudin Anshari menginterprestasikan agama yaitu; Agama, Religi, Din (pada umumnya) adalah satu sistem credo (tatakeimanan atau tata-keyakinan) atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar manusia dan suatu sistem ritus (tata-peribadatan) manusia kepada sesuatu yang dianggapnya Yang Mutlak itu serta mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai atau sejalan dengan tata-keimanan dan tata peribadatan termaksud (Endang Saefudin Anshari, 1991: 11). Keterangan diatas memberikan penjelasan bahwa agama itu lahir karena kebutuhan manusia akan adanya sang pencipta. Sedangkan dalam ajaran Islam agama mutlak berasal dari Tuhan. Sehingga terjadi pembagian kategori agama yaitu ada yang disebut agama samawi (agama langit) yaitu agama yang bersumber dari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi, kategori ini terdiri atas agama Yahudi, Kristen dan Islam, sedangkan kategori ke-dua yaitu agama ardhi (agama bumi) yaitu agama yang berasal dari hasil cipta manusia, kategori agama ini merupakan kategori yang terluas yakni yang meliputi seluruh agama selain agama Islam, Kristen dan Yahudi. B. Agama Awal Orang-orang Nusantara Dalam sejarah Nusantara (Indonesia) sudah banyak berkembang agamaagama yang masuk ke Nusantara yaitu dimulai dengan agama primitif Indonesia sering dikenal dengan ajaran Animisme dan Dinamisme. Animisme dalam hal ini berarti bahwa mereka mempercayai bahwa ruh itu bukan hanya menempati mahluk hidup tapi benda-benda matipun bernyawa sehingga lahir pemujaan terhadap benda-benda mati, sedangkan agama Dinamisme ini berati bahwa setiap benda-benda itu memiliki kekuatan atau keajaiban yang sifatnya luar biasa

(Marzdedeq, t.t: 3-4). Agama animisme dan dinamisme ini merupakan agama pertama yang dipeluk oleh bangsa Indonesia kemudian pada tahap selanjutnya masuk agama Hindu-Budha yang dalam pertumbuhannya lahir kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, setelah masuknya agama Hindu-Budha maka masuklah agama Islam yang diperkirakan sudah masuk semenjak abad ke-7 Masehi yang pada abad ke 14 mulai tumbuh kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Dari keterangan diatas sudah dapat dipahami bahwa di Nusantara sebelum abad ke-15 sudah terdapat agama-agama yaitu agama Animisme, Dinamisme, Hindu-Budha dan Agama Islam. Maka dimulailah babak baru sejarah Nusantara dimana mulai masuknya dan penyebaran agama Kristen di Nusatara yang dibawa oleh Portugis dengan tujuan Gold, Gospel dan Glory. Dalam artikel kecil ini penulis akan mencoba menelusuru jejak-jejak kristenisasi di Nusantara dan juga pola penyebaran dan penjabaran agama Kristen di Nusantara yang sebelumnya telah terdapat agama Animisme, Dinamisme, Hindu-Budha dan Agama Islam. C. Sejarah Awal Kristenisasi Nusantara. Pada abad ke-15 portugis mulai mencari jalur untuk sampai ke kepulauan rempah-rempah dengan tujuan berpetualang menuju negri yang belum pernah ditemui, selain itu pelayaran Portugis ke Nusantara didorong pula karena kekuasaan Kesultanan Turki Utsmani yang di Eropa yang berhasil menaklukan Konstantinopel yang pada waktu itu merupakan pusat perdagangan di Eropa, penaklukan konstantinopel ini membuat Spanyol dan Negara-negara Eropa pergi sendiri mencari sumber rempah-rempah. Menurut Th. van den End dalam Ragi Carita I, pada abad ke 15 ini Kristen di Eropa terutama Portugis dan Spanyol yang merupakan Kristen Katolik berada dalam sistem hirarkis yakni kaum awam kurang memiliki suara dalam gereja, mereka dipimpin oleh para Imam yang membawahi para Uskup dan Paus (Th. van den End, 2007: 22). Ini berarti bahwa pada masa itu Kristen di Eropa memiliki pengaruh yang sangat tinggi dan juga bersifat mengekang dimana kebebasan akan berpendapat itu terbatas. Situasi ini cukup berpengaruh dalam rangka proses pengkristenan di Nusantara.

