Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya. Proposal skripsi ini disususn untuk mengikuti seminar proposal skripsi, yang kemudian akan berlanjut kepada penulisan skripsi. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini. Penulis berharap kepada Dosen penguji serta semua pihak yang membaca proposal skripsi ini dapat memberikan kritik dan saran guna menyempurnakan penyusunan skripsi ini.

Penulis

Yulia

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..... Daftar isi... BAB I Pendahuluan A. B. C. D. E. F. Latar Belakang Masalah... Identifikasi Masalah. Pembatasan Masalah. Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. BAB II Landasan Teori

i ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mempersiapkan manusia yang dibutuhkan sebagai pelaksana pembangunan. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Oleh karena itu mutu pendidikan setiap tahunnya lebih ditingkatkan untuk mengejar ketinggalan ilmu pendidikan dan teknologi dengan Negara lain. Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya sumber daya manusia. Karena itu untuk meningkatkannya perlu pembaharuan dalam membangun mutu kualitas dan kuantitas sumber manusia tersebut. Pendidikan sebagai merupakan modal dari kehidupan karena itu pemerintah harus lebih memperhatikan mutu pendidikan di negara ini. Penyempurnaan system pendidikan nasional yang dilakukan pemerintah dewasa ini merupakan langkah yang baik untuk menciptakan tatanan system pendidikan nasional yang berkualitas tinggi, sehingga mampu melahirkan lulusan yang terbaik dan kompetitif yang berguna bagi masyarakat dan negara. Matematika adalah ilmu dasar yang digunakan sebagai alat bantu memecahkan masalah dalam berbagai ilmu seperti: fisika, kimia, biologi, akutansi dan lain-lain. Dengan alasan tersebut maka matematika mendapatkan julukan sebagai ratu dan pelayan sains.

Matematika dan IPA merupakan ilmu dasar yang ketekaitannya sangat erat. IPA tidak dapat dikembangkan tanpa adanya ilmu matematika. Oleh karena itu matematika bukan ilmu dan pengetahuan yang menyendiri maupun yang sempurna karena keberadaan ilmu

matematika dapat membantu manusia dalam memahami dan menguasai berbagai macam permasalahan baik sosial, ekonomi dan alam. Banyak faktor yang menganggap ilmu matematika dan IPA sulit, antara lain siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika karena konsep yang diberikan dalam bentuk abstrak, padahal matematika itu harus diberikan dalam konsep logika dan pola berpikir, karena itu banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

mempelajarinya. Secara umum hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika pokok bahasan alat optik tidak jauh berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Beberapa faktor penyebabnya antara lain faktor yang muncul dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Diantara faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa tersebut adala kurangnya pemahaman siswa pada pemahaman tentang konsep bilangan pecahan, dimana konsep bilangan pecahan merupakan pijakan untuk dapat memahami dari soalsoal pada konsep alat optik. Selain itu motivasi siswa untuk belajar sangat kurang sehingga siswa tidak mampu menjawab soal yang diberikan. Sementara faktor yang bersumber dari luar diri siswa misalnya faktor

guru, media pembelajaran, metode belajar dan faktor lingkungan yang turut membentuk kepribadian siswa.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian adalah: A. B. C. Apakah siswa memahami konsep bilangan pecahan? Apakah siswa Memahami konsep alat optik? Apakah pemahaman konsep bilangan pecahan dapat diaplikasikan

pada konsep alat optik? D. Apakah pemahaman siswa pada konsep bilangan pecahan dapat

dilihat dari tes hasil belajar? E. Apakah pemahaman siswa pada konsep alat optik dapat dilihat dari tes

hasil belajar? F. Apakah ada hubungan antara pemahaman konsep bilangan pecahan

dan aplikasnya dengan pemahaman alat optik?

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian membatasi pada pemahaman konsep bilangan pecahan dan aplikasinya terhadap konsep alat optik pada siswa kelas VIII di sekolah Mts Al-Islamiyah Srengseng, Jakarta Barat.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah:Apakah pemahaman konsep bilangan pecahan dapat meningkatkan pemahaman pada konsep alat optik siswa kelas VIII Mts Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat?

