Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN Kepemimpinan sejak lama telah ada dan merupakan elemen penting dalam suatu organisasi/kelompok, baik

formal maupun informal. Pemimpin perlu melakukan fungsinya secara proporsional agar pencapaian tujuan kelompok terjamin baik serta menghindari perilakuperilaku non fungsional, karena dapat menghambat tercapainya tujuan.. Nilai penting kepemimpian (leadership) dalam menyelenggarakan urusan-urusan kemasyarakatan sudah disadari sejak permulaan sejarah. Kepemimpinan telah sejak lama menarik perhatian para ilmuwan (scientist) dan para praktisi, karena istilah kepemimpinan itu sendiri sering diasosiasikan dengan orang-orang yang dinamis dan kuat, yang umumnya me-mimpin bala tentara, mengendalikan perusahaan baik besar maupun kecil, atau menentukan arah suatu negara / bangsa. Meski telah lama diperbincangkan oleh berbagai kalangan, namun penelitian ilmiah tentang kepemimpnan baru dimulai abad XX (Yukl, 1989). Adapun fokus dari kebanyakan penelitian itu adalah hal-hal yang menjadi penentu efektivitas kepemimpinan (Locke & Associates, 1997). Oleh sebab itu para ilmuwan keperilakuan telah berusaha mengungkapkan berbagai faktor seperti ciri-ciri, kemampuan, perilaku, sumber-sumber kekuasaan dan situasi yang menentukan baik tidaknya seorang pemimpin mempengaruhi para pengikutnya dalam mencapai tujuan kelompok. Di dalam suatu organisasi, di mana ditemukan kegiatan-kegiatan kelompok, adanya kepemimpinan sangatlah diperlukan. Sebab dengan adanya kemepimpinan maka kegiatan kelompok menjadi terarah dan pencapaian tujuan menjadi lebih mudah dan efektif. Dengan kata lain syarat bagi berlangsungnya kehidupan kelompok atau organisasi yang sehat, sesuai dengan tujuan pembentukan kelompok atau organisasi. kepemimpinan mengandung asas-asas pokok yang perlu pada diri setiap pemimpin, di organisasi apapun dan pada level manapun dia berada.

BAB II DEFINISI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang lain untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama (Locke & Associates, 1997). Sedangkan Grimes (1978) dan Hollander (1978) dan Gibson et al. (1996) menyatakan peran kepemimpinan sangat besar untuk memotivasi anggota organisasi dalam memperbe-sar energi untuk berperilaku dalam upaya mencapai tujuan kelompok. Tyson & Jackson (1992 : 84) menambahkan bahwa meskipun kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang meliputi transaksi terus-menerus antara pemimpin dan pengikut, yang lain menganggap bahwa minimal ada tiga kondisi yang perlu dipuaskan jika kepemimpinan terjadi, yaitu : (1) pemimpin harus menunjukkan penyebab terjadinya sesuatu; (2) hubungan an-tara perilaku pemimpin dan pengaruhnya harus dapat diamati; serta (3) harus ada perubahan-perubahan yang riil dalam perilaku anggota organisasi dan dalam hasil akhir yang berikutnya sebagai konsekwensi tindakan pemimpin. Hal ini diperkuat lagi oleh Stogdill (dalam Tyson & Jackson, 1999 : 85) yang menyatakan beberapa faktor kepribadian pemimpin lebih kuat dibanding para pengikut, sehingga dapat mempengaruhi perilaku para pengikut. Kategori kepemimpinan dapat dibagi ke dalam tiga eleman, yaitu: 1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi / hubungan (relational concept). Dalam hal ini kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang-orang lain, seperti antara pemimpin dengan pengikut. Jika tidak ada pengikut, maka tidak ada yang disebut pemimpin.