Portugis pertama kali datang ke Nusantara yaitu dibawah Antonio de Abreau yang singgah di Banda pada awal tahun 1512 yang bertujuan untuk melakukan transaksi perdagangan di Banda dan Portugis pulang ke negrinya dengan kapal syarat akan muatan pala dan fuli. Portugis yang sebelumnya telah berhasil menaklukan Malaka pada tahun 1511, ketenarannya akan keberanian bangsa Portugis mulai terdengar dan bahkan menjadi perebutan bagi kerajaan Ternate dan Tidore, yang kebetulan persaingan ini berhasil dimenangkan oleh kerajaan Ternate. Kerjasama antara Ternate dan Portugis ini menjadi cikal bakal proses Kristenisasi di Nusantara yaitu yang dimulai dari Indonesia Timur yaitu di Maluku. Selain dari motif untuk melakukan pertualngan menuju negri yang belum dikunjungi ini, Portugis pun memiliki motif lain yaitu Agama yang dalam hal ini Portugis yang beragama Kristen Katolik bermaksud untuk melakukan Kristenisasi di Nusantara (Maluku), akibat dari proses ini Portugis mulai dimusuhi dan ditentang oleh Kesultanan Ternate-Tidore dan kesultanan Islam lain di Maluku dan di Nusantara. Kristenisasi ini diilhami dari kesadaran sendiri bangsa Portugis yang merasa bertanggung Jawab untuk menyebarkan ajaran Kristen ke sebrang laut, dan bahkan Paus berkali-kali menganjurkan dan mendorong bangsa-bangsa Portugis untuk menyampaikan Iman Kristus ke sebrang lautan (Th. van den End, 2007: 28-29). Keterangan diatas Kristenisasi semata-mata didorong karena kehendak mereka untuk menjalankan ajaran agamanya untuk disebarkan kepada orang lain yang belum beragama ataupun kepada kaum muslim. Namun ada pula unsur politik lain dari Kristenisasi ini yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari Kristenisasi yaitu karena dengan kristenisasi ini maka lahir sebuah kedekatan emosional yang akan memudahkan bangsa Portugis untuk memonopoli dan menguasai perdagangan di Nusantara. Kristenisasi yang dilakukan di Nusantara tidak terlalu sukses, karena penduduk Indonesia khususnya dibelahan Timur sudah menganut agama Islam sehingga sangat sulit untuk mengkristenkan dan juga selalu mendapat perlawanan

dari Kaum Muslimin sendiri. Hal ini sangat bebeda dengan kristenisasi di Filipina yang dilancarkan oleh orang-orang Spanyol yang berhasil mengkristenkan seluruh penduduk Filipina karena masyarakat Filipina masih memegang kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Maka tahap awal dari Kristenisasi di Nusantara ini pertama kali ditunjukkan kepada orang-orang Indonesia ini dilakukan di wilayah Indonesia bagian timur dan juga dipedalaman-pedalaman karena di diwilayah lain sudah tersentuh agama lain baik itu Hindu-Budha ataupun Islam, sehingga alternatif dilakukan pada masyarakat yang masih beragama animisme ataupun dinamisme. Periode selanjutnya agama Kristen disebarkan pula oleh VOC yang menganut ajaran Calvinisme dan Protestan, VOC pun pertamakali melakukan penyebaran di Maluku dan mengusir para pendeta Kristen Khatolik dari tanah Maluku berbarengan dengan pengusiran Portugis yang pada waktu itu sedan terlibat dalam peperangan dengan kesultanan Ternate dan Tidore. Pengkristenan yang dilakunan oleh VOC lebih intensif lagi karena menjangkau seluruh wilayah di Nusantara yang ulai berkembang di Jawa. Berikut riciannya menurut Y.B. Sariyanto Siswosoebroto; Zending Protestan pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1831 dengan dua orang pendeta bernama Riedel dan Schwarz ke Minahasa. Pada tahun 1850 mereka membuka sebuah Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Tomohon dan pada tahun 1868 dibuka pula Sekolah Guru Injil (Hulpzendelingen). Kristenisasi di Minahasa itu ditangani dan dibeayai oleh Nederlandse Zendelinggenootschap yang didirikan di Rotterdam tahun 1787. Pada tahun 1882 di Minahasa juga didirikan asrama dan sekolah khusus bagi anak-anak pegawai negeri serta orang-orang terkemuka. Semua sekolah tersebut mendapat subsidi dari Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1888 mereka mendirikan percetakan untuk mencetak buku-buku, selebaran dan sebuah surat kabar yang bernama, "Cahaya Siang." (Siswosoebroto: 02) Kristenisasi pada masa VOC ini mereka mendapat dukungan dari VOC yaitu berupa biaya, walaupun kebanyakan VOC tidak terlalu serius