E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna: 1. optik. 2. Bagi Mts Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat dapat mengetahui Bagi siswa, dapat memahami aplikasi bilangan pecahan terhadap alat

kinerja guru matematika dalam proses pembelajaran pokok bahasan bilangan pecahan dengan hasil belajar siswa pokok bahasan konsep alat optik. 3. Bagi penulis, dapat menerapkan aplikasi antara pemahaman konsep

bilangan pecahan dengan konsep alat optik pada siswa Mts Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat. 4. Bagi perguruan tinggi, dapat dijadikan indikator keberhasilan

mahasiswa dalam melakukan penelitian dasar dan sekaligus dapat dijadikan masukan guna melakukan revisi kurikulum perguruan tinggi bersangkutan dimasa mendatang dalam rangka peningakatan mutu kelulusan.

BAB II LANDASAN TEORI,

KERANGKABERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pemahaman dan Konsep Paham berarti mengerti, tahu dan pandai. Sedangkan pemahaman berarti menunjukkan proses, perbuatan dan cara memahami atau memahamkan sesuatu. Mulyasa menyatakan bahwa pemahaman ( understanding ) adalah kedalaman kognitif, dan efektif yang dimiliki oleh individu1. Oleh sebab itu seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristikdan kondisi siswa agar tidak mengalami kesutilan dalam melaksanakn pembelajaran secara efektif dan efesien. Menurut Harjanto menyatakan bahwa pemahaman atau comprehension didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap pengertian dari sesuatu. Hal ini dapat ditunjukkan dalam bentuk menerjemahkan sesuatu dengan cara menjelaskan atau membuat intisari dan memperkirakan kecenderungan pada masa yang akan datang2. Menurut Syaiful Bahri DjamaPemahaman adalah kemampuan siswa menyadap informasi, menginterpretasi arti dan melakukaneksplorasi

Mulyasa E. 2005, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Karaktresik dan Implementasi, Bandung; PT. Remaja Redaksi. 2 Hanjanto. 2007. Perencanaan Pengajaran. Jakarta; Renika Cipta.,h.60

atau memberikan saran-saran3. Menyadap informasi meliputi kemampuan mengekspresikan dengan kata-kata lain, dapat mengembamgkan ringkasan yang lebih teliti, menulis kembali dalam bentuk verbal suatu pernyataan berbentuk symbol-simbol atau mengilustrasikan ide yang abstrak. Menginterprestasikan yaitu membedakan masalah yang luas, dari komponen utama ke dalam tulisan yang kecil-kecil, mengatur kembali, merestruktur komponen sehingga ia atau orang lain dapat

mengevaluasinya. Ekstrapolasi yaitu kemampuan mengira-ngira atau memprediksi lebih lanjut untuk menentukan implikasi terhadap pandangan yang diekspresikan. Berdasarkan beberapa definisi diatas, yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menunjukkan hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep, menyadap informasi, menginterpretasi arti, dan melakukan ekstrapolasi yang menunjukkan kedalam kognitif dan afektif individunya. Konsep mengandung makna pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Pengertian yaitu gambaran atau pengetahuan tentang sesuatu di dalam pikiran. Abstrak adalah tidak berwujud, sesuatu diabstrakkan artinya sesuatu yang tidak berwujud, sedangkan peristiwa adalah sesuatu yang benar-benar terjadi. Sedangkan konkret adalah benarbenar ada, jadi konsep adalah gambaran dalam pikiran tentang sesuatu yang benar-benar ada yang disampaikan tidak berwujud.
3

Djamarah Syaifulk Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakata; Roineka Cipta.h.109

2. Pengertian Bilangan Pecahan dan Aplikasinya 1) Pecahan Murni Pecahan murni adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari
a . Dalam hal ini, a dan b b

keseluruhan yang dilambangkan dengan

merupakan bilangan cacah dengan 0 < a <b.

Contoh : seseorang

sedang membelah sebuah semangka. Semangka tersebut dibelah menjadi dua bagian yang sama sehingga setiap bagiannya disebut
1 . 2

setengah dari seluruhnya dan ditulis

Gambar 2.1 Semangka dibetab menjadi 2 bagian yang sama.

Jika kamu akan membuat bingkai berbentuk persegi dan sepotong bambu yang panjangnya 1 meter, tentunya bambu tersebut harus dipotong menjadi 4 bagian yang sama. Panjang setiap potong bambu
1 meter (satu dari 4 bagian). Selanjutnya, keempat 4

tersebut adalah

potong bambu dibuat bingkai persegi seperti pada gambar dibawah.

Bilangan bilangan

1 dan 2

1 4

merupakan bilangan pecahan murni, yaitu

yang menggambarkan bagian dari keseluruhan. Uraian tersebut memperjelas pengertian pecahan murni.

