Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejak umat islam mulai meninggalkan tradisi-tradisi di bidang penelitian dan sains
pada abad ke-XIII, setelah hampir lima abad memegang kendali hegemoni ilmu
pengetahuan. Maka praktis, umat islam tidak mampu mengungkap pesan Al-Quran secara
utuh dalam bidang sains, padahal sebagian besar ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan selalu diakhiri dengan kata Afalataqiluun atauAfala tadzakaruun, yang
mengajak manusia muslim untuk berfikir dan meneliti atas ciptaan-Nya. Disisi
lain, tradisi ilmu pengetahuan, teknologi dan sains yang kian maju dan berkembang
justru dilakukan oleh bangsa eropa dan AS.. namun dengan ketekunan mereka meneliti
dan mengeksplorasi alam semesta, tidak menambah dan menimbulkan kekaguman
terhadap ciptaan Allah yang serba sempurna dan kompleks. Sebaliknya hal ini malah
terus dieksploitasi mengikuti hawa nafsunya. Akibatnya, pengembangan IPTEKS
tersebut menimbulkan banyak problema kehidupan yang cukup serius dan akut yang
mengarah kepada kehancuran alam semesta, lingkungan bahkan kehidupan manusia itu
sendiri.
Sudah saatnya kini uamt islam merebut kembali hegemoni ilmu pengetahuan yang
hilang, dengan corak IPTEKS yang bernafaskan Al-Quran dan As-sunnah yang
konstruktif dalam mengembangkan peradaban serta melaksanakan fungsi manusia
sebagai khalifah di bumi.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai penggugah untuk mengkaji, dan
meneliti IPTEKS secara serius dan rasional yang berlandaskan Al-Quran dan As-sunnah.









BAB II
PERMASALAHAN

Berdasarkan urainan diatas dapat dirumuskan permasalahan untama yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu
1. Apakah yang dimaksud dengan IPTEKS ?
2. Apakah Integrasi Iman, Ilmu dan Akal ?
3. Apakah keutamaan orang yang berilmu ?
4. Apa tanggung jawab ilmuan terhadap alam lingkungan ?


























BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Ipteks
3.1.1. Definisi Ipteks
Ipteks adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Dalam sudut
pandang filsafat, ilmu berarti pengetahuan yangsudah diklarifikasi, disistemasi, dan
diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta telah diuji
kebenarannya secara ilmiah,sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang diketahui
olehmanusia atau segala sesuatu yang diperoleh manusia baik melalui panca indra,
intuisi, pengalaman maupun firasat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan
manusia yang dikumpulkan melalui prosese pengkajian dan dapat dinalar atau dapat
diterima oleh akal sehat. Dalam pemikiran sekuler, ilmu pengertahuan memiliki tiga
karakteristik yaitu obyektif, netral dan bebas nilai sedangkan menurut pemikiran islam,
ilmu pengetahuan tidah boleh bebas nilai, baik nilau lokal maupun nilai universal.

3.1.2. Sumber Ilmu pengetahuan

=Uu4Og p ;~ W-O7U geUEcjO
jgj4O EO~44 E) jgE
_/=;O4 E7 7/E* -1E4N ^gg

Supaya Dia mengetahui, sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah
Tuhannya, sedang ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu satu per satu (QS Al-jinn: 28)
Dalam pemikiran islam ilmu pengetahuan memiliki dua sumber yaitu akal dan
wahyu. Kedua sumber tersebut tidak boleh dipertentangkan. Ilmu pengetahuan yang
bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi dan tingkat kebenarannya mutlak. Sedangkan
ilmu pengetahuan yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan, tingkat
kebenarannya nisbi, oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu
pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian
ulang atau perbaikankembali.
Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk
kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian mesin atau alat canggih yang
dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi. Teknologi selain
memiliki dampak positif berupa untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia juga
memiliki dampak negatif yaitu ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik obyektif dan neutral. Tetapi dalam situasi tertentu teknologi tidak
netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi untuk menguasai. Oleh
karena itu, penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan ipteks harus senantiasa
berada dalam jalur nilai-nilai keimanan dan kemanusiaan.
3.1.3 Al-Quran sebagai Sumber inspiransi
Setiap bangunan ilmu pengetahuan atau sains selalu berpijak pada tiga pilar utama,
yakni ontologis, aksiologis, dan epistemologis.
Tiga pilar sains islam jelas harus dibangun dari prinsip tauhid yang tersari dalam
kalimat laa ilaaha illallah dan terdiskripsi dalam rukun iman dan rukun islam. Pilar
ontologis, yakni hal yang menjadi subjek ilmu, islam harus menerima realitas material
maupun non material, sebagaimana QS Al-Haqqah (69): 38-39

E NO^~q E) 4p+O^:>
^@g 4`4 4p+O^:> ^@_
Maka aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yng tudak kamu
lihat.

