Anda di halaman 1dari 45

Sabtu, 06 Februari 2010

Assabiqunal Awwalun
Pemeluk Islam pertama Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari s-S iqun llun r : ) adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/ memeluk Islam. Mereka adalah dari golongan Muhajirin dan Anshar[1] dan mereka semua sewaktu masuk Islam berada di kota Mekkah, sekitar tahun 610 Masehi.[2] Daftar isi [tampilkan]

[sunting] Etimologi Akar kalimat as-Sabiqun dalam bahasa Arab adalah dari huruf S-B-Q --niS -Ba-Qaf), S q ) se u h k t kerj y ng rtiny mend huluk n, pergi se elum, le ih d hulu, melampaui, juga berarti "sudah" atau sebelum; aksi pendahulu, bergerak sebelumnya dan sebagainya, contoh: D n m l ik t-malaikat) yang mendahului dengan kencang...(An-Nazi'at, 79:4) yang artinya melewati atau melampaui. Sabaqa: berpacu (kata kerja). Sabiq: bertindak.[3] [sunting] Kerasulan Muhammad [sunting] Awal kerasulan Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran. Ia sering menyendiri ke Gua Hira', sebuah gua bukit dekat Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan. Pada suatu malam, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata: B c l h deng n menye ut n m Tuh nmu y ng mencipt k n m nusi d ri segump l d r h. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq 96: 1-5) Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun. Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan). [sunting] Pendakwahan [sunting] Siriyyah (rahasia) Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada temanteman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran

Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam. Muhammad menjadi nabi dan berdakwah pada kisaran tahun 610 - 614 Masehi. Setelah adanya wahyu, surat Al-Muddatsir: 1-7, yang artinya: H i or ng y ng erkemul erselimut), ngunl h, l lu eril h pering t n! d n R mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah. (Al-Mudatsir 74: 1-7) Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga, sahabat, pengasuh dan budaknya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Muhammad sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu masuk yang lainnya. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Sedangkan menurut sejarah Islam, putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau 22 yang masuk Islam.[4] [sunting] Terbuka Dakwah secara siriyyah ini dilakukan selama kurang lebih 3 tahun dan setelah orang Islam berjumlah 40 orang[5], maka turunlah ayat D n eril h pering t n kep d ker t-kerabatmu yang terdekat (Asy-Syu r , 26:214) dan juga pada ayat, M k s mp ik nl h olehmu sec r ter ng-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu). (Al-Hijr ayat 15:94-95) Muhammad mulai terbuka menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Mereka sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Muhammad. [sunting] Madrasah Pertama Muhammad mulai merasa perlu mencari sebuah tempat bagi para pemeluk Islam dapat berkumpul bersama. Di tempat itu akan diajarkan kepada mereka tentang prinsip-prinsip Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur'an, menerangkan makna dan kandungannya, menjelaskan hukumhukumnya dan mengajak mereka untuk melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada akhirnya Muhammad memilih sebuah rumah di bukit Shafa milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi alArqam. Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa sepengetahuan siapa pun dari kalangan orang-orang kafir. Rumah Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini merupakan Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam,[6] tempat ilmu pengetahuan dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Muhammad Rasulallah. Ia sendiri yang mengajar dan mengawasi proses

pendidikan disana. [sunting] Daftar pemeluk Islam Awal Ibnu Hisyam pernah menulis 40 nama as-sabiqun al-awwalun. Ia menulis Khadijah dalam nomor urut pertama, Asma' di nomor urut 18, dan Aisyah di nomor urut 19. Umar Ibn Khattab berada jauh di bawah Aisyah.[7] Yang termasuk As-Sabiqun Al-Awwalun adalah sebagai berikut: Khadijah binti Khuwailid Zaid bin Haritsah Ali bin Abi Thalib Abu Bakar Al-Shiddiq Ummu Aiman Hamzah bin Abdul Muthalib Abbas bin Abdul Muthalib Abdullah bin Abdul-Asad Ubay bin Kaab Abdullah bin Rawahah Abdullah bin Mas'ud Mus'ab bin Umair Mua'dz bin Jabal Aisyah Umar bin Khattab Utsman bin Affan Arwa' binti Kuraiz Zubair bin Awwam bin Khuwailid Abdurrahman bin Auf Sa'ad bin Abi Waqqas Thalhah bin Ubaidillah Abdullah bin Zubair Miqdad bin Aswad Bilal bin Rabah Utsman bin Mazh'un Said bin Zayd bin Amru Abu Ubaidah bin al-Jarrah Waraqah bin Naufal Abu Dzar Al-Ghiffari Umar bin Anbasah S id in l-Ash Abu Salamah bin Abdul Asad Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam Muawiyah bin Abu Sufyan Yasir bin Amir Ammar bin Yasir Sumayyah binti Khayyat Amir bin Abdullah Ja'far bin Abi Thalib Khabbab bin Al-Arat

Ubaidah bin Harits Ummu al-Fadl Lubaba Shafiyyah Asma' Fatimah bin Khattab Suhayb Ar-Rummi Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy. Daftar di atas tersebut, tidaklah sesuai dengan kronologis urutan sejarah aslinya, dikarenakan penyebaran Islam ini awalnya secara rahasia, maka terlalu sulit untuk mencari siapa saja yang terlebih dahulu memeluk Islam, setelah lima besar pemeluk Islam. [sunting] Profesi Kalangan as-sabiqun al-awwalun terdiri dari beberapa lapisan golongan masyarakat, terdiri dari pemuka adat, pemimpin suku, panglima perang, ibu rumah tangga, anak-anak, majikan, saudagar, pengusaha, pedagang, petani, peternak binatang, pelayan rumah tangga, orang merdeka, budak. Para budak banyak yang tertarik dengan prinsip yang diajarkan oleh Islam, yaitu tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, Rasulallah mempersaudarakan sebagian muslim dari golongan aristokrat Quraisy dengan sekelompok muslim lain yang dari golongan budak. Tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, kuat maupun lemah, merdeka maupun budak, Arab maupun non-Arab, semua setara. Menurut kaca mata Islam, Allah tidak pernah melihat umatNya berdasarkan profesi/ pangkat dan jabatan seseorang, yang Dia nilai hanya iman dan taqwa hamba-Nya. [sunting] Tugas As-Sabiqun al-Awwalun yang Salaf, memiliki beberapa tugas penting yang harus diemban mereka. Tugas itu meliputi: Bertauhid (mengesakan Allah), Beriman kepada para malaikat, rasul, kitab-kitab Allah, takdir Menegakkan shalat, Menunaikan zakat, Melakukan keadilan, Melakukan amal kebaikan, Meninggalkan kekejian, Meninggalkan kemungkaran, Meninggalkan kezaliman, meninggalkan penyembahan berhala, Berhala harus dihancurkan, Melarang kemusyrikan, Darah tidak ditumpahkan, Tidak ada jiwa yang harus dibunuh kecuali karena kebenaran, Jalan-jalan tetap aman, Tali silaturahmi terus dijalin, Menjunjung tinggi kesetaraan/ kemerdekaan manusia, Mencegah keburukan,

Mempertahanan bela agama, Menyebarkan secara diam-diam agama yang dibawa oleh Muhammad. [sunting] Surga Bagi As-Sabiqun al-Awwalun Menurut kepercayaan Islam, As-Sabiqun al-Awwalun akan mempunyai tempat tinggal yang mulia, Surga Jannatun Na'im. Or ng-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar (At-T u h y t 9:100) Diperkuat oleh dalam hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan muslim dan lain-lainnya, dimana Muhammad bersabda Se ik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setel hny .[8] [sunting] Islam datang secara asing dan akan kembali asing Menurut beberapa hadits yang shahih, agama Islam dikatakan pertama kali muncul dalam keadaan terasing, kemudian akan kembali menjadi asing sebagaimana semula ajaran Islam itu datang. Sementara itu orang disekelilingnya telah menjadi rusak secara aqidah dan mereka akan memusuhi ajaran Islam itu sendiri. Pernyataan didasari beberapa hadits berikut dibawah ini: Muhammad bersabda, "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."[9] "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). (Mereka adalah) orang-orang shalih yang berada di tengah orang-orang yang berperangai buruk dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada yang mengikuti mereka."[10] "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan (ishlah) ketika manusia rusak."[11] [sunting] Lihat pula Sahabat Nabi Ahlul Bait [sunting] Catatan kaki 1. ^ Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah 9:100) 2. ^ Nabi Muhammad berdakwah yaitu pada tahun 610 Masehi. 3. ^ Arti dari Sabiqun disitus web Sabiqun.net 4. ^ Aisyah masuk Islam. 5. ^ Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/245-262. 6. ^ Khadijah Ummul Mu'minin Nazharat Fi isyraqi Fajril Islam, Abdul Mun'im Muhammad, hal. 96 dan 155. 7. ^ Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/245-262.

8. ^ Hadits sahih Imam Bukhari. 9. ^ Hadits shahih riwayat Muslim. 10. ^ Hadits shahih riwayat Ahmad. 11. ^ Hadits shahih riwayat Abu Amr Ad Dani dan Al Ajurry. Diposkan oleh ZAKARIYAMOJO di 17:23

N m lengk pny d l h J far bin Abi Thalib bin Thalib Abd Manaf bin Abd al-Muthallib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qushai al-Quraisyi al-H syimi. J f r d l h putr ketig u Thalib, paman Nabi Saw dan kakak kandung Ali bin Abi Thalib yang berusia sepuluh tahun lebih tua diatas li in Th li . Di diken l deng n juluk n J f r l-Th yy r J f r se g i burung terbang). Sosok J f r in i Th li dig m rk n se g i seor ng y ng ertu uh tinggi, es r sert ku t. J f r jug seor ng y ng mempuny i ot k y ng cerd s, di d l h s lah satu diantara 5 orang sahabat yang secara fisik mirip dengan Rosulullah Saw, kelima orang tersebut adalah Abu Sufyan bin al-Harist, Qatsam bin al-Abbas, Al-Saib bin Ubaid bin Abd Yazid, al-Hasan bin Abi Thalib, cucu Rosulullah Saw dari putrinya Fatimah al-Z hr , d n J f r in i Th li sendiri. Mengen i kemirip n J f r deng n Rosull h S , eli u sendiri pern h ers d : Engk u ini J f r in i Th li , or ng y ng p ling mirip deng nku, ik sec r fisik m upun khl k. Engkau juga berasal dari jajar n kelu rg ku. J f r in i Th li ers m istriny sm inti Um is term suk golong n s h t y ng pert m m suk Isl m. Semenj k kecil J f r di suh oleh p m nny s in dul Muth li dimana Abbas juga termasuk ke dalam golongan orang yang pertama masuk Islam. Dia diasuh oleh pamannya karena memang Abu Thalib adalah seorang yang miskin dan mempunyai anak yang banyak, karenanya dia merelakan beberapa putranya untuk diasuh oleh saudaranya, termasuk Ali bin Abi Thalib yang diasuh oleh Rosulullah Saw. J f r ers m istriny sm turut sert d l m hijr h pert m k um muslimin ke negeri Habasya. Negeri yang dipimpin oleh seorang raja Nasrani yang dikenal adil, sehingga sang raja bisa menerima kehadiran kaum muslimin dengan baik dan dengan tangan terbuka. Kepergian kaum muslimin ke negeri Habasya melahirkan kecemasan tersendiri dikalangan kaum musyrikin. Mereka takut jika kaum muslimin akan bertambah kuat setelah berada di sana. Karenanya kaum musyrikin mengutus beberapa orang untuk menghadap raja Negus dan membujuknya untuk menolak kedatangan kaum muslimin dan mengembalikan mereka ke negerinya. Utusan kaum kafir Quraisy ini juga membawa sejumlah hadiah yang akan diberikan kepada para pembesar dan pendeta Habasya agar niat mereka bisa dikabulkan. Pada saat yang sama utusan kaum muslimin y ng s l h s tuny di kili oleh J f r in i Th li jug sed ng mengh d p s ng r j . Pada saat raja Negus, dihadapkan dengan utusan Quraisy dan kaum muhajirin Islam, utusan Quraisy mengatakan tuduhan terhadap kaum muslimin bahwa kaum muslimin itu adalah orangorang bodoh dan tolol yang meninggalkan agama nenek moyang mereka tetapi tidak pula hendak memasuki agama yang dianut oleh raja Negus dan bahkan datang dengan agama baru yang

mereka ada-adakan sehingga utusan itu meminta mereka dikembalikan pada kaumnya. Negus pun bertanya kepada kaum muslimin, agama apakah yang menyebabkan mereka meninggalkan bangsanya tetapi juga tidak memandang perlu pula terhadap agamanya(Nasrani). Mendengar pertanyaan raja Habasya tersebut, J f r pun bangkit berdiri untuk menunaikan tugas yang telah diamanahkan padanya oleh kawankawannya sesama Muhajirin yang mereka tetapkan dalam rapat yang diadakan sebelumnya. Dengan pandangan ramah penuh kecintaan kepada baginda raja yang telah baik menerima merek , eli u erk t : W h i p duk y ng muli ! D hulu k mi mem ng or ng-orang jahil dan bodoh; kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan pekerjaan-pekerjaan keji, memutuskan silaturahmi, menyakiti tetangga dan orang yang berhampiran. Yang kuat waktu itu memakan yang lemah. Hingga datanglah masanya Allah mengirimkan Rasul-Nya kepada kami dari kalangan kami. Kami kenal asal-usulnyam kejujurannya, ketulusan dan kemuliaan jiwanya. Ia mengajak kami untuk mengesakan Allah dan mengabdikan diri pada-Nya, dan agar membuang jauh-jauh apa yang pernah kami sembah bersama bapak-bapak kami dulu, berupa batu-batu dan berhala. Beliau menyuruh kami bicara benar, menunaikan amanah, menghubungkan silaturahmi, berbuat baik kepada tetangga dan menahan diri dari menumpahkan darah yang dilarang Allah. Dilarangnya kami berbuat keji dan zina, mengeluarkan ucapan bohong, memakan harta anak yatim, dan menuduh berbuat jahat terhadp wanita yang baik-baik. Lalu kami benarkan ia dan kami beriman kepadanya, dan kami ikuti dengan taat apa yang disampaikannya dari Tuhannya. Lalu kami beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak kami persekutukan sedikitpun juga, dan kami haramkan apa yang dihalalkan-Nya untuk kami. Karenanya kaum kami memusuhi kami dan menggoda kami dari agama kami, agar kami kembali menyembah berhala lagi, dan kepada perbuatan-perbuatan jahat yang pernah kami lakukan dulu. Maka sewaktu mereka memaksa dan menganiaya kami, dan menggecet hidup kami dari agama kami, kami keluar hijrah ke negeri paduka, dengan harapan akan mendapatkan perlindungan p duk d n terhind r d ri per u t n merek . J f r menguc pk n k t -kata yang mempesona itu laksana cahaya sehingga membangkitkan perasaan dan keharuan pada jiwa raja Negus. Ketika raja Negus menanyakan wahyu yang dibawa dari R sulull h, J f r l ngsung mem c k n gi n d ri sur t M ry m. Mendeng rny , sang rajapun langsung menangis, begitu pula dengan para pendeta dan pembesar lainnya. Selanjutnya Negus mengatakan kepada kaum Quraisy bahwa sesungguhnya yang dibaca tadi dan yang dibawa oleh Isa a.s. sama memancar dari satu pelita, karena itu utusan Quraisy dipersilahkan pergi dan beliau tidak akan menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Tetapi keesokan harinya utusan kaum Quraisy itu datang kembali menghadap Raja Negus hendak memojokkan kaum muslimin telah mengucapkan suatu ucapan keji yang merendahkan kedudukan Isa sehingga hal itu cukup menggoncangkan raja Negus dan para pengikutnya. Raja Negus pun memanggil kaum muslimin kembali untuk menanyai bagaimana sebenarnya pandangan Agama Islam tentang Isa al-Masih. J f r pun kemudi n erdiri d n erk t : K mi k n meng t k n tent ng Is .s , sesu i deng n keterangan yang dibawa Nabi kami Muhammad saw, bahwa Is d l h seor ng h m ll h d n R sul-Nya serta kalimah-Nya yang ditiupkan-Nya kepada Maryam dan ruh daripada-Ny . Mendeng r uc p n J f r, r j Negus ertepuk t ng n t nd setuju seraya mengumumkan bahwa memang begitulah yang dikatakan al-Masih tentang dirinya. Akhirnya raja Neguspun mempersilahkan kaum muslimin itu untuk tinggal bebas di negerinya

dan akan melindungi mereka serta mengusir para utusan Quraisy dengan mengembalikan hadiahhadiahnya. J f r jug diken l deng n juluk n p k or ng miskin. Juluk n ini di erik n kep d ny k ren sikap kedermawanan dan kepeduliannya yang tinggi terhadap orang-orang miskin. Dia tidak pernah menggenggam harta bendanya sendirian, tetapi melibatkan kaum muslimin untuk ikut memilikinya. Dia sering menanggung makanan kaum fakir miskin dan sering menjenguk serta menjamin kebutuhan mereka. J f r jug seor ng y ng terken l deng n ke er ni nny . Di sel lu mengikuti er g i peperangan yang terjadi di masa Rosulullah Saw. Sehingga dia menjadi syahid dalam pertempur n Mut h. D l m pertempur n pert m mel n ngs Rom i terse ut, J f r menjadi panglima perang bersama Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawanah. Setelah Zaid te s di med n peper ng n, J f r kemudi n meng m il ender kepemimpin n. Deng n g g h berani dan pantang menyerah dia terus menghunuskan pedangnya kekanan dan ke kiri kearah pasukan lawan, hingga akhirnya salah satu tangannya terputus, kemudian dengan sigap, bendera kepemimpinan beralih di tangan kirinya hingga akhirnya tangan kirinyapun terputus, sebelum akhirnya dia tewas menjadi syahid. Ketika rosulullah Saw mendeng r J f r in i Th li d n e er p s h t te s di med n per ng, eli u d t ng ke rum h J f r d n menemui istri d n n k- n kny . S t itu istri J f r sm sed ng mem u t don n kue untuk meny m ut ked t ng n su miny J f r d ri med n peperangan. Anak-anakpun sudah dimandikan dengan rapi. Kemudian Rosulullah berkata kep d sm : Kem n n k- n kmu? B kem ri. Setel h n k-anak dibawa kehadapan beliau, Rosulullah Saw mendekap mereka sambil menitikkan air mata. Suasana menjadi begitu mengharukan. Kemudi n sm ert ny kep d Rosulull h S : W h i Rosulull h, demi y h ibuku, aku tidak tahu kenapa suasanya jadi menjadi begitu mengharukan. Apa yang membuat engkau menangus seperti ini?, jangan-j ng n tel h d t ng erit tent ng J f r d n p r s h at yang lain dari medan pertempuran?. Rosulull h S pun menj : Betul h i sm , t hk n h timu, J f r in i Th li d n e er p or ng s h t tel h menj di sy hid. Sont k sm pun men ngis tersedu-sedu. Rosulullahpun menasihatinya untuk selalu tabah dan berserah diri kepada Allah. Kemudian beberapa anggota keluarga Rosulullah seperti Fatimah putrinya juga segera datang dengan ercucur n irm t untuk menghi ur d n menguc pk n el sungk kep d sm . J f r meningg l d l m usi 41 t hun. Di menjadi syahid yang pasti akan diganjar surga oleh Allah karena telah berjuang dengan membawa panji-panji kebenaran[1].

