Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN
1. Konsepsi Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu ideologi yang mencipta dan mempertahankan kedaulatan sesebuah negara (dalam bahasa Inggeris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identiti bersama untuk sekumpulan manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kesahihan politik" (political legitimacy). Ianya berpunca dari teori romantisme iaitu "identiti budaya", hujah liberalisme yang menganggap kesahihan politik adalah berpunca dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua-dua teori. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini. Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketenteraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperi yang dinyatakan di bawah. Para saintis politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrim seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.

Beberapa bentuk nasionalisme : Nasionalisme boleh menonjolkan dirinya sebagai sebahagian ideologi negara atau gerakan (bukan negara) yang popular berdasarkan pendapat sivik, etnik, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya saling kait-mengait dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau kesemua elemen tersebut. Nasionalisme sivik (atau nasionalisme sivil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi kesahihan politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula dibangunkan oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku bertajuk On the Social Contract (atau dalam Bahasa Melayu "Mengenai Kontrak Sosial"). Nasionalisme etnik adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi kesahihan politik dari budaya asal atau etnik sesebuah masyarakat. Ianya dibangunkan oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa German untuk "rakyat"). Nasionalisme romantik (juga dipanggil nasionalisme organik, nasionalisme identiti) adalah lanjutan dari nasionalisme etnik dimana negara memperolehi kesahihan politik secara semulajadi ("organik") hasil daripada bangsa atau ras; menurut semangat Romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada kewujudan budaya etnik yang menepati idealisme Romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi kesahihan politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Cina yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan dimana golongan Manchu serta ras-ras minoriti lain masih dianggap sebagai rakyat negara

Cina. Kesediaan dinasti Quing untuk menggunapakai adat istiadat Cina membuktikan keutuhan budaya Cina. Malah ramai rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Cina sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak China kerana kerajaannya berfahaman komunisme. Nasionalisme kenegerian ialah variasi kepada nasionalisme sivik, selalunya digabungkan dengan nasionalisme etnik. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehinggakan ia diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalunya kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokratik. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu hujah yang ulung, seolah-olah ia membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporari, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Sepanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitari dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgium, yang secara ganasnya menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih autonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Corsican. Secara sistematik, bila mana nasionalisme kenegerian itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdish, pembangkangan di antara kerajaan pusat yang kuat di Sepanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan dan Corsican. Nasionalisme keagamaan ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi "political legitimacy" dari persamaan agama. Zionisme di Israel adalah satu contoh yang baik. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnik adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Ireland semangat nasionalisme adalah berpunca dari persamaan agama mereka iaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut parti BJP adalah berpunca dari agama Hindu.

Namun demikian, bagi kebanyakan kumpulan nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kumpulan tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme kaum Irish dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Ireland bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi sematamata. Mereka berjuang untuk menegakkan ideologi yang bersangkut paut dengan Ireland sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Ireland. Justeru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.

2. Sebab-Sebab Timbulnya Nasionalisme


Nasionalisme muncul dibelahan negara-negara dunia. Akan tetapi, faktor penyebab timbulnya nasionalisme di setiap benua berbeda. Nasionalisme Eropa muncul disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut. a Munculnya paham rasionalisme dan romantisme. b. Munculnya paham aufklarung dan kosmopolitanisme. c. Terjadinya revolusi Prancis. d. Reaksi atau agresi yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte. Nasionalisme Asia muncul disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut. a. Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau. b. Imperalisme c. e. f. Pengaruh paham revolusi Prancis. Piagam Atlantic charter. Timbulnya golongan terpelajar. d. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia.

3. Perkembangan Nasionalisme Indonesia dari Masa ke Masa


Nasionalisme Indonesia sebagai fenomena historis tidak bisa dilepaskan dari konteks sejarah perkembangan munculnya gagasan negara bangsa (nation state) di Eropa. Sebab, gagasan nasionalisme kita diinspirasikan oleh gagasan-gagasan

nasionalisme Eropa yang terbentuk akibat terjadinya ekspansi kapitalisme, semaraknya humanism secular dan agnotisisme serta, ini mungkin yang terpenting, konflik sengit (schisme) antara kekuasaan gereja dengan para kaisar. Munculnya nasionalisme Italia di zaman Renaisans (Abad XIV-XVI) yang dipelopori Niccolo Machiavelli merupakan salah satu contoh yang menunjukkan unsur-unsur penggerak kemunculan nasionalisme Barat. Perkembangan Nasionalisme : Tahap Pertama 1. Penentangan masyarakat secara terbuka tetapi bersifat setempat & tidak berorganisasi. 2. Faktor Isu-isu kebudayaan, agama, & hak peribumi. 3. Dipimpin oleh golongan pertengahan yang berpendidikan Barat & Asia Barat. 4. Menekankan kesedaran politik. 5. Menuntut hak-hak mereka dikembalikan & taraf hidup mereka dibaiki. 6. Tidak meminta kemerdekaan. Tahap Kedua 1. 2. 3. Gerakan nasionalisme yang lebih radikal & berorganisasi. Sebab Gagal dalam sifatnya yang serdehana dalam tahap pertama. Dipimpin oleh golongan yang berpendidikan serta berpengetahuan luas dalam bidang kebudayaan & ilmu pengetahuan Barat supaya menyedari perubahan yang diperkenalkan oleh penjajah serta kesannya terhadap bangsa & negara. 4. Matlamat menuntut kemerdekaan & membentuk kerajaan sendiri yang berdaulat.