Gambar 2.2 Bingkai Bambu

Bilangan-bilangan pecahan dapat digambarkan pada garis bilangan seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Garis Pecahan

Contoh soal a) Dua botol sirup yang isinya sama akan dibagikan kepada 3 orang anak. Jika setiap anak mendapat bagian yang sama, berapa bagian yang diperoleh setiap anak?

b) Tiga buah apel yang sama besar dibagikan kepada 4 orang anak. Berapa bagiankah yang diperoleh setiap anak?

Gambar 2.4

Penyelesaian : a. Perhatikan Gambar 2.4(a). Bagilah setiap 1 botol air sirup ke dalam tiga gelas yang kurannya sama sehingga diperoleh 6 gelas air sirup, seperti terlihat pada Gambar 2.4(b). Bagikanlah gelas berisi air sirup tersebut kepada tiga orang anak sehingga setiap anak mendapat 2 gelas. Setiap gelas merupakan bagian isi botol sirup sehingga setiap anak memperoleh bagian isi botol situp. Penyelesaian pada Contoh Soal dapat disingkat sebagai berikut. Jika 2 botol air sirup yang isinya sama dibagikan kepada 3 orang anak, setiap anak memperoleh
2 bagian isi botol sirup. 3

2:3 =

b.

Setiap anak memperoleh 3 : 4 =

3 bagian. 4

Uji pemahaman konsep Lima potong kue sama ukurannya dibagikan dan setiap anak
5 bagian kue. Berapa orang anak yang memperoleh 6

memperoleh kue tersebut? Asah nalar

Untuk menghindari perselisihan dalam membagi sepotong kue, Indah dan Andri menggunakan aturan berikut. Andri memotong kue tersebut menjadi dua bagian (yang ia anggap sama besar). Kemudian, Indah memilih bagian yang ia inginkan. Dengan aturan ini, keduanya merasa puas terhadap pembagian kue. Sekarang, buatlah sebuah aturan untuk membagikan sebuah kue ke lima orang sehingga setiap orang merasa puas.

2)

Pecahan Tidak Murni Pecahan murni, yaitu bentuk pecahan


a dengan a, b bilangan cacah b

dan 0 < a < b. Pecahan dengan ketentuan ini, pembilangnya selalu


1 2 3 4 7 , , , , dan . Pada bagian 2 3 5 7 10

kurang dan penyebutnya. Misalnya,

ini, konsep pecahan tersebut akan dikembangkan dengan ketentuan


a dengan a, b bilangan cacah 0, < b < a dan a bukan b

berikut ; Pecahan

faktor dari b. Pecahan dengan ketentuan ini pembilangannya selalu lebih dari penyebutnya. Pecahan yang demikian disebut pecahan tidak
3 5 7 9 10 , , , , dan . 2 4 5 4 7

murni misalnya ; 3) Pecahan Senilai

Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang memiliki nilai yang sama. Lingkaran pada Gambar 2.5(a) dibagi menjadi dua bagian yang
1 lingkaran sehingga daerah yang 2

sama besar. Setiap bagian disebut

diarsir menunjukkan

1 . Lingkaran pada Gambar 2.5(b) dibagi 2

menjadi empat bagian yang sama besar, setiap bagian disebut

1 4

lingkaran. Daerah yang diarsir terdiri atas dua bagian sehingga nilainya
2 lingkaran. Pada Gambar 2.5(c), lingkaran dibagi menjadi enam 4

bagian yang sama besar sehingga daerah yang diarsir menunjukkan


3 6

nilai

lingkaran. Adapun lingkaran pada Gambar 2.5(d) dibagi

menjadi delapan bagian yang sama besar sehingga daerah yang diarsir
4 8

menunjukkan nilai

lingkaran. Karena luas daerah keempat

lingkaran itu sama maka daerah yang diarsir dalam setiap lingkaran

pada Gambar 2.5 sama, yaitu

1 2 3 4 , , , dan . Selanjutnya, pecahan 2 4 6 8

1 2 3 4 , , , dan disebut pecahan senilai. 2 4 6 8

Sekarang, amatilah keempat pecahan tersebut. Pecahan dapat diperoleh


1 dengan cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan 2

dari

bilangan yang sama, yaitu 2. Pecahan

3 1 dapat diperoleh dari 2 6

dengan cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan bilangan


4 dapat diperoleh dari 8

yang sama, yaitu 3. Demikian pula pecahan

1 2

dengan cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan


1 1x 2 2 1 1x3 3 1 1x 4 4 = = ; = = ; = = 2 2 x 2 2 2 2 x3 6 2 2 x 4 8

bilangan4. Dengan demikian, .