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_bin_Abi_Thalib, http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/06/18/ja%E2%80%99far-bin-abi-thalib/, Hilmi Ali Sy n, Ibid, hlm 5-53 1 comment April 15, 2010

32. Ammar bin Yasir


Ammar bin Yasir adalah putra dari Yasir bin Amir dari seorang ibu Sumayyah binti Khayyat. Sebagai anak yang lahir dari keluarga yang fakir dan berasal dari kelas paling rendah dalam strata sosial masyarakat Arab masa itu, maka sejak kecil Ammar juga sudah sangat akrab dengan berbagai penderitaan. Sosok Ammar digambarkan sebagai seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru, dia adalah seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara Setiap hari Rasulullah saw. berkunjung ke tempat disiksanya keluarga Yasir, mengagumi ketabahan dan kepahlawanannya, hati beliaupun hancur menyaksikan mereka menerima siksaan y ng s ng t meny kitk n. Ketik R sulull h s . mengunjungi merek , mm r erk t kep d Rosulull h: W h iR sulull h, dz y ng k mi derit tel h s mp i ke punc k. Mendengar keluhan dari mulut Ammar Rasulullah saw berkata: Sh rl h, h i l Y qdh n, Sh rl h, h i helu rg Y sir, temp t y ng dij njik n gi halian ialah Surga. Siks n y ng di mi oleh mm r ny k dilukisk n oleh k n-kawannya dalam beberapa riwayat. Pernah suatu ketika Ammar disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa yang diucapkannya. Ammar juga pernah dibakar dengan api oleh orang-orang musyrik. Ketika itu Rosulullah Saw lewat di tempat tersebut dan melihat kejadian penyiksaan itu. Kemudian Rosulull h S memeg ng kep l ny deng n t ng n eli u, s m il ers d : H i pi, j dil h k mu sejuk dingin di tu uh mm r, se g im n dulu h mu jug sejuk dingin di tu uh I r him!. Pernah di hari yang lain, Ammar dipukul oleh tukang-tukang cambuk dengan sekuat tenaga mereka. Kemudian dibakar dengan besi yang sangat panas, disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan yang demikian berat, orangor ng itu meng t k n kep d ny : Puj l h olehmu tuh n-tuh n k mi!. Deng n kondisi y ng tidak sadar Ammar mengikutinya tanpa mengetahui apa yang diucapkannya. Ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya, segeralah dia memohon ampun atas apa yang telah diucapkannya. Ketika itu Rasulullah saw. Sedang menemui Ammar dan mendapatinya ia sedang menangis, maka dis puny l h t ngisny itu deng n t ng n eli u d n ert ny kep d mm r: Or ngorang hafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu menguc pk n egini d n egitu ?, mm rpun menj : Ben r: h i R suIull h. Kemudi n R sulull h S tersenyum s m il erk t : Jik merek mem ks imu l gi, tid k p , uc pk nl h seperti p y ng k mu k t k n t di .! Lalu Rasulullah Saw membacakan sebuah kepadanya sebuah ayat mulia, yakni: Kecu li or ng y ng dip ks , sed ng h tiny tet p teguh d l m keim n n ... Q.S. 16 n-Nahl: 106). Mendengar sabda Rosulullah Saw Ammarpun merasakan ketenangan.

Setelah Rosulullah berhijrah di Madinah. Ammarpun mengikuti beliau berhijrah dan tinggal di Madinah. Ammar selalu aktif mengikuti berbagai peperangan baik pada masa Rosulullah Saw, maupun peperangan yang terjadi setelah wafatnya beliau. Mulai dari perang Badar, perang Uhud, perang Khondaq, perang tabuk dan lain sebagainya. Dia juga berada pada barisan terdepan ketika berperang melawan para murtaddin setelah wafatnya Rosulullah Saw, bahkan salah satu telinganya terpotong pada saat perang tersebut. Ammar juga berada dalam barisan pasukan muslim ketika terjadi peperangan besar kaum muslimin melawan bangsa Romawi dan Persia. Ammar juga dikenal sebagai seorang yang zuhud dan tidak memikirkan tentang hal-hal keduniawian. Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, Ammar dipercaya sebagai mir di kuf h deng n dull h in M sud se g i end h r ny . Ketik s ng kh lif h mengangkat Ammar dan Abdullah bin M sud, Um r mengirimk n sur t kep d p r penduduk Kuf h y ng isiny d l h se g i erikut: S y kirim kep d tu n-tu n mm r in Y sir se g i mir, d n I nu M sud se g i end h r d n zir Kedu ny d l h or ng-orang pilihan, dari golongan sahabat Muhammad SAW, dan termasuk pahlawan-p hl n B d r! Selama menjadi seorang Amir, Ammar tetaplah menjadi seorang yang biasa saja dan tidak rakus deng n j t n d n h rt . Meski se g i seor ng pemimpin mm r in Y sir i s mem eli sayuran di pasar, lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas punggung dan mem ny pul ng. Su tu ketik , s l h seor ng m erk t menghin ) kep d mm r in Y sir, H i, y ng teling ny terpotong! Mendeng r omong n or ng itu, s ng mir y ng tid k kelihatan keamir nny , erk t , Y ng k mu cel itu d l h teling ku y ng ter ik k ren i ditimp kecel k n ktu per ng fi s ilill h. Ammar adalah sahabat kesayangan Rosulullah Saw. Bahkan beliau sering membanggakan Ammar dihadapan para sahabat yang lain dengan berk t : Diri mm r dipenuhi keim n n s mp i ke tul ng pungungny !. Pern h su tu ketik terj di selisih f h m nt r Kh lid in W lid deng n mm r, R sull h ers d : Si p y ng memusuhi mm r, m k i k n dimusuhi ll h; d n si p y ng mem enci mm r, m k i k n di enci ll h!. Mendeng r perk t n Rosulull h S , m k tid k d pilih n gi Kh lid in W lid, p hl n Isl m itu, sel in seger mend t ngi mm r untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf. Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib, Ammar berada dibelakang sang khalifah untuk turut serta dalam perang shiffin. Padahal saat usia Ammar sudah tidak muda lagi yakni telah berumur 93 tahun, tetapi semangat Ammar masih sangat tinggi, sehingga diapun bertekad untuk turut serta dalam peperangan demi membela kebenaran. Akhirnya Ammarpun tewas menjadi syahid dalam perang shiffin tersebut. Begitulah sosok Ammar, seorang yang menggapai kemuliaan karena keteguhan dan kekuatannya dalam membela ajaran agamanya. Ajaran agama yang benar. Dia tidak takut kepada siapapun dan apapun kecuali kepada Allah. Dia selalu memasrahkan dirinya kepada sang Maha hidup, sehingga dia selalu siap berkorban seluruh jiwa dan raganya untuk menegakkan kebenaran[1].

[1] http://sabdaislam.wordpress.com/2009/12/01/045-ammar-bin-yasir/, http://www.perindusyurga.co.cc/2009/12/ammar-bin-yasir.html, http://id.wikipedia.org/wiki/Ammar_bin_Yasir, http://tokohtokohislam.blogspot.com/2009/07/amar-bin-yasir-radhiallahu-anhu.html Add a comment April 15, 2010

31. Yasir bin Amir


Y sir in mir adalah seorang sahabat Nabi Saw yang termasuk golongan orang fakir dan papa. Dia bersama keluarganya (istrinya Sumayyah dan putranya Ammar bin Yasir) adalah termasuk golongan orang yang pertama diberikan cahaya untuk masuk Islam. KeIslaman Yasir bin Amir dimulai ketika dia berangkat meninggalkan negerinya di Yaman untuk mencari dan menemui salah seorang saudaranya. Sesampainya di Makkah, rupanya dia merasa cocok untuk tinggal di kota dimana Rosulullah Saw lahir dan menerima wahyu kenabian yang akhirnya membuatnya tertarik untuk mengikuti ajaran Rosulullah Saw. Setelah Bermukim disana, dia mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah Ibnul Mughirah. Kemudian Abu Hudzaifah mengawinkan dengan salah seorang sahayanya bernama Sumayah binti Khayyath, dan dari perkawinan yang penuh berkah ini, dikarunia seorang putra bernama mm r. Keisl m n Y sir ers m kelu rg ny mem u tny h rus mel lui uji n y ng s ng t berat. Sebagai seorang fakir dan budak yang tidak mempunyai pelindung, Yasir bersama istri dan anaknya mendapatkan siksaan yang cukup berat dari orang-orang kafir Quraisy. Tetapi kekejaman dan kebiadaban yang ditimpakan kepada Yasir, istri serta putranya Ammar tidak membuatnya luntur dan kembali kepada kepercayaan nenek moyangnya. Orang-orang Quraisy memang melakukan pertentang terhadap kaum muslimin sesuai dengan kapasitasnya dan kedudukannya. Seandainya mereka ini golongan bangasawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan. Abu Jahal, misalnya, menggertak dengan ungk p n, K mu er ni meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu! Akan kami uji sampai dimana ketabahanmu; akan kami jatuhkan kehormatanmu; k n k mi rus k perni g nmu; d n k n k mi musn hk n h rt end mu! Setel h itu, merek lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit. Sementara, sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang miskin; atau dari golongan budak belian, mereka didera dan disulutnya dengan api bernyala. Keluarga Yasir memang telah ditakdirkan oleh Allah SWT termasuk dalam golongan yang kedua ini. K ren ny tid k mengher nk n jik seti p h ri, Y sir, Sum yy h, d n mm r di ke padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa. Hingga akhirnya Yasir dan Sumayyah menjadi syahid di tangan orang-orang yang mendzaliminya. Begitulah sosok Yasir, seorang yang miskin yang terus menerus mengalami siksaan dan kebiadaban dari orang-orang kafir Quraisy.Tetapi dia tetap teguh mempertahankan keimanannya meski harus melewati hari-hari yang berat dan sangat menyakitkan. Keyakinan akan kebenaran agama yang dibawa Muhammad Saw, serta janji Allah yang akan memberikan tempat yang

layak bagi hamba yang sholeh menjadikannya kuat melawan segala ujian yang menimpanya. Sebuah contoh teladan yang baik bagi semua umat muslim. Add a comment April 15, 2010

30. Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam


Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam adalah termasuk sahabat Nabi yang pertama-tama masuk Islam. Dia adalah seorang pengusaha yang cukup berpengaruh, berasal dari suku Makhzum dari kota Mekkah. Pada awal penyebaran Islam, Rosulullah Saw masih menyebarkan agama secara sembunyisembunyi. Muhammad mulai merasa perlu mencari sebuah tempat bagi para pemeluk Islam dapat berkumpul bersama. Di tempat itu akan diajarkan kepada mereka tentang prinsip-prinsip Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur n, menerangkan makna dan kandungannya, menjelaskan hukum-hukumnya dan mengajak mereka untuk melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada akhirnya Muhammad memilih sebuah rumah di bukit Shafa milik Abdillah al-Arqam bin Abi alArqam. Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa sepengetahuan siapa pun dari kalangan orang-orang kafir. Rumah milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini merupakan Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam, tempat ilmu pengetahuan dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Muhammad Rasulallah Saw. Beliau sendiri yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan disana. . Akhirnya rumah Al-Arqam yang sebelumnya disebut Dar al-Arqam (rumah Al-Arqam), setelah dia memeluk Islam disebut dengan Dar al-Islam (Rumah Islam)[1].

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Abdillah_al-Arqam_bin_Abi_al-Arqam Add a comment April 15, 2010

29. Said bin Al-Ash


S id in l-Ash adalah salah sahabat Rosulullah Saw yang berasal dari keturunan Bani Umayyah. Nama lengkapnya adalah Said bin Ash bin Said bin Ash bin Umayyah bin Abdu Syams. Dia termasuk golongan sahabat yang pertama masuk Islam. Said dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan dan berkelakuan baik. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Suatu ketika, Muhammad bin Jahm al-Barmaki (gubernur di masa Khalifah Al-M mun) bermaksud menjual rumahnya. Beberapa orang berkumpul dan salah seorang di antara mereka membayar rumah itu seharga 50.000 dirham. Muhammad bin Jahm berkata

kep d si pem eli, m ill h rum h ini d n er h gi l h sert ersen ng-sen ngl h! Meng p demiki n? t ny si pem eli her n. Dij oleh Muh mm d in J hm l-Barmaki, K ren rum h ini erd mping n deng n rum h S id in l- sh, L lu pem eli ert ny kem li, B g im n peril kuny terh d p p r tet ngg ?. Jik k mu memint sesu tu di pasti akan memberi. Bila kamu tidak meminta, dia akan menawarkan diri. Bila kamu menyakitinya ia akan membalasnya dengan kebaikan. Dan bila ia berbuat baik kepadamu, ia tid k k n mencerit k nny kep d or ng l in. Cerit ini s mp i ke teling S id in l- sh. I pun mem eri Muh mm d in J hm 100.000 dirh m ser y erk t , m ill h u ng ini d n urungk n ni tmu untuk menju l rum h! Begitulah sosok Said, yang tidak pernah berfikir panjang untuk mengeluarkan sebagian hartanya. Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (tahun 30 H), sang khalifah mengangkatnya sebagai penguasa di Kufah. Said termasuk pembantu khalifah dalam program pengkodifikasian AlQur n. Said wafat di Madinah pada tahun 59 H atau 679 M[1].