4. Analisis Kritis Nasionalisme Indonesia Dewasa ini


Dewasa ini, nasionalisme dan nasionalitas di Indonesia menjadi fokus analisis para intelektual di dalam dan luar negeri. Salah satu analis Barat, belum lama ini, Prof Dr. Robert I Rotberg, Direktur Program Konflik Jhon F Kennedy School of

Government, Harvard University, AS, menegaskan bahwa krisis multi dimensi di Indonesia membutuhkan solusi yang efektif dan cepat. Bagi Indonesia, sangat penting memiliki para pemimpin yang kuat, visioner dan legitimate. Ketiganya merupakan suatu keharusan, sebagai conditio sine qua non mengingat Indonesia saat ini berada dalam zona bahaya atau zona merah dari sebuah negara bangsa (nation building) lemah yang bergerak menuju negara yang gagal. Dalam pandangan Rotberg, Indonesia akan selamat dan terlindung dari bahaya menjadi negara bangsa yang gagal, apabila memiliki kepemimpinan yang kuat dan visioner serta ada komitmen untuk membantu Indonesia dalam bidang ekonomi dan rekonstruksi sosial, khususnya dalam upaya penegakan hukum.1 Rotberg juga berpendapat bahwa Indonesia akan menghadapi masa-masa sulit dalam beberapa tahun mendatang dan memerlukan kepemimpinan yang berbobot dan kuat untuk menghindari terjadinya negara gagal dan disintegrasi. Persoalan yang serius yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah perekonomian yang lemah, gerakan separatisme Aceh dan Papua, serta konflik sosial. Apabila konflik di Maluku dan Poso tidak segera ditangani dan perlucutan senjata tidak dilakukan, Rotberg khawatir konflik berlatar belakang perbedaan etnis, agama atau bahasa akan berkembang di daerah-daerah lain tanpa sebab yang jelas. Di sini perlunya penguatan pemerintah berdasarkan hukum desentralisasi tanpa perpecahan, sekaligus penguatan nilai-nilai politik secara nasional. Indonesia memiliki keuntungan adanya sentimen nasional yang kuat tetapi sekaligus memiliki sumber-sumber yang potensial menciptakan instabilitas politik atau ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada kepemimpinan yang kuat dan visioner. Ada empat kategori negara bangsa yakni negara bangsa yang kuat, lemah, gagal dan runtuh. Fenomena kegagalan negara bukan hal yang baru di dunia. Setelah keruntuhan Uni Soviet, dari jumlah 192 negara yang berada dalam transisi demokrasi,

di antaranya banyak yang lemah dan menghadapi bahaya menuju kegagalan. Gagal dan diantaranya telah gagal pada tahun 1990 dan beberapa diantaranya telah runtuh. Sejak periode itu konflik dalam negara sangat banyak terjadi yang mengakibatkan sedikitnya sembilan juta orang tewas dan empat juta menjadi pengungsi di negaranya sendiri. Ini merupakan ancaman bagi tertib dunia. Dalam keadaan sekarang dunia tidak dapat lagi mengambil jarak terhadap kebersamaan negara yang lemah atau gagal. Kegagalan negara berdampak tidak hanya pada situasi keamanan dan kedamaian di negara bersangkutan, tetapi juga negara-negara tetangga dan tertib dunia secara keseluruhan. Karena itu merupakan sesuatu yang imperatif bagi masyarakat internasional dan organisasi-organisasi multinasional untuk mencegah suatu negara menjadi lemah dan gagal. Kelemahan atau kegagalan negara bangsa, berasal dari faktor-faktor fisik geografis, faktor sejarah akibat kesalahan-kesalahan pada masa kolonial, kebijakan luar negeri atau kesalahan lainnya. Namun, faktor utama kegagalan suatu negara lebih karena faktor manusia. Keputusan-keputusan yang salah dan merusak dari para pemimpin memberikan berkontribusi yang besar terhadap kegagalan negara. Meminjam bahasa Rotberg, indikator negara yang kuat antara lain tingkat keamanan dan kebebasan yang tinggi, perlindungan lingkungan untuk menjadi pertumbuhan ekonomi, sejahtera dan damai, yang kesemuanya bisa dimungkinkan kalau ada pemimpin yang kuat dan didukung rakyat. Sebaliknya negara-negara yang gagal cenderung menghadapi konflik yang berkelanjutan, tidak aman, kekerasan komunal, maupun kekerasan negara sangat tinggi, permusuhan karena etnik agama ataupun bahasa, teror, jalan-jalan atau infrastruktur fisik lainnya dibiarkan rusak. Dari beberapa negara bangsa yang gagal, diantaranya Yugoslavia, Sierra Lione, Sudan2 dan Afghanistan3. Negara-negara itu tidak memiliki penguasa dan otoritas di dalam batas-batas wilayah negara dan otoritas negara berpindah ke tangan panglima-panglima perang. Seolah rakyat hidup tanpa pemerintahan, tanpa keamanan, tanpa infrastruktur fisik untuk masyarakatnya. Ada sekitar 42 negara di dunia saat ini yang dalam kondisi lemah menuju kegagalan atau runtuh, antara lain di bekas wilayah Soviet, Balkan, Afrika, Amerika Latin dan Asia.
2