Gambar 2.5 Pecahan Senilai

4)

Menyederhanakan Pecahan Kamu telah mengetahui bahwa


2 4 6 8 = = = . Di antara pecahan5 10 15 20

pecahan tersebut, pecahan manakah yang paling sederhana? Untuk mengetahuinya, tentukanlah faktor persekutuan terbesar (FPB) dan pembilang dari penyebut setiap pecahan tersebut.
2 FPB dari 2 dan 5 adalah 1. 5

4 FPB dari 4 dan 10 adalah 2. 10


6 FPB dari 6 dan 15 adalah 3. 15

8 FPB dari 8 dan 20 adalah 4. 20

Jika FPB dari pembilang dan penyebut pecahan-pecahan itu dibandingkan, diperoleh hal-hal sebagai berikut. a. FPB untuk pembilang dan penyebut
6 kurang dari FPB untuk 1 5

pembilang dan penyebut

8 6 . Dengan demikian, 20 1 5

lebih

sederhana dari

8 . 20

b. FPB untuk pembilang dan penyebut

4 kurang dari FPB untuk 1 0

pembilang dan penyebut

6 4 . Dengan demikian, 1 5 1 0

lebih

sederhana dari

6 . 1 5
2 kurang dari FPB untuk 5

c. FPB untuk pembilang dan penyebut

pembilang dan penyebut

4 . Dengan demikian, 1 0

2 5

lebih

sederhana

4 . 1 0

Bentuk pecahan sudah dikenal oleh bangsa Mesir pada 2500 tahun sebelum Masehi.4 Pecahan yang dikenal hanya berupa pecahan dengan
1 1 1 , , dan , dalam penulisan pecahan, bangsa 2 3 4

pembilang 1, misalnya

Mesir meletakkan titik (noklah) di alas bilangan. Misainya, tanda " " melambangkan 30, sedangkan

" "

melambangkan

1 . Hal ini sangat menarik untuk diperhatikan karena 3 0

pada abad ke-18, 3000 tahun setelah bangsa Mesir menggunakan simbol tersebut, simbol

Mathematics for Elementary Teachers, 2004

"

" d a n " " 2 4

digunakan

dalam

buku-buku di inggris untuk menyatakan pecahan

1 1 dan . 2 4

5)

Membandingkan dan mengurutkan pecahan Membandingkan dua pecahan dapat dilakukan dengan cara

membandingkan pembilangnya, dengan syarat penyebut kedua pecahan tersebut sama. Misal ; perhatikan daerah yang diarsir pada Gambar 2.6. Luas daerah yang diarsir pada Gambar 2.6(a) adalah
2 lingkaran, 4

sedangkan pada Gambar 2.6(b) luasnya

1 lingkaran. Dari kedua 4

gambar tersebut, tampak bahwa daerah yang diarsir pada Gambar 2.6(a) lebih luas daripada daerah pada Gambar 2.6(b). Hal ini
2 lebih dari 4 1 , ditulis 4 2 1 > . Untuk 4 4

menunjukkan bahwa

1 1 1 membandingkan pecahan 1 a. pada gambar 2.6 dapat > 4 x 1 sehingga = 1 x 5 diselesaikan secara >

cepat seperti berikut :

4 3 b. 7

5 3 = 3 x 5 <3 x 7 5

4 5 3 3 sehingga < 7 5

Gambar 2.6 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan

6) Menyatakan Bilangan Bulan dalam Bentuk Pecahan Pada uraian sebelumnya kita telah mengetahui jika suatu bilangan
1 2 = 1, = 2 , dan 1 1

dibagi satu, hasilnya bilangan itu sendiri. Misalnya,

3 = 3. Dengan menggunakan konsep pecahan senilai, ketiga bilangan 1

bulat tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan seperti berikut.