2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, maka pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti yang telah diteliti oleh Gardner (1989), kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu posisi otoritas / kewenangan. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, tapi sekedar mendu-duki posisi itu tidak memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin. 3. Kepemimpinan harus membujuk orangorang lain untuk mengambil suatu tindakan. Pemimpin membujuk para pengikutnya ,elalui berbagai cara, seperti menggunakan restrukturisasi kewenangan dan yang terlegitimasi, menciptakan model, memberikan imbalan dan hukuman (reward & punishment), sebuah visi. organisasi mengkomunikasikan

BAB III TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN Di berbagai text books, bisa ditemui banyak teori tentang kepemimpinan, namun hanya ada beberapa saja yang penting. Teori-teori kepemimpinan sekaligus juga merupakan cara pendekatan yang dipakai oleh para pakar di dalam melakukan studi di bidang kepe-mimpinan. Di antara teori-teori kepemimpinan yang dianggap penting itu adalah sebagai berikut: 1. Teori sifat (Trait theory). Teori ini merupakan suatu pendekatan yang mempertanyakan sifat-sifat apakah yang membuat seseorang menjadi pemimpin. Dari teori inilah mun-cul pernyataan-pernyataan (statements) ilmiah yang mengemukakan bahwa kepemim-pinan itu dilahirkan pada seorang pemimpin. 2. Teori kelompok (Group theory). Teori ini beranggapan bahwa agar suatu kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus ada suatu pertukaran yang positif antara pemimpin (leader) dengan pengikutnya (followers). 3. Teori Situasional dan Model Kontingensi. Teori ini merupakan pendekatan dalam studi kepemimpinan yang berangkat dari asumsi bahwa kepemimpinan seseorang ditentukan oleh berbagai faktor situasional dan saling ketergantungan sama lain (interdependensi).

BAB IV GAYA KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP STYLE) Ada berbagai sudut pandang jika ingin melihat gaya kepemimpinan (leadership style). Jika kta melihat dari sudut perilaku pemimpin, maka ada yang bergaya dari otokritik hingga gaya demokratik. Kedua sifat ekstrem tersebut dipengaruhi oleh intensitas penggu-naan kekuasaan oleh pemimpin dan penggunaan kebebasan oleh pengikut. Kombinasi dari kedua faktor inilah yang menentukan pada tingkat mana seorang pemimpin memprak-tekkan perilaku kepemimpinannya. Di samping itu, masih ada beberapa pendapat tentang gaya kepemimpinan yang diajukan oleh para pakar yang kesemuanya dapat ditelusuri dalam beberapa literatur kepe-mimpinan, organisasi dan manajemen. Studi dari Ohio State University dan Michigan State University (Hofstede, 1990) misalnya mengemukakan dua orientasi utama pemimpin di dalam menerapkan kepemimpinannya, yaitu orientasi pada hubungan kemanusiaan dan orientasi pada struktur tugas. Dari kedua macam orientasi tersebut, bila divisualisasikan ke dalam suatu kotak yang dibagi empat kuadran, maka terdapat hubungan rendah tugas rendah (kiri bawah), hubungan rendah tugas tinggi (kanan bawah), hubungan tinggi tugas rendah (kiri atas), dan hubungan tinggi tugas tinggi (kanan atas).

BAB V FUNGSI KEPEMIMPINAN Dari begitu banyak fungsi kepemimpinan, ada dua fungsi yang paling penting, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Fungsi tugas berkenaan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan untuk memilih dan mencapai tujuan-tujuan secara rasional, sedangkan fungsi pmeliharaan berhubungan dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat atau untuk keberadaan organisasi. Perincian fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Tugas : menciptakan kegiatan, mencari informasi, memberi informasi, memberi pendapat, menjelaskan, mengkoordinasikan, meringkaskan, menguji kelayakan, meng-evaluasi dan mendiagnosis. 2. Fungsi Pemeliharaan : mendorong semangat, menetapkan standar, mengikuti, meng-ekspresikan perasaan, mengambil konsensus, menciptakan kehamonisan dan mengu-rangi ketegangan / tensi. Kesemua perilaku fungsional di atas perlu dilakukan oleh pemimpin agar pencapaian tujuan dan kepuasan anggota kelompok serta para pengikutnya dapat dicapai secara efektif (tepat guna). Perilaku non fungsional di lain fihak adalah perilaku-perilaku yang sedapat mungkin harus dihindari karena dapat menghambat pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Perilaku-perilaku non fungsional yang dimaksud di antaranya sebagai berikut : sifat agresi / menyerang, memanfaatkan kelompok untuk kepentingan pribadi, bersaing tak sehat, men-cari muka, mencari pengakuan, mengalihkan pokok permasalahan yang sebenarnya dan menghalang-halangi kemajuan. Perilaku-perilaku fungsional dan non fungsional akan selalu dijumpai di tempat-tempat di mana kepemimpinan dilaksanakan, sehingga sangat perlu diperhatikan untuk dicermati, agar bisa dipakai sebagai

