Anda di halaman 1dari 6

JAKET BODONG (Jaaah..Ketauan Boong Doong!!!

) Aku mengecek sekali lagi, menengok tas dan meneliti apakah ada dompet di tasku. Yap! Ada. Oke, beres aku jadi ngejus dech bareng sobat-sobatku pulang sekolah ini. Aku melihat ke arah lapangan basket, ternyata gak ada. Coba lapangan voli, juga nggak ada. Kantin? Nggak mungkin dech, kan kita janjian mau ngejus di pangkalan pojokan sana. Haduh dimana sih anak itu? Akhirnya aku mengikuti Elsa. Mengikuti jalannya yang sangat lambat keluar dari kamar mandi. Selama perjalanan menuju gerbang sekolah aku mencoba menyembunyikan tubuhku di belakang tubuh Elsa yang montok. Lebih baik aku tidak terlihat matahari, sebab aku nggak mau panasnya menyengat kulitku yang mulus ini. Hehehe El, jalannya cepetan dong. Panas ni suruhku berbisik. Enak aja lo, nyuruh-nyuruh gue. Gue lagi sakit maag, tau. Nggak bisa cepet-cepet. Jawab Elsa lantang. Aku mendengus kesal. Pasti dia lagi marah. Pasti kelaperan. El ... EllyElsa Itu dia, akhirnya datang juga. Eh, maap ya telat mami telepon tadi. Girls, kita jadikan? Hari ini aku traktir dech ke pasar buat nebus salahku Wewyang bener? Traktir? Pantes aja mata Elsa langsung melek denger kata ditraktir sih. Jus bang Omangkan? Lha terus kita ngapain kepasar? Tanyaku nggak kalah heran sama Elsa. Mmmbeli soto dech Apa? Siang bolong gini beli soto? Es degan kek? Apa kek? Tapi yaudalah namanya juga ditraktir jadi nurut aja dech. Yuk.. mangkat --Kami, lebih tapatnya Orel memesan makanan pada si Abang yang jual karena dia yang akan bayar. Yang mesen yang bayar, wajarkan? Sotonya bang tiga, begitu katanya. Entah kenapa aku ngrasa salah satu pegawai yang seliweran kesana-kesini ada yang merhatiin kami bertiga. Aku melihat bayangan kami yang mengaca di deg sebuah mobil. Nggak ada yang aneh kok masih tahap yang normal-normal aja. Rok dibawah dengkul, baju mepet sih tapikan kita pakek jaket jadi nggak kelihatan. Rambut juga rapi kok, terus apa yang aneh? Beberapa saat berlalu, pesanan kami datang. Sesaat pelayan ini memerhatikan kami lalu meletakkan mangkok soto kemudian pergi dengan senyuman yang mencurigakan. Aku mengiringi langkahnya dengan tatapan bingung sampai dia hilang di balik pintu dapur warung itu. El, bengong! Dimaka dong Udah setengah lebih, lo nggak lihat apa? Elly dodol, bukan kamu Elsa

