Anda di halaman 1dari 5

Nasional Jawa Timur Lagi, Puluhan Rumah Jamaah Ahmadiyah Dirusak Warga juga sempat membakar salah satu

rumah. Jum'at, 26 November 2010, 18:17 WIB Ismoko Widjaya

Aksi kekerasan kembali dialami kelompok Ahmadiyah. Kemarahan warga yang tidak terbendung itu dilampiaskan dengan melakukan perusakan terhadap puluhan rumah anggota Ahmadiyah. Bahkan warga juga sempat membakar salah satu rumah. Warga kesal setelah mengetahui sejumlah anggota jama'ah Ahmadiyah kembali bermukim di desa mereka di Dusun Ketapang, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Jumat 27 November 2010. Aksi anarki warga dipicu penolakan sebagian anggota Ahmadiyah untuk keluar dari desa. Salah seorang warga Desa Ketapang, Gupuh mengatakan warga kecewa dengan aktivitas kelompok Ahmadiyah yang cenderung eksklusif. Apalagi Bupati Lombok Barat H Zaini Arony dengan tegas menolak keberadaan pengikut Ahmadiyah di Lombok Barat. "Kami ingin mereka tidak kembali lagi," kata Gupuh kepada wartawan Jum'at 26 Nopember 2010. Warga merusak puluhan rumah yang sebagian besar permanen itu dengan berbagai alat seperti linggis, batu, dan kayu. Bahkan diantara mereka juga beramai-ramai menerjang dan meringsek masuk kedalam rumah anggota Ahmadiyah. "Jangan biarkan mereka tinggal lama-lama di kampung kami," teriak salah seorang warga sambil merusak salah satu rumah anggota Ahmadiyah. Ratusan personel kepolisian dari Polres Lombok Barat yang berjaga-jaga di lokasi tak mampu membendung aksi warga. Warga dengan bebas melakukan pengerusakan. Tidak hanya itu, aksi perusakan juga diikuti anak-anak dan ibu-ibu yang melempari rumah dengan batu. Wakil Kapolres Lombok Barat Komisaris Polisi Chepi AH yang berada di lokasi juga terlihat kewalahan menghadapi aksi warga yang brutal. "Saya menerima laporan kalau kondisi tidak terkendali," ujarnya. Perusakan terhadap rumah warga Ahmadiyah itu berhenti setelah sekitar 22 unit rumah rusak. Aksi anarki itu tidak menimbulkan korban luka. Kondisi rumah yang dirusak untungnya sudah kosong ditinggal penghuni sejak beberapa hari terakhir. Sejak Jumat 19 November lalu, puluhan warga Ahmadiyah terpaksa mengangkut harta bendanya karena ada isu pengusiran secara paksa oleh masyarakat desa. Warga Ahmadiyah mengangkut harta benda mereka dengan menggunakan sepeda motor ke lokasi pengungsian di asrama transito Mataram. Tidak hanya harta benda, warga Ahmadiyah juga mengevakuasi perempuan dan anak mereka. Warga Ahmadiyah di wilayah NTB diperkirakan lebih dari 180 orang. Sebanyak 33 kepala keluarga (KK) atau 130 jiwa di antaranya berada di Mataram, ibu kota Provinsi NTB. Dan 50 jiwa lainnya berada di Kabupaten Lombok Tengah. Sebanyak 130 orang warga Ahmadiyah mendiami asrama transito Mataram setelah rumah mereka di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, dirusak dan dibakar massa pada 4 Februari 2006 lalu. Hingga saat ini kondisi masih mencekam, sejumlah aparat kepolisian masih berjaga-jaga di sekitar lokasi pengrusakan. Polisi masih menyelidiki motif perusakan rumah warga Ahmadiyah itu.