DAFTAR PUSTAKA

Nurul.2008. Just another WordPress.com weblog.Jakarta : Nasionalisme Dault, Adhyaksa. 2004. Pengantar Ke Falsafah Sains. Bogor : Makalah Dr Ahmad Suhelmi. 2008. Kebangkitan Nasionalisme Indonesia. Jakarta Partai Politik. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme. Jakarta: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

11

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas rahmatnya makalah kami yang berjudul Nasionalisme Indonesia dapat kami selesaikan dengan baik dan benar. Penyusunan makalah ini semuanya tidak lepas dari pesan serta teman-teman yang menyusun makalah ini dengan kerja sama yang baik dan benar. Bagian awal makalah ini memaparkan konsepsi nasionalisme. Bahasan selanjutnya sebab-sebab timbulnya nasionalsme. Makalah ini memacu terhadap siswa agar bisa mencapai dan mempertahankan identitas kesatuan dan bertekad untuk membentuk suatu bangsa yang actual. Akhir kata dari kami, kami ucapkan terimakasih kepada semua mahasiswa yang ikut berperan dalam penyusunan makalah ini dan sekali lagi kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengajar kami Bapak Sutoyo,SH.M.Hum yang mengarahkan kami dalam pembuatan makalah ini dengan baik dan benar.Makalah yang sudah kami susun ini tidak luput dari kekurangan suatu apapun, mohon kiranya pembaca bersedia memberikan kritik dan saran atau masukan untuk mengisi kekurangan dan mendekati kesempurnaan, baik diambil dari sumber lain maupun dari media elektronik lainnya.

ii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini kita sering melihat bangsa Indonesia terpecah belah terbukti dengan terjadinya perang antar suku, perang antar agama dan adanya daerah-daerah yang ingin merdeka sendiri. Bangsa Indonesia lupa, dulu bangsa Indonesia bisa mengalahkan penjajah karena terpecah belah dan dapat mengalahkan penjajah karena bersatu atau mempunyai jiwa Nasionalisme. Mengingat pentingnya nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka diharapkan makalah ini dapat memecahkan masalah tersebut. Makalah ini akan membahas tentang konsepsi Nasionalisme, sebab-sebab timbulnya Nasionalisme, perkembangan Nasionalisme Indonesia dari masa ke masa, dan analisis kritis Nasionalisme Indonesia dewasa ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana cara menumbuhkan jiwa Nasionalisme Bangsa Indonesia. C. Tujuan Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah untuk menumbuhkan jiwa Nasionalisme Bangsa Indonesia.

DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................... ..........................................................................................................................................i KATA PENGANTAR ................................................................................................... ..........................................................................................................................................ii DAFTAR ISI .................................................................................................................. ..........................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. ..........................................................................................................................................1 A. Latar Belakang .................................................................................................... ..............................................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... ..............................................................................................................................1 C. Tujuan ................................................................................................................. ..............................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... ..........................................................................................................................................2 1. Konsepsi Nasionalisme ....................................................................................... ..............................................................................................................................2 2. Sebab-sebab Timbulnya Nasionalisme ............................................................... ..............................................................................................................................5 3. Perkembangan Nasionalisme Indonesia dari Masa ke Masa .............................. ..............................................................................................................................5 4. Analisis kritis Nasionalisme Indonesia Dewasa ini ............................................ ..............................................................................................................................6 BAB III PENUTUP ....................................................................................................... ..........................................................................................................................................10 A. Kesimpulan ........................................................................................................ ..............................................................................................................................10 B. Saran.................................................................................................................... ..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... ..........................................................................................................................................11

iii

*TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA* NASIONALISME

Nama Kelompok 3:
1. Dhimas Rony Wijarnako 2. Taufik Afandi 3. Mariatul Kiptiyah 4. Yudha Wahyu Hidayat

(108121409921) (208121411647) (208121411648) (208121411649) (208121411653)

5. Yuni Arianti

BAB III

PENUTUP
A. B. Kesimpulan Saran

10

Anda mungkin juga menyukai