1 1x2 2 1= = = 1 1x2 2 1x3 3 = = 1x3 3 dan seterusnya 2= 2 2x2 4 = = 1 1x2 2 2x3 6 = = 1x3 3 dan seterusnya 3= 3 3x2 6 = = 1 1x2 2 3x3 9 = = 1x3 3 dan seterusnya

Dengan
2 3 = ...., 2 3 4 6 = = ...., 2 3 6 9 = = ....., 2 3

demikian,

1=

2=

Konsep tersebut dapat dikembangkan untuk menyatakan bilangan bulat negatif dalam bentuk pecahan, yaitu sebagai berikut :
1 1 2 2 3 3 = = = = = = ...... 1 1 2 2 3 3 2 2 4 4 6 6 2 = = = = = = = ...... 1 1 2 2 3 3 1 =

7) Pecahan Negatif

Perhatikan kesamaan berikut.


1 1 2 2 3 3 = = = = = = ...... 1 1 2 2 3 3 2 2 4 4 6 6 2 = = = = = = = ...... 1 1 2 2 3 3 3 3 6 6 9 9 3 = = = = = = = ....... 1 1 2 2 3 3 1 1 1 atau dapat ditulis 1 1 1 2 2 2 atau dapat ditulis , 2 2 2 2 2 2 atau dapat ditulis , dan seterusnya . 1 1 1 1 =

Penulisan tersebut dapat digunakan untuk menyatakan pecahan negatif,


1 1 34 5 , 4

misalnya 4 , 2 ,

dan seterusnya.

8) Dari uraian sebelumnya, kita telah mengenal pecahan murni, misalnya


1 2 3 7 9 , , , , dan . Pecahan tidak murni pun telah kita kenal, 2 3 4 8 11

misalnya
3 4 9 10 , , , dan . Selain itu, dikenal pula pecahan campuran, 2 3 2 7

misalnya

1 3 5 6 1 ,2 ,3 , dan 4 . Pecahan 3 4 7 11

campuran

tersebut

merupakan hasil penyederhanaan penulisan dan pecahan tidak murni. Untuk lebih jelasnya, pelajarilah uraian berikut. Gambar 2.7(a) memperlihatkan 7 bagian lingkaran, setiap bagiannya

adalah

1 lingkaran sehingga gambar tersebut menunjukkan 4

7 4

lingkaran. Ketujuh bagian lingkaran pada Gambar 2.9(a) dapat disusun seperti Gambar 2.9(b). Tampak bahwa Gambar 2.9(b) terdiri atas 1
3 lingkaran. Uraian 4

lingkaran 1dan - lingkaran yang dapat ditulis 1

tersebut menunjukkan bahwa pecahan Jadi,

7 3 senilai dengan 1 . 4 4

7 3 3 =1 + =1 . Pengubahan pecahan tersebut dapat disingkat 4 4 4


= 7 : 4 =1 3 4

sebagai berikut. 7
4

1 4 7 4 3

Jadi, 9)

7 3 =1 4 4

Pecahan Desimal Pecahan desimal merupakan penulisan pecahan dengan cara lain. Bagaimana menuliskan pecahan dalam bentuk desimal? Ingat kembali konsep nilai tempat yang telah kamu pelajari disekolah dasar, yaitu sebagai berikut :

234 =2 x 100 +3 x 10 +4 x 1 : 10 : 10 5.706 =5 x 1.000 +7 x 100 +0 x 10 +6 x 1 : 10 : 10 : 10

Sekarang,

konsep

tersebut

akan

dikembangkan

untuk

menerangkan konsep pecahan desimal, yaitu sebagai berikut : 32 7 1 = 3x10 + 2x1 + 7x , ditulis 32,7 10 10 : 10 : 10 5 6 1 1 = 5x1 + 0x + 6x , ditulis 5,06 100 10 100 : 10 : 10 9 1 = 0x1 + 9x ditulis0,9 10 10 : 10 5 1 1 = 0x1 + 0x + 5x , ditulis 0,05 100 10 100
43 1 1 1 = 0x1 +0x : 10 10 + 4x 100 +3x 1.000 , ditulis 0,043 1.000

: 10

: 10 : 10 : 10

Dari iuraian tersebut diperoleh hubungan berikut :

7 = 32,7 10 6 5 = 5,06 100 32

9 = 0,9 10 5 ; = 0,05 100 ;