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sa%E2%80%99id_bin_Al-Ash Add a comment April 15, 2010

28. Abu Dzar Al-Ghiffari


Nama aslinya adalah Jundub bin Junadah bin Sakan, tetapi dia dikenal dengan sebutan Abu Dzar al-Ghiffari. Dia adalah sahabat Rosulullah yang berasal dari suku ghiffar dan termasuk golongan orang yang pertama masuk Islam. Sebelum menjadi seorang muslim, Abu Dzar dikenal sebagai seorang perampok yang suka merampok para kabilah yang pedagang yang melewati padang pasir. Suku Ghiffar memang sudah dikenal sebagai binatang buas malam dan hantu kegelapan. Jika bertemu dengan mereka, jarang sekali orang yang selamat dari perampokan. Meski dia adalah seorang perampk, tetapi hidayah Allah telah menghampiri diri Abu Dzar. Sebelum Rosulullah Saw diangkat menjadi utusan Allah dengan ajaran Islam, Abu Dzar memang sudah tidak percaya dengan berhala-berhala buatan yang menjadi sesembahan sebagian besar masyarakat jazirah Arab. Karenanya ketika dia mendengar akan hadirnya seorang yang membawa kebenaran. Diapun ingin pergi dan bertemu dengan beliau. Dengan langkah yang terhuyung karena lemah setelah melewati perjalanan yang cukup jauh. Perjalanan dari kampung halamannya ke Makkah memang merupakan perjalanan panjang dengan medan yang sulit ditambah dengan teriknya panas matahari serta udara padang pasir membuat siapapun akan merasa sangat kelelahan dan membuat kondisi fisik menjadi lemah. Setelah Abu Dzar telah sampai ke kota Makkah. Dia menyamar seolah-olah ia adalah seorang yang hendak melakukan thawaf keliling berhala-berhala besar di Kabah atau seolah-olah musafir yang sesat dalam perjalanan atau lebih tepat orang yang telah menempuh jarak amat jauh, yang memerlukan istirahat dan menambah perbekalan. karena seandainya orang-orang Mekah mengetahui kedatangannya untuk menemui Muhammad Saw dan mendengar keterangannya, pastilah mereka akan membunuhnya. Tetapi, lelaki ini tak perduli apakah akan dibunuh atau dianiaya asalkan ia

dapat menjumpai laki-laki yang dicarinya dan menyatakan iman kepadanya. Kebenaran dan dakwah yang diberikan Muhammad SAW dapat memuaskan hatinya. Dia terus melangkah sambil memasang telinga, dan setiap didengarnya orang memerkatakan Muhammad SAW, ia pun mendekat dan menyimak dengan hati-hati; hingga dari cerita yang tersebar di sana-sini, diperolehnya petunjuk yang dapat menunjukkan tempat persembunyian Muhammad SAW, dan mempertemukannya dengan beliau. Di pagi suatu hari ia pergi ke tempat itu, didapatinya Muhammad SAW sedang duduk seorang diri. Didek tiny R sulull h, d n erk t , Sel m t p gi h i k n se ngs ! l ikum s l m, h i s h t, j R sulull h. Kemudi n u Dz r erk t , B c k nl h kep d ku h sil gu h n nd ! Mendeng r h l itu Rosulull h menj : I uk n sy ir hingg d p t digu h, tet pi d l h Qur n y ng muli !. Kemudian Dibacakanlah oleh Rasulullah Saw ayat-ayat al-Qur n, sed ngk n u Dz r mendeng rk n deng n penuh perh ti n, hingg tid k ersel ng l m i pun erseru, syh du ll il h ill ll h syh du nn Muh mm d n duhu r suluh. Setel h itu Rosulull h bertany : nd d ri m n , s ud r se ngs ?, D ri Ghif r, j u Dz r. Akhirnya Abu Dzar telah resmi menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Setelah itu Rosulullah Saw menyuruhnya untuk kembali ke kampung halamannya hingga Rosulullah akan memberi perint h setel h di s mp i dis n . Tet pi u Dz r erk t kep d eli u: Demi Tuhan yang menguasai nyawaku, saya takkan kembali sebelum meneriakkan Islam dalam m sjid! Sebagai seorang yang radikal dan revolusioner, dia kemudian pergi menuju masjidil haram dan menyerukan dengan sekeras-ker sny , syh du ll il h ill ll h, syh du nn Muh mm d r r sulull h. P d s t itu Rosulull h m sih erd k h deng n sem unyisembunyi, sehingga teriakan Abu Dzar tersebut merupakan teriakan pertama tentang agama Islam yang menentang kesombongan orang-orang Quraisy dan memekakkan telinga mereka. Kalimat itu diserukan oleh seorang perantau asing yang di Mekah tidak mempunyai bangsa, sanak keluarga, maupun pembela. Dan sebagai akibatnya, ia mendapat perlakuan dari mereka yang sebetulnya telah dimaklumi akan ditemuinya. Orang-orang musyrik mengepung dan memukulnya hingga rebah. Berita mengenai peristiwa yang dialami Abu Dzar itu akhirnya sampai juga kepada paman Nabi Saw, Abbas bin Abdul Muthalib. Ia segera mendatangi tempat terjadinya peristiwa tersebut, dengan menggunakan diplomasi halus Abbas bin Abdul Muthalib berusaha membebaskannya d ri cengkr m n k um k fir Qur isy, m k kemudi n erk t l h s kep d merek , W h i kaum Quraisy! Anda semua adalah bangsa pedagang yang mau tak mau akan singgah di kampung Bani Ghifar. Dan, orang ini salah seorang warganya, bila ia bertindak akan dapat menghasut kaumnya untuk merampok kafilah-k fil hmu n nti! Mereka pun akhirnya menyadari hal itu, kemudian pergi meniggalkannya. Tetapi Abu Dzar memang seorang yang berani dan tidak mengenal rasa takut. Karenanya dia mengulang kejadian yang sama pada hari berikutnya. Ketika itu Abu Dzar sedang dua orang wanita sedang thawaf

keliling berhala-berhala Usaf dan Na-ilah sambil memohon kepadanya. Abu Dzar segera berdiri menghadangnya, lalu di hadapan mereka berhala-berhala itu dihina sejadi-jadinya. Kedua wanita itu memekik dan berteriak, hingga orang-orang gempar dan berdatangan laksana belalang, dan seperti yang pernah dialami sebelumnya oleh Abu Dzar, mereka lalu menghujani Abu Dzar dengan pukulan hingga tak sadarkan diri. Ketika ia siuman, maka yang diserunya tiada lain h ny l h, Ti d Tuh n y ng h q dii d hi, mel ink n ll h, d n h Muh mm d itu utus n ll h. Rasulullah SAW sangat memaklumi watak dan tabiat murid barunya yang ulung serta mempunyai keberaniannya yang menakjubkan dalam melawan kebathilan. Sayang saatnya belum tiba, karenanya Rosulullah Saw kembali memerintahkannya untuk pulang, sampai akhirnya nanti Rosulullah memerintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan. Setelah itu, diapun kembali ke kampung halamannya dan ikut menyampaikan ajaran kebenaran dari Rosulullah Saw kepada orang-orang di sekitarnya. Diantara para muallaf yang masuk Islam melalui dia, adalah : Ali-al-Ghifari, Anis al-Ghifari, Ramlah al-Ghifariyah. Pernah suatu hari u Dz r erk t di h d p n ny k or ng, d tujuh wasiat Rasulullah SAW yang selalu kupegang teguh. Aku disuruhnya agar menyantuni orang-orang miskin dan mendekatkan diri dengan mereka. Dalam hal harta, aku disuruhnya memandang ke bawah dan tidak ke atas (pemilik harta dan kekuasaan). Aku disuruhnya agar tidak meminta pertolongan dari orang lain. Aku disuruhnya mengatakan hal yang benar seberapa besarpun resikonya. Aku disuruhnya agar tidak pernah takut membela agama Allah. Dan aku disuruhnya agar memperbanyak menyebut la haula walaa quwwata illa billah. Abu Dzar selalu membawa pedang yang sangat tajam di pinggangnya yang digunakannya untuk menebas musuh-musuh Islam. Ketika Rasulullah bersabda p d ny , M uk h k mu kutunjukk n y ng le ih ik d ri ped ngmu? Y itu) Bers rl h hingg k mu ertemu deng nku di khir t? Sej k itul h ia mengganti pedangnya dengan lidahnya yang ternyata lebih tajam dari pedangnya. Keberanian Abu Dzar juga ditunjukkan ketika dia berani mengkritik pemerintahan Ustman bin Affan. Ketika itu dia berteriak di jalanan, lembah, padang pasir dan sudut kota menyampaikan protesnya kepada para penguasa yang rajin menumpuk harta di masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Setiap kali turun ke jalan, keliling kota, ratusan orang mengikuti di belakangnya, dan ikut meneriakkan kata-katanya yang menjadi panji yang sangat terkenal dan sering diulang-ul ng, Berit k nl h kep d p r penumpuk h rt , y ng menumpuk emas dan perak. Mereka akan diseterika dengan api neraka, kening d n pingg ng merek k n diseterik di h ri ki m t! Teriakan-teriakannya telah menggetarkan seluruh penguasa di jazirah Arab. Ketika para penguasa saat itu melarangnya, dengan lantang ia erk t , Demi ll h yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya! Sekiranya

tuan-tuan sekalian menaruh pedang diatas pundakku, sedang mulutku masih sempat menyampaikan ucapan Rasulullah yang kudengar darinya, pastilah akan kusampaikan sebelum tuan-tu n mene s t ng leherku. Sepak terjangnya menyebabkan penguasa tertinggi saat itu Ustman bin Affan turun tangan untuk menengahi. Bahkan Ustman bin Affan menawarkan tempat tingg l d n er g i kenikm t n, tet pi u Dz r y ng zuhud erk t , ku tid k utuh duni k li n!. Abu Dzar memang tidak hanya seorang yang berani tetapi dia juga seorang yang zuhud dan tidak pern h erfikir tent ng duni . B hk n R sulull h S W pern h ers d , Tid k d di duni ini or ng y ng le ih jujur uc p nny d rip d u Dz r, p d s t y ng l in Rosulullah SAW juga pern h ers d , u Dz r di antara umatku memiliki sif t zuhud seperti Is i n M ry m. Kezuhudannya juga diperlihatkannya ketika Abu Dzar menjelang detik-detik kematiannya. Saat itu istriny men ngis. u Dz r kemudi n ert ny , Meng pa engk u men ngis h i istriku?, s ng istripun menj , B g im n ku tid k men ngis, engkau sekarat di hamparan padang pasir sedang aku tidak mempunyai kain yang cukup untuk mengkafanimu dan tidak ada orang yang akan membantuku mengu urk nmu. N mun khirnya datanglah pertolongan dari Allah melalui serombongan mus fir y ng dipimpin oleh dull h in M sud r s l h seor ng s h t R sulull h S W jug ). dull h in M sud pun mem ntuny d n erk t , Ben rl h uc p n R sulull h!. K mu erj l n se t ng kara, mati sebatang k r , d n n ntiny di khir t) di ngkitk n se t ng k r . Begitulah kisah seorang sahabat Nabi Saw Abu Dzar, sosok yang selalu berani dalam menyerukan kebenaran yang diyakini. Dia tidak pernah takut dengan apapun bahkan nyawanya sendiri menjadi taruhannya karena dia yakin bahwa Allah akan selalu bersama dengan orangorang yang berada di jalan kebenaran[1].

[1] http://www.majalahdzikir.com/index.php?option=com_content&task=view&id=547&Itemid=95, http://www.bimasislam.depag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=176&cati d=49:artikel&Itemid=92&Itemid, http://sunatullah.com/sahabat-nabi/abu-dzar-al-ghiffari.html, http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Dzar_Al-Ghifari Add a comment April 15, 2010

26. Abu Ubaidah bin al-Jarrah (Seorang kepercayaan Umat)


Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin al-Jarah bin Hilal al-Fahry al-Qursy, biasanya dipanggil dengan sebutan Abu Ubaidillah. Dia adalah salah satu sahabat Rosulullah Saw yang berasal dari kaum Quraisy. Lahir di Makkah dari sebuah keluarga yang terhormat. Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan tinggi, kurus, dan tidak terlalu berisi. Jenggotnya tidak tebal.

Orangnya pemurah dan sederhana. berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu. Dia juga termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan. Meski seorang yang pemalu dia disenangi oleh semua orang yang melihatnya, sehingga siapapun yang mengikutinya akan merasa tenang. Masuknya Abu Ubaidillah ke dalam ajaran Islam adalah berkat peran dari Abu Bakar AlShiddiq. Karena dia telah berteman dan mengenal sejak lama Abu Bakar, sehingga tidak sulit bagi Abu Ubaidillah untuk menerima ajakan Abu Bakar untuk mempercayai ajaran baru yang dibawa oleh Muhammad Saw. Sebagaimana sahabat yang lain, keislaman Abu Ubaidillah juga tidak lepas dari tantangan dan siksaan dari orang-orang kafir Quraisy. Meski dia berasal dari keluarga yang cukup terhormat di mata kaum Quraisy. Ayahnya sendiri sangat menentang keputusannya untuk meninggalkan ajaran nenek moyangnya. Dia terus menerus dibujuk oleh ayahnya untuk kembali kepada ajarannya semula, hingga ayah Abu Ubaidillah mempersempit ruang geraknya. Tetapi semua cobaan dapat dilalui dengan sabar dan tawakkal kepada Allah SWT. Pada saat Rosulullah Saw menyuruh kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah dalam rangka menghindari berbagai tantangan dan siksaan dari kaum kafir Quraisy yang semakin berat, Abu Ubadillahpun turut serta dalam rombongan para sahabat untuk berhijrah. Abu Ubaidillah juga salah satu sahabat yang sangat aktif dalam mengikuti berbagai peperangan pada masa Rosulullah Saw, mulai perang badar, Uhud dan lain sebagainya. Dalam perang Badar dia berperang melawan ayahnya sendiri yang menjadi salah satu tentara dari pasukan kaum kafir. Sedangkan pada saat terjadi perang Uhud, ketika wajah Rosulullah terkena dua rantai besi hingga berdarah, dengan cepat Abu Ubaidillah berusaha mencabutnya dari wajah Rosulullah, dia mencabut dengan gigi sehingga dua giginya patah. Pada masa kholifah Abu Bakar al-Shiddiq, dia juga ikut dalam rombongan tentara melawan para murtaddin (orang-orang yang keluar dari agama Islam). Abu Ubadillah juga termasuk salah satu komandan tentara Islam yang diutus Abu Bakar dalam penaklukan Islam. Selama ikut dalam peperangan, beliau berhasil mentaklukan Damaskus, Hamsh, Antokia, Ladhakia, Hebron hingga seluruh Syam. Abu Ubaidillah mendapat julukan Aminul Ummah (Orang yang dipercaya bagi kaumnya) dan Amirul Umaro (pemimpin para pemimpin) dari Rosulullah Saw. Julukan tersebut diberikan oleh Rosulullah Saw berkenaan dengan suatu peristiwa dimana pada suatu hari delegasi Najran dari Yaman datang untuk menyatakan keislaman mereka, dan meminta kepada Nabi SAW agar mengutus bersama mereka orang yang mengajarkan kepada mereka al-Qur n, Sunn h d n Isl m, m k N i S W meng t k n kep d merek , ku en r-benar akan mengutus bersama kalian seorang pria yang sangat dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benarbenar orang yang dapat dipercaya, benar- en r or ng y ng d p t diperc y . Semu s h t berharap bahwa dialah yang bakal dipilih oleh Rasulullah SAW termasuk Umar bin Khattab. Ternyata persaksian ini menjadi keberuntungannya. Setelah Rosulullah Saw melaksanakan sholat dzuhur bersama para sahabat, beliau menengok ke kanan dan ke kiri hingga pandangannya tertuju pada Abu Ubaidillah dan beliau meminta Abu Ubaidillah untuk pergi bersama mereka. Pada watku beliau Abu Ubaidill h erdiri, R sulull h ers d ; Inil h or ng keperc y n um t Isl m.

Setelah Rosulullah Saw wafat, para sahabat berkumpul pada hari Saqifah untuk memilih seorang kholif h. P d s t itu u B k r erk t : S y rel s l h s tu d ri du or ng ini; Um r bin Khotto d n u U id h untuk memimpin Isl m. Kemudi n Um r in l-Khattab ra mengatakan kepada Abu Ubaidah bin al-J rr h, Hulurk n t ng nmu! g r s y i t k mu, k ren s y mendeng r R sulull h S W ers d , Sungguh d l m seti p k um terd p t orang y ng jujur. Or ng y ng jujur di k l ng n um tku d l h u U id h. Kemudi n u U id h menj , S y tid k mungkin er ni mend hului or ng y ng diperc y i oleh R sulull h S W menjadi imam kita di waktu shalat (Saidina Abu Bakar as-Shiddiq ra), oleh sebab itu kita s yogy ny mem u tny j di im m sepeningg l n R sulull h S W. khirny keputus n itu di terima oleh semua pihak dan akhirnya Abu Bakar di baiat menjadi khalifah. Kepribadian dan keluhuran budi pekerti Abu Ubaidillah memang sudah tidak bisa diragukan l gi. Rosulull h S pern h ers d : Sesungguhny seti p um t memiliki or ng keperc y n, dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidillah bin Al-J rr h. Ketik Um r in Kh tt sang khalifah hendak menghembuskan nafas terakhirnya, dia jug erk t : Se nd iny u Ubaidillah bin Al-Jarrah masih hidup, niscaya aku menunjuknya sebagai penggantiku. Jika R ku ert ny kep d ku tent ng di , m k ku j , ku tel h menunjuk keperc y n ll h d n keperc y n R sulNy se g i pengg ntiku. dull h in M sud, s l h s tu s h t Rosulull h S jug s ng t ngg deng nny . Di erk t : P m n-pamanku yang paling setia sebagai sahabat Rasulullah saw. Cuma tiga orang. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, d n u U id h,. Abu Ubaidillah juga dikenal dengan kezuhudannya.Dalam satu kisah disebutkan ketika Abu Ubaidillah menjabat sebagai seorang gubernur Syam. Umar bin Khattab sang khalifah pada saat itu hend k erkunjung ke rum hny . H i u U id h, olehk h ku d t ng ke rum hmu? tany Um r. J u U id h, Untuk p k h k u d t ng ke rum hku? Sesungguhny ku t kut k u t k ku s men h n ir m t mu egitu menget hui ke d nku n nti. N mun Um r memaksa dan akhirnya Abu Ubaidahpun mengizinkan Umar berkunjung ke rumahnya. Ketika Umar bin Khattab sampai di rumah Abu Ubaidillah, dia sangat terkejut. Ia mendapati rumah Sang Gubernur Syam kosong melompong. Tidak ada perabotan sama sekali. Melihat hal tersebut, kemudian Um r ert ny , H i u U id h, di m n k h penghidup nmu? Meng p ku tidak melihat apa- p sel in sepotong k in lusuh d n se u h piring es r itu, p d h l k u seor ng gu ernur?, d k h k u memiliki m k n n? t ny Um r l gi. u U id h kemudi n erdiri d ri duduknya menuju ke sebuah ranjang dan memungut arang yang didalamnya. Umar pun menetesk n ir m t melih t kondisi gu ernurny seperti itu. u U id h pun eruj r, W h i mirul Mukminin, uk nk h sud h kuk t k n t di h k u ke sini h ny untuk men ngis. Um r erk t , Y u U id h, ny k sek li di nt r kit orang-orang yang tertipu oleh god n duni . Suatu ketika Umar mengirimi uang kepada Abu Ubaidah sejumlah empat ribu dinar. Orang yang diutus Um r mel pork n kep d Um r, u U id h mem gi- gi u ng kirim nmu. Kemudi n Um r erk t , lh mdulill h, puji syukur kepada-Nya yang telah menjadikan seseor ng d l m Isl m y ng memiliki sif t seperti di . Begitul h u U id h. Hidup giny adalah pilihan. Ia memilih zuhud dengan kekuasaan dan harta yang ada di dalam genggamannya.