Laporan: Edy Gustan l Mataram, umi VIVAnews

MUI NTB Usul Ahmadiyah Dibekukan Kamis, 24 Februari 2011 | 14:15 WIB TEMPO Interaktif, Mataram - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Forum Kerja Sama Pondok Pesantren NTB dan organisasi Islam sepakat meminta Gubernur NTB agar keberadaan organisasi Ahmadiyah di NTB dibekukan. Berita terkait TPM Minta Polisi Periksa Pimpinan Jamaah Ahmadiyah Sudah Lima Berkas Tersangka Cikeusik Dilimpahkan ke Kejaksaan TV dan Ruang Bawah Tanah di Mesjid Attaufik? Komnas HAM Tergantung pada Lembaga Lain untuk Usut Kekerasan Saksi dari MUI: Mesjid Dirusak Karena Salah Pemerintah

Berita terkait TPM Minta Polisi Periksa Pimpinan Jamaah Ahmadiyah Sudah Lima Berkas Tersangka Cikeusik Dilimpahkan ke Kejaksaan TV dan Ruang Bawah Tanah di Mesjid Attaufik? Komnas HAM Tergantung pada Lembaga Lain untuk Usut Kekerasan Saksi dari MUI: Mesjid Dirusak Karena Salah Pemerintah

Mereka akan menindaklanjuti usulan pembekuan Ahmadiyah tersebut dengan bertemu Kepala Kejaksaan Tinggi NTB selaku Ketua PAKEM (pengawas aliran kepercayaan masyarakat), Senin (28/2) mendatang. Ketua MUI NTB Saiful Muslim bersama Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri NTB Ridwan Hidayat menjelaskan usulan tersebut muncul setelah bertemu Gubernur NTB Tuang Guru Haji Muhammad Zainul Madjdi di kantornya hari ini. Usulan pembekuan tersebut merupakan kesepakatan semua organisasi Islam di sini, katanya, Kamis (24/2). Gubernur NTB Tuan Guru Haji Muhammad Zainul Madjdi belum memutuskan usulan tersebut. Pak Gubernur sudah menerima usulan pembekuan tersebut. Akan disikapi, ujar Ridwan. Saiful mengatakan, MUI telah bersama Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Wathan, Muhammadiyah, Dewan Masjid, Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia, Dewan Dakwah Islam , Hisbut Tahrir telah menyampaikan aspirasinya meminta dibekukannya Ahmadiyah karena dinilai sesat. Kami tidak meminta dibubarkan karena bukan kewenangan daerah, ujarnya.

Jamaah Ahmadiyah di Asrama Transito NTB di Mataram terdapat 36 kepala keluarga (KK) terdiri atas 138 jiwa. Sedangkan di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah ada delapan KK di penampungan sementara ex RSU Praya di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah terdapat 8 KK. Sejak 4 Februari 2006 mereka berada di penampungan itu setelah pemukimannya di kompleks BTN Bumi Asri Dusun Ketapang Gegerung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, dirusak warga. Menurut Basiruddin Aziz, 27 tahun, yang membimbing jemaah Ahmadiyah Mataram dan Praya, usulan pembekuan tersebut sangat disesalkan. Sebab, menurut dia, sebagai warga negara memiliki hak beraktivitas sesuai empat pilar yang harus diamalkan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika. Sangat menyesalkan. Pasti akan mengganggu kegiatan warga, ujarnya. Sebab, selama ini para jemaah Ahmadiyah tidak memiliki kegiatan lain selain bekerja, salat dan mengaji di tempat penampungannya. Masak yang itu dilarang. Bukan mabok dan main judi, katanya. SUPRIYANTHO KHAFID

Geram Aktivitas Eksklusif, Warga Rusak Puluhan Rumah Jamaah Ahmadiyah Posted by admin on Nov 27, 2010 in Berita |