43 = 0,043 1.000

Selanjutnya, pecahan 32,7 disebut pecahan satu desimal, pecahan 5,06 disebut pecahan dua desimal, dan pecahan 0,043 disebut pecahan tiga desimal. Pecahan telah digunakan sejak zaman mesir kuno. Pada tahun 1202 seorang ahIi matematika Italia, Fibonacci, menjelaskan sebuah sistem bilangan pecahan yang rumit untuk digunakan dalam perubahan mata uang5. Ia juga menciptakan tabel-tabel konversi dari mulai pecahan3 , sampai dengan pecahan-pecahan yang 8

pecahan biasa, seperti

pembilangnya selalu 1, seperti

1 . Pecahanpecahan desimal, seperti 8

sepersepuluh, seperseratus, dan seperseribu menjadi hal yang biasa digunakan setelah Simon Stevin (1548-1620), seorang ahli matematika asal Bruges, Belgia, menerbitkan karyanya yang berjuduf De Thiende pada tahun 1585, kemudian koma desimal muncul belakangan. Sejak saat itu, penggunaan desimal tersebar luas dalam matematika dan kehidupan sehari-hari, sementara perhitungan dengan pecahan-pecahan biasa berkurang secara drastis.

10)
5

Bentuk Persen

Ensiklopedia Matematika dan Peradaban manusia, 2002

Bentuk persen merupakan penulisan pecahan dengan cara lain. Bagaimana menuliskan pecahan dalam bentuk persen? Untuk menjawabnya, peiajarilah uraian berikut. Pak Oya dan Pak Asta adalah dua peternak ayam. Pak Oya memiliki 2.000 ekor ayam, sedangkan Pak Asta memiliki 1.000 ekor ayam. Suatu hari, mereka menjual 500 ekor. Dari uraian tersebut, kamu dapat menentukan berapa persen ayam yang dijual masing-masing peternak. Caranya adalah sebagai berikut. Banyaknya ayam yang dijual Pak Oya adalah 500 ekor dan 2.000 ekor. Perbandingan banyaknya ayam yang dijual dari ayamnya mula-mula
500 25 = . Nama lain dari 2.000 100

adalah 500 : 2.000 yang dapat ditulis

pecahan dengan penyebut 100 adalah persen sehingga dapat ditulis 25%. Jadi, banyaknya ayam yang dijual Pak Oya sebesar 25%. Berbeda dengan Pak Asta. Ia menjual 500 ekor dari 1.000 ekor. Perbandingan banyaknya ayam yang dijual dari ayamnya mula-mula adalah 500 : 1.000 yang dapat ditulis
500 50 = = 50%. Jadi, 1.000 100

banyaknya ayam yang dijual Pak Asta sebesar 50%. 11) Bentuk Permil Bentuk permil merupakan penulisan pecahan dengan cara lain, Permil adalah pecahan berpenyebut 1.000. Permil digunakan untuk

menyatakan salinitas, yaitu ukuran banyaknya garam yang larut di dalam air laut, atau sungai. Misalnya, salinitas air laut di Laut Merah

mencapai 41%o setiap 1 kg air laut tersebut mengandung 41 gram garam.

3.

Operasi Hitung pada Pecahan 1) Penjumlahan Pecahan Perhatikan Gambar 2.7 Dari Gambar 2.7(a) diperoleh
2 1 3 + = sedangkan dari Gambar 4 4 4

2.7(b) diperoleh

1 2 3 + = . 6 6 6

Gambar 2.7 Penjumlahan Pecahan

Contoh tersebut menggambarkan penjumlahan dua pecahan. Jumlah dua pecahan akan mudah dihitung jika penyebutnya sama, yaitu dengan cara menjumlahkan pembilang-pembilangnya.

Selanjutnya, bagaimana menjumlahkan Penyebut kedua pecahan tersebut

2 1 + ? 3 4

berbeda sehingga

harus

disamakan terlebih dahulu dengan mencari KPK dan kedua penyebut tersebut. KPK dan 3 dan 4 adalah 12 sehingga :
2 1 8 3 11 + = + = 3 4 12 12 12

Dengan penalaran yang sama seperti uraian tersebut, hitunglah soalsoal berikut.
a. b. 3 2 + =...... 7 7 3 1 + =....... 4 6

Perhitungan-perhitungan pecahan itu mempenjelas sifat berikut : Untuk a, b, c, dan d bilangan bulat, c 0 dan d
a b a +b + = c c c a b ad + bc + = c d cd

0, berlaku :