Baginya jabatan bukan aji mumpung buat memperkaya diri. Tapi, kesempatan untuk beramal lebih intensif guna meraih surga. Ketika di negeri Syam sedang terjangkit wabah penyakit, Umar bin Khattab mengirim surat untuk memanggil Abu Ubaidah. Namun Abu Ubaidah menyatakan keberatannya sesuai dengan isi sur t y ng dikirimk nny kep d kh lif h y ng er unyi, H i mirul Mukminin! Sebenarnya saya tahu, kalau kamu memerlukan saya, akan tetapi seperti kamu ketahui saya sedang berada di tengah-tengah tentera Muslimin. Saya tidak ingin menyelamatkan diri sendiri dari musibah yang menimpa mereka dan saya tidak ingin berpisah dari mereka sampai Allah sendiri menetapkan keputusannya terhadap saya dan mereka. Oleh sebab itu, sesampainya surat saya ini, tolonglah saya dibebaskan dari rencana baginda dan izink nl h s y tingg l di sini. Setel h Um r r mem c sur t itu, eli u men ngis, sehingg p r h dirin ert ny , p k h u U id h sud h meningg l? Um r menj ny , Belum, k n tet pi kem ti nny sud h di m ng pintu. Akhirnya Abu Ubaidah meninggal karena wabah penyakit tersebut. Menjelang kematian Abu U id h r , eli u memes nk n kep d tenter ny , S y pes nk n kep d k li n se u h pes n. Jik k li n terim , k li n k n ik, Dirik nl h sh l t, tun ik nl h z k t, pu s l h di ul n Ramadhan, berdermalah, tunaikanlah ibadah haji dan umrah, saling nasihat menasihatilah kalian, sampaikanlah nasihat kepada pimpinan kalian, jangan suka menipunya, janganlah kalian terpesona dengan keduniaan, karena betapa pun seorang melakukan seribu upaya, beliau pasti akan menemukan kematiannya seperti saya ini. Sungguh Allah telah menetapkan kematian untuk setiap pribadi manusia, oleh sebab itu semua mereka pasti akan mati. Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling taat kepada Allah dan paling banyak bekalnya untuk khir t. Kemudi n eli u melih t kep d Mu z in J l r d n meng t k n, Y Mu z! Im mil h sh l t merek . Setel h itu, u U id h r pun menghem usk n n f sny y ng terakhir. Sepeninggalan Abu Ubaidah, Muaz bin Jabal ra berpidato di hadapan kaum Muslimin yang er unyi, H i sek li n k um Muslimin! K li n sud h dikejutk n deng n erit kem ti n seorang pahlawan, yang demi Allah saya tidak menemukan ada orang yang lebih baik hatinya, lebih jauh pandangannya, lebih suka terhadap hari kemudian dan sangat senang memberi nasihat kepada semua orang dari beliau. Oleh sebab itu kasihanilah beliau, semoga kamu akan dikasihani ll h. Pada saat Umar bin Khaththab RA mendengar kematian Abu Ubaidah, dia memejamkan kedua matanya dalam keadaan penuh dengan air mata. Air mata pun mengalir, lalu dia membuka kedua matanya dalam kepasrahan. Ia memo-honkan rahmat Allah untuk sahabatnya dalam keadaan air mata mengalir dari kedua matanya, air mata orang-orang shalih. Air mata mengalir karena kematian orang-orang yang shalih. Umar in Kh thth R erk t , Se nd iny ku oleh berangan-angan, maka aku hanya mengangankan sebuah rumah yang dipenuhi orang-orang semis l u U id h. Begitulah sosok seorang zuhud dan bijak Abu Ubaidah. Dia dapat menjadi contoh teladan bagi para pemimpin bahwa menjadi pemimpin bukanlah jalan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi

seorang pemimpin hanyalah seorang pelayan dari masyarakat yang seharusnya bersikap wajar dan tidak berlebih-lebihan[1].

[1] http://sirah.blogsome.com/2005/09/28/abu-ubaidah-bin-jarrah-radhiallahu-anh/, http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Ubaidah_bin_al-Jarrah, http://www.2lisan.com/agama/sahabatrasul-saw/abu-ubaidah-bin-al-jarrah/, http://74.125.113.132/search?q=cache:kuPtxdP9ZFIJ:rinialfatih.multiply.com/journal/ite, http://halaqah-online.com/v3/index.php?option=com_content&view=article&id=586:abuubaidah-bin-al-jarrah&catid=66:sirah-tokoh-sahabat-nabi&Itemid=536 3 komentar April 15, 2010

25. Said bin Zayd bin Amru


Nama lengkapnya adalah Said bin Zayd bin Amru bin Nufail Al Adawi. Dia adalah salah satu Rosulullah Saw yang berasal dari kaum Quraisy dan termasuk golongan kedalam golongan sepuluh sahabat yang dijanjikan akan masuk surga. Said dilahirkan di Makkah 22 tahun sebelum hijriyah dan sering kali dipanggil dengan sebutan Abul Awaar. Said adalah putra Zaid seorang yang selama hidupnya selalu mencari kebenaran akan agama yang haq. Dia juga tidak mempercayai akan agama yang dianut oleh nenek moyangnya. Zaid juga dikenal sebagai penyelamat bayi perempuan pada masa jahiliyah, karena di masa itu mempunyai bayi perempuan dianggap sebuah aib besar yang dapat meruntuhkan kehormatan keluarga. Zaid menyelamatkan para bayi perempuan dengan mengangkatnya sebagai anak dan kemudian mengasuhnya. Ketidakpercayaan Zaid terhadap ajaran nenek moyangnya dapat dibuktikan dalam sebuah peristiwa yakni; suatu hari Zaid bin Amr bin Nufail berdiri di tengah-tengah orang banyak yang berdesak-desakan menyaksikan kaum Quraisy berpesta merayakan salah satu hari besar mereka. Kaum pria memakai serban sundusi yang mahal, yang kelihatan seperti kerudung Yaman yang lebih mahal. Kaum wanita dan anak-anak berpakaian bagus warna menyala dan mengenakan perhiasan indah-indah. Hewan-hewan ternak pun dipakaikan bermacam-macam perhiasan dan ditarik orang-orang untuk disembelih di hadapan patung-patung yang mereka sembah. Kemudi n Z id ers nd r ke dinding K h d n erk t , H i k um Qur isy! he n itu diciptakan Allah. Dialah yang menurunkan hujan dari langit supaya hewan-hewan itu minum sepuas-puasnya. Dialah yang menumbuhkan rumput-rumputan supaya hewan hewan itu makan sekenyang-kenyangnya. Kemudian, kalian sembelih hewan-hewan itu tanpa menyebut nama ll h. Sungguh odoh d n ses t k li n. Al-Khattab, ayah Umar bin Khottob, berdiri menghampiri Zaid, lalu ditamparnya Zaid. Kata AlKh tt , Kur ng j r k u! k mi sud h sering mendeng r k t -katamu yang kotor itu, namun k mi i rk n s j . Kini kes r n k mi sud h h is! Kemudi n, dih sutny or ng-orang bodoh

supaya menyakiti Zaid. Zaid benar-benar disakiti mereka dengan sungguh-sungguh sehingga dia terpaksa menyingkir dari kota Mekah ke Bukit Hira. Al-Khattab menyerahkan urusan Zaid kepada sekelompok pemuda Quraisy untuk menghalang-halanginya masuk kota. Karena itu, Zaid terpaksa pulang dengan sembunyi-sembunyi. Dalam kisah lain disebutkan juga bahwa suatu hari Zaid bin Amr bin Nufail berkumpul ketika orang-orang Quraisy tengah bersama-sama dengan Waraqah bin Naufal. Abdullah bin Jahsy, Utsman bin Harits, dan Umaimah binti Abdul Muthallib, bibi Muhammad saw. Mereka berbicara tentang kepercayaan masyarakat Arab yang sudah jauh tersesat. Pada saat itu Zaid berkata, Demi ll h! sesungguhny S ud r -Saudara sudah maklum bahwa bangsa kita sudah tidak memiliki agama. Mereka sudah sesat dan menyeleweng dari agama Ibrahim yang lurus. Karena itu, marilah kita pelajari suatu agama yang dapat kita pegang jika Saudara-Saudara ingin eruntung. Keempat orang itu akhirnya pergi menemui pendeta-pendeta Yahudi, Nasrani, dan pemimpinpemimpin agama lain untuk menyelidiki dan mempelajari agama Ibrahim yang murni. Waraqah bin Naufal akhirnya meyakini agama Nasrani sebagai agama yang dipegannya. Sementara Abdullah bin Jahsy dan Utsman bin Harits tidak menemukan apa-apa. Adapun Zaid bin Amr bin Nufail mengalami kisah tersendiri ketika sedang dalam pencarian agama tersebut. Zaid mempelajari agama Yahudi dan Nasrani. Tetapi, keduanya ditinggalkannya karena dia tidak memperoleh sesuatu yang dapat menenteramkan hati dan menjawab kegelisahan-kegelisahannya. Kemudian Zaidpun berkelana ke berbagai pelosok mencari agama Ibrahim. Ketika dia sampai ke negeri Syam, dia diberitahu tentang seorang Rahib yang mengerti ilmu kitab. Kemudian dia mendatangi sang Rahib untuk menceritakan kepadanya tentang kegelisahannya tentang agama nenek moyangnya serta pengalamannya dalam mempelajari agama Yahudi dan Nasrani. Mendeng r cerit d ri Z id, kemudi n s ng R hi terse ut erk t : S y t hu engk u sed ng menc ri g m I r him, h i putr Mek h?, Z id pun menj : Betul, itul h y ng s y ingink n. Kemudi s ng R hi erk t : nd menc ri g m y ng de s ini sud h t k mungkin lagi ditemukan. Tetapi, pulanglah Anda ke negeri Anda. Allah akan membangkitkan seorang nabi di tengah-tengah bangsa Anda untuk menyempurnakan agama Ibrahim. Bila Anda ertemu deng n di , tet pl h nd ers m ny . Mendengar keterangan dari rahib tersebut, akhirnya Zaid berhenti berkelana dan dia memutuskan untuk kembali ke Mekah menunggu nabi yang dijanjikan. Ketika Zaid sedang dalam perjalanan pulang. Allah mengutus Muhammad menjadi nabi dan rasul dengan agama yang hak. Tetapi, Zaid belum sempat bertemu dengan beliau, dia dihadang perampok-perampok Badui di tengah jalan dan terbunuh sebelum ia kembali ke Mekah. Waktu dia akan menghembuskan napasnya y ng ter khir, Z id meneng d h ke l ngit d n erk t , W h i ll h, jik Engk u mengh r mk nku d ri g m y ng lurus ini, j ng nl h n kku S id dih r mk n pul d rip d ny . Do Z id inipun dik ulk n oleh ll h. Putr kes y ngannya Said akhirnya menjadi seorang muslim bahkan menjadi pelopor dari keislaman orang-orang Quraisy lainnya. Sebagai seseorang yang dididik dari keluarga yang tidak mempercayai tradisi agama nenek moyangnya, tentu membuat Said begitu mudah untuk menjadi muslim begitu dia mendengar Nabi Saw menyerukan

dakwah kepada agama kebenaran. Karenanya Said termasuk golongan orang yang pertama-tama masuk Islam. Dia mempercayai ajaran baru yang di bawa oleh seorang utusan Allah Muhammad Saw di saat banyak orang masih meragukannya. Masuknya Said kedalam Islam tidak lepas dari berbagai siksaan dari orang-orang kafir yang tidak rela kehilangan pengikut agama nenek moyangnya. Dia menyatakan dirinya sebagai seorang muslim bersama istrinya Fatimah binti Khattab, adik perempuan Umar bin Khattab, seorang pemuka Qurasiy yang pada saat itu sangat membenci ajaran baru yang dibawa oleh Muhammad. Said menjadi seorang muslim dalam usia 20 tahun. Dia tetap teguh dalam keimanannya ketika mengalami berbagai siksaan. Bahkan keteguhan Said bersama istrinya dalam meyakini ajaran agamanya telah meluluhkan hati Umar bin Khattab seorang yang mempunyai hati yang keras dan pada saat itu menjadi salah satu penghalang yang berat bagi dakwah Rosulullah Saw. Said adalah seorang yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi kepentingan agamanya. Dia ikut serta dalam hijrah kaum muslimin baik hijrah ke negeri Habasya maupun hijrah ke Madinah. Dia juga selalu mengikuti peperangan pada masa Nabi Saw, kecuali perang Badar karena saat itu dia bersama Thalhah bin Ubaidillah mendapat tugas dari Rosulullah Saw untuk mengintai orangorang Quraisy. Said juga ikut serta dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah umat muslim yakni perang Yarmuk yang menggulingkan kekuasaan bangsa Romawi masa itu, dia juga mengikuti perang dalam menggulingkan kekuasaan Persia yang semuanya terjadi pada pemerintahan khalifah Umar bin Khattab. Said juga mengikuti perang dalam menaklukkan D msyiq, hk n u U id h in J rr h meng ngk t S id in Z id menj di li di s n . Dialah wali kota pertama dari kaum muslimin setelah kota itu dikuasai. Said juga seorang ahli ibadah yang doanya seringkali dikabulkan oleh Allah. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Bani Umayah, merebak suatu isu dalam waktu yang lama di kalang n penduduk Y tsri terh d p S id in Z id. Y kni, seor ng nit ern m r inti u is tel h menuduh S id in Z id mer mp s t n hny d n mengg ungk nny dengan tanah Said sendiri. Wanita tersebut menyebarkan tuduhannya itu kepada seluruh kaum muslimin, dan kemudian mengadukan perkaranya kepada Wali Kota Madinah, yang pada saat itu adalah Marwan bin Hakam. Marwan menerima pengaduan tersebut dan kemudian mengirimkan e er p petug s kep d S id untuk men ny k n perih l tuduh n nit terse ut. S h t Rasulullah Saw ini merasa prihatin atas fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Kemudi n S id erk t : Di menuduhku menz liminy mer m p s t n hny y ng er t s n dengan tanah saya). Bagaimana mungkin saya menzaliminya, padahal saya telah mendengar Rasulull h s . ers d , Si p s j y ng meng m il t n h or ng l in l upun sejengk l, nanti di hari kiamat Allah memikulkan tujuh lapis bumi kepadanya. Wahai Allah! dia menuduh saya menzaliminya. Seandainya tuduhan itu palsu, butakanlah matanya dan ceburkan dia ke sumur yang dipersengketakannya dengan saya. Buktikanlah kepada kaum muslimin sejelasjel sny h t n h itu d l h h k s y d n h s y tid k pern h menz liminy . Tidak berapa lama kemudian, terjadi banjir yang belum pernah terjadi seperti itu sebelumnya. M k , ter uk l h t nd t s t n h S id d n t n h r y ng merek perselisihk n. Sehingg k um muslimin memperoleh ukti h S idl h y ng en r, sed ngk n tuduh n nit itu

adalah palsu. Hanya sebulan sesudah peristiwa itu, wanita tersebut menjadi buta. Ketika dia berjalan meraba-raba di tanah yang dipersengketakannya, dia pun jatuh ke dalam sumur. Begitulah sosok seorang Said bin Zaid, salah satu sahabat Rosulullah Saw yang dijanjikan akan masuk surga. Dia meninggal dalam usia 73 tahun di Madinah pada tahun 51 H[1].