Udah kesorean, aku kudu pulang. Sotonya buat kamu aja dech El. Rel. maap ya aku kudu pulang duluan. Kenapa cepet-cepet? Emang kamu pada mau diomelin abah aku? hehehe yaudah ati-ati ya Aku memutuskan pulang, melambaikan tangan pada dua sobatku. Jangan-jangan pada nangis termehek-mehek lagi aku tinggal. Belum juga aku bangkit sempurna, tiba-tiba saja aku menyenggol orang dibelakangku. Ini, Neng. AAAHHHHHHH! Aku dan sobatku menoleh kebelakang. --Haduuuhabang gak papa? tanyaku panik. Buru-buru aku ngambil tisu dalam tas dan ngelap tangan abangnya yang ketumpahan es the. Maap ya bangsaya nggak sengaja kataku lagi. Aku benar-benar tahut. Mungkin nggak sih abang ini marah? Diem aja sih. Dia nggak bersuara, berdiri dan meninggalkanku begitu saja. Benar-benar membuatku salah tingkah. Aku langsung meninggalkan warung aneh sialan itu. Berjalan cepat-cepat, nggak peduli semua mata tertuju padaku. Akhirnya aku sampai di halte, lalu naik angkutan umum jurusan rumahku. STOP! Kiri Bang Teriakku sambil turun dan mengeluarkan seribuan buat ongkos. Kemudian berlari sekencang mungkin tanpa berpikir berapa jarak yang kutempuh, berapa tetes keringat yang tercucur aku ingin sekali mencapai tempat itu secepat mungkin. Aku segera menghampirinya yang duduk santai di koridor halte. Lama banget sih datangnya. Angkot gue bisa habis kalo lo lemod gini. Mana hape gue? kataku TO THE POINT. Kuamati orang ini dari pucuk ubun-ubun sampai ujung kakinya. Oke, emang dia nggak gendut, kurus, tinggi. Terus diamati jadi agak sedikit ganteng. Sedikit doank. Yah, banyak juga sih. Syuuutkembali ke pokok masalah, Mana Hapeku? Iyabawel..nich hape lo macih bagus kok bekum geu apapapain Dasaar Umpatku. Aku langsung nyelonong pergi diantara kerumunan orang yang berebut naik bis. Pasti aja, ini kloter yang terakhir jadi mau nggak mau jadi mau kalo gini keadaanya. Asal bisa pergi jauh dari orang gila itu dan ini pertemuan terkhirku dengannya. Aku rela. Sungguh, --Malem minggu bener-bener jengkelin buatku. Hape siapa nih? Cowok gila itu bener-bener membuatku sebel. Hari ini Rivan, cowok basket terkeren di sekolahku bakal ngrayain ulang tahun di taman Anggrek dan menjemputku, tapi nggak jadi pasti dia ngira aku nggak mau karena aku nggak bales sms-nya. Aku bener-sener sebel! Aku juga nggak mau ketemu dia lagi paling nggak besok terkhir kali aku bertemu dengannya. Yah, buat nukerin ni hape yang

ketuker. Mana daritadi ceweknya telepon melulu dan aku terpaksa bohong kalo aku ini adiknya dan kakaku itu lagi boker, diare gitu. Oh Tuhan ampunilah akuuu. Akhirnya telepon berbunyi lagi. Kali ini benar-benar tak kuangkat. Kubiarkan saja telepon itu berdering tigapuluh kali, sampai akhirnya ibuku bersuara. Ellydiangkat dong teleponnya, ibu lagi lihat tipi nih Hallo Iya Elly sayaaaang Tuttut...tut sambungan terputus. Sialan. Dia telepon make hapeku, tekor dong pulsaku. Sial. Aku merebahkan tubuhku dikasur, mencari-cari Boneka doraemonku dan hanyut dalam lamunan. Membayangkan saat ini aku bersama Rifan, makan disebuah restoran yang romantis, tertawa terbaha-bahak hingga perutku sakit, makan yang banyak, kekenyangan. Aku berlari meraih toilet. Namun tiba-tiba aku menabrak orang, dia marah-marah, lalu mengambil hapeku dan menelponku saat aku.STOP. Kenapa aku jadi mikirin dia sih? Pokoknya sisa malam ini aku mau seneng-seneng. Aku mau telepon Rivan. Duueer!!! Clapt Kalian tahu? Yap. Mati lampu. --Senin, sepulang sekolah. Aku duduk bengong di pos satpam deket gerbang. Haduh, karya tulisku ketinggalan Sial. Umpatku dalam hati. Aku bergegas mengmbilnya dan segera kembali ke tempat dimana aku janjian dengan cowok gila itu sebab jika aku telat semenit aja dia mastiin hapeku gag akan kembali ke tanganku. Bebebrapa bahkan sebagian dari mereka urut ngomelin aku karena aku yaa secara sengaja nabrakin mereka, mereka ngomel-ngomel dengan merdunya. Kalo aku gini dijalan raya pasti hakim sudah menjatuhi pasal berlapis kaya lapis legit. Uenak! Aku masih kecapekan. Semalem aku bantu-bantu Orel dan Elsa memasang plakat yang kini gagah nangkring di depan kost Orel bertuliskan BIRO JODOH. Mereka bilang bakal buat reallity show yang bakal dimuat di majalah sekolah. Orel jadi direkturnya, aku jadi managernya, dan Elsa jadi pembantu umum. Jadi buat kamu semua yang ngrasa kesepian butuh temen silahkan daftar. Gratistististis!! Aku masih berlari. Nggak tahu kenapa hari ini gerbang sekolah yang tinggal sepuluh meter serasa kilometer, nggak nyampe-nyampe. Kutabrakkan tubuhku ke tubuhnya saat dia baru ngomong dengan seorang cewek. Pembicaraan itu sangat serius, kedatanganku bak piring dengan kue tart diatasnya dan aku datang jadi lalat ijo yang nimbrung. Tanpa disangka dia menarik tanganku dan merangkul tanpa seijinku. Kurang ajar nggak tuh!!! Dan Karin, ini pacarku. Kamu nggak perlu khawatir aku bakal nginget kamu lagi karena ada cewek yang bakal merejai pikiranku. Dan cewek itu bukan lagi kamu, Din. Ayo Say aku antar pulang. Aku bingung. Spontan aku membiarkan dia nggandeng tanganku sebab rasa malu lebih besar daripada rasa sebelku

