Anda di halaman 1dari 4

Press Release

Kick Off Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bappenas, kementerian terkait, pihak swasta, dan Pemerintah Daerah secara bersama-sama telah melakukan kick off (dimulainya) Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Penyusunan masterplan ini merupakan tindak lanjut dari direktif Presiden yang disampaikan pada retreat Bogor pada 30 Desember 2010 dan Raker Presiden di JCC tanggal 10 Januari 2011. Pengembangan Masterplan ini diharapkan dapat diselesaikan pada akhir Maret, dan hasilnya akan diluncurkan oleh Presiden bersamaan dengan peresmian proyek-proyek tertentu pada awal April, 2011. 2. Penyusunan masterplan tersebut melibatkan sekitar 400 peserta yang terdiri dari para Menteri/Pimpinan Non Kementerian/Lembaga dan Pejabat Eselon I, para Gubernur, ketua dan anggota Komisi Ekonomi Nasional (KEN) dan Komite Inovasi Nasional (KIN), BUMN, perwakilan asosiasi dan dunia usaha, serta para pakar dan akademisi. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan masterplan ini diharapkan akan menjadi pelaku sejarah, karena pengembangan masterplan ini merupakan langkah awal untuk mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 10 besar dunia di tahun 2025, dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, pertumbuhan ekonomi riil harus sekitar 7%-8% per tahun secara berkelanjutan. 3. Penyusunan masterplan ini tidak dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang ada, namun akan menjadi dokumen komplementer untuk menjawab tantangan dan dinamika pembangunan Indonesia saat ini, yaitu: kompetisi regional dan global yang semakin menguat, mengoptimasi pengembangan
1

potensi daerah, sinergi antara pengembangan ekonomi kewilayahan dengan pengembangan ekonomi sektoral, dan daya dukung infrastruktur. Hasil penyusunan masterplan akan diintegrasikan kedalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional melalui RPJMN dan RKP. 4. Sedangkan program-program lain, misalnya pembangunan sosial dan ekonomi rakyat, penanggulangan kemiskinan, pertahanan dan keamanan masih tetap menjadi prioritas dan dilakukan melalui program-program regular dengan mengacu pada RPJMN/RPJMD, Renstra, RKP/RKPD dan dibiayai melalui APBN dan APBD. 5. Pengembangan masterplan ini dilakukan dengan pendekatan terobosan bukan business as usual melalui: pertama, pihak swasta akan diberikan peran penting dalam pengembangan master plan ini, dibantu oleh pihak pemerintah yang akan bertindak sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Kedua, penguatan koordinasi lintas kementerian sektor dan antara kementerian sektor dan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya, dunia usaha akan menjadi aktor utama dalam kegiatan investasi, produksi dan distribusi. 6. Penyusunan masterplan akan dilakukan secara intensif selama 2 (dua) bulan, yang mana para peserta akan terbagi menjadi 6 (enam) gugus tugas berbasis koridor ekonomi, dan 8 (delapan) kelompok kerja sektor. Masing-masing gugus tugas dan kelompok kerja sektor akan terdiri dari perwakilan swasta, BUMN, kementerian sektor terkait, pemerintah daerah, para pakar dan akademisi. 7. Masing-masing gugus tugas dan kelompok kerja sektor akan duduk bersama untuk mendiskusikan kekuatan, peluang dan tantangan serta merumuskan strategi pengembangan 8 (delapan) program utama yang meliputi: sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan pengembangan kawasan strategis nasional. Mereka diharapkan dapat menghasilkan produk Rencana Aksi yang bukan pada tataran konsep umum dan normatif, tetapi spesifik, konkret, workable dan implementable.
2

8. Fokus program utama meliputi 18 kegiatan prioritas yaitu industri besi-baja, makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet, kakao, perikanan, pariwisata, telematika, batubara, minyak dan gas, serta pengembangan metropolitan Jabodetabek dan pembangunan kawasan Selat Sunda. Bahan dasar yang akan menjadi landasan pembahasan di setiap gugus tugas dan kelompok kerja sektor dalam penyusunan masterplan ini adalah rancangan masterplan pengembangan ekonomi koridor dan konektivitas yang sudah diselesaikan pada akhir tahun 2010. 9. Strategi penyusunan masterplan meliputi 3 (tiga) elemen utama yaitu: (a) mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia, dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan disetiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan atau kawasan ekonomi khusus yang berbasis sumber daya unggulan (komoditi); (b) memperkuat konektivitas nasional, yang meliputi konektivitas intra dan inter pusat-pusat pertumbuhan, intra pulau (koridor), dan pintu perdagangan internasional; (c) mempercepat kemampuan iptek nasional untuk mendukung pengembangan program utama. 10. Koridor Ekonomi Indonesia (KEI) diharapkan akan menjadi mesin pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja yang dapat mendorong banyak perubahan positif bagi pengembangan wilayah, melalui: pertama, KEI tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan ekspor sumber daya alam, namun lebih pada penciptaan nilai tambah. Dalam hal ini pelaku swasta akan menjadi aktor utama dalam kegiatan hilirisasi. Kedua, KEI tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi ekonomi pada daerah tertentu namun lebih pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif. Hal ini memungkinkan semua wilayah di Indonesia untuk berkembang sesuai potensinya masing-masing. 11. Ketiga, KEI tidak menekankan pembangunan ekonomi yang dikendalikan oleh pusat, namun lebih ditekankan pada upaya sinergi pembangunan sektoral dan wilayah untuk meningkatkan keuntungan komparatif dan kompetitif secara nasional dan global. Keempat, KEI
3

tidak menekankan pembangunan transportasi darat saja, namun pada pembangunan transportasi yang seimbang antara darat, laut, dan udara. Kelima, KEI tidak menekankan pada pembangunan infrastruktur yang mengandalkan anggaran pemerintah semata, namun juga pembangunan infrastruktur yang menekankan kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS). 12. Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia diharapkan dapat menghasilkan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kebutuhan pembangunan infrastruktur tahap 1 (sampai dengan tahun 2014) sekitar US$ 150 milyar. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah, sebagai fasilitator dan katalisator, akan memberikan beberapa dukungan berupa insentif fiskal dan finansial, jaminan proyek, dan yang tak kalah penting adalah penyiapan kelembagaan, kerangka peraturan terkait, serta dukungan kemudahan pelayanan publik dari pemerintah daerah serta penyiapan Project Development Facility (PDF),

Jakarta, 17 Februari 2011.


(final)

Anda mungkin juga menyukai