Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perusahaan pada hakekatnya terdiri dari kumpulan orang-orang dan peralatan operasionalnya. Sehingga pencapaian tujuan dalam

memaksimalkan keuntungan dan berhasil atau tidaknya suatu misi perusahaan untuk mencapai tujuan ditentukan oleh individu-individu yang menjalankan manajemen yang dilaksanakan perusahaan. Masalah manajemen itu akan selalu ada bila perusahaan masih menjalankan aktivitasnya. Jadi manajemen sangat penting bagi seorang manajer dalam menentukan otoritas tertinggi untuk menggerakkan karyawan. Agar dapat melakukan aktivitas atau bekerja secara efektif bagi perusahaan demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Seorang manajer dalam menggerakkan orang-orang untuk mendapatkan sesuatu haruslah mempunyai ilmu pengetahuan dan seni, agar orang mau melakukannya. Untuk itulah diperlukan suatu wadah yang dapat menghimpun setiap orang, wadah itulah yang disebut dengan organisasi (Abdul Syani, 1987). Organisasi itu sendiri merupakan alat yang paling berhubungan dengan satuan-satuan kerja, yang diberikan kepada orang-orang yang 1

ditempatkan dalam struktur wewenang. Sehingga pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat dikoordinasikan oleh perintah para atasan kepada bawahan dari bagian puncak manajemen sampai kebawah dari seluruh unit/bagian. Perusahaan yang mempunyai organisasi yang baik dan teratur kemungkinan besar tidak akan mengalami hambatan-hambatan dalam mengerjakan tugasnya dengan efektif (sebaiknya/semaksimal mungkin). Dan begitu pula sebaliknya bila perusahaan tidak mempunyai organisasi yang baik dan teratur. Sehingga dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan akan mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan. Hubungan organisasi itu sangat penting bagi karyawan untuk melakukan tugasnya sehingga dapat mencapai efektivitas kerja karyawan yang diinginkan oleh pihak perusahaan, bila organisasi itu berjalan dengan baik pada perusahaan itu maka karyawan secara tidak langsung dapat melakukan tugasnya dengan semaksimal mungkin. Sehingga akan berdampak bagi kelangsungan dan perkembangan perusahaan untuk mencapai tujuan dan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Karena itu bagi seorang pemimpin harus mampu untuk menggerakkan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu juga pemimpin harus

dapat mengatasi semua masalah yang ada pada perusahaan tersebut sebaik mungkin. (Sarwoto, 1989). Bank BNI 46 Soppeng adalah salah satu badan usaha yang kegiatannya bergerak dibidang jasa perbankan. Yang berusaha agar tetap hidup dan berkembang sehingga dapat mencapai tujuan atau keuntungan serta tujuannya yang lain adalah dapat melayani dan memenuhi keinginan masyarakat sebaik mungkin. Dalam melaksanakan kegiatannya Bank BNI 46 Cabang Soppeng ini menginginkan agar semua