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Said_bin_Zayd_bin_Amru, http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/said-bin-zaid-bin-amru-bin-nufail.html, http://sufiimaan.blogspot.com/2009/12/sahabat-said-bin-zayd-bin-amru-bilal.html, http://sunatullah.com/sahabat-nabi/sa%E2%80%99id-bin-zaid.html, Add a comment April 15, 2010

24. Utsman bin Mazhun


Ustm n in M zhun d l h s l h s tu s h t N i S y ng term suk golongan orang yang pertama masuk Islam. Dia termasuk cendekiawan Arab pada masa Jahiliyah. Sebagaimana sahabat Rosulullah lain, masuknya Utsman ke dalam ajaran Islam juga menuai siksaan dan penderitaan dari orang-orang kafir Quraisy. Karenanya ketika Rosulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk berhijrah ke Habasyah dalam rangka menghindari siksaan kaum kafir Quraisy yang semakin menjadi-jadi, berangkatlah Utsman dan putranya Said bin Utsman bersama rombongan para sahabat untuk melakukan hijrah pertama kaum muslimin. Bahkan Rosulullah meminta Utsman untuk menjadi pemimpin rombongan kaum muslimin yang berhijrah. Negeri Habasyah dipilih sebagai tempat berhijrah kaum muslimin karena meskipun Habasyah dipimpin oleh seorang raja yang beragama Nasrani yakni raja Negus, tetapi tidak ada orang yang dianiaya disitu, sehingga raja Neguspun dapat menerima kaum muslimin dengan baik. Setelah mendengar isu bahwa kota Makkah sudah cukup aman bagi kaum muslimin, para sahabat yang telah lama meninggalkan kota Makkahpun ingin segera kembali ke kampung halaman mereka. Dengan perasaan rindu yang tidak dapat dibendung, mereka meminta izin Raja Negus untuk kembali ke Makkah. Sesampai di kota Makkah, ternyata informasi yang mereka dengar tidak benar, orang-orang kafir justru semakin senang menyiksa, mereka seperti menemukan kembali buronan yang dicari-cari. Mereka memasang jebakan untuk menyambut kedatangan kaum muslimin ke Makkah. Sementara kaum muslimin dalam kondisi yang lemah dan tidak dapat berbuat apa-apa, sehingga siksaan demi siksaan diterima pengikut Rosulullah dengan lapang dada. Kesulitan dan siksaan tersebut tidaklah dirasakan oleh Ustman karena dia telah mendapatkan jaminan dari pamannya Walid bin Mughirah, seorang tokoh Quraisy. Jaminan dari seorang tokoh memang sangat berpengaruh bagi kaum Quraisy masa itu. Perlindungan menjadi tradisi masyarakat Arab. Siapa pun dan seberapa rendah kelas seseorang, jika masuk dalam perlindungan tokoh waktu itu, mereka akan aman. Tidak boleh mendapat gangguan sekecil apa pun. Meski berada dalam perlindungan pamannya, tetapi Ustman merasa tidak nyaman melihat

saudara-saudaranya sesama muslim mendapat perlakuan kasar, kekerasan dan siksaan dari kaum kafir Quraisy. Untuk itu, dia meminta kepada pamannya untuk melepas perlindungan atas dirinya, agar diapun dapat merasakan siksaan yang diterima oleh saudara-saudaranya yang seim n. Ustm n erk t kep d p m nny : W h i u di Sy m se ut n penghorm t n gi Walid bin Mughirah), sejak saat ini aku melepaskan perlindungan yang telah engkau berikan padaku. Karena aku tidak ingin mendapatkan perlindungan selain dari-Nya. Umumkanlah hal ini, seperti ktu engk u umumk n perlindung n t sku se elumny , k t Utsm n deng n su r lantang. Walid tak menyangka kemenakannya akan mengatakan itu. Kemudian Walidpun ert ny kep d kepon k nny , Meng p h i kepon k nku? Mungkin d s l h seor ng n k u hku yg mengg nggumu?, Tid k uj r Utsm n in M zhun. H ny s j s y ingin berlindung kepada Allah dan tidak suka lagi kepada lain-Nya. Karenanya pergilah Anda ke masjid serta umumkanlah maksudku ini secara terbuka seperti Anda dahulu mengumumkan perlindung n terh d p diriku! Setelah Ustman dapat meyakinkan pamannya, akhirnya mereka berdua pergi ke masjid, dan Walid mengumumkan kepada semua orang bahwa dia telah melepas perlindungannya atas Ustm n in M zhun. Tid k l m setel h W lid mengumumk n pelep s n perlindung n t s diri Ustman, Kaum Quraisy lantas berdatangan ke arahnya dan mulai menyiksanya. Utsmanpun menerimanya dengan lapang dada. Ia justru bangga karena ia kini menerima nasib sama dengan saudara-saudara seimannya. Ia nikmati siksaan demi siksaan itu bagaikan belaian. Siksaan demi siks n diterim ny persis di dep n s ng p m n. yol h, Utsm n, k l u k mu menghend ki keselamatan, masuklah ke d l m perlindung nku kem li. Tet pi Utsm n menol k t r n itu. Deng n ten ng i erk t , M t ku y ng seh t ini memerluk n pukul n seperti y ng tel h dirasakan saudara-saudaraku seiman. Sebenarnya aku berada dalam perlindungan Allah, yang lebih kuat d ri perlindung n y ng is engk u erik n untukku. Kemudi n Ustm n pul ng ke rumahnya sambil mendendangkan sebuah pantun: Andaikata dalam mencintai ridla Ilahi Mataku ditinju tangan jahil orang mulhidi Maka Yang Maha Rahman telah menyediakan imbalannya Karena siapa yang diridhai-Nya pasti berbahagia Hai ummat, walau menurut katamu daku ini sesat Daku kan tetap dalam agama Rasul, Muhammad Dan tujuanku tiada lain hanyalah Allah dan agama yang haq walaupun lawan berbuat aniaya dan semena-mena. Ketika Rosulullah Saw memerintahkan kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah, Utsm npun ikut sert d l m hijr h terse ut. Di M din h, Utsm n in M zhun menj di s ng t tekun dan rajin beribadah: malam harinya bagai rahib dengan ibadah shalat dan dzikirnya; siang harinya bagai pahlawan dengan berjuang membela kebenaran. Dia sangat dikenal dengan kezuhudannya dan tidak memikirkan kesenangan duniawi. Suatu hari Ustman sedang masuk masjid dengan pakaian yang compang camping dan beberapa sobekan yang ditambal dengan kulit unta. Dia mendengar Rosulullah Saw sedang bercakapc k p deng n p r s h t d n erk t kep d merek : B g im n pend p t K li n, il K li n puny p k i n s tu stel untuk p k i n p gi d n sore h ri dig nti deng n stel n l inny

kemudian disiapkan di depan kalian suatu perangkat wadah makanan sebagai ganti perangkat l inny y ng tel h di ngk t sert k li n d p t menutupi rum h-rumah kediaman kalian se g im n K h ertutup? Kemudi n p r s h t menj : K mi ingin h l itu d p t terjadi, h i R sulull h, hingg kit d p t meng l mi hidup m kmur d n h gi !, mendeng r j n p r s h t kemudi n R sulull h s pun ers d : Sesungguhny h l itu tel h terjadi, kemudian Kalian sekarang ini lebih baik dari keadaan Kalian waktu lalu. Mendengar ucapan yeng menginginkan kecukupan, Ustman tidak pernah terpengaruh, bahkan dia sangat istiqomah dengan kezuhudannya, sehingga saking zuhudnya, dia hendak menahan diri untuk menggauli istrinya sampai Rasulullah Sawpun memanggil dan menyampaikan kepadanya Sesungguhny kelu rg mu itu mempuny i h k t s dirimu. Ustman adalah salah satu sahabat yang sangat dicintai oleh Rosulullah Saw. Pada saat dia sedang menghadapi detik-detik kematian menuju kehadapan sang khalik, Rosulullah Saw sempat membungkuk dan menciumnya dengan air mata yang membasahi kedua pipi beliau. Rosulull hpun ers d : Semog ll h mem erimu r hm t h i u S i ..K mu pergi meninggalkan dunia tak satu keuntungan pun yg kamu peroleh daripadanya serta tak satu kerugian pun yg dideritany d rip d mu. Ustm n meningg l deng n j h y ng mem nc rk n sinar dan senyuman pada tahun 2 Hijriyah (624 M). Dia adalah muhajirin pertama yang meningg l di M din h d n s h t Rosulull h y ng pert m y ng dim k mk n di qi. Sepeninggal Ustman, Rosulullah Saw tidak pernah melupakan sahabatnya tersebut, bahkan ketik putriny Ruk yy h k n mengh d p s ng kh lik, Rosulull h S erk t : : Pergil h susul pend hulu hit y ng pilih n. Utsm n in M zhun[1].

[1] http://tokoh-ilmuwan-penemu.blogspot.com/2009/12/utsman-bin-mazh.html, http://sunatullah.com/sahabat-nabi/utsman-bin -mazh%E2%80%99un.html, http://blog.re.or.id/utsman-bin-mazh-un.htm, http://id.wikipedia.org/wiki/Utsman_bin_Mazh%27un, http://abughifari.wordpress.com/2008/09/15/utsman-bin-mazhun/ Add a comment April 15, 2010

23. Bilal bin Rabah (Mutiara hitam bersuara emas)


Bilal ibn Rabah adalah seorang budak yang berasal dari Habasyah (sekarang disebut Ethiopia). Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira 34 tahun sebelum hijrah dari seorang ayah yang dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya dikenal dengan Hamamah. Hamamah ini adalah seorang budak wanita yang berkulit hitam yang tinggal di Mekkah. Oleh karenanya, sebagian orang memanggilnya dengan nama Ibnu Sauda (Anaknya budak hitam). Masa kecil Bilal dihabisakan di Makkah, sebagai putra dari seorang budak, Bilal melewatkan masa kecilnya dengan bekerja keras dan menjadi budak. Sosok Bilal digambarkan sebagai

seorang yang berperawakan khas Afrika yakni tinggi, besar dan hitam. Dia menjadi budak dari keluarga bani Abduddar. Kemudian saat ayah mereka meinggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang yang menjadi tokoh penting kaum kafir. Bilal termasuk orang yang teguh dengan pendiriannya. Ketika Rosulullah Saw mulai menyampaikan risalahnya kepada penduduk Makkah. Bilal termasuk golongan orang yang pertama-tama masuk Islam. Masuknya Bilal ke dalam ajaran Islam mengakibatkan penderitaan yang mendalam karena berbagai siksaan yang diterima dari majikannya. Apalagi sang majikan Umayyah bin Khalaf termasuk tokoh penting kaum kafir Quraisy. Siksaan yang diterima Bilal memang cukup berat, hal ini karena Bilal adalah seorang budak yang lemah dan tidak mempunyai kuasa apapun. Berbeda dengan para sahabat Nabi Saw yang lain seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keluarga dan siap melindungi menghadapi ulah kaum kafir yang senantiasa mengganggu dan menghalangi kaum muslimin dengan berbagai cara. Penyiksaan k um k fir Qur isy terh d p p r ud k y ng must d fin mem ng s ng t kej m. Hal ini juga dirasakan oleh Bilal bin Rabah yang diperlakukan secara kejam oleh Umayyah bin Khalaf beserta para algojonya. Bilal dicambuk hingga tubuhnya yang hitam tersebut melepuh. Tetapi dengan segala keteguhan hati dan keyakinannya, dia tetap mempertahankan keimanannya meski harus menahan berbagai siksaan tanpa bisa melawan sedikitpun. Setiap kali dia dicambuk, dia hanya bisa mengeluarkan kata-k t : h d, h d Tuh n y ngEs ). Tidak hanya sekedar dicambuk, kemudian Umayyahpun menjemur Bilal tanpa pakaian di tengah matahari yang sangat terik dengan menaruh batu yang besar di atas dadanya. Dengan segala kepasrahan, lagi-lagi Bil lpun h ny is erk t : h d, h d. Seti p k li menyiksa Bilal, Umayyah selalu mengingatkannya untuk kembali pada ajaran nenek moyang, dan Tuhannya Latta, Uzza, tetapi Bil l tid k pern h menyer h deng n ke d n. Di tet p kukuh d n terus erk t : h d, h d setiap kali siksaan itu datang kepadanya. Semakin Bilal teguh dan kuat, semakin keras Umayyah menyiksa Bilal. Bahkan dia mengikatkan sebuah tali besar di leher Bilal lalu menyerahkannya kepada orang-orang bodoh dan anak-anak. Umayyah menyuruh mereka untuk membawa keliling Bilal ke seluruh perkampungan Mekkah serta menariknya ke seluruh dataran yang ada di kota tersebut. Akhirnya Allah mengakhiri siksaan demi siksaan yang dialami oleh Bilal melalui Abu Bakar alShiddiq. Suatu hari, disaat Bilal kembali disiksa oleh majikannya Umayyah, Abu Bakar sedang lewat tidak jauh dari tempat penyiksaannya. Melihat hal tersebut, Abu Bakar bermaksud membeli Bilal dari Umayyah bin Khalaf. Lalu Umayyahpun meninggikan harganya karena ia menduga bahwa Abu Bakar tidak akan mampu untuk membayarnya. Namun Abu Bakar mampu membayarnya dengan 9 awqiyah dari emas. Umayyah berkata kepada Abu Bakar setelah perjanjian jual- eli ini us i: K l u engk u tid k m u meng m il Bil l kecu li deng n 1 qiy h em s s j , p sti sud h ku ju l jug . Kemudi n u B k r menj : Jik engk u tidak mau menjualnya kecuali dengan 100 awqiyah, pasti aku akan tet p mem eliny ! Begitu Abu Bakar As Shiddiq memberitahukan Rasulullah Saw bahwa dia telah membeli Bilal d n menyel m tk nny d ri t ng n penyiks , m k N i S ers d : Li tk n ku d lam

pem e s nny , R sulull h.

h i

u B k r! s Shidiq l lu menj

: ku tel h mem e sk nny , y

Begitulah akhirnya Bilalpun menjadi seorang yang merdeka dan selamat dari siksaan sang majikan. Kebebasannya menjadikan Bilal seorang yang semakin taat mengikuti ajaran agama Allah dan rosulnya. Ketika Rosulullah Saw berhijrah ke Madinah. Bilalpun turut serta berhijrah ke Madinah untuk menjauhi siksaan kaum kafir Quraisy Makkah. Dia mengabdikan diri sepanjang hidupnya kepada Rosul yang sangat dicintainya. Dia menjadi pengikut Rosul yang setia dan selalu mengikuti setiap peperangan yang terjadi pada masa itu. Bahkan dia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana akhirnya Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf mantan majikannya tewas di tangan pedang kaum muslimin. Ketika Rosulullah Saw selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal bin Rabah ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam. Bilalpun menjadi Muadzin tetap pada masa Rosulullah Saw. Suaranya yang begitu merdu sangat menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Rosulullahpun sangat menyukai suara Bilal. Biasanya, setelah mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di depan pintu rum h R sulull h Sh l ll hu l ihi s ll m ser y erseru, H yy l shshol ti h yy l shshol ti M ri mel ks n k n sh l t, m ri mer ih keuntung n.) L lu, ketik R sulull h Sh l ll hu l ihi s ll m kelu r d ri rum h d n Bil l melih t eli u, Bil l seger melantunkan iqamat. Ketika Rosulullah Saw akan menaklukkan kota Makkah, Bilalpun berada di samping beliau. Saat R sulull h S mem suki K h, Beli u h ny did mpingi oleh 3 or ng s j , merek d l h: Utsm n in Th lh h s ng pemeg ng kunci K h, Us m h in Z id or ng kes y ng n Rasulullah dan anak dari orang kesayangan Beliau Zaid bin Haristah, serta Bilal bin Rabah sang mu dzin R sulull h S . Kemudi n Rosulull h S menyuruh Bil l untuk n ik di t s k h dan menyerukan kalimat tauhid. Bilal menyerukan adzan dengan suara yang keras dan menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya. Ribuan leher manusia melihat ke arah Bilal. Ribuan lisan manusia yang mengikuti ucapan Bilal dengan hati yang khusyuk. Pada suatu hari, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istime milikny kep d R sulull h Sh l ll hu l ihi s ll m. R sulull h Sh l ll hu l ihi s ll m meng m il s tu tom k, sement r sis ny di erik n kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-m n . I mem ny d l m kesemp t n du sh l t id Idul Fitri d n Idul dh ), d n sh l t istisq mohon turun huj n), d n men nc pk nny di h d p n beliau saat melakukan shalat di luar masjid. Begitulah sosok Bilal, dia selalu berada di belakang Rosulullah dalam kondisi apapun. Kecintaannya terhadap Rosulullah Saw pernah membuatnya terbuai dalam mimpi bertemu dengan Rosul sepeninggal beliau. Dalam mimpinya itu, Rasulullah S erk t kep d Bil l: Bil l, sud h l m kit erpis h, ku rindu sek li kep d mu, Kemudi n Bil lpun menj : Y , R sulull h, ku pun sud h ter m t rindu ingin ertemu d n mencium h rum rom tu uhmu, k t Bil l m sih d l m mimpin-ya. Setelah itu, mimpi tersebut berakhir begitu saja. Dan Bilal bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia dirundung rindu. Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang sahabat

lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Bilal bin Rabah segera memenuhi ruangan kosong di hampir seluruh penjuru kota Madinah. Tak menunggu senja, hampir seluruh penduduk Madinah tahu, semalam Bilal bermimpi ketemu dengan nabi junjungannya. Ses t setel h R sulull h Sh l ll hu l ihi s ll m mengem uskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu l ihi s ll m m sih ter ungkus k in k f n d n elum dike umik n. S t Bil l s mp i p d k lim t, syh du nn muh mm d n rosuulull hi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utus n ll h), ti -tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru. Sej k kepergi n R sulull h Shol ll hu l ihi s ll m, Bil l h ny s nggup mengum nd ngk n z n sel m tig h ri. Seti p s mp i kep d k lim t, syh du nn muh mm d n rosuulull hi ku ers ksi h Muh mm d d l h utus n ll h), i l ngsung menangis tersedu-sedu. Sehingga kaum muslimin yang mendengarnya ikut larut dalam tangisan pilu. Karena itulah kemudian Bilal memohon kepada Abu Bakar, sang khalifah yang mengg ntik n posisi R sulull h Shol ll hu l ihi s ll m se g i pemimpin, g r diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam. Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizink nny kelu r d ri kot M din h, n mun Bil l mendes kny ser y erk t , Jik dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Ny . Kemudi n u B k r menj , Demi ll h, ku en r-benar membelimu untuk Allah, dan ku memerdek k nmu jug k ren ll h.. Mendeng r j n u B k r, Bil lpun seger meny hut, K l u egitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setel h R sulull h Shol ll hu l ihi s ll m f t. khirny u B k r menj , B ikl h, ku meng ulk nny . Bil l pergi meningg lk n M din h ers m p suk n pert m yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Kh thth ke il y h Sy m, y ng kem li ertemu deng n Bil l Rodhi ll hu nhu setel h terpisah cukup lama. Pada saat itu khalifah Umar bin Khattab baru saja menerima kunci kota Yerussalem. Dalam pertemuan tersebut khalifah Umar bin Khattab meminta kepada Bilal untuk mau mengumandangkan adzan dan akhirnya Bilalpun mau menuruti permintaan sang khalifah. Mendengar Bilal menyuarakan adzan, kaum musliminpun merasa sangat terharu, bahkan Umar tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menangis tersedu-sedu. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama R sulull h Sh l ll hu l ihi s ll m. BiI l d l h pengum nd ng seru n l ngit itu. Peristiwa tersebut merupakan adzan terakhir yang diperdengarkan oleh suara merdu dan syahdu Bilal bin Rabah di hadapan kaum muslimin. Bilal tetap tinggal di Damaskus hingga akhir hayatnya. Menjelang kematiannya untuk menghadap sang Khalik, Bilal seringkali mengucapkan kata-kata secara secara beulang-ulang, kata tersebut adalah:

Esok kita bersua dengan orang-orang terkasih Muhammad dan sahabat-sahabatnya Esok kita bersua dengan orang-orang terkasih Muhammad dan sahabat-sahabatnya Demikianlah kisah seorang Bilal, keteguhan, ketegaran dan keyakinannya akan ajaran kebenaran, telah mengangkat derajadnya dan menjadikannya seorang mulia di sisi Allah dan rosulnya meskipun dia berasal dari seorang budak hitam yang hina dan fakir. Sebuah kisah teladan bagi kita semua[1].