bahan dalam menganalisis keadaan kelompok / or-ganisasi di mana hal itu dilakukan. Psikologi kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi utama seorang pemimpin ada-lah mengembangkan sistem motivasi yang efektif, agar para pengikut (bawahan) mau bekerja sesuai yang diperintahkan oleh pemimpin yang bersangkutan. Dalam hal ini se-orang pemimpin haruslah mampu melakukan suatu stimulasi / rangsangan terhadap peng-ikut / bawahan sedemikian rupa agar dapat memberikan sumbangan positif bagi tujuan-tujuan organisasi, di samping memuaskan kebutuhankebutuhan pribadinya. Dengan demikian, dari dua pendekatan atau teori tentang psikologi kepemimpinan yang paling sering dibahas, yaitu teori tingkat kebutuhan Maslow (kebutuhan fisik, kebu-tuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaam dan kebutuhan aktualisasi diri) dan teori kekuasaan French & Raven (kekuasaan paksaan, kekuasaan imbalan, kekua-saan legitimasi, kekuasaan keahlian dan kekuasaan referensi), maka teori yang pertama (teori tingkat kebutuhan Maslow) dapat menjadi model atau pedoman bagi pemimpin da-lam mengembangkan sistemmotivasi yang paling efektif. Dengan berdasarkan teorinya Maslow tersebut, seorang pemimpin akan menyadari bahwa seseorang tidak hanya hidup dengan makan saja, tetapi juga memerlukan pertum-buhan psikologis, sehingga nantinya pemimpin tersebut memperoleh kontribusi optimal dari bawahannya dan kepemimpinannya menjadi efektif. Uraian yang lebih baik mengenai pengertian pemimpin efektif dalam hubungannya dengan para bawahan adalah jika pemimpin mampu meyakinkan para pengikut bahwa ke-pentingan pribadi para pengikut menjadi bagian dari visi pemimpin itu sendiri, serta mampu meyakinkan juga bahwa mereka punya andil untuk sama-sama mengimplemen-tasikan dalam kegiatan yang akan dilakukan nantinya (Locke & Associates, 1997).

Pada dasarnya, tindakan memotivasi bisa dilakukan dengan cara : 1. Meyakinkan para pengikut bahwa visi organisasi (dan peran para pengikut di dalamnya) adalah penting dan bisa dicapai; 2. Menantang para bawahan dengan berbagai sasaran, proyeksi, tugas dan tanggungjawab yang memungkinkan mereka mendapatkan suatu perasaan sukses dan meraih prestasi yang bersifat pribadi maupun organisasional; dan 3. Memberi imbalan berpa penghargaan (reward), uang dan kenaikan jabatan pada para bawahan yang berhasil baik / berprestasi.

BAB VI KESIMPULAN Sebagai kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa

kepemimpinan itu sejak lama telah ada dan merupakan elemen penting dalam suatu organisasi/kelompok, baik formal maupun informal. Pemimpin perlu melakukan fungsinya secara proporsional agar pencapaian tujuan kelompok terjamin baik serta menghindari aspek perilaku-perilaku kepemimpinan non serta fungsional, karena dapat menghambat tercapainya tujuan. Pemahaman terhadap berbagai kebutuhan manusia, termasuk pengikut / bawahan, penting sekali bagi seorang pemimpin, karena hal tersebut berkaitan sekali dengan motivasi. Dengan memahami kebutuhan pengikut, maka pemimpin akan dapat menentukan cara-cara yang tepat untuk dipakai dalam memotivasi pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga akhirnya harus disadari bahwa peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangatlah penting,.

DAFTAR PUSTAKA http://www.jurnal-kopertis4.org/file/kopwil4-389.doc. Gibson, James L., John M. Ivancevich and James H. Donnely, 1996. Organisasi (Perilaku, Struktur, Proses). Jilid I, Edisi Kedelapan, Binarupa Aksara, Jakarta. http://www.jurnal-kopertis4.org/file/kopwil4-389.doc.

10

Anda mungkin juga menyukai