2) Pengurangan Pecahan Ketentuan penjumlahan dua pecahan tersebut juga berlaku untuk pengurangan dua pecahan. Agar lebih jelasnya, pelajari contoh berikut: Hitunglah soal-soal berikut : a.
1 1 3 6

b. 0,9 0,05

penyelesaian a.
1 1 2 1 2 1 1 = = = 3 6 6 6 6 6

b. Cara 1 :
09 ,0,05 = 9 5 90 5 = 10 100 100 100 85 = = 0,85 100

Cara 2 :
0,9 0 0,0 5 0,5

Jadi, 0,9-0,05=0,85

3) Pecahan Perkalian a. Perkalian bilangan bulat dan pecahan Kamu telah mempelajari arti perkalian pada bilangan bulat, seperti berikut : 4 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 = 12 3 x (-4) = (-4) + (-4) + (-4) = -12 -4 x 3 = 3 x (-4) = -12, dan seterusnya. Sekarang konsep tersebut akan dikembangkan untuk perkalian bilangan bulat dan pecahan seperti berikut :
3 3 3 3 3 3 + 3 + 3 + 3 4x3 12 2 = + + + = = = =2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 12 2 x4 = 4x = =2 5 5 5 5 3 12 2 3 x4 = 4x = = 2 5 5 5 5 3 3 12 2 x( 4) = 4x = = 2 5 5 5 5 4x

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan :

Untuk a, b, dan c bilangan bulat positif , c 0, danax b b axb = xa = c c c b axb b ax = xa = c c c ax

b axb = , berlaku c c b b axb ax = x(a ) = c c c axb b b ax = x (a ) = c c c

b.

Perkalian pecahan Bu Deli mempunyai


3 4

ha tanah. Setengah dari tanah

tersebut ditanami bawang merah. Luas tanah yang ditanami bawang merah dapat dihitung dengan konsep perkalian dua
1 dari 2 3 1 3 = x . 4 2 4

pecahan seperti berikut :

Untuk menghitung perkalian, buatlah sketsa tanah seperti pada


3 bagianya. Daerah yang di 4

gambar 2.8 (a), kemudian arsirlah

arsir pada gambar 2.8(b), menunjukkan

1 3 bagian dari , yaitu 2 4

3 1 3 3 x = . Jadi, tanah yang ditanami bawang , sehingga 8 2 4 8

merah seluas

3 ha. 8

Gambar 2.8

Dengan penalaran yang sama seperti uraian tersebut, hitunglah soal-soal berikut :
1. 2. 1 2 x =..... 3 5 2 1 x =.... 7 4 3. 4. 3 2 x =...... 5 9 4 3 x =...... 7 8

Perhitungan-perhitungan memperjelas sifat berikut :

perkalian

dua

pecahan

tersebut

c.

4)

Penerapan Konsep pecahan dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya Untuk menghindari perselisihan dalam membagi sepotong kue, Indah dan Andri menggunakan aturan berikut, Andri memotong kue tersebut menjadi dua bagian yang sama besar. Kemudian Indah memilih bagian yang ia inginkan. Dengan aturan ini

keduanya merasa puas terhadap pembagian kue. Untuk menanamkan pemahaman siswa tentang pengertian bilangan pecahan, guru harus menyediakan beberapa benda kongrit dan beberapa gambar yang diharapkan dapat membantu membangun pemahaman siswa terhadap pengertian pecahan. Memilih benda-benda yang ada di sekitar siswa untuk digunakan sebagai alat peraga dalam menanamkan konsep bilangan pecahan harus hati-hati. Jika pemilihan benda itu tidak tepat, besar kemungkinan konsep bilangan pecahan yang ingin anda tanamkan tidak akan ditangkap siswa secara baik. Usahakan bendabenda kongrit yang digunakan untuk menanamkan konsep bilangan pecahan mempunyai bentuk teratur dan mudah potong menjadi beberapa bagian sama besar. Perlu diingat bahwa suatu alat peraga itu baik jika alat peraga tersebut dapat digunakan membantu menanamkan suatu konsep matematika, alat peraga itu harus dapat meningkatkan minat siswa terhadap matematika, dan alat peraga itu harus aman bagi siswa. Kegiatan pembelajaran seperti contoh di muka merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan benda-benda kongrit. Setelah kegiatan pembelajaran yang melibatkan benda-benda kongrit, kegiatan

pembelajaran selanjutnya melibatkan benda-benda semi konrit, seperti menggunakan gambar. Untuk kegiatan pembelajaran yang

menggunakan gambar, kita dapat memanfaatkan pengalaman siswa tentang luas daerah.

Luas daerah keseluruhan mewakili bilangan 1

Luas daerah yang gelap mewakili bilangan 1 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tujuan Penelitian Tujuan penilitian ingin mengetahui hubungan antara

pemahaman konsep bilangan pecahan dan aplikasinya pada pemahaman konsep alat optic pada siswa kelas VIII Mts. Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat.