Khulafaurrasyidin ialah para khalifah yang arif bijaksana. Merekalah pengganti Rasulullah Saw, sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin karena sepak terjang mereka mencontoh Nabi Muhammad Saw. Juga arah tujuannya, yaitu membawa umat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak 1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (Th.11-13 H/632-634 M) Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad. Nama aslinya Abdullah bin Ab Quhafah. Kemudian terkanal dengan sebutan Abu Bakar. Sedang gelar Ash-Shiddiq diberikan oleh para sahabat karena ia sangat membenarkan Rasulullah Saw. Sejak muda Abu Bakar memang sudah akrab dengan Rasulullah. Dialah yang menemani Nabi Muhammad di Gua Hira' dan dialah yang pertama kali masuk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Sewaktu Nabi sakit ia dipercaya para sahabat menjadi Imam Sholat. Maka pantaslah bila kaum muslimin memilihnya sebagai Khalifah pertama setelah baginda Rasulullah wafat. Tugas pertama yang dilaksanakan sebagai Khalifah, yaitu memerangi orang-orang murtad. Sepeninggal Rasulullah memang banyak kaum muslimin yang kembali ke agamanya semula. Karena Nabi Muhammad, pimpinan mereka, sudah wafat, mereka merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan muncul orang-orang yang mengaku Nabi, antara lain Musailamah Al-Kadzab, Thulaiha Al-Asadi, dan AlAswad Al-Ansi Kemurtadan saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Untuk itu Abu Bakar mengirim 11 pasukan perang dengan 11 daerah tujuan. Antara lain, pasukan Khalid bin Walid ditugaskan menundukkan Thulaiha Al-Asadi, pasukan 'Amer bin Ash ditugaskan di Qudhla'ah. Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman dan Khalid bin Said ditugaskan ke Syam Selanjutnya, atas usul Umar bin Khatab, Abu Bakar memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat Al-Qur'an dengan menunjuk Zaid bin

Tsabit sebagai pelaksananya. Hal ini dilakukan mengingat a. Banyak sahabat yang hafal Al-Qur'an gugur dalam perang penumpasan orang-orang murtad. b. Ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu, dan kayu sudah banyak yang rusak sehingga perlu penyelamatan. c. Pembukuan Al-Qur'an ini mempunyai tujuan agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang masa. Disamping itu, Abu Bakar memperluas daerah dakwah Islamiyah, antara lain ke Irak yang masa itu termasuk wilayah jajahan Persi dan ke Syam yang dibawah kekuasaan Rum. Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar pulang ke Rahmatullah pada tanggal 23 Jumadil Akhir 13 H. Dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah Saw. Beliau dikenang oleh para sahabat sebagai khalifah yang sangat taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta berbudi luhur, tidak sombong dan amat sederhana. 2. Umar Bin Khatab (Th.13-23 H/634-644 M) Ia lebih muda 13 tahun dari Nabi Muhammad Saw. Sejak kecil ia sudah terkenal sangat cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di depan siapa pun. Tidaklah mengherankan setelah masuknya Umar ke dalam barisan orang muslim. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah masuk Islam paling berani menghancurkan musuh Islam. Kemudian terkenallah Umar sebagai "Singa Padang Pasir", sangat disegani. Ia sangat tegas dalam mengatakan kebenaran. Oleh karenanya digelari oleh masyarakat Al-Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan antara yang benar dan yang salah . Sedemikian gigihnya Umar dalam menegakkan Syariat Islam sampai Abdullah bin Mas'ud mengatakan : "Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia," (HR.Bukhari) Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persi lainnya. Beliaulah yang pertama membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al-Qur'an. Khalifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama 10 tahun 6 bulan oleh tikaman pedang Abu Lu'lu'ah, seorang budak milik Al-Mughirah bin Syu'bah. Dikenang umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana dan sportif. Kata-kata beliau yang sangat terkenal, "Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya". Selain itu, beliau dikenal sangat menyayangi rakyat. 3. Ustman Bin Affan (Th.23-35 H/644-656 M) Ia lima tahun lebih muda dari NAbi Muhammad Saw. Sejak muda, ia memiliki akhlak yang sangat mulia. Ia juga seorang saudagar yang kaya raya dan pendiam. Ialah yang membeli sumur Raumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amalnya hingga masyarakat menggelarinya "ghaniyyun Syakir", yaitu orang kaya yang banyak syukurnya kepada Allah Swt. Sekalipun amat kaya, Ustman tidak

segan-segan turut serta berperang. Ia juga termasuk penulis wahyu yang terkenal. Karena kebaikan-kebaikannya itulah, ia dikawinkan dengan putri Nabi yang bernama Ruqaiyah. Setelah Ruqaiyah meninggal, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi yang bernama Umi Kultsum. Oleh karenanya digelari "Dzun Nurain", artinya yang mempunyai dua cahaya. Langkah-langkah yang ditempuhnya setelah menjafi Khalifah, adalah mengganti gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah wafatnya Umar. Kemudian beliau memperbanyak naskah Al-Qur'an yang sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, dan Kufah. Beliau wafat pada usia 82 tahun setelah memerintah selama 12 tahun. Meninggal oleh tikaman pedang Humran bin Sudan, saat beliau membaca Al-Qur'an. Jasa besar beliau memelihara kemurnian AlQur'an sebagaimana yang tersebar sekarang. 4. Ali Bin Abi Thalib (Th.35-40 H/656-661 M) :Ia sepupu Nabi Muhammad. Putra dari Abu Thalib. Usianya 32 tahun lebih muda dari Nabi. Ia mendapat asuhan langsung dari beliau. Tidaklah mengherankan jika beliaulah dari golongan anak-anak pertama masuk Islam setelah Nabi diangkat menjadi Rasul. Maka, pantas bila pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas. Juga terkenal sangat teguh dalam memegang ajaran agama. Pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib ini, Islam banyak mengalami kemunduran. Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Ustman bin Affan. Terutama dari golongan Bani Umayyah dan dari kelompok Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Suasana tersebut kian memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pegawai pemerintahan yang telah diangkat oleh Ustman. Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Khalifah Ustman dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah peperangan. Pertama, terjadi perang Waq'atul Jamali atau peperangan unta antara pasukan Khalifah Ali dengan pasukan Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36 H/657 M akibat hasutan Abdullah bin Saba'. Dalam perang ini, pasukan Ali memperoleh kemenangan. Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan hormat dan dimuliakan. Perang kedua yang terjadi antara pasukan Khalifah Ali dengan pasukan golongan Umaiyyah yang dipimpin oleh Amer bin Ash. Perang ini dinamakan perang Shiffin, terjadi di dekat Sungai Furat (Ifrat) pada tahun 36 H/658 M. Menjelang kekalahannya, Amer bin Ash mengajak pasukan Ali ke meja perundingan. Siasat Amer bin Ash ini berhasil. Khalifah Ali berhasil dicopy dari jabatannya dan diangkatlah Muawiyah. Khalifah Ali wafat pada usia 63 tahun, setelah memerintah selama 5

tahun. Ia terbunuh oleh Abdurrahman bin Muljim, seorang dari aliran Khawarij, yaitu aliran yang tidak memihak pada Khalifah Ali, juga tidak merencanakan pembunuhan terhadap Khalifah Ali, Muawiyah dan Amer bin Ash. Mereka berargumentasi, jika ketiga pemimpin tersebut terbunuh, umat Islam dapat dipersatukan.

ABDULLAH BIN MASUD


Pemuda Pemberani, Pelantun Al-Quran dihadapan Kaum Kafir Abdullah bin Masud adalah Sahabat Nabi Muhammad S W. dull h in M sud term suk dalam golongan pertama yang masuk Islam (as-sabiquna al-awalun). Ia memiliki kepandaian dan pengetahuan yang mendalam tentang Islam. Ia memperoleh umur yang panjang dan hidup hingga masa Khalifah Utsman bin Affan dan meninggal yang disebabkan usia yang tua. Masyarakat di sekitarnya memanggilnya Ibn Umm Abd atau putra dari budak wanita. Namanya sendiri d l h dull h d n n m y hny d l h M sud. Di d l h s h t R sulull h S W yang ketika kecil merupakan penggembala kambing milik salah satu ketua adat Bani Quraisy bernama Uqbah bin Muayt. Suatu hari, ia mendengar kabar tentang kenabian Rasulullah. Namun Abdullah tidak tertarik dan tidak ingin tahu mengingat usianya yang masih kecil. Selain itu, ia memang jauh dari komunitas masyarakat Makkah, karena pekerjaannya sebagai penggembala kambing, yang terbiasa berangkat pagi dan pulang petang hari. Suatu hari, ketika ia tengah menjaga ternaknya, ia melihat dua orang pria paruh baya bergerak mendekatinya dari kejauhan. Mereka terlihat lelah, dan sangat kehausan. Mereka kemudian berjalan ke arahnya, memberikan salam dan memintanya memerah susu kambing yang ia gembalakan sehingga mereka dapat minum. Namun Abdullah berkata ia tidak bisa mem erik nny kep d merek . Kambing-kambing ini bukan milikku, saya hanya memeliharanya, ujarnya jujur. Mendapat jawaban seperti itu, kedua pria ini tidak memberikan bantahan. Meskipun mereka sangat kehausan, namun mereka sangat senang dengan jawaban jujur dari sang bocah penggembala ini. Kegembiraan ini terlihat jelas dari wajah mereka. Di lubuk hati Abdullah, ia juga mengagumi tamunya. Kedua pria tadi tidak memungkiri apa yang dikatakan oleh bocah ini, dan tampak dari wajahnya bahwa mereka menerima alasan bocah itu. Lalu salah seorang di antara mereka berkata kepada bocah tadi, Tunjukkan kepadaku seekor domba jantan! Maka bocah tersebut menunjuk ke arah seekor domba kecil yang ada di dekatnya. Lalu pria tadi menghampiri dan menangkapnya. Ia mengusap puting kambing dengan tangannya sambil membaca nama Allah. Bocah tadi mengamati apa yang dilakukan pria ini dengan penuh keheranan. Bagaimana mungkin seekor domba jantan kecil dapat mengeluarkan susu?! gumamnya.

Akan tetapi, puting susu kambing itu tiba-tiba menggelembung, lalu keluarlah susu yang begitu banyak darinya. Lalu pria yang lain mengambil sebuah batu kering dari tanah. Kemudian batu tersebut diisinya dengan susu. Dan keduanya minum dengan batu tersebut. Lalu keduanya memberikan susu itu kepadaku untuk diminum. Aku hampir saja tidak mempercayai apa yang baru saja kulihat. Setelah kami merasa puas. Pria yang mendapatkan berkah dengan susu kambing tadi berkata: Berhentilah! Maka berhentilah susu tersebut sehingga puting kambing kembali seperti sedia kala. Pada saat itu, aku berkata kepada manusia yang penuh berkah tadi: Ajarkan aku ucapan yang kau baca tadi! Ia menjawab: Engkau adalah seorang bocah yang terpelajar! Peristiwa terse ut d l h l mul dull h in M sud mengen l Isl m. K ren pri y ng penuh erk h tadi tiada lain adalah Rasulullah SAW, dan sahabat yang menyertainya saat itu adalah Abu Bakar. Pada hari itu mereka berdua pergi menuju lereng-lereng Makkah, karena menghindari penyiks n oleh suku Qur isy. T k l m ersel ng d ri peristi itu, dull h in M sud menyatakan masuk Islam dan menyerahkan dirinya kepada Rasulullah SAW untuk membantu Beliau. Maka Rasulullah SAW menjadikan dia sebagai pembantunya. dull h in M sud menerim pel tih n kerum ht ngg n y ng istime d ri R sul. Di senantiasa berada di bawah pengawasan Rasul, karenanya ia meniru semua kebiasaan dan mengikuti setiap apa yang dikerjakan Rasulullah. Kepribadian beliau : Beliau adalah sahabat Rasulullah yang sangat lembut, sabar dan cerdik. Abdullah termasuk ulama pandai, sehingga dikatakan sebagai al-Imam al-Hibr (pemimpin yang alim, yang saleh). Faqihu al-Ummah (Fakihnya umat). Ia termasuk bangsawan mulia, termasuk sebaik-baik manusia dalam berpakaian putih. Beliau adalah sahabat yang senang dengan ilmu, baik menimba ilmu atau mengamalkannya. Sehingga dinyatakan, bahwa di awal keislamannya, yang dinginkan adalah diajari Al-Quran. Sehingga dalam suatu pertemuan dengan Rasulullah berkat kecemerlangan akalnya lansung bisa menimba ilmu dari lisan Rasulullah sebanyak 70 ayat. Karena senangnya terhadap ilmu, bahwa orang yang pertama kali men-jahr-kan Al-Quran di Makkah setelah Rasulullah adalah Ibnu M sud. D n or ng y ng pert m k li mem c d ri lu uk h tiny d l h dull h in M sud. Sesungguhny R sulull h pern h erj l n deng n I nu M sud, sed ng I nu M sud mem c ayat satu huruf-satu huruf. Maka beliau bersabda, Barang siapa senang membaca Al-Quran dengan cara yang baik (merendahkan diri) sebagaimana diturunkan, maka dengarkanlah bacaan Ibnu Masud. D n m sih : ny k ri y t y ng l in tent ng puji n R sulull h terh d p I nu M sud. antara lain

Hudzaifah berkata, Sungguh orang-orang pilihan (yang terjaga) dari para sahabat, mereka mengetahui bahwa Abdullah bin Masud adalah termasuk sahabat yang lebih dekat dengan Nabi di sisi Allah. (HR.Hakim) Kedua kaki I nu M sud le ih er t d ri gunung Uhud d l m tim ng n h ri ki m t. D ri li, i erk t , R sulull h menyuruh I nu M sud mem nj t pohon untuk meng m il sesuatu. Maka tatkala para sahabat melihat dua betisnya yang kecil, mereka tertawa. Kemudian Rasulullah bersabda, Apa yang kamu tertawakan ? Sungguh kaki Abdullah lebih berat dari pada Gunung Uhud pada hari kiamat. (HR.Ahmad) Beliau adalah pembawa siwak dan kedua sandal Rasulullah. Ia adalah sahabat yang membangunkan Rasulullah tatkala tidur dan mengambilkan wudhunya. Semua ini ia lakukan waktu safar. dull h in M sud mendeng r t s ihny m k n n. Beliau adalah sahabat yang menyerupai Nabi dalam hal ketenangan dan wibawanya.