pada? Aku sampai nggak tahu nama cowok ini. Nyebelin sih, pengen kenalanpun ogah. Dia masih memegang tanganku samapi terdengar suara yang sangat aku kenal. DINA, AKU CINTA KAMUUU kata seorang laki-laki yang aku bisa tebak siapa dia sekarang yang berdiri di belakangku. Memegang tangan cewek yang rentan itu, meraih pucuk kepalanya hanyut dalam pelukannya setelah anggukan mengiyakan. Mata Rifan menatapku bengis. Aku benar-bener gatau apa yang udah aku lakuin ampe Rifan kaya gini. Tatapan Rifan seperti berarti mengusir. Aku pergi sekarang. Aku menangis di bahu cowok tengil ini. Saat ini aku ada diboncengannya ntah aku akan dibawa kemana. Aku nggak peduli. Aku butuh tempat main. Dan mungkin aku adalah pasien pertama yang akan tertulis didaftar absensi Biro Jodoh yang baru selesai kami bangun semalem. Dua menit kemudian motornya menepi, lalu mesinnya dimatikan. Cia membuka helm kemudian menoleh kearahku. Ya udah turun katanya. Aku menyeringai, Ngak deh Mau naik terus? tanyanya lagi Aku langsung mengangguk. Setelah itu, dia turun dari motornya kemudian menepi. Kontan saja aku juga turun dan mengikuti langkahnya. Kami duduk didepan sebuah rumah. Dia menyamdar seluruh tubuhnya yang kekar itu di tembok sambil menatap langit. kamu tahu? Nggak. Hla kamu belum bilang dodol!!! Makanya, dengerin. Hmmtmaapin aku Elly. Aku dah bohongin kamu buat Dini. Tapi sekarang Dini udah jadi milik Rifan, cowok yang kamu suka. Aku bisa memeulainya bersamamu. Kita bisa memulai semua dari awal. Kita buktiin sama Rifan dan Dini, kita bisa tanpa mereka. Kita jad. Nggak. Aku nggak bisa. Aku tahu, Rifan akan datang mempemputku dengan kuda putih suatu hari nanti, aku yakin. Kau juga yakin kalo Dini bakal Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dia sudah meraih motorkanya. Aku mendapatinya semakin kecil semakin jauh dari tempatku sekarang. Aku membuka pagar dan masuk ke..? Apa ini rumahku? Jadi daritadi aku nobrol kelesotan didepan rumahku sendiri. Sial!!! --Bagai jablay kena kamtib, Orel langsung buru-buru masuk ke mobil Elsa dan melesat entah kemana. Kita cari dimana dong?, kata Orel bingung. Lapangan Basketlah Oke Sejenak ia begitu mantap menencap gas, setelah sebelumnya ia terjebak lampu merah. Orel sedang sibuk mengamati deretan pinggiran jalan dan kemudian menjerit. STOOOOOPAda orang

