Ada beberapa hadist yang melarang mendirikan masjid diatas kuburan atau
menguburkan mayit di dalam masjid serta larangan sholat di dalam masjid
yang ada kuburnya:
ADAPUN SUBHAT YANG SERING KITA DENGAR: "Kuburan Nabi saw ada di
dalam Masjid beliau, yang dapat disaksikan hingga saat ini. Kalau memang hal
ini dilarang, lalu mengapa beliau dikuburkan disitu ?
Jawabannya: Keadaan yang kita saksikan pada jaman sekarang ini tidak
seperti yang terjadi pada jaman sahabat. Setelah beliau wafat, mereka
menguburkannya didalam biliknya yang letaknya bersebelahan dengan masjid,
dipisahkan oleh dinding yang ada pintunya. Beliau biasa masuk masjid lewat
pintu itu.
Hal ini telah disepakati oleh semua ulama, dan tidak ada pertentangan
diantara mereka. Para sahabat mengubur jasad beliau didalam biliknya, agar
nantinya orang-orang sesudah mereka tidak menggunakan kuburan beliau
sebagai tempat untuk shalat, seperti yang sudah kita terangkan dalam hadits
'Aisyah dibagian muka. Tapi apa yang terjadi dikemudian hari di luar
perhitungan mereka. Pada tahun 88 Hijriah, Al Walid bin Abdul Malik merehab
masjid Nabi dan memperluas masjid hingga kekamar 'Aisyah. Berarti kuburan
beliau masuk ke dalam area masjid. Sementara pada saat itu sudah tidak ada
satu sahabatpun yang masih hidup, sehingga dapat menentang tindakan Al
Walid ini seperti yang diragukan oleh sebagian manusia.
Abu Zaid Umar bin Syabbah An Numairy berkata di dalam buku karangannya
Akhbarul-Madinah: "Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah
pada tahun 91 Hijriah, ia meribohkan masjid lalu membangunnya lagi dengan
menggunakan batu-batu yang diukir, atapnya terbuat dari jenis kayu yang
bagus. Bilik istri-istri Nabi saw dirobohkan pula lalu dimasukkan kedalam
masjid. Berarti kuburan beliau juga masuk kedalam masjid."
Dari penjelasan ini jelaslah sudah bahwa kuburan beliau masuk menjadi
bagian dari masjid nabawi, ketika di Madinah sudah tidak ada seorang
sahabatpun. Hal ini ternyata berlainan dengan tujuan saat mereka
menguburkan jasad Rasulullah di dalam biliknya.
Maka setiap orang muslim yang mengetahui hakikat ini, tidak boleh berhujjah
dengan sesuatu yang terjadi sesudah meninggalnya paraa sahabat. Sebab hal
ini bertentangan dengan hadits-hadits shahih dan pengertian yang diserap
para sahabat serta pendapat para imam. Hal ini juga bertentangan dengan apa
yang dilakukan Umar dan Utsman ketika meluaskan masjid Nabawi tersebut.
Mereka berdua tidak memasukkan kuburan beliau ke dalam masjid.
Ibnu Taimiah dan Ibnu Rajab yang menukil dari Al-Qurthuby, menjelaskan:
"Ketika bilik beliau masuk ke dalam masjid, maka pintunya di kunci, lalu
disekelilingnya dibangun pagar tembok yang tinggi. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga agar rumah beliau tidak dipergunakan untuk acara-acara
peringatan dan kuburan beliau dijadikan patung sesembahan."