Lombok Barat (voa-islam.com) -Ratusan warga geram dan marah dengan kedatangan warga ahmadiyah di desa gegurung. Kemarahan warga yang tidak terbendung itu dilampiaskan dengan melakukan perusakan terhadap puluhan rumah anggota Ahmadiyah. Bahkan warga juga sempat membakar salah satu rumah. Warga kesal setelah mengetahui sejumlah anggota jamaah Ahmadiyah kembali bermukim di desa mereka di Dusun Ketapang, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Jumat 26 November 2010 kemarin. Aksi anarki warga dipicu penolakan sebagian anggota Ahmadiyah untuk keluar dari desa. Salah seorang warga Desa Ketapang, Gupuh mengatakan warga kecewa dengan aktivitas kelompok Ahmadiyah yang cenderung eksklusif. warga kecewa dengan aktivitas kelompok Ahmadiyah yang cenderung eksklusif, Kami ingin mereka tidak kembali lagi, kata Gupuh Apalagi Bupati Lombok Barat H Zaini Arony dengan tegas menolak keberadaan pengikut Ahmadiyah di Lombok Barat. Kami ingin mereka tidak kembali lagi, kata Gupuh kepada wartawan Jumat 26 Nopember 2010. Warga merusak puluhan rumah yang sebagian besar permanen itu dengan berbagai alat seperti linggis, batu, dan kayu. Bahkan diantara mereka juga beramai-ramai menerjang dan meringsek masuk kedalam rumah anggota Ahmadiyah. Jangan biarkan mereka tinggal lama-lama di kampung kami, teriak salah seorang warga sambil merusak salah satu rumah anggota Ahmadiyah. Ratusan personel kepolisian dari Polres Lombok Barat yang berjaga-jaga di lokasi tak mampu membendung aksi warga. Warga dengan bebas melakukan pengerusakan. Tidak hanya itu, aksi perusakan juga diikuti anak-anak dan ibu-ibu yang melempari rumah dengan batu.

Wakil Kapolres Lombok Barat Komisaris Polisi Chepi AH yang berada di lokasi juga terlihat kewalahan menghadapi aksi warga yang brutal. Saya menerima laporan kalau kondisi tidak terkendali, ujarnya. Perusakan terhadap rumah warga Ahmadiyah itu berhenti setelah sekitar 22 unit rumah rusak. Aksi anarki itu tidak menimbulkan korban luka. Kondisi rumah yang dirusak untungnya sudah kosong ditinggal penghuni sejak beberapa hari terakhir. Sejak Jumat 19 November lalu, puluhan warga Ahmadiyah terpaksa mengangkut harta bendanya karena ada isu pengusiran secara paksa oleh masyarakat desa. Warga Ahmadiyah mengangkut harta benda mereka dengan menggunakan sepeda motor ke lokasi pengungsian di asrama transito Mataram. Tidak hanya harta benda, warga Ahmadiyah juga mengevakuasi perempuan dan anak mereka. Warga Ahmadiyah di wilayah NTB diperkirakan lebih dari 180 orang. Sebanyak 33 kepala keluarga (KK) atau 130 jiwa di antaranya berada di Mataram, ibu kota Provinsi NTB. Dan 50 jiwa lainnya berada di Kabupaten Lombok Tengah. Sebanyak 130 orang warga Ahmadiyah mendiami asrama transito Mataram setelah rumah mereka di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, dirusak dan dibakar massa pada 4 Februari 2006 lalu. Hingga saat ini kondisi masih mencekam, sejumlah aparat kepolisian masih berjaga-jaga di sekitar lokasi pengrusakan. Polisi masih menyelidiki motif perusakan rumah warga Ahmadiyah itu 22 Rumah Warga Ahmadiyah Di Lombok Dirusak Massa Masalah Jemaah Ahmadiyah yang bertahun-tahun di Tampung di Asrama Transito Mataram NTB sampai saat ini belum selesai . Bahkan jumat 26/11 Salah satu dari 22 Rumah Warga Ahmadiyah Yang Dirusak Massa Salah satu dari 22 Rumah Warga Ahmadiyah Yang Dirusak Massa massa merusak 22 buah rumah jemaah Ahmadiyah di Kampung Ketapang Desa Gegerung Kecamatan Lingsar Lombok Barat , Massa marah karena ada jemaah Ahmadiyah kembali ke Kampung mereka dari pengungsian . Pengrusakan itu terjadi hanya satu jam setelah Bupati Lombok Barat Zaini Arony memberikan penjelsan kepada warga tentang Solusi yang diambil pemerintah untuk menyelesaikan kasus itu . Massa marah sebab melihat sudah ada sejumlah warga Ahmadiyah kembali menempati rumah mereka di Kampung Ketapang . Warga yang marah berteriak-teriak agar warga Ahmadiayh yang masih ada didalam rumah keluar dan meninggalkan kampung itu . Massa semakin beringas dan melakukan sweeping ke rumah-rumah itu sembari melakukan pengrusakan . Mereka merobohkan tembok-tembok rumah , merusak bagian rumah bahkan berusaha melakukan pembakaran . Aparat saat kedian awal belum siaga karena jumlahnya sedikit . Tetapi karena situasi semakin sulit dikendalikan sekitar 100 aparat Polres Lombok Barat dibantu aparat TNI AD berusaha mencegah massa melakukan pengrusakan lebih lanjut . Aparat mencegah massa melakukan pembakaran dengan menyita jerigan minyak tanah yang akan digunakan untuk membakar rumah warga Ahmadiyah . Hanya satu rumah yang dibakar sedangkan 22 rumah lainnya di rusak massa . Kapolres Lombok Barat AKBP Agus Supriyanto membantah bahwa aparatnya tidak mampu mengendalikan situasi . Ia menegaskan aparat melakukan pengendalian dengan mengedepankan langkah persuasif sebab sebagian besar massa adalah remaja dan anak-anak . Pihak Polres akan menyelidiki kasus perusakan tersebut tentang motivanya, sebab peristiwa itu terjadi setelah ada kesepakatan untuk mencari solusi mengatasi masalah itu dalam pertemua n dengan Bupati Lombok Barat. Sebelumnya usai sholat jumat di Masjid Huratul Ain Dusun ketapang, Bupati Lombok Barat H Zaini Arony, beserta sejumlkah Kepala Dinas, memberikan penjelasan kepada warga terkait persoalan Ahmadiyah. Dalam pembicaraan itu Bupati mengeluarkan 4 opsi untuk Ahmadiyah, diantaranya: menegaskan bahwa sikap pemerintah kabupaten Lombok Barat telah jelas, pertama berdasarkan