memperhatikan mengenai agama tapi mereka masih memiliki kepentingan dan hal

ini mereka salurkan melalui sumbangan kepada zending-zending dalam menjalankan misinya. Dalam perkembangan selanjutnya peralihan dari agama animisme ke Kristen tidak mengalami perubahan yang drastis karena walaupun mereka masuk ke Kristen masih banyak orang yang masih melakukan praktik animismenya, hali ini berbeda dengan peralihan dari animisme ke agama Islam yang benar-benar secara total menghapus seluruh ajaran animisme, walaupun dikalangan lain masih ada yang minum khamr dan makan babi (Karen A Steinbrink, 1988: 233-234). Dari penelaahan diatas dapat kita temui fakta-fakta bahwa kristenisasi pertamakali dimulai dari Maluku dan pedalaman yang belum menganut ajaran Islam dan masih menganut ajaran Animisme dan Dinamisme, yang terdiri dari dua priode yaitu Khatolik yang dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol dan periode Protestan/calvin yang dibawa oleh bangsa Belanda lewat perusahaan danganya VOC. D. Strategi-strategi Kristenisasi di Nusantara. Jalur-jalur Kristenisasi ini sebagaimana yang sudah penulis jelaskan, bahwa penginjilan pertamakali dilakukan di Maluku yang masih menganut ajaran animisme dan dinamisme yang pertama kali dilancarkan oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang menganut ajaran Katolik, yang kemudian pada periode selanjutnya Kristenisasi dilakukan oleh VOC lewat zending-zending mereka yang beragama Protestan. Sasaran pertama dari Kristenisasi ini adalah masyarakat yang masih menganut kepercayaan kepada animisme dan dinamisme. Kemudian kristenisasi pun mulai masuk ke Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan juga ketanah Batak, dan pada abad ke-17 mulai berdiri gereja-gereja di wilayah kekuasaan VOC yaitu seperti Ambon, Bandaneira, Kepulauan Laut Arafuru, Banda, Maluku Utara, Minahasa dan Sangir Talaud. Tempat konsolidasi Kristen pada abad 17 berada di Timor, Nusa Tenggara dan daerah sekitar Jakarta.

Strategi-strategi yang dimulai dari masyarakat animisme dan juga di daerah Indonesia timur bukanlah tanpa alasan, karena mereka pasti akan mendapat perlawanan jika dimulai dari wilayah Jawa, Sumatera dan wilayah lain yang sudah terdapat ajaran Islam. Hal ini ditambah pula dengan kondisi mereka yang merupakan musuh Islam dan memusuhi Islam karena mereka pernah dikuasai Islam selama berabad-abad lamanya. Dalam melancarkan misinya zending-zending pun melakukan dua satrategi yaitu dengan cara melakukan pengkristenan secara langsung dan juga secara tidak langsung, strategi secara langsung ini yaitu dengan melakukan pengkristenan dengan langsung menkhabarkan intisari agama kepada penduduk setempat yang masih menganut Animisme, akan tetapi hal ini tersa berat karena besarnya beban biaya yang dikeluarkan sehingga mereka mulai melakukan strategi kristenisasi secara tidak langsung yaitu dengan cara mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, rumah yatim piatu, strategi ini dikenal dengan aliran pre-evalingation dan strategi ini menghasilkan orang-orang yang lemas kristennya karena mereka Kristen karena mengharapkan imbalan dari Gerja (Karen A Steinbrink, 1988: 244). Sedangkan di Jawa Kristenisasi ini berlangsung dengan melakukan usaha pelaburan terhadap tradisi Jawa, dalam hal ini mereka hendak memisahkan antara kebudayaan Jawa dari agama Islam dan hendak menyesuaikan diri dengan kebudayaan Jawa, yang mereka anggap sebagai sesuatu yang terlepas dari Unsur Islam, sehingga bukan terjadi westernisasi tapi malah mereka menyesuaikan diri dengan kebudayaan Jawa (Karen A Steinbrink, 1988: 243). Selain itu di Jawa karena tingkat rasialitas yang tinggi antara pendeta terhadap pribumi, memunjulkan seorang pendeta Jawa yang merupakan orang Jawa sendiri yaitu Kiai Sadrach, ia merupakan seorang yang pernah belajar mengenai agama Kristen, dibaptis, tapi dikemudian hari ia mendirikan sebuah aliran kepercayaan baru yang menurut pendeta Protestan bukan merupakan ajaran Kristen, karena alairan baru ini merupakan sinkretisme dari ajaran Jawa dengan Kristen dan juga sering dikenal dengan Konghucu Jawa. Setelah masa pengkristenan maka dimulailah penginjilan yaitu dengan mencetak Injil atau selembaran-selembaran atau pamphlet yang disebarkan