mau nyebrang cewek itu juga kelihatan juga kaget. Kami turun. Ingin melihat keadaannya. Bisa birabe kalo parah. Mbak, nggak papakan Elsa panik Iyya Elsa gue nggak papa Cewek itu menyibakkan rambutnya dan barulah mereka tahu siapa cewek mungil ini. Dini! Dan kami menepi. Dini, kamu beneran nggak papakan? Iyya, aku nggak papa kok. Umtt..mana Elly? Nggak kelihatan? Elo juga, mana Rifan? Nggak nongol juga? Aku sama Rifan sudah putus kok. UmtElly pasti lagi kencan sama Hendra. Iya kan? Mereka nggak jadian kok. Gini ya Din, tadi yang namanya Hendra dateng ke klinik kita. Kayaknya dia sengaja pingin ngeclearin semua. Dia masih sayang banget sama kamu. Itu Cuma ide gilanya supaya kamu cemburu. Ternyata rencana itu gagal setelah Rifan, sahabatnya nembak kamu. Apa? Rifan sahabat Hendra? IyyaRifan itu temenku dari kecil, dia tak suruh jagain kamu disekolah Din, aku pikir aku bisa dapetin kamu lagi. Tapi kenyataannya beda. Dulu aku sengaja kenalan sama Elly buat dapat semua informasi tentang kamu, nggak tahunya Hahahaha. Tadi aku sempet nembak Elly juga, tapi dia nolak aku. Tapi sekarang aku nggak akan nglakuin hal konyol lagi yang bisa buat aku kehilangan kamu lagi. Aku masih sayang kamu Din, sama seperti dulu aku juga. cieeecieeee --Bodohbodohbodoh Katanya dalam hati. Rifan sudah baikan sama Hendra tadi. Iya baru tadi. Saat ketemu Dini, Elsa sms keduanya. Rifan datang saat Hendra menjelaskan semua dan melihat Dini balikan sama Hendra. Entah seneng atau sedih yang Rifan rasakan tapi ia tetap mengayuh sepedanya ke tempat yang semestinya dituju dari dulu. Semua orang tau aku suka Elly dan aku nggak akan nglepasin dia lagi. Katanya dalam hati. --Aku duduk sendiri dikebun belakang rumahku. Aku merasa sendiri disini. Kata orang imipian adalah jalan menuju sukses. Tapi saat ini aku nggak punya impian, jalannya juga udah buntu. Tak kusangka aku nangis lagi hari ini, sendiri, sepi hingga matahri enggan menemani. Apakah aku akan selamanya sendiri seperti ini, karena semua cintaku dah aku beri untuknya. Kamu menungguku ya? Maap dah buat kamu nunggu lama. Aku terperanjat melihat kehadiran Rifan, spontan aku menyingkir darinya tapi dia memegang lenganku. Aku dah kehilangan kamu sekali dan aku nggak mau itu terjadi lagi. Dia bernenti sejenak, berusaha mengatur nafasnya yang masih tersendat-sendat, lalu menyamankan tubuhnya lalu menatapku lekat-lekat. Dulu aku mau ngajak kamu kesini, taman anggrek ini

buat ngungkapin semuanya. Tapi aku hubungin kamu hapemu nggak aktif. Aku pikir besok pagi juga nggak papa. Aku nyari kamu, nggak tahunya Hendra ngaku jadi pacarmu. Atiku sakit banget waktu itu dan spontan nembak Dini karena aku tahu dia juga sama seperti aku. Hendra? Dini? Lepasin aku dia pasti Sssttt. Dia meletakkan telunjuknya dibibirku. Menyuruhku diam. Hendra temanku. Mantan Dini. Tapi mereka sudah balikan. Mereka dulu putus. Hendra masih sayang sama Dini. Dia sengaja kenalan ma kamu buat ngorek semua tentang Dini. Tapi jadinya malah kayak gini. Salah paham semua. Kacau! dia mengelus-elus hidungnya tanda sedikit grogi kemudian melanjutkan kata-katanya. Aku tahu, aku tahu hatiku jauh sebelum ini kalo aku sayang banget sama kamu. Dan sejauh apapun kamu hindarin aku, kamu nggakkan bisa jauh dari aku. Kalo udah tahu gini kamu nggak bisa dan nggak punya pilihan lain selain nerima cintaku dihatimu dan aku jadi pacarmu. Hahahah Aku masih diam dan nggak bisa berkata apa-apa. Mimpikah ini? Dasar cowok! Aku cinta kamu dari zaman purba tau, kenapa baru diungkapin sekarang. Berapa abad aku harus nunggu kamu. Seperti bisa membaca pikiranku, dia merengguhku dalam pelukannya kemudian mencium pucuk kepalaku. Pulang yuk Ell, kamu pasti seharian belum makan. Mau disuapin? Pake sendok apa sendal? Aku melotot. Dia ngakak. Eh. Tunggu! Hapeku mana? Sial belum dibalikin kemarin. Awas kalo ketemu. Kubuat perhitungan dengannya!!!! TAMAT

Anda mungkin juga menyukai