Makhluk tidak dibatasi oleh yang materiil dan terindra. Tetapi juga yang immaterial.
Tatanan ciptaan atau makhluk terdiri dari tiga keadaan fundamental, yaitu keadaan
material, psikis, dan spiritual. Pilar kedua bangunan ilmu pengetahuan adalah pilar
aksiologis, terkaiit dengan tujuan ilmu pengetahuan dibangun atau dirumuskan. Tujuan
utama ilmu pengetahuan islam adalah mengenal Sang Pencipta melalui pola-pola
ciptaan-Nya,

4g~-.- 4pNO7'O4C -.-
V41g~ -41ON~4 _O>4N4
)_)ONLN_ 4pNOO:E4-4C4 O)
-UE= g4O4OO- ^O-4
4L+4O 4` =e^UE= -EOE-
1EgC4 ElE4E:c E4 =-EO4N
jOEL- ^_

Orang-orang yang mengingat allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata)
: Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka ( Ali Imran :191)

Tujuan sains islam adalah mengetahui watak segala sesuatu sebagaimana yang
diberikan oleh allah, sains islam juga bertujuan untuk memperlihatkan kesaatuan hukum
alam, kesalinghubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan
prinsip ilahi.

Pilar ketiga dan terpenting adalah bagaimana atau dengan apa kita mencapai
pengetahuan, pilar epistemologis. Al-quran yang merupakan mukjizat terbesar nabi
SAW, sekaligus merupakan sumber intelektualitas dan spiritual islam, ia merupakan
pijakan bukan hanya bagi agama dann pengetahuan spiritual, melainkan juga bagi
semua jenis pengetahuan.

-EOE- p4O4 +EE4Ug O4-4
OgNO4`4 --+-Ug ^@g

(Al-quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa (Al-Imran : 138)

3.1.3. Batasan Ipteks dalam Islam
Ipteks dan segala hasilnya dapat diterima oleh islam manakala bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil ipteks akan melalaikan seseorang dari dzikir
dan tafakkur, serta mengantarkan kepada rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan
hasil teknologinya yang ditolak, melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan
diarahkan dalam menggunakan teknologi. Dan apabila ipteks sejak semula diduga dapat
menggeserkan manusi dari jati diri dan tujuan penciptaannya, maka sejak dini pula
keberasaannya akan ditolak oleh islam.
Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa art is an expression of
human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi
jiwa seseorang dan hasil dari eksresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari
budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran, dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas
dari nilai ketuhanan tidak akan abad, karena ukurannya adalah hawa nafsu dan bukan
akal budi.
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran moral, aqidah dan syariah, senantiasa
mengukur segala sesuatu dengan pertimbangan-pertimbangan tiga aspek tersebut. Oleh
karenanya, seni yang bertentanagan ataupun merusak moral, aqidah dan syariah, tidak
akan diakui sebagai hasil karya seni. Sehingga semboyan seni ditolak oleh islam.
Dalam perspektif islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, merupakan
pengembangan potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi.
Prestasi gemilang dalam pengembangan ipteks, pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar
menemukan bagaimana proses sunatullah itu terjadi dialam semesta ini, bukan merancang
maupun menciptakan hukum baru diluar sunatullah. Seharusnya temuan-temuan baru
dibidang ipteks membuat manusia semakin mendekatkan diri pada Allah. Bukanya
semakin menjauhi Allah. Sumber pengmbangan ipteks dalam islam adalah wahyu Allah.
Iptek yang islami selalu mengutamakandan mengedepankannkepentingan orang banyak
dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia.
3.2. Integrasi Iman, Ilmu dan Amal
4O> E-^OE =4Og +.-
1E14` LOE)UE LO4:j1C
E4OE4=E `O4ljOC E_U;
e) E_NNO4 O)
g7.EOO- ^gj EO)u>
E_Uq E7 O-gO p^O))
E_)4O C)O;EC4 +.-
41^`- +EE4Ug _^UE
]NOEO4-4C ^g) 52 - 52 brahimI .Qs

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Ayat tersebut menggambarkan secara utuh antara iman, ilmu dan amal, dengan
menganalogikannya dengan bangunan dinul islam bagaikan sebatang pohon yng baik. Iman
identik dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu bagaikan
batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahan, sedang
alam ibaratkan buah dalam pohon.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghsilkan amal
saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan baik
tersebut tidak dibangun diatasnilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dari
keimanan dan ketaqwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
kemaslahatan bagi umat manusia dan alm lingkunagnnya bahkan akan menjadi malapetaka
bagi kehidupan manusia.