Keputusan Bupati Lombok Barat sebelumnya tahun 2005, faham Ahmadiyah dinyatakan dilarang di seluruh wilayah Lombok Barat serta dilarang untuk disebarkan. Kedua telah dibuatkan solusi untuk Ahmadiyah dengan merelokasi mereka ke Teluk Sepi di Sekotong, mengingat di ketapang mereka sudah tidak diterima, saya melihat dari sisi kemanusiaan untuk mencari jalan keluar bagi Ahmadiyah ini, tetapi mereka justru tidak meresponnya, malah menanyakan fasilitas yang akan dibangun di tempat mereka direlokasi kata zaini disambut tepuk tangan dan teriakan kebencian warga. Opsi ketiga adalah tawaran transmigrasi bagi warga Ahmadiyah ke Kalimantan dan Sulawesi serta opsi ke empat adalah membeli asset warga Ahmadiyah dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya sebesar Rp 710 juta rupiah, dan itu telah dianggarkan. Namun menueur zaini warga Ahmadiyah justru menolak harga tersebut dan menawarkan Rp 1,5 milyar. itu artinya mereka mencari-cari hal, padahal kita kan sudah siapkan uang untuk membeli asetnya kata Zaini. Apapun yang diucapkan Bupati Lombok Barat ini terkait Ahmadiyah disambut tepuk tangan warga yang kemudian mengucapkan kata-kata kebencian mereka pada Ahmadiyah. Tak lebih dari 1 jam Bupati meninggalkan Dusun Ketapang, massa bergerak dan merusak rumah-rumah milik jemaah Ahmadiyah. Perusakan tersebut mereukan kejadian kedua setelah rumah yang sama dan dihuni 133 jiwa jemaah Ahmadiyah dirusak dan dibakar massa tahun 2006 silam. Kini ratusan jemaah Ahmadiyah itu masih bertahan di tempat pengungsian Asrama Transito Mataram. Keinginan mereka kembali ke kampong halaman, mengingat tak ada kepastian nasib mereka. Pemerintah seolah tutup mata terhadap apa yang mereka butuhkan. Sarim Ahmad mengaku berharap ada solusi terbaik yang diberikan pada mereka, bukan menciptakan kebencian-kebencian atas keberadaan mereka yang telah teraniyaya. kami ini mau kemana saja, asal ada kejelasan nasib kami dan keluarga kami, kami ini tidakpernah diakui sebagai warga Negara karena semua pihak menolak membuatkan KTP untuk kami, saya sempat punya KTP dan sekarang sudah mati/kadaluarsa kata Sarim. ( Inanalif/infosketsa.com ) GUBERNUR NTB MENCEGAH PENYEBARANX

Anda mungkin juga menyukai