penginjilan ini baru dimulai pada abad ke-19 yaitu pada tahun 1930 yang dilakukan di Pulau Jawa. Penginjilan ini merupakan proses terakhir karena sebelum abad ke 19 di Belanda sendiri belum terdapat Injil berbahasa Belanda dan juga injil itu sendiri sulit dimengerti oleh para penganutnya ditambah lagi keadaan bangsa Indonesia yang memiliki pendidikan yang rendah. Keterangan diatas memberikan petunjuk bahwa strategi pengkristenan ini telah berjalan selama dua periode yaitu Kristen Katolik dan Protestan, yang pada permulaannya melakukan pengkristenan di wilayah Indonesia timur yang masih menganut animisme dan dinamisme, dan juga kristenisasi ini tidak terlalu berhasil dilakukan di Indonesia karena banyaknya gelompang protes dari kaum Muslim seperti di Tidore dan Ternate. E. Penutup Agama-agama yang terdapat di Nusantara ini sangat beragam dimulai dari agama yang bersifat local genius yaitu animisme dan dinamisme dan juga agamaagama pendatang. Namun dari agama-agama pendatang ini yang mendapat perhatian penuh sejarawan adalah agama Islam, karena merupakan agama yang terbesar di Indonesia dan juga agama yang paling mudah diterima. Sdangkan agama Kristen kurang mendapat perhatian dari sejarawan dan juga penulisan akan sejarah Kristen di Indonesia ini terdapat dua aliran yaitu dalam kacamata Kristen dan pihak luar. Agama Kristen dalam penyebarannya lebih bersifat memaksa karena kebutuhan politik dan juga menjadi cikal bakal pendukung kolonialisme di Indonesia, walaupun terdapat sebagian orang Kristen yang tidak bersifat demikian. Sejarah agama Indonesia sudah mengalami beberapa periode yaitu periode Animisme dan Dinamisme, Hinu-Budha, Islam, dan kolonialisme dengan ajaran Kristennya.

***

Daftar Sumber: Buku Al-Kitab. 2001. Jakarta: Percetakan Lembaga Al-Kitab Indonesia. Marzdedeq, A.D. t.t. Parasit Aqidah, Selintas Perkembangan dan sisa-sisa Agama Kultur. Bandung: Yayasan Ibnu Ruman Anshari, Endang Saefudin. 1991. Wawasan Islam, Pokok-pokok Fikiran tentang Islam dan Umatnya. Jakarta: Rajawali Press. Pusponegoro, Marwati, dkk. 2008. Sejarah Nasional Indonesia IV, Nusantara di abad ke-18 dan ke-19. Jakarta: Balai Pustaka. Ricklefs, Calvins M. 2001. Sejarah Indonesia modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Steenbrink, Karel. A. 1988. Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. Van den, Th. 2007. Ragi Carita I:Sejarah Gereja di Indonesia th. 1500-1890. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Vlekke, HM. 2008. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: Gramedia
Siswosoebroto, Y.B. Sariyanto. Makalah Sejarah Kristen Indonesia. (http://www.scribd.com/doc/7856963/Sejarah-Kristenisasi-Di-Indonesia).

Website http://yayasanbaitulmaqdis.com/berita/491/ (03 Mei 2011) http://www.scribd.com/doc/7856963/Sejarah-Kristenisasi-Di-Indonesia (03 Mei 2011).

Anda mungkin juga menyukai