3.3. Keutamaan orang yang berilmu

Og^4C 4g~-.- W-EONL4`-47
-O) 1g~ 7 W-OOOE> )
+)UEE^- W-O=O^
gE=O^4C +.- 7 W -O)4 1g~
W-+O=e- W-+O=e ;7O4C
+.- 4g~-.- W-ONL4`-47 7Lg`
4g~-.-4 W-O>q =Ug^-
eE_4OE1 _ +.-4 E)
4pOUEu> OO)lE= ^
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Qs.Al-Mujadilah:11)

Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya
karena dibekali dengan seperangkat potensi. Dan potensi yang paling utama adalah akal,
dengan akal manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. Bagi orang-orang yang berakan dan senantiasa bernalar untuk mengembangkan
ilmunya.
Tentang keutamaan dari orang yang berilmu telah di terangkan secara jelas oleh QS
Al Mujadalah 11 diatas. Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu. Derajat yangdiberikan oleh Allah bisa berupa kemuliaan pangakat,
kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat
yang tinggi dari Allah, manusia harus berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan
kualitas keimanannya dan keilmuannya sengn penuh keikhlasan dan hanya untuk mencari
ridho daari Allah semata.

3.4. Tanggung jawab ilmuan terhadap Alam Lingkungan
^O)4 4~ CG4O gOj^UEUg
O)E+) gN~E} O) ^O- LOEO)UE=
W W-EO7~ NE^_` OgOg }4`
O^NC OgOg lgOEC4
47.4`g].- }^44 E)Ol=O+^
Eg;O4 +Eg-+^4 El W 4~
EO)E+) NU;N 4` 4pOUu> ^@
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (Qs.Al-baqarah:30)
Ada dua fungsi manusia di dunia, yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah
Allah di bumi. Dalam konteks hamba Allah, manusia menempati posisi sebagai ciptaan
Allah yang memiliki konsekwensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
Allah. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta dirinya akan
menghilangkan rasa syukur atas anugrah yang diberikan Sang Pencipta kepadanya.
Fungsi yang kedua adalah sebagai khalifah (wakil Allah) di muka bumi. Dalam posisi
ini manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan
lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan dalam menggali
sumber-sumber alam, serta memanfaatkannya dengan mengeksploitasi sebesar-besarnya
untuk kemaslahatan manusia, asalkan tidak berlebihan dan melampaui batas.
Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan ilmu pengetahuan yang
memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup yang sanggup
menggali dan memperdayakan sumber-sumber alam ini. Akan tetapi, para ilmuan juga harus
sadar bahwa potensi sumber daya alam ini terbatas dan akan habis terkuras apabila tidak
dijaga keseimbangannya. Oleh karena itu, tanggung jawab memakmurkannya, melestarikan,
memberdayakan dan menjaga keseimbangan alam semesta banyak bertumpu pada para
ilmuan dan cendekiawan. Mereka mempunyai amanat dan tanggung jawab yang lebih besar
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah tangan
manusia sendiri
4OE_ 1=OE^- O) )OE^-
@O4l^-4 E) ;e4:=OE
OguC +EEL- _CONOg
4*u4 Og~-.- W-OUgE _^UE
4pON_O4C ^j
telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS Ar Rum 41).
Mereka banyak menghianati perjanjiannya sendiri kepada Allah.mereka tidak menjaga
amanah sebagai Khalifah yang bertugas untuk menjaga, melestarikan alam ini. Justru
mengeksploisir alam ini untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Kedua fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya keduanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehisupan manusia. Jika hal
tersebut dapat dilakukan secara terpadu, akan mewujudkan manusia yang ideal (insam
Kamil), yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup
di dunia dan di akhirat.


















BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuddin, Achmad , ilyas. M, Saifulloh. M, Muhibbin.Z, Pendidikan Agama Islam
untuk Perguruan tinggi,Grasindo, surabaya, 2009
Purwanto Agus, Ayat-ayat semesta sisi-sisi Al-Quran yang terlupakan , Mizan, Surabaya,
2007
Agama RI, Departemen, Al-Quran dan Terjemahan, Asy-syifa, semarang, 2004
Noer, Deliar, Mukjizat Al-Quran dan Assunnah tentang IPTEK, Gema Insani Press,
Jakarta, 1995
Yunus, M., tarjamah Al-Quranul karim, al-maarif, Bandung
Nasr, H., Sains dan Peradaban di islam, Tarjamahan, Penerbit Pustaka, Bandung. 1986

Anda mungkin juga menyukai