Ia adalah orang yang pertama kali mengumandangkan Al-Quran dengan suara merdu. Di kemudi n h ri setel h m suk Isl m, i t mpil di dep n m jelis p r ngs n di sisi K h, sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, lalu berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisikan wahyu Ilahi Al-Quranul Karim: Bismillahirrahmaanirrahiim Allah yang Yang telah Menciptakan Dan menyampaikan Matahari dan Perhitungan Sedang bintang Sujud kepada Tuhan Maha mengajarkan bulan dan padanya beredar kayu-kayuan Rahman Al-Quran insan penjelasan menurut sama

Lalu di lanjutkannya bacaanya, sementara pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak perc y k n p nd ng n m t d n pendeng r n teling merek d n tak tergambar dalam fikir n merek h or ng y ng men nt ng keku s n d n kesom ong n merek , tid k le ih dari seorang upahan di antara mereka, dan pengembala kambing dari salah seorang bangsawan Qur isy y itu dull h in M sud, seor ng y ng miskin y ng hin din ! Marilah kita dengan keterangan dari saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik dan menakjubkan itu! Orang itu tiada lain dari Zubair ra katanya: Y ng mul -mula mendaras Al-Quran di Mekah setelah Rasulullah SAW adalah Abdullah bin Masud r , p d su tu h ri p r s h t R sulull h S W erkumpul, k t merek , Demi Allah

orang-orang Quraisy belum lagi mendengar sedikitpun Al-Quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka. Nah, siapa diantara kita yang bersedia mendengarkannya kepada mereka? M k k t dull h in M sud, Saya. Kata mereka, Kami khawatir akan keselamatan dirimu! Yang kami inginkan adalah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan mempertahankan dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jahat Biarkanlah saya!kata dull h in M sud pul , Allah pasti membela. M k d t ngl h dull h in M sud kep d k um Qur isy di ktu Dhuh , y kni ketik merek er d di l i pertemu nny I erdiri di p nggung l lu mem c Bismillahirrahmaanirrahiimi dan dengan mengeraskannya suaranya; Arrahmanallamal Quran Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil bertanya sesamanya, Apa yang di baca oleh anak si UmmuAbdin itu? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad! Merek ngkit mend t nginy d n memukuliny , sed ng dull h in M sud mem c ny s mp i t s y ng dikehend ki ll h Setel h itu deng n muk d n tu uh y ng k elur i kembali kapada para sahabat. Kata mereka, Inilah yang kami khawatirkan tentang dirimu! Uj r dull h in M sud, Sekarang ini tak ada yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat yang sama esok hari! Ujar mereka, Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka! Keberanian Beliau dull h in M sud m suk Isl m se elum m sukny R sulull h ke D rul rq m. I ikut perang Badar, Uhud, Khandaq dan perang lainnya. Semuanya dilakukan bersama Rasulullah. Pada perang Badar Rasulullah bersabda, siapa yang mau datang kepadaku dengan membawa kabar Abu Jahal? M k dull h in M sud menj , Saya ya Rasulullah. : lantas ia pergi. tiba-ti dijump i du n k fr tel h memukul abu Jahal sehingga pingsan. Kemudian Abdullah menginjak leher Abu Jahal dengan kakinya dan ditebasnya kepala Abu Jahal. Kepala u J h l kemudi n di ke h d p n R sulull h d n dull h in M sud erk t , Y R sulull h inil h kep l u J h l. Maka Rasulullah bersabda, Allah yang tiada ilah kecuali Dia (3x). kemudian beliau melanjutkan, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah yang telah benar janji-Nya dan telah menolong Hamba-Nya, serta mengalahkan golongan-golongan. (Fathul Bari dan Zadul M d) Wafatnya

dull h in M sud m sih hidup hingg m s khil f h Utsm n in ff n r . S t i mendek ti ajalnya, Utsman menjenguknya lalu bertanya, Apa yang kau keluhkan? Ia menjawab: Dosadosaku. Utsman bertanya: Apa yang kau inginkan? Ia menjawab: Rahmat Tuhanku. Utsman bertanya: Apakah engkau menginginkan jatahmu yang selalu kau tolak sejak bertahuntahun lalu?Aku tidak memerlukannya. Utsman berkata: Itu akan bermanfaat bagi putriputrimu sepeninggalmu nanti Ia berkata, Apakah engkau khawatir anak-anakku menjadi faqir? Aku telah memerintahkan mereka untuk membaca surat Al-Waqiah setiap malam. Aku pernah mendengar sabda Rasul SAW: Siapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan terkena kefakiran untuk selamanya. Ia menjawab: Beliau Wafat di Madinah pada tahun 32 H , dalam usia 60 tahun lebih. Jenazahnya dishalatkan oleh ribuan kaum muslimin; termasuk didalamnya Zubair bin Awwam, Ammar bin Yasir. Beliau kembali kepangkuan Ilahi. Lisannya basah dengan zikir kepada Allah. Pada malam wafatnya, ia l ngsung dim k mk n di B qi se u h peku ur n di M din h l-Munawwarah. Semoga Allah meridhainya dan merahmatinya.

Abu Dzar Al Ghifari Minggu, 16 Mei 2010 22:02 Nama aslinya adalah Jundub bin Junadah bin Sakan, tetapi dia dikenal dengan sebutan Abu Dzar al-Ghiffari. Dia adalah sahabat Rasulullah yang berasal dari suku ghiffar dan termasuk golongan orang yang pertama masuk Islam. Sebelum menjadi seorang muslim, Abu Dzar dikenal sebagai seorang perampok yang suka merampok para kabilah yang pedagang yang melewati padang pasir. Suku Ghiffar memang sudah dikenal sebagai binatang buas malam dan hantu kegelapan. Jika bertemu dengan mereka, jarang sekali orang yang selamat dari perampokan. Abu Dzar Al-Ghifari adalah salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang paling tidak disukai oleh oknum-oknum Bani Umayyah yang mendominasi pemerintahan Khalifah Utsman, seperti Marwan bin Al-Hakam, Muawiyyah bin Abu Sufyan dan lain-lain. Ia mempunyai sifat-sifat pemberani, terus terang dan jujur. Ia tidak menyembunyikan sesuatu yang menjadi pemikiran dan pendiriannya. Ia mendapat hidayat Allah Swt dan memeluk Islam di kala Rasulullah Saw menyebarkan dakwah risalahnya secara rahasia dan diam-diam. Ketika itu Islam baru dipeluk kurang lebih oleh 10 orang. Akan tetapi Abu Dzar tanpa menghitung-hitung resiko mengumumkan secara terangterangan keislamannya di hadapan orang-orang kafir Quraisy. Sekembalinya ke daerah pemukimannya dari Mekah, Abu Dzar berhasil mengajak semua anggota qabilahnya memeluk agama Islam. Bahkan qabilah lain yang berdekatan, yaitu qabilah Aslam, berhasil pula di Islamkan.

Demikian gigih, berani dan cepatnya Abu Dzar bergerak menyebarkan Islam, sehingga Rasulullah Saw sendiri merasa kagum dan menyatakan pujiannya. Terhadap Bani Ghifar dan B ni sl m, N i Muh mm d S deng n ngg menguc pk n: "Ghif r, ll h tel h meng mpuni dos merek ! sl m, ll h menyel m tk n kehidup n merek !" Sejak menjadi orang muslim, Abu Dzar benar-benar telah menghias sejarah hidupnya dengan bintang kehormatan tertinggi. Dengan berani ia selalu siap berkorban untuk menegakkan kebenaran Allah dan Rasul-Nya.Tanpa tedeng aling-aling ia bangkit memberontak terhadap penyembahan berhala dan kebatilan dalam segala bentuk dan manifestasinya. Kejujuran dan kesetiaan Abu Dzar dinilai oleh Rasulullah Saw sebagai "cahaya terang benderang." Pada pribadi Abu Dzar tidak terdapat perbedaan antara lahir dan batin. Ia satu dalam ucapan dan perbuatan. Satu dalam fikiran dan pendirian. Ia tidak pernah menyesali diri sendiri atau orang lain, namun ia pun tidak mau disesali orang lain. Kesetiaan pada kebenaran Allah dan Rasul-Nya terpadu erat degan keberaniannya dan ketinggian daya-juangnya. Dalam berjuang melaksanakan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya, Abu Dzar benar-benar serius, keras dan tulus. Namun demikian ia tidak meninggalkan prinsip sabar dan hati-hati. Pada suatu hari ia pernah ditanya oleh Rasulullah Saw tentang tindakan apa kira-kira yang akan diambil olehnya jika di kemudian hari ia melihat ada para penguasa yang mengangkangi harta ghanimah milik kaum muslimin. Dengan tandas Abu Dzar menjawab: "Demi Allah, yang mengutusmu membawa kebenaran, mereka akan kuhantam dengan pedangku!" Menanggapi sikap yang tandas dari Abu Dzar ini, Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin yang bijaksana memberi pengarahan yang tepat. Beliau berkata: "Kutunjukkan cara yang lebih baik dari itu. Sabarlah sampai engkau berjumpa dengan aku di hari kiamat kelak!" Rasulullah Saw mencegah Abu Dzar menghunus pedang. Ia dinasehati berjuang dengan senjata lisan. Sampai pada masa sepeninggal Rasulullah Saw, Abu Dzar tetap berpegang teguh pada nasehat beliau. Di masa Khalifah Abu Bakar gejala-gejala sosial ekonomi yang dicanangkan oleh Rasulullah Saw belum muncul. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, berkat ketegasan dan keketatannya dalam bertindak mengawasi para pejabat pemerintahan dan kaum muslimin, penyakit berlomba mengejar kekayaan tidak sempat berkembang dikalangan masyarakat. Tetapi pada masa-masa terakhir pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, penyakit yang membahayakan kesentosaan umat itu bermunculan laksana cendawan dimusim hujan. Khalifah Utsman bin Affan sendiri tidak berdaya menanggulanginya. Nampaknya karena usia Khalifah Utsman. sudah lanjut, serta pemerintahannya didominasi sepenuhnya oleh para pembantunya sendiri yang terdiri dari golongan Bani Umayyah. Pada waktu itu tidak sedikit sahabat Rasulullah Saw yang hidup serba kekurangan, hanya karena mereka jujur dan setia kepada ajaran Allah dan tauladan Rasul-Nya. Sampai ada salah seorang di antara mereka yang menggadai, hanya sekedar untuk dapat membeli beberapa potong roti. Padahal para penguasa dan orang-orang yang dekat dengan pemerintahan makin bertambah kaya dan hidup bermewah-mewah. Harta ghanimah dan Baitul Mal milik kaum muslimin banyak disalah-gunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. Di tengah-tengah keadaan seperti itu, para sahabat Nabi Muhammad Saw dan kaum muslimin pada umumnya dapat

diibaratkan seperti ayam mati kelaparan di dalam lumbung padi. Melihat gejala sosial dan ekonomi yang bertentangan dengan ajaran Islam, Abu Dzar Al-Ghifari sangat resah. Ia tidak dapat berpangku tangan membiarkan kebatilan merajalela. Ia tidak betah lagi diam di rumah, walaupun usia sudah menua. Dengan pedang terhunus ia berangkat menuju Damsyik. Di tengah jalan ia teringat kepada nasihat Rasulullah Saw, jangan menghunus pedang. Berjuang sajalah dengan lisan! Bisikan suara seperti itu terngiang-ngiang terus di telinganya. Cepat-cepat pedang dikembalikan kesarungnya. Mulai saat itu Abu Dzar dengan senjata lidah berjuang memperingatkan para penguasa dan orang-orang yang sudah tenggelam dalam perebutan harta kekayaan. Ia berseru supaya mereka kembali kepada kebenaran Allah dan tauladan Rasul-Nya. Pada waktu Abu Dzar bermukim di Syam, ia selalu memperingatkan orang: "Barang siapa yang menimbun emas dan perak dan tidak menginfaqkannya di jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih pada hari kiamat. Di Syam Abu Dzar memperoleh banyak pendukung. Umumnya terdiri dari fakir miskin dan orang-orang yang hidup sengsara. Makin hari pengaruh kampanyenya makin meluas. Kampanye Abu Dzar ini merupakan suatu gerakan sosial yang menuntut ditegakkannya kembali prinsipprinsip kebenaran dan keadilan, sesuai dengan perintah Allah dan ajaran Rasul-Nya. Muawiyah bin Abi Sufyan, yang menjabat kedudukan sebagai penguasa daerah Syam, memandang kegiatan Abu Dzar sebagai bahaya yang dapat mengancam kedudukannya. Untuk membendung kegiatan Abu Dzar, Muawiyyah menempuh berbagai cara guna mengurangi pengaruh kampanyenya. Tindakan Muawiyyah itu tidak mengendorkan atau mengecilkan hati Abu Dzar. Ia tetap berkeliling kemana-mana, sambil berseru kepada setiap orang: "Aku sungguh heran melihat orang yang di rumahnya tidak mempunyai makanan, tetapi ia tidak mau keluar menghunus pedang!" Seruan Abu Dzar yang mengancam itu menyebabkan makin banyak lagi jumlah kaum muslimin yang menjadi pendukungnya. Bersama dengan itu para penguasa dan kaum hartawan yang telah memperkaya diri dengan cara yang tidak jujur, sangat cemas. Keberanian Abu Dzar dalam berjuang tidak hanya dapat dibuktikan dengan pedang, tetapi lidahnya pun dipergunakan untuk membela kebenaran. Di mana-mana ia menyerukan ajaranajaran kemasyarakatan yang pernah didengarnya sendiri dari Rasulullah saw,"Semua manusia d l h s m h k d n s m der j t l ks n gigi sisir," "T k d m nusi y ng le ih fdh l sel in y ng le ih es r t q ny ", "Pengu s d l h di m sy r k t," d n l in se g iny . Para penguasa Bani Umayyah dan orang-orang yang bergelimang dalam kehidupan mewah sangat kecut menyaksikan kegiatan Abu Dzar. Hati nuraninya mengakui kebenaran Abu Dzar, tetapi lidah dan tangan mereka bergerak diluar bisikan hati nurani. Abu Dzar dimusuhi dan kepadanya dilancarkan berbagai tuduhan. Tuduhan-tuduhan mereka itu tidak dihiraukan oleh Abu Dzar. Ia makin bertambah berani. Pada suatu hari dengan sengaja ia menghadap Muawiyah, penguasa daerah Syam. Dengan tandas

ia menanyakan tentang kekayaan dan rumah milik Muawiyyah yang ditinggalkan di Mekah sejak ia menjadi penguasa Syam. Kemudian dengan tanpa rasa takut sedikit pun ditanyakan pula asalusul kekayaan Muawiyyah yang sekarang! Sambil menuding Abu Dzar berkata: "Bukankah kalian itu yang oleh Al-Quran disebut sebagai penumpuk emas dan perak, dan yang akan dibakar tubuh dan mukanya pada hari kiamat dengan api neraka?!" Betapa pengapnya Muawiyah mendengar kata-kata Abu Dzar yang terus terang itu! Muawiyah bin Abu Sufyan memang bukan orang biasa. Ia penguasa. Dengan kekuasaan ditangan ia dapat berbuat apa saja. Abu Dzar dianggap sangat berbahaya. Ia harus disingkirkan. Segera ditulis sepucuk surat kepada Khalifah Utsman di Madinah. Dalam surat itu Muawiyah melaporkan tentang Abu Dzar menghasut orang banyak di Syam. Disarankan supaya Khalifah mengambil salah satu tindakan. Berikan kekayaan atau kedudukan kepada Abu Dzar. Jika Abu Dzar menolak dan tetap hendak meneruskan kampanyenya, kucilkan saja di pembuangan. Khalifah Utsman melaksanakan surat Muawiyah itu. Abu Dzar dipanggil menghadap. Kepada Abu Dzar diajukan dua pilihan: kekayaan atau kedudukan. Menanggapi tawaran Khalifah itu, Abu Dzar dengan singkat dan jelas berkata: "Aku tidak membutuhkan duniamu!" Khalifah Utsman masih terus menghimbau Abu Dzar. Dikemukakannya: "Tinggal sajalah disampingku!" Sekali lagi Abu Dzar mengulangi kata-katanya: "Aku tidak membutuhkan duniamu!" Sebagai orang yang hidup zuhud dan taqwa, Abu Dzar berjuang semata-mata untuk menegakkan kebenaran dan keadilan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Abu Dzar hanya menghendaki supaya kebenaran dan keadilan Allah ditegakkan, seperti yang dulu telah dilaksanakan oleh Rasulullah Saw, Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar. Memang justru itulah yang sangat sukar dilaksanakan oleh Khalifah Utsman, sebab ia harus memotong urat nadi para pembantu dan para penguasa bawahannya. Abu Dzar tidak bergeser sedikit pun dari pendiriannya. Akhirnya, atas desakan dan tekanan para pembantu dan para penguasa Bani Umayyah, Khalifah Utsman mengambil keputusan: Abu Dzar harus dikucilkan dalam pembuangan di Rabadzah. Tak boleh ada seorang pun mengajaknya berbicara dan tak boleh ada seorang pun yang mengucapkan selamat jalan atau mengantarkannya dalam perjalanan. Bagi Abu Dzar pembuangan bukan apa-apa. Sedikitpun ia tidak ragu, bahwa Allah Swt selalu bersama dia. Kapan saja dan dimana saja. Menanggapi keputusan Khalifah Utsman ia berkata: "Demi Allah, seandainya Utsman hendak menyalibku di kayu salib yang tinggi atau diatas bukit, aku akan taat, sabar dan berserah diri kepada Allah. Aku pandang hal itu lebih baik bagiku. Seandainya Utsman memerintahkan aku harus berjalan dari kutub ke kutub lain, aku akan taat, sabar dan berserah diri kepada Allah. Kupandang, hal itu lebih baik bagiku. Dan seandainya besok ia akan mengembalikan diriku ke rumah pun akan kutaati, aku akan sabar dan berserah diri kepada Allah. Kupandang hal itu lebih baik bagiku."

Itulah Abu Dzar Ghifari, pejuang muslim tanpa pamrih duniawi, yang semata-mata berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, demi keridhaan Al Khalik. Ia seorang pahlawan yang dengan gigih dan setia mengikuti tauladan Nabi Muhammad Saw. Ia seorang zahid yang penuh taqwa kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak berpangku tangan membiarkan kebatilan melanda umat. Peristiwa dibuangnya Abu Dzar Al Ghifari ke Rabadzah sangat mengejutkan kaum muslimin, khususnya para sahabat Nabi Muhammad Saw. Imam Ali sangat tertusuk perasaannya. Bersama segenap anggota keluarga ia menyatakan rasa sedih dan simpatinya yang mendalam kepada Abu Dzar.

Kisah Dibuangnya Abu Dzar Padang Pasir Abu Bakar Ahmad bin Abdul Aziz Al Jauhariy dalam bukunya As Saqifah, berdasarkan riwayat yang bersumber pada Ibnu Abbas, menuturkan antara lain tentang pelaksanaan keputusan Khalifah Utsman di atas: Khalifah Utsman memerintahkan Marwan bin Al Hakam membawa Abu Dzar berangkat dan mengantarnya sampai ditengah perjalanan. Tak ada seorang pun dari penduduk yang berani mendekati Abu Dzar, kecuali Imam Ali, Aqil bin Abi Thalib dan dua orang putera Imam Ali, yaitu Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Beserta mereka ikut pula Ammar bin Yasir. Menjelang saat keberangkatannya, Sayyidina Hasan mengajak Abu Dzar bercakap-cakap. Mendengar itu Marwan bin Al-Hakam dengan bengis menegor: "Hai Hasan, apakah engkau tidak mengerti bahwa Amirul Mukminin melarang bercakap-cakap dengan orang ini? Kalau belum mengerti, ketahuilah sekarang!" Melihat sikap Marwan yang kasar itu, Imam Ali tak dapat menahan letupan emosinya. Sambil membentak ia mencambuk kepala unta yang dikendarai oleh Marwan: "Pergilah engkau dari sini! Allah akan menggiringmu ke neraka." Sudah tentu unta yang dicambuk kepalanya itu meronta-ronta kesakitan. Marwan sangat marah, tetapi ia tidak punya keberanian melawan Imam Ali. Cepat-cepat Marwan kembali menghadap Khalifah untuk mengadukan perbuatan Imam Ali. Khalifah Utsman meluap karena merasa perintahnya tidak dihiraukan oleh Imam Ali dan anggota-anggota keluarganya. Tindakan Imam Ali terhadap Marwan itu ternyata mendorong orang lain berani mendekati Abu Dzar guna mengucapkan selamat jalan. Diantara mereka itu terdapat seorang bernama Dzakwan maula Ummi Hani binti Abu Thalib. Dzakwan dikemudian hari Menceritakan pengalamannya sebagai berikut:

Aku ingat benar apa yang dikatakan oleh mereka. Kepada Abu Dzar, Ali bin Abi Thalib mengatakan: "Hai Abu Dzar engkau marah demi karena Allah! Orang-orang itu, yakni para penguasa Bani Umayyah, takut kepadamu, sebab mereka takut kehilangan dunianya. Oleh karena itu mereka mengusir dan membuangmu. Demi Allah, seandainya langit dan bumi tertutup rapat bagi hamba Allah, tetapi hamba itu kemudian penuh takwa kepada Allah, pasti ia akan dibukakan jalan keluar. Hai Abu Dzar, tidak ada yang menggembirakan hatimu selain kebenaran, dan tidak ada yang menjengkelkan hatimu selain kebatilan!" Atas dorongan Imam Ali, Aqil berkata kepada Abu Dzar: "Hai Abu Dzar, apa lagi yang hendak kukatakan kepadamu! Engkau tahu bahwa kami ini semua mencintaimu, dan kami pun tahu bahwa engkau sangat mencintai kami juga. Bertakwa sajalah sepenuhnya kepada Allah, sebab takwa berarti selamat. Dan bersabarlah, karena sabar sama dengan berbesar hati. Ketahuilah, tidak sabar sama artinya dengan takut, dan mengharapkan maaf dari orang lain sama artinya dengan putus asa. Oleh karena itu buanglah rasa takut dan putus asa." Kemudian Sayyidina Hasan berkata kepada Abu Dzar: "Jika seorang yang hendak mengucapkan selamat jalan diharuskan diam, dan orang yang mengantarkan saudara yang berpergian harus segera pulang, tentu percakapan akan menjadi sangat sedikit, sedangkan sesal dan iba akan terus berkepanjangan. Engkau menyaksikan sendiri, banyak orang sudah datang menjumpaimu. Buang sajalah ingatan tentang kepahitan dunia, dan ingat saja kenangan manisnya. Buanglah perasaan sedih mengingat kesukaran dimasa silam, dan gantikan saja dengan harapan masa mendatang. Sabarkan hati sampai kelak berjumpa dengan Nabi-mu, dan beliau itu benar-benar ridha kepadamu." Kemudian kini berkatalah Sayyidina Husein: "Hai paman, sesungguhnya Allah Swt berkuasa mengubah semua yang paman alami. Tidak ada sesuatu yang lepas dari pengawasan dan kekuasaan-Nya. Mereka berusaha agar paman tidak mengganggu dunia mereka. Betapa butuhnya mereka itu kepada sesuatu yang hendak paman cegah! Berlindunglah kepada Allah Swt dari keserakahan dan kecemasan. Sabar merupakan bagian dari ajaran agama dan sama artinya dengan sifat pemurah. Keserakahan tidak akan mempercepat datangnya rizki dan kebatilan tidak akan menunda datangnya ajal!" Dengan nada marah Ammar bin Yasir menyambung: "Allah tidak akan membuat senang orang yang telah membuatmu sedih, dan tidak akan menyelamatkan orang yang menakut-nakutimu. Seandainya engkau puas melihat perbuatan mereka, tentu mereka akan menyukaimu. Yang mencegah orang supaya tidak mengatakan seperti yang kau katakan, hanyalah orang-orang yang merasa puas dengan dunia. Orang-orang seperti itu takut menghadapi maut dan condong kepada kelompok yang berkuasa. Kekuasaan hanyalah ada pada orang-orang yang menang. Oleh karena itu banyak orang "menghadiahkan" agamanya masing-masing kepada mereka, dan sebagai imbalan, mereka memberi kesenangan duniawi kepada orang-orang itu. Dengan berbuat seperti itu, sebenarnya mereka menderita kerugian dunia dan akhirat. Bukankah itu suatu kerugian yang senyata-nyatanya?!" Sambil berlinangan air mata Abu Dzar berkata: "Semoga Allah merahmati kalian, wahai Ahlu Baitur Rahman! Bila melihat kalian aku teringat kepada Rasulullah Saw. Suka-dukaku di Madinah selalu bersama kalian. Di Hijaz aku merasa berat karena Utsman, dan di Syam aku

merasa berat karena Muawiyah. Mereka tidak suka melihatku berada di tengah-tengah saudarasaudaraku di kedua tempat itu. Mereka memburuk-burukkan diriku, lalu aku diusir dan dibuang ke satu daerah, di mana aku tidak akan mempunyai penolong dan pelindung selain Allah Swt Demi Allah, aku tidak menginginkan teman selain Allah Swt dan bersama-Nya aku tidak takut menghadapi kesulitan." Tutur Dzakwan lebih lanjut. Setelah semua orang yang mengantarkan pulang, Imam Ali segera datang menghadap Khalifah Utsman bin Affan. Kepada Imam Ali, Khalifah bertanya dengan hati gusar: "Mengapa engkau berani mengusir pulang petugasku --yakni Marwan-- dan meremehkan perintahku?" "Tentang petugasmu," jawab Imam Ali dengan tenang "ia mencoba menghalang-halangi niatku. Oleh karena itu ia kubalas. Adapun tentang perintahmu, aku tidak meremehhannya." "Apakah engkau tidak mendengar perintahku yang melarang orang bercakap-cakap dengan Abu Dzar?" ujar Khalifah dengan marah. "Apakah setiap engkau mengeluarkan larangan yang bersifat kedurhakaan harus kuturut?" tanggap Imam Ali terhadap kata-kata Khalifah tadi dalam bentuk pertanyaan. "Kendalikan dirimu terhadap Marwan!" ujar Khalifah memperingatkan Imam Ali. "Mengapa?" tanya Imam Ali. "Engkau telah memaki dia dan mencambuk unta yang dikendarainya" jawab Khalifah. "Mengenai untanya yang kucambuk," Imam Ali menjelaskan sebagai tanggapan atas keterangan Khalifah Utsman, "bolehlah ia membalas mencambuk untaku. Tetapi kalau dia sampai memaki diriku, tiap satu kali dia memaki, engkau sendiri akan kumaki dengan makian yang sama. Sungguh aku tidak berkata bohong kepadamu!" "Mengapa dia tidak boleh memakimu?" tanya Khalifah Utsman dengan mencemooh. "Apakah engkau lebih baik dari dia?!" "Demi Allah, bahkan aku lebih baik daripada engkau!" sahut Imam Ali dengan tandas. Habis mengucapkan kata-kata itu Imam Ali cepat-cepat keluar meninggalkan tempat. Beberapa waktu setelah terjadi insiden itu, Khalifah Utsman memanggil tokoh-tokoh kaum Muhajirin dan Anshar termasuk tokoh-tokoh Bani Umayyah. Di hadapan mereka itu ia menyatakan keluhannya terhadap sikap Imam Ali. Menanggapi keluhan Khalifah Utsman bin Affan, para pemuka yang beliau ajak berbicara menasehatkan: "Anda adalah pemimpin dia. Jika anda mengajak berdamai, itu lebih baik." "Aku memang menghendaki itu," jawab Khalifah Utsman. Sesudah ini beberapa orang dari pemuka muslimin itu mengambil prakarsa untuk menghapuskan ketegangan antara Imam Ali dan Khalifah Utsman. Mereka menghubungi Imam Ali di rumahnya. Kepada Imam Ali mereka

bertanya: "Bagaimana kalau anda datang kepada Khalifah dan Marwan untuk meminta maaf?" "Tidak," jawab Imam Ali dengan cepat. "Aku tidak akan datang kepada Marwan dan tidak akan meminta maaf kepadanya. Aku hanya mau minta maaf kepada Utsman dan aku mau datang kepadanya." Tak lama kemudian datanglah panggilan dari Khalifah Utsman. Imam Ali datang bersama beberapa orang Bani Hasyim. Sehabis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, Imam Ali berkata: "Yang kauketahui tentang percakapanku dengan Abu Dzar, waktu aku mengantar keberangkatannya, demi Allah, tidak bermaksud mempersulit atau menentang keputusanmu. Yang kumaksud semata-mata hanyalah memenuhi hak Abu Dzar. Ketika itu Marwan menghalang-halangi dan hendak mencegah supaya aku tidak dapat memenuhi hak yang telah diberikan Allah 'Azza wa Jalla kepada Abu Dzar. Karena itu aku terpaksa menghalang-halangi Marwan, sama seperti dia menghalang-halangi maksudku. Adapun tentang ucapanku kepadamu, itu dikarenakan engkau sangat menjengkelkan aku, sehingga keluarlah marahku, yang sebenarnya aku sendiri tidak menyukainya." Sebagai tanggapan atas keterangan Imam Ali tersebut, Khalifah Utsman berkata dengan nada lemah lembut,"Apa yang telah kau ucapkan kepadaku, sudah kuikhlaskan. Dan apa yang telah kaulakukan terhadap Marwan, Allah sudah memaafkan perbuatanmu. Adapun mengenai apa yang tadi engkau sampai bersumpah, jelas bahwa engkau memang bersungguh-sungguh dan tidak berdusta. Oleh karena itu ulurkanlah tanganmu!" Imam Ali segera mengulurkan tangan, kemudian ditarik oleh Khalifah Utsman dan dilekatkan pada dadanya.

Di Pembuangan Bagaimana keadaan Abu Dzar Al Ghifari di tempat pembuangannya? Ia mati kelaparan bersama isteri dan anak-anaknya. Ia wafat dalam keadaan sangat menyedihkan, sehingga batu pun bisa turut menangis sedih! Menurut riwayat tentang penderitaannya dan kesengsaraannya di tempat pembuangan, dituturkan sebagai berikut: Setelah ditinggal mati oleh anak-anaknya, ia bersama isteri hidup sangat sengsara. Berhari-hari sebelum akhir hayatnya, ia bersama isteri tidak menemukan makanan sama sekali. Ia mengajak isterinya pergi kesebuah bukit pasir untuk mencari tetumbuhan. Keberangkatan mereka berdua diiringi tiupan angin kencang menderu-deru. Setibanya di tempat tujuan mereka tidak menemukan apa pun juga. Abu Dzar sangat pilu. Ia menyeka cucuran keringat, padahal udara sangat dingin. Ketika isterinya melihat kepadanya, mata Abu Dzar kelihatan sudah membalik. Isterinya menangis, kemudian ditanya oleh Abu Dzar: "Mengapa engkau menangis?" "Bagaimana aku tidak menangis," jawab isterinya yang setia itu, "kalau menyaksikan engkau mati di tengah padang pasir seluas ini? Sedangkan aku tidak mempunyai baju yang cukup untuk dijadikan kain kafan bagimu dan bagiku! Bagaimana pun juga akulah yang akan mengurus

pemakamanmu!'' Betapa hancurnya hati Abu Dzar melihat keadaan isterinya. Dengan perasaan amat sedih ia berkata: "Cobalah lihat ke jalan di gurun pasir itu, barangkali ada seorang dari kaum muslimin yang lewat!" "Bagaimana mungkin?" jawab isterinya. "Rombongan haji sudah lewat dan jalan itu sekarang sudah lenyap!" "Pergilah kesana, nanti engkau akan melihat," kata Abu Dzar menirukan beberapa perkataan yang dahulu pernah diucapkan oleh Rasulullah Saw, "Jika engkau melihat ada orang lewat, berarti Allah telah menenteramkan hatimu dari perasaan tersiksa. Tetapi jika engkau tidak melihat seorang pun, tutup sajalah mukaku dengan baju dan letakkan aku di tengah jalan. Bila kaulihat ada seorang lewat, katakan kepadanya: Inilah Abu Dzar, sahabat Rasulullah. Ia sudah hampir menemui ajal untuk menghadap Allah, Tuhannya. Bantulah aku mengurusnya!" Dengan tergopoh-gopoh isterinya berangkat sekali lagi ke bukit pasir. Setelah melihat kesanakemari dan tidak menemukan apa pun juga, ia kembali menjenguk suaminya. Di saat ia sedang mengarahkan pandangan mata ke ufuk timur nan jauh di sana, tiba-tiba melihat bayang-bayang kafilah lewat, tampak benda-benda muatan bergerak-gerak di punggung unta. Cepat-cepat isteri Abu Dzar melambai-lambaikan baju memberi tanda. Dari kejauhan rombongan kafilah itu melihat, lalu menuju ke arah isteri Abu Dzar berdiri. Akhirnya mereka tiba di dekatnya, kemudian bertanya: "Hai wanita hamba Allah, mengapa engkau di sini?" "Apakah kalian orang muslimin?" isteri Abu Dzar balik bertanya. "Bisakah kalian menolong kami dengan kain kafan?" "Siapa dia?" mereka bertanya sambil menoleh kepada Abu Dzar. "Abu Dzar Al-Ghifari!" jawab wanita tua itu. Mereka saling bertanya diantara sesama teman. Pada mulanya mereka tidak percaya, bahwa seorang sahabat Nabi yang mulia itu mati di gurun sahara seorang diri. "Sahabat Rasulullah?" tanya mereka untuk memperoleh kepastian. "Ya, benar!" sahut isteri Abu Dzar. Dengan serentak mereka berkata: "Ya Allah...! Dengan ini Allah memberi kehormatan kepada kita!" Mereka meletakkan cambuk untanya masing-masing, lalu segera menghampiri Abu Dzar. Orangtua yang sudah dalam keadaan payah itu menatapkan pendangannya yang kabur kepada orang-or ng y ng mengerumuniny . Deng n su r lirih i erk t ,"Demi ll h, ku tid k erdust , se nd iny ku mempuny i baju bakal kain kafan untuk membungkus jenazahku dan jenazah isteriku, aku tidak akan minta dibungkus selain dengan bajuku sendiri atau baju isteriku.....Aku minta kepada kalian, jangan ada seorang pun dari kalian yang memberi

kain kafan kepadaku, jika ia seorang penguasa atau pegawai." Mendengar pesan Abu Dzar itu mereka kebingungan dan saling pandang-memandang. Di antara mereka ternyata ada seorang muslim dari kaum Anshar. Ia menjawab: "Hai paman, akulah yang akan membungkus jenazahmu dengan bajuku sendiri yang kubeli dengan uang hasil jerihpayahku. Aku mempunyai dua lembar kain yang telah ditenun oleh ibuku sendiri untuk kupergun k n se g i p k i n ihr m" "Engk uk h y ng k n mem ungkus jen z hku? K inmu itu sungguh suci d n h l l.!" S hut Abu Dzar. Makam Abu Dzar Sambil mengucapkan kata-kata itu Abu Dzar kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan tenang berserah diri kehadirat Allah Swt Awan di langit berarak-arak tebal teriring tiupan angin gurun sahara yang amat kencang menghempaskan pasir dan debu ke semua penjuru. Saat itu Rabadzah seolah-olah berubah menjadi samudera luas yang sedang dilanda taufan. Selesai dimakamkan, orang dari Anshar itu berdiri di atas kuburan Abu Dzar sambil berdoa: "Ya Allah, inilah Abu Dzar sahabat Rasulullah Saw, hamba-Mu yang selalu bersembah sujud kepadaMu, berjuang demi keagungan-Mu melawan kaum musyrikin, tidak pernah merusak atau mengubah agama-Mu. Ia melihat kemungkaran lalu berusaha memperbaiki keadaan dengan lidah dan hatinya, sampai akhirnya ia dibuang, disengsarakan dan di hinakan sekarang ia mati dalam keadaan terpencil. Ya Allah, hancurkanlah orang yang menyengsarakan dan yang membuangnya jauh dari tempat kediamannya dan dari tempat suci Rasulullah!" Mereka mengangkat tangan bersama-sama sambil mengucapkan "Aamiin" dengan khusyu'. Orang mulia yang bernama Abu Dzar Al-Ghifari telah wafat, semasa hidupnya ia pernah berkata: "Kebenaran tidak meninggalkan pembela bagiku..."

Anda mungkin juga menyukai