B.

Waktu dan tempat penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan 1 Juni 2011, pada siswa kelas VIII Mts. Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Mts. Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat pada siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2011.

C.

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk

mengecek dampak dari suatu tindakan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian inin adalah metode survey korelasi. Ada dua variable yang diteliti masing-masing variabel X yaitu data tentang pemahaman siswa pada konsep bilangan pecahan dan aplikasinya sedangkan variabel Y, yaitu pemahaman konsep alat optik.

D.

Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi target penelitian adalh seluruh siswa di kelas VIII di Mts. Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat.

2. Sampel Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang pengambilannya ditentukan dengan tehnik proporsional random sampling. Dengan demikian ada dua tahap pengambilan sampel pada penelitian ini, yaitu sampel secara proporsional dan random. E. Tehnik Pengambilan Data Sesuai dengan variabel penelitian yang telah diungkapakan di atas, ada dua sumber data yang akan dijaring untuk keperluan penelitian ini. Kedua data tersebut adalah 1. Data tentang tingkat pemahaman siswa pada konsep alat optik yang

dijaring melalui tes 2. Data tentang pengaruh pemahaman konsep bilangan pecahan terhadap

pemahan alat optik melalui hasil tes.

F.

Instrumen Penelitian Instrumen yang dibuat dalam penelitian inin adalah tes menggunakan alat ukur tes dengan skala dua (0-1) artinya jika benar diberi skor 1, dan jika salah diberi skor 0. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal yang dirancang khusus. Instrumen tresebut memuat materi tentang bilangan pecahan dan alat optik.

Sebelum soal dijadikan sebagai alat pengumpuldata, terlebih dahulu diadakan analisis validasi instrument. Analisis ini dilakukan melalui uji coba instrument. Uji coba instrument dimaksukan untuk mengetahui kelayakan instrumen dan dijadikan sebagai instrument penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk dua variabel yaitu hasil belajar pemahaman konsep bilangan pecahan dan hasil belajar pada pemahan alat optik. Berkaitan dengan pengujian validasi instrumen Suharsini Arikunto menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan suatu alat ukur*. Dalam penelitian ini untuk menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari korelasi antara bagian-bagian alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkolerasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Point Biserial yaitu r phis = Mp - Mt SDt

Keterangan: r phis Mp Mt = Koefisien korelasi produk moment = Mean skor dari subjeksubjek yang menjawab benar = Mean skor total(skor rata-rata dari keseluruhan pengikut tes) SDt = Standar deviasi skor total

P Q

= Proporsi Subjek yang menjawab betul item tersebut = 1p

Realibitas ( konsisten ) artinya hasil pengukuran selalu konsisten bila dilaksanakan pada siswa yang sama pada waktu dan kondisi yang berlainan, atau dengan instrument yang parallel pada subjek dan waktu yang sama, akan memberikan hasil yang tetap, konsisten, ajeg selama aspek yang diukur belum berubah. Rumus yang dikemukakan oleh Kuder Ricardson yaitu KR 20.

Keterangan: r11 k
=

Realibitas instrument

= Banyaknya butir pertanyaan

Vt = Varians total P = Proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir ( proporsi subjek yang mendapat skor 1 ) q = 1 - p

G.

Tehnik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis

deskriptif dilakukan dengan menyajikan data melalui table distribusi frekuensi histogram, rata-rata dan simpangan baku. Sedangkan untuk analisisa inferensial untuk menguji hipotesis. Analisis ini terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data kedua variabel dengan uji Liliefors. 1. a. Uji Persyaratan Analisis Data Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau bukan, uji normal dilakukan dengan metode Liliefors yang diuji pada taraf signifikasi 5% ( 0,05 ) dengan kriteria: L hitung < L tabel berarti data normal L hitung > L tabel berarti data tidak normal

b.

Uji Homogenitas Tehnik yang digunakan dalam uji homogenitas adalah dengan metode uji Fisher dengan menggunakan derajat kebebasan atau dk = k 1 pada taraf signifikasi 5%. Rumus umumnya adalah: F hitung = varain terbesar varian terkecil Kriteria pengujian: Jika F hitung < Ftabel, maka kedua varian tersebut homogen Jika F hitung > Ftabel, maka kedua varian tersebut tidak homogen

c.

Uji t

Anda mungkin juga menyukai