Anda di halaman 1dari 42

9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kavitasi
Pada sistem pemipaan yang menggunakan pompa sentrifugal sangat mungkin
terjadi kavitasi yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran dan perbedaan penampang
yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan sampai turun di bawah tekanan uap
jenuhnya sehingga menyebabkan terjadinya fenomena yang disebut kavitasi. Kavitasi
adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam cairan yang
dipompa akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah tekanan uap jenuh cairan
pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang terbentuk dalam proses ini
mempunyai siklus yang sangat singkat. Knapp (Karassik dkk, 1976) menemukan
bahwa mulai terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah hanya memerlukan
waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya
berada pada daerah yang mempunyai tekanan lebih besar dari pada tekanan uap jenuh
cairan. Pada daerah tersebut gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan
shock pada dinding dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang
terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan.
Gejala kavitasi yang timbul pada pompa biasanya ada suara berisik dan getaran,
unjuk kerjanya menjadi turun, kalau dioperasikan dalam jangka waktu lama akan
terjadi kerusakan pada permukaan dinding saluran. Permukaan dinding saluran akan
Universitas Sumatera Utara
10
berlubang-lubang karena erosi kavitasi sebagai tumbukan gelembung-gelembung
yang pecah pada dinding secara terus-menerus dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses Kavitasi
2.1.1. Penyebab kavitasi pada pompa sentrifugal
Pompa sentrifugal mempunyai sifat-sifat teknis yang harus dipenuhi agar dapat
beroperasi dengan baik. Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pompa tipe
ini adalah gagalnya pompa dalam proses priming, sehingga pompa tidak bisa
mengisap dan akhirnya gagal pemompaan serta menyebabkan kerusakan pada
bagian-bagian pompa.
Ada beberapa penyebab kavitasi pada pompa sentrifugal diantaranya, adalah :
1. Vaporation ( penguapan)
Universitas Sumatera Utara
11
2. Air Ingestion (masuknya udara luar ke dalam sistem)
3. Internal Recirculation (sirkulasi balik di dalam sistem)
4. Turbulance (pergolakan aliran)
5. Vane Passing Syndrome
Cara menghindari proses kavitasi yang paling tepat adalah dengan memasang
instalasi pompa dengan NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang
diperlukan. NPSH yang tersedia bisa diusahakan oleh pemakai pompa sehingga
nilainya lebih besar dari NPSH yang diperlukan. Berikut ini hal-hal yang diperlukan
untuk instalasi pompa.
1. Ketinggian letak pompa terhadap permukaan zat cair yang diisap harus dibuat
serendah mungkin agar head statis lebih rendah pula. Pipa isap harus dibuat
sependek mungkin. Jika terpaksa dipakai pipa isap yang panjang, sebaiknya
diambil pipa yang berdiameter satu nomor lebih besar untuk mengurangi
kerugian gesek.
2. Kecepatan aliran pada pipa isap tidak boleh terlalu besar (bagian yang
mempunyai kecepatan tinggi maka tekanannya akan rendah).
3. Tidak dibenarkan untuk mengurangi laju aliran dengan menghambat aliran
disisi isap.
4. Head total pompa harus ditentukan sedemikian hingga sesuai dengan yang
diperlukan pada kondisi operasi yang sesungguhnya.
5. Jika head pompa sangat berfluktuasi, maka pada keadaan head terendah harus
diadakan pengamanan terhadap terjadinya kavitasi.
Universitas Sumatera Utara
12
6. Menghindari instalasi perpipaan berupa belokan-belokan tajam, karena
belokan yang tajam kecepatan fluida akan meningkat sedangkan tekanan
fluida akan turun sehingga menjadi rawan terhadap kavitasi.
Gambar 2.2 Kerusakan impeller akibat kavitasi
2.2. Net Positive Suction Head (NPSH)
Gejala kavitasi terjadi apabila tekanan statis suatu aliran zat cair turun sampai
dibawah tekanan uap jenuhnya. Kavitasi banyak terjadi pada sisi isap pompa, untuk
mencegahnya nilai head aliran pada sisi hisap harus diatas nilai head pada tekanan
uap jenuh zat cair pada temperatur bersangkutan. Pengurangan head yang dimiliki zat
cair pada sisi isapnya dengan tekanan zat cair pada tempat tersebut dinamakan Net
Positif Suction Head (NPSH) atau Head Isap Positif Neto yang dipakai sebagai
ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi. Ada dua macam NPSH yaitu NPSH
tersedia pada instalasi dan NPSH yang diperlukan pompa.
Universitas Sumatera Utara
13
Gejala kavitasi terjadi pada titik terdekat setelah sisi masuk sudu impeller di
dalam pompa. Di daerah tersebut, tekanan lebih rendah daripada tekanan pada lubang
isap pompa. Hal ini disebabkan zat cair mengalir melalui nozel isap sehingga
kecepatannya naik. Dengan kenaikan kecepatan, tekanan zat cair menjadi turun.
2.2.1. Net Positive Suction Head Available (NPSH yang tersedia)
NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi hisap pompa
dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair ditempat tersebut. Dalam hal pompa
yang menghisap zat cair dari tempat terbuka, maka besarnya NPSH yang tersedia
dapat dituliskan seperti persamaan (2.1) :
ls s sv
h h
Pv Pa
h - - - =

(2.1)
Dimana:
h
sv
= NPSH yang tersedia
P
a
= Tekanan atmosfir (kg/m
2
)
P
v
= Tekanan uap jenuh (kg/m
2
)
= Berat zat cair per satuan volume (kg/m
3
)
h
s
= Head hisap statis (m), h
s
adalah positif (bertanda +) jika pompa terletak
diatas permukaan zat cair, dan negatif (bertanda -) jika dibawah.
h
ls
= Kerugian head didalam pipa hisap (m).
Universitas Sumatera Utara
14
Jika zat cair dihisap dari tangki tertutup, maka harga P
a
menyatakan tekanan
mutlak yang bekerja pada permukaan zat cair didalam tangki tertutup tersebut.
Khususnya jika tekanan diatas permukaan zat cair sama dengan tekanan uap
jenuhnya, maka P
a
= P
v
. Dalam hal pompa yang menghisap zat cair dari tempat
terbuka, maka besarnya NPSH yang tersedia dapat dituliskan seperti persamaan (2.2):
ls s sv
h h h - - = (2.2)
Harga h
s
adalah negatif (-) karena permukaan zat cair didalam tangki lebih tinggi dari
pada sisi hisap pompa. Pemasangan pompa semacam ini diperlukan untuk
mendapatkan harga NPSH (h
sv
) positif.
Gambar 2.3 Posisi pompa terletak diatas permukaan fluida yang diisap
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 2.4 Posisi pompa terletak dibawah permukaan fluida yang diisap
2.2.2.Net Positive Suction Head Required (NPSH yang diperlukan)
Tekanan terendah didalam pompa biasanya terdapat disuatu titik dekat setelah sisi
masuk sudu impeller ditempat tersebut, tekanan adalah lebih rendah dari pada
tekanan pada lubang hisap pompa. Hal ini disebabkan oleh kerugian head dinosel
hisap, kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang menyempit, dan
kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu setempat.
Agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang masuk pompa
dikurangi dengan penurunan tekanan didalam pompa harus lebih tinggi dari pada
tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besar sama dengan penurunan tekanan ini
disebut NPSH yang diperlukan atau Net Positive Suction Head Required (NPSH
R
).
Besarnya NPSH yang diperlukan berbeda untuk setiap pompa. Untuk suatu pompa
tertentu, NPSH yang diperlukan berubah menurut kapasitas dan putarannya.
Universitas Sumatera Utara
16
Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi syarat
NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang diperlukan. Jadi untuk
menghindari kavitasi pada pompa harus dipenuhi persyaratan berikut:
NPSH tersedia > NPSH yang diperlukan
Harga NPSH yang diperlukan diperoleh dari pabrik pembuat pompa. Namun untuk
penaksiran secara kasar, NPSH yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.3).
N
N sv
H
H
= o
(2.3)
Dimana:
= Koefisien kavitasi Thoma
H
svN
= NPSH yang diperlukan (m)
H
N
= Head total pompa pada titik efisiensi maksimum (m).
Kecepatan spesifik sisi hisap (S) dapat juga digunakan sebagai pengganti koefisien
kavitasi Thoma dalam menghitung NPSH yang diperlukan. Hubungannya dapat
dilihat pada persamaan (2.4).
3 / 2 3 / 4
) (
N svN
Q
S
n
H = (2.4)
Dimana:
H
svN
= NPSH yang diperlukan (m)
n = Putaran pompa (rpm)
Universitas Sumatera Utara
17
Q
N
= Kapasitas pompa (m
3
/min)
S = Kecepatan spesifik sisi hisap (m/min).
2.3. Temperatur Fluida
Suhu merupakan variabel yang paling mudah dipantau. Hampir semua fenomena
alam akan mengakibatkan terjadinya perubahan suhu. Pengukuran suhu dapat
dilakukan baik secara kontak maupun non-kontak. Salah satu fenomena kavitasi pada
pompa sentrifugal adalah perubahan suhu fluida akibat proses penguapan pada
tekanan uap jenuh. Sebagian besar pengukuran suhu dengan metode kontak dilakukan
dengan menggunakan termometer atau termokopel. Sedangkan pengukuran non-
kontak menggunakan sensor infra merah (thermography) yang semakin banyak
dikembangkan dan mulai banyak digunakan. Jika kita mempertimbangkan pentingnya
pengukuran temperatur dan hubungannya dengan tekanan dan flow, maka dengan
mudah kita dapat melihat pada pompa yang mengalami kavitasi.
2.3.1. Hubungan tekanan uap jenuh dengan temperatur fluida
Fluida menguap bila tekanannya menjadi sangat rendah atau temperaturnya
menjadi sangat tinggi. Setiap perubahan karakteristik fluida tentu akan
mempengaruhi sistem pemompaan baik sisi suction maupun sisi discharge yang
diperlukan oleh sistem yang dilayani pompa maupun dari performansi pompa
Universitas Sumatera Utara
18
hubungan tekanan atmosfer, tekanan uap jenuh fluida, massa jenis dan luas
penampang seperti ditunjukkan pada persamaan (2.5).
) ( hA A P A P
atm u
= (2.5)
Dimana:
Pu = Tekanan uap dalam Pa (Pascal)
P
atm
= Tekanan atmosfer
A = Luas penampang pipa (m
2
)
= Berat jenis cairan ( kg/m
3
)
Hubungan tekanan atmosfer dengan tekanan uap jenuh untuk fluida air dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat-sifat air ( Air di bawah 1 atm, dan air jenuh diatas 100
o
C)
Temperatur
(
o
C)
Kerapatan
(kg/l)
Viscositas
kinematik
(m
2
/s)
Tekanan uap
jenuh
(kgf/cm
2
)
0
5
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0,9998
1,000
0,9998
0,9983
0,9957
0,9923
0,9880
0,9832
0,9777
0,9716
0,9652
1,792 x 10
-6
1,520 x 10
-6
1,307 x 10
-6
1,004 x 10
-6
0,801 x 10
-6
0,658 x 10
-6
0,554 x 10
-6
0,475 x 10
-6
0,413 x 10
-6
0,365 x 10
-6
0,326 x 10
-6
0,00623
0,00889
0,01251
0,02383
0,04325
0,07520
0,12578
0,20313
0,3178
0,4829
0,7149
Universitas Sumatera Utara
19
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
0,9581
0,9431
0,9261
0,9073
0,8869
0,8647
0,8403
0,814
0,784
0,751
0,712
0,295 x 10
-6
0,244 x 10
-6
0,211 x 10
-6
0,186 x 10
-6
0,168 x 10
-6
0,155 x 10
-6
0,150x 10
-6
0,136 x 10
-6
0,131 x 10
-6
0,128 x 10
-6
0,127 x 10
-6
0,0332
0,0246
0,685
0,303
10,224
15,855
23,656
34,138
47,869
65,468
87,621
(Sumber : Pompa & Kompresor, Sularso, 2006)
2.4. Pola Aliran
Dalam berbagai industri sebagian besar fluidanya mengalir pada pipa-pipa saluran
tertutup (closed conduit flow). Masalah utama yang muncul antara lain:
1. Terjadinya gesekan pada dinding pipa.
2. Terjadinya turbulensi karena gerakan relatif dalam molekul fluida yang
dipengaruhi oleh viskositas fluida, kecepatan aliran dan bentuk pipa.
3. Terjadinya fluktuasi aliran akibat pemasangan belokan (elbow) dan
pengecilan saluran mendadak (sudden contraction).
Dalam suatu aliran yang melewati sistem atau instalasi pipa maka akan terjadi
hambatan aliran, hambatan tersebut diakibatkan oleh faktor- faktor bentuk instalasi.
Hambatan aliran akan menyebabkan turunnya energi dari fluida tersebut yang sering
disebut dengan kerugian tinggi tekan (head loss) atau penurunan tekanan (pressure
drop). Kedua faktor ini merupakan pengaruh yang ditimbulkan karena pengaruh
gesekan fluida (friction loss) dan perubahan pola aliran terjadi karena fluida harus
Universitas Sumatera Utara
20
mengikuti bentuk saluran dan dindingnya. Ketika pipa utama dialiri fluida yang
bersifat turbulen, maka fluida dalam pipa akan mengalami pulsasi atau perubahan
pola aliran yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran meningkat dan tekanannya
menurun.
Salah satu besaran non-dimensional yang menggambarkan pola aliran fluida
adalah Bilangan Reynolds. Pada tahun 1883 Osborne Reynolds menunjukkan bahwa
penurunan tekanan tergantung pada parameter: kerapatan ( ), kecepatan (U), diameter
(D) dan viskositas () absolute yang selanjutnya disebut dengan bilangan Reynolds.
Penurunan tekanan merupakan fungsi dari faktor gesekan ( ) dan kekasaran relative
dari dinding pada ( /D), sehingga persamaannya menjadi :
= f (Re /D) (2.6)
Menurut Henry Darcy (1857) yang melakukan eksperimen aliran dalam pipa,
menyatakan bahwa kekarasan mempunyai dampak terhadap pola aliran, sehingga
didapatkan faktor gesekan Darcy ( ) dengan persamaan (2.7) :
,

=
g D
L
h
V
f
2
2
/

(2.7)
Aliran fluida dalam pipa yang berbentuk lingkaran terbagi menjadi dua, yaitu
aliran laminar dan turbulen. Karakteristik antara kedua aliran tersebut berbeda-beda
dari segi kecepatan, debit dan massa jenisnya. Bilangan Reynolds dapat
mendefinisikan kedua aliran tersebut, dengan persamaan (2.8) :
Universitas Sumatera Utara
21
u
UD UD
= = Re (2.8)
Dimana:
= Kerapatan massa fluida (kg/m
3
)
U = Kecepatan karakteristik (m/s)
d = Diameter saluran (m)
= Viskositas dinamik (kg/m.s)
2.4.1. Klasifikasi Pola Aliran
Pola aliran pada pipa horizontal, ada efek kekuatan gravitasi untuk menggantikan
cairan yang lebih berat mendekati pipa bagian bawah. Bentuk lain dari pola aliran
dapat bertambah karena efek ini, dimana aliran tersebut dibagi dua lapisan. Banyak
kriteria pola aliran yang kita perhatikan baik dari literature dan penelitian-penelitian,
tetapi maksud dan tujuannya adalah sama. Deskripsi pola aliran menurut Collier
(1980), dengan arah aliran horizontal adalah sebagai berikut:
- Aliran gelembung (Bubble flow)
- Aliran kantung gas atau sumbat cairan (Plug/Slug flow)
- Aliran acak (Churn flow)
- Aliran cicin kabut tetes cairan ( Wispy-Annular flow)
- Aliran cincin (Annular flow)
Universitas Sumatera Utara
22
Aliran gelembung Aliran kantung gas Aliran srata licin
Aliran srata gelombang Aliran sumbat liquid Aliran cincin
Gambar 2.5 Pola aliran pada pipa horizontal
Gambar 2.6 Klasifikasi Pola aliran berdasarkan Reynolds Number ( Chi-2009)
2.5. Aliran Fluida
Aliran fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran tertutup atau pipa sangat
penting di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa komponen dasar yang berkaitan
dengan sistem perpipaan adalah meliputi pipa-pipa itu sendiri, sambungan pipa
Universitas Sumatera Utara
23
(fitting) yang digunakan untuk menyambung masing-masing pipa guna membentuk
sistem yang diinginkan, peralatan pengatur laju aliran (katup-katup) dan pompa-
pompa atau turbin-turbin yang menambah energi atau mengambil energi dari fluida.
Pada aliran fluida di dalam pipa, lapisan fluida pada dinding mempunyai kecepatan
nol. Lapisan fluida pada jarak yang semakin jauh dari dinding pipa mempunyai
kecepatan yang semakin besar, dengan kecepatan maksimum terbesar terjadi pada
pusat pipa.
Gambar 2.7 Daerah masuk aliran sedang berkembang dan aliran berkembang penuh
di dalam sebuah sistem pipa.
2.5.1. Aliran L aminar dan Turbulen
Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, grafitasi dan
kekentalan dikenal sebagai bilangan Reynolds seperti persamaaan (2.9) :
Universitas Sumatera Utara
24

UD
= Re (2.9)
Dimana : U = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
D = Diameter pipa (m)
= Massa jenis fluida (kg/m
3
)
= Viscositas dinamik (m
2
/s)
Aliran fluida mengikuti bentuknya, sewaktu mengalir aliran fluida membentuk
suatu jenis/bentuk jenis dan bentuk dari pergerakan fluidanya. Dalam hal ini, jika
nilai Re kecil, partikel-partikel fluida bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus
atau lapisan-lapisan dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang
bersebelahan yang dikenal sebagai aliran laminar, sedangkan jika partikel-partikel
fluida bergerak secara acak (random) baik arahnya maupun kecepatannya tidak
terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen.
(a) (b)
Gambar 2.8 (a) Aliran laminer, (b) Aliran turbulen
Pada pipa:
- Aliran laminer terjadi jika Re < 2100
- Aliran transisi terjadi jika Re > 2100
- Aliran turbulen terjadi jika Re > 4000
Universitas Sumatera Utara
25
2.6. Pompa
Pompa adalah suatu alat atau pompa yang digunakan untuk memindahkan cairan
dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara
menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus
menerus. Salah satu jenis pompa pemindah non positif adalah pompa sentrifugal
yang prinsip kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi
potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing. Pompa
sentrifugal umumnya dibagi ke dalam empat kelas, yaitu aliran sentrifugal atau radial,
campuran, aliran aksial dan turbin regenerative seperti pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Profil Impeller dan Jenis Pompa
Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa yang paling banyak dipakai oleh
industri, terutama industri pengolahan dan pendistribusian air. Banyak pompa
sentrifugal di desain dengan cara memungkinkan pompa beroperasi secara terus
menerus untuk berbulan-bulan bahkan tahunan. Beberapa keunggulan pompa
sentrifugal adalah harga yang relatif murah, konstruksi pompa sederhana, mudah
Universitas Sumatera Utara
26
pemasangan dan perawatan, kapasitas dan head yang tinggi, kehandalan dan
ketahanan yang tinggi.
2.6.1. Karakteristik pompa
Karakteristik pompa adalah prestasi pompa dalam bentuk grafik hubungan antara
parameter-parameter: head (H), daya (N) dan efisiensi ( ) terhadap debit (Q),
parameter-parameter ini menandai prestasi kerja dan biaya operasi pompa.
Karakteristik dari pompa sentrifugal merupakan cara dimana tinggi tekan tekanan
diferensial bervariasi dengan keluaran (output) pada kecepatan konstan. Untuk
mempertahankan pompa beroperasi pada kecepatan konstan, jumlah aliran yang
melalui pompa tergantung pada perbedaan tekanan atau head yang dihasilkan oleh
pompa. Karakteristik dapat juga menyertakan kurva efisiensi dan harga brake horse
power-nya. Kurva kapasitas tinggi tekan (Gambar 2.10) ditunjukkan sebagai
kapasitas peningkatan total tinggi tekan, dimana tinggi tekan pompa mampu untuk
dinaikkan atau dikurangi.
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 2.10 Kurva Karakteristik Pompa Sentrifugal Aquavane A32-160
2.6.2. Tinggi tekan (head) pompa
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya dinyatakan
dalam satuan panjang. Menurut persamaan Bernoulli, ada tiga macam head (energi)
fluida dari sistem instalasi aliran, yaitu, energi tekanan, energi kinetik dan energi
potensial. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan (2.10) :
Universitas Sumatera Utara
28
g
V
Z
P
H
2
2
- - =

(2.10)
Dimana: H = Head total pompa ( m)

P
= Head tekanan (m)
Z = Head statis total (m)
g
V
. 2
2
= Head kecepatan (m)
2.6.3. Head tekanan
Head tekanan adalah perbedaan energi tekanan yang bekerja pada permukaan zat
cair pada sisi tekan dengan energi tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair pada
sisi isap. Head tekanan dapat dinyatakan dengan persamaan (2.11) :

s d
P P P
- = (2.11)
Dimana:

P
= Head tekanan

d
P
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan
Universitas Sumatera Utara
29

s
P
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi hisap
2.6.4. Head kecepatan
Head kecepatan adalah perbedaan antar energi kecepatan zat cair pada saluran
tekan dengan energi kecepatan zat cair pada saluran isap. Head kecepatan dapat
dinyatakan dengan persamaan (2.12) :
g
V
g
V
H
s d
k
2 2
2 2
- = (2.12)
Dimana: H
k
= Head kecepatan
g
V
d
2
2
= Kecepatan zat cair pada saluran tekan
g
V
s
2
2
= Kecepatan zat cair pada saluran isap
2.6.5. Head statis total
Head statis total adalah perbedaan tinggi antara permukaan zat cair pada sisi
tekan dengan permukaan zat cair pada sisi isap. Head statis total dapat dinyatakan
dengan persamaan (2.13) :
s d
Z Z Z - = (2.13)
Universitas Sumatera Utara
30
Dimana:
Z = Head statis total
Zd = Head statis pada sisi tekan
Zs = Head statis pada sisi isap
Tanda + = Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih rendah dari
sumbu pompa
Tanda - = Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih tinggi dari
sumbu pompa
2.7. Kerugian Head
Kerugian head yang terjadi pada instalasi pompa terjadi pada pipa dan
perlengkapan pipa. Kerugian head pada pipa karena adanya turbulensi air dan
gesekan pada sepanjang pipa hal ini disebut sebagai kerugian mayor. Kerugian minor
terjadi pada perlengkapan pipa termasuk adanya belokan, penyempitan maupun
pembesaran penampang secara mendadak pada pipa, katup dan sambungan sehingga
menimbulkan turbulensi sepanjang pipa isap dan pipa tekan. Kerugian energi
persatuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam sistem perpipaan disebut
sebagai kerugian head (head losses). Head losses terdiri dari mayor head losses (h
fs
),
minor head losses (h
m
), dan total losses (h
tot
)
2.7.1. Kerugian head minor (h
m
)
Universitas Sumatera Utara
31
Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem
perpipaan. Dapat dicari dengan menggunakan persamaan (2.14) :
g
v
f h
m
. 2
2
= (2.14)
Dimana: h
m
= Minor losses (m)
f = Koefisien kerugian dari elbow dan valve
Koefisien f tergantung pada bentuk belokan, penyempitan, katup dan
sambungannya. Namun, nilai k masih berupa nilai pendekatan, karena sangat
dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan, serta umur sambungan itu
sendiri.
2.7.2. Kerugian head mayor ( H
fs
)
Besarnya kerugian Head sepanjang pipa isap dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.15), Darcy-Weisbach:
g
V
D
L
f H
f
2
2
= (2.15)
Dimana: H
f
= Mayor losses (m)
f = Koefisien gesek pipa PVC
Universitas Sumatera Utara
32
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
Pipa PVC adalah termasuk pipa licin (smooth) sehingga koefisien gesek untuk
pipa licin adalah :
2 / 1
316 , 0
e
R
f = (2.16)
Sedangkan besarnya Reynolds Number (Re) dapat dihitung dengan persamaan (2.17) :

VD
= Re (2.17)
Dimana: Re = Reynold Number
= Massa jenis fluida (air) ( kg/m
3
)
V = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
= Viscositas absolut cairan (N.s/m
2
)
Apabila aliran laminar (Re < 2000), faktor gesekan (f) dapat dicari dengan
pendekatan persamaan (2.18) :
Re
64
= f (2.18)
Universitas Sumatera Utara
33
Apabila aliran turbulen (Re > 2000), faktor gesekan (f) dapat dicari dengan Moody
Diagram. Metode yang umum digunakan untuk menentukan kerugian-kerugian head
atau penurunan tekanan adalah dengan menentukan koefisien kerugian, Kt,
g
V
K h
L L
2
2
= (2.19)
2.7.3. Total losses
Total losses merupakan kerugian total sistem perpipaan dapat dihitung dengan
pendekatan persamaan (2.20).
m f tot
h h h - = (2.20)
atau
g
V
D
L e
f h
tot
2
2
= (2.21)
Dimana: h
tot
= Total losses (m)
h
f
= Total mayor losses (m)
h
m
= Total minor losses (m)
Le/D= Panjang ekivalen dari fitting dan valve ditambah panjang pipa
f = Faktor gesekan
2.8. Getaran Mekanis
Universitas Sumatera Utara
34
Analisa getaran (vibration analysis) sudah dianggap sebagai suatu metode yang
handal untuk pemantuan kondisi (condition monitoring). Analisa getaran merupakan
salah satu alat yang sangat bermanfaat sebagai prediksi awal terhadap adanya
masalah pada mekanikal, elektrikal dan proses pada peralatan, mesin-mesin dan
sistem proses yang kontinu di pabrik atau industri. Indikator yang baik untuk
menentukan apakah suatu peralatan yang berputar dalam kondisi baik adalah vibrasi,
semangkin kecil nilai suatu vibrasi semakin baik peralatan tersebut, sebaliknya
apabila suatu peralatan yang berputar mempunyai getaran (vibrasi) yang besar atau
tinggi maka kondisi peralatan tersebut cukup rawan. Oleh karena itu, suatu peralatan
yang berputar sebaiknya memiliki suatu nilai getaran standart dan batasan getaran
yang diperbolehkan (dibuat oleh pabrik pembuatan peralatan tersebut), sehingga
apabila nilai getaran yang terjadi diluar batasan yang diizinkan maka peralatan
tersebut harus menjalani tindakan perawatan (perbaikan). Oleh karena manfaat
tersebut, sehingga analisa getaran saat ini menjadi pilihan dalam teknologi predictive
maintenance untuk pemantauan tingkat kondisi (condition monitoring) yang sering
digunakan.
Disamping manfaatnya dalam hal predictive maintenance, teknik analisa getaran
juga digunakan sebagai teknik untuk mendiagnosa, yang dapat diaplikasikan antara
lain untuk: acceptance testing, pengendalian mutu, mendeteksi bagian yang
mengalami kelonggaran, unbalance, misaligment, pengendalian kebisingan dan
mendeteksi kavitasi pada pompa sentrifugal.
Universitas Sumatera Utara
35
2.8.1. Karakterisristik getaran
Getaran secara teknis didefinisikan sebagai gerak osilasi dari suatu objek terhadap
posisi awal/diam, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11. jika suatu massa
digerakkan, maka benda tersebut akan bergerak keatas dan ke bawah secara berulang
diantara batas atas dan bawah. Gerakan massa dari posisi awal menuju atas dan
bawah lalu kembali keposisi semula, dan akan melanjutkan geraknya disebut sebagai
satu siklus getar. Waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus disebut sebagai periode
getaran. Jumlah siklus pada suatu selang waktu tertentu disebut sebagai frekuensi
getaran dan dinyatakan dalam Hertz (Hz).
Gambar 2.11 Sistem getaran sederhana
Frekuensi adalah salah satu karakteristik dasar yang digunakan untuk mengukur
dan menggambarkan getaran. Karakteristik lainnya yaitu perpindahan, kecepatan dan
percepatan. Setiap karakteristik ini menggambarkan tingkat getaran, hubungan
karakteristik ini dapat dilihat pada Gambar 2.12. Perpindahan (displacement)
Universitas Sumatera Utara
36
mengindikasikan berapa jauh suatu objek bergetar, kecepatan (velocity)
mengindikasikan berapa cepat objek bergetar dan percepatan (acceleration) suatu
objek bergetar terkait dengan gaya penyebab getaran. Satuan yang digunakan tiap
karakteristik dapat dilihat pada Tabel 2.2. Untuk keperluan pemantauan kondisi dan
diagnosis, pengolahan sinyal getaran dilakukan dalam time domain dan frekuensi
domain.
Gambar 2.12 Hubungan antara perpindahan, kecepatan dan percepatan getaran
Tabel 2.2. Karakteristik dan satuan getaran
Karakteristik Getaran
Satuan
Metrik British
Percepatan microns peak-to peak mils peak-to-peak
(1m=0.001mm) (0.001 in)
Kecepatan mm/s in/s
Percepatan G G
(1g = 980 cm/s
2
) (1g = 5386 in/s
2
)
Frekuensi cpm, cps, Hz cpm, cps, Hz
(Sumber: Maintenance Engineering Handbook)
Universitas Sumatera Utara
37
Pada beberapa kasus seperti getaran pipa aliran akibat turbulensi yang terhantam
dinding pipa, maka gaya yang timbul akibat fluida tidak tergantung dari perubahan
kecil dari posisi strukturnya terhadap fluida. Dalam permasalahan getaran akibat
aliran fluida (pola aliran) , faktor kondisi aliran dan kondisi struktur sangat
berpengaruh terhadap bentuk getaran yang terjadi.
2.8.2. Gerak harmonik
Gerak osilasi dapat berulang secara teratur. Jika gerak itu berulang dalam selang
disebut waktu yang sama, maka geraknya disebut gerak periodik. Waktu pengulangan
disebut dengan periode osilasi dan kebalikannya, f = 1/ disebut frekuensi. Jika
gerak dinyatakan dalam fungsi waktu x(t), maka setiap gerak periodik harus
memenuhi hubungan (t) = x (1+ ). Secara umum, gerak harmonik dinyatakan
dengan persamaan (2.22) :

:
t
Sin A x 2 . = (2.22)
dimana A adalah amplitudo osilasi yang diukur dari posisi setimbang massa, dan
adalah periode dimana gerak diulang pada t = . Gerak harmonik sering dinyatakan
sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak melingkar dengan kecepatan tetap pada
suatu garis lurus, seperti terlihat pada Gambar 2.13. Dengan kecepatan sudut garis
OP sebesar , perpindahan simpangan x dapat dituliskan sebagai:
t Sin A x n . = (2.23)
Universitas Sumatera Utara
38
Besaran biasanya diukur dalam radian per detik dan disebut frekuensi lingkaran.
Oleh karena gerak berulang dalam 2 radian, maka didapat hubungan:
f
t
:
:
n 2
2
= = (2.24)
dengan dan f adalah periode dan frekuensi gerak harmonik berturut-turut dan
biasanya diukur dalam detik dan siklus per detik.
Kecepatan dan percepatan gerak harmonik dapat diperoleh secara mudah dengan
diferensiasi simpangan gerak harmonik, seperti Gambar 2.13. Dengan menggunakan
notasi titik untuk turunannya, maka didapat:
)
2
sin( cos
:
n n n n - = = t A t A x
(2.25)
) sin( sin
2
: n n n n - = - = t A t A x (2.26)
Gambar 2.13 Gerak Harmonik Sebagai Proyeksi Suatu titik yang bergerak pada
lingkaran
Universitas Sumatera Utara
39
2.8.3. Gerak periodik
Getaran mesin pada umumnya memiliki beberapa frekuensi yang muncul
bersama-sama. Gerak periodik dapat dihasilkan oleh getaran bebas sistem dengan
banyak derajat kebebasan, dimana getaran pada tiap frekuensi natural memberi
sumbangannya. Getaran semacam ini menghasilkan bentuk gelombang kompleks
yang diulang secara periodik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14. Gerak harmonik
dapat dinyatakan dalam deretan sinus dan cosinus yang dihubungkan secara
harmonik. Jika ) (t x adalah fungsi periodik dengan periode , maka fungsi ini dapat
dinyatakan oleh deret Fourier sebagai:
t a t a t a a t x
n n
e e e cos ... cos cos ) (
2 2 1 1 0 2
1
- - - =
t b t b t b
n n
e e e sin ... sin sin
2 2 1 1
- - - (2.27)
dengan

:
e
2
1
=
1
2e e =
n
Gambar 2.14. Gerak periodik gelombang sinyal segiempat dan gelombang
pembentuknya dalam domain waktu
Universitas Sumatera Utara
40
Pada gelombang segiempat berlaku ) (t x = X pada t =0, dan t =, dan
seterusnya. Deret ini menunjukkan nilai rata-rata dari fungsi yang diskontinu.
2.8.4. Getaran bebas (free vibration)
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada
dalam sistem itu sendiri (inherent) dan apabila tidak ada gaya luar yang bekerja.
Sistem yang bergetar bebas akan bergetar pada satu atau lebih frekuensi naturalnya
yang merupakan sifat dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan
kekakuannya.
Gambar 2.15 Sistem Pegas-Massa dan Diagram Benda Bebas
Universitas Sumatera Utara
41
Hukum Newton kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak sistem, pada
Gambar 2.15, perubahan bentuk pegas pada posisi kesetimbangan adalah dan gaya
pegas k adalah sama dengan gaya gravitasi w yang bekerja pada massa m.
mg w k = = / (2.28)
Hukum Newton kedua untuk gerak diterapkan pada massa m:
) ( x k w F x m - / - = : = (2.29)
dan karena k =w,diperoleh:
kx x m - = (2.30)
frekuensi lingkaran
m
k
n
=
2
n , sehingga persamaan (2.23) dapat ditulis:
0
2
= - x x
n
n
(2.31)
sehingga persamaan umum persamaan diferensial linier orde kedua yang homogen:
0 cos sin = - = t B t A x
n n
n n (2.32)
Perioda natural osilasi dibentuk dari : n 2 =
n
, atau
k
m
: 2 = (2.33)
dan frekuensi natural adalah:
Universitas Sumatera Utara
42
m
k
f
n
:

2
1
= = (2.34)
2.8.5. Getaran paksa (forced vibration)
Getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar disebut getaran paksa seperti
pada Gambar 2.16. Eksitasi ini biasanya dihasilkan oleh ketidak-seimbangan pada
mesin-mesin yang berputar.
Gambar 2.16 Sistem yang Teredam Karena Kekentalan Dengan Eksitasi Harmonik
Persamaan diferensial geraknya adalah:
t F kx x c x m n sin
0
= - - (2.35)
Universitas Sumatera Utara
43
Solusi khusus persamaan diatas adalah keadaan tunak (steady state) dengan frekuensi
yang sama dengan frekuensi eksitasi. Solusi khusus dapat diasumsikan berbentuk:
) sin( n - = t X x (2.36)
dengan A adalah amplitudo osilasi dan adalah beda fase simpangan terhadap gaya
eksitasi. Sehingga diperoleh:
2 2 2
) ( ) ( n e c m k
Fo
A
- -
=
(2.37)
dan
2
1
tan
n
n

m k
c
-
=
-
(2.38)
Dengan membagi pembilang dan penyebut persamaan (2.38) dan (2.39) dengan k,
diperoleh:
2 2
2
) ( ) 1 (
k
c
k
m
k
Fo
A
n e
- -
=
(2.39)
Universitas Sumatera Utara
44
) ( 1
tan
2
k
m
k
c
n
n

-
=
(2.40)
Persamaan-persamaan di atas selanjutnya dapat dinyatakan dalam besaran-besaran
berikut:
= =
m
k
n frekuensi natural osilasi tanpa redaman
= =
n e
m C n 2 redaman kritis
= =
e
C
C
,
faktor redaman
n
e
e
k
C
C
C
k
C
n
n
,
n n
2 = = =
Jadi persamaan amplitude dan fasa yang non-dimensional menjadi:
2
2
2
( 2 ) ( 1
1

-
=
n n
o
F
Xk
n
n
,
n
n
(2.41)
2
1
2
tan

=
n
n
n
n
n
n
,

(2.42)
Universitas Sumatera Utara
45
2.9. Pengolahan Data Vibrasi
2.9.1. Data domain waktu (time domain)
Pengolahan data time domain melibatkan data hasil pengukuran objek
pemantauan sinyal getaran, tekanan fluida kerja, temperatur fluida kerja maupun
aliran fluida kerja. Dalam kasus pengukuran temperatur dengan thermometer yang
konvensional karena karakteristik alat ukurnya, maka tidak dapat dilakukan
pengukuran temperatur secara dinamik. Demikian pula halnya dengan pengukuran
aliran fluida kerja, sehingga untuk memungkinkan pengukuran objek
pemantauanberupa sinyal dinamik, maka diperlukan sensor yang memiliki
karakteristik dinamik tertentu.
Gambar 2.17 Karakteristik Sinyal Statik dan Dinamik
Hasil pengukuran objek pemantauan dalam domain waktu seperti Gambar 2.17 dapat
berupa sinyal:
1. Sinyal statik, yaitu sinyal yang karakteristiknya (misal: amplitudo, arah
Universitas Sumatera Utara
46
kerjanya) tidak berubah terhadap waktu.
2. Sinyal dinamik, yaitu sinyal yang karakteristiknya berubah terhadap waktu,
sehingga tidak konstan.
Sinyal dinamik yang sering ditemui dalam praktek berasal dari sinyal getaran,
baik yang diukur menggunakan accelerometer, vibrometer, maupun sensor
simpangan getaran. Untuk keperluan pengolahan sinyal getaran dalam time domain,
perlu diperhatikan karakteristik sinyal getaran yang dideteksi oleh masing-masing
sensor acceleration, kecepatan, dan simpangan getaran (displacement). Time domain
digunakan untuk menganalisa karakteristik sinyal getaran secara overall
(keseluruhan).
2.9.2. Data domain frekuensi (frequency domain)
Pengolahan data frequency domain umumnya dilakukan dengan tujuan:
a. Untuk memeriksa apakah amplitudo suatu frequency domain dalam
batas yang diizinkan oleh standar.
b. Untuk memeriksa apakah amplitudo untuk rentang frekuensi tertentu
masih berada dalam batas yang diizinkan oleh standar.
Universitas Sumatera Utara
47
Secara konseptual, pengolahan frequency domain dilakukan dengan
mengkonversikan data time domain ke dalam frequency domain. Satu bentuk
tranformasi yang umum digunakan untuk merubah sinyal dari domain waktu ke
domain frekuensi adalah tranformasi Fourier :
dt e t x X
t j e
e
-

= ) ( ) (
(2.43)
Dalam praktiknya proses konversi ini dilakukan menggunakan proses Transformasi
Fourier cepat seperti terlihat Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Hubungan Time Domain dengan Frequency Domain
Data domain waktu merupakan respon total sinyal getaran, sehingga karakteristik
masing-masing sinyal getarannya tidak terlihat jelas. Dengan bantuan konsep deret
Fourier, maka sinyal getaran ini dapat dipilah-pilah menjadi komponen dalam bentuk
sinyal sinus yang frekuensinya merupakan frekuensi-frekuensi dasar dan
Universitas Sumatera Utara
48
harmoniknya. Frequency domain digunakan untuk mengalisa getaran dengan
mengatur frekuensi analyzer sesuai dengan frekuensi operasi sistem, dalam hal ini
frekuensi sistem divariasikan.
2.10. Standart Vibrasi Pompa Sentrifugal
Sampai saat ini sangat sulit untuk mendapatkan standar vibrasi untuk pompa
sentrifugal, bahkan pabrikan pembuat pompa tidak dapat memberikan standar vibrasi
dari pompa buatannya. Demikian juga dengan vibrasi yang timbul akibat kesalahan
perencanaan dan pengoperasian, seperti tinggi tekan dan kapasitas pompa jauh lebih
besar dari tinggi tekan sistem atau instalasi. Sehingga pengoperasian yang dilakukan
dengan mengatur secara paksa tinggi tekan dan kapasitas yang akan menimbulkan
vibrasi yang besar. Berdasarkan standart ISO 10816-3 untuk standar vibrasi,
memberikan batasan-batasan vibrasi berdasarkan kecepatan (velocity) yang
dikategorikan dalam beberapa zona dan warna seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19.
Universitas Sumatera Utara
49
Gambar 2.19 Standart ISO 10816-3 untuk vibrasi
Dari gambar 2.19 dapat dilihat bahwa sesuai dengan standart vibrasi ISO
10816-3 untuk vibrasi dikategorikan kepada 4 zona yaitu:
a. Zona A berwarna hijau,vibrasi dari mesin sangat baik dan dibawah vibrasi
yang diijinkan.
b. Zona B berwarna hijau muda,vibrasi dari mesin baik dan dapat
dioperasikan karena masih dalam batas yang diizinkan.
c. Zona C berwarna kuning,vibrasi dari mesin dalam batas toleransi dan
hanya dioperasikan dalam waktu terbatas.
d. Zona D berwarna merah,vibrasi dari mesin dalam batas berbahaya dan
dapat terjadi kerusakan sewaktu-waktu.
Universitas Sumatera Utara
50
2.11. Kerangka Konsep
Hasil yang diperoleh dalam suatu penelitian dipengaruhi oleh variabel-variabel
penelitian itu sendiri. Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan seperti
Gambar 2.20. Berdasarkan kerangka konsep tersebut dapat dilihat bahwa
permasalahan fenomena kavitasi pada pompa sentrifugal satu tingkat yang diakibat
oleh perubahan tekanan isap , yang menjadi variabel bebas dan input alat pengukur
getaran dan alat pengukur temperatur fluida, sedangkan yang menjadi subyek
penelitian adalah variabel terikat yaitu karakteristik sinyal getaran.
Gambar 2.20 Kerangka Konsep
Permasalahan :
Fenomena kavitasi pada pompa sentrifugal akibat
perubahan tekanan isap, turbulensi dan pulsasi
menggunakan parameter sinyal getaran
rumapompa akibat adanya perubahan NPSHA
Variabel yang diamati :
- Variabel Bebas :
- Head dan Kapasitas
- Tekanan Isap
- Variabel terikat :
- Karakteristik sinyal getaran
- Kecepatan aliran
- Variabel kontrol :
- Densitas fluida cair
- Pola aliran
Hasil yang diperoleh:
- Simpangan, kecepatan, percepatan dan frekuensi dari
dari tiap perubahan NPSH
A
.
- Hubungan NPSH
A
, tinggi tekan , kapasitas dan putaran.
- Hubungan temperatur fluida dalam rumah pompa terhadap
tekanan operasi
- Hubungan pola aliran terhadap karakteristik vibrasinya.
Pengolahan dan analisa data
Pompa Sentrifugal Aquavane A32-160
- Titik pengukuran getaran
- Arah pengukuran getaran
- Titik pengukuran temperatur
- Arah pengukuran temperatur
- Frequency domain dan time domain
- NPSH
R
- Daya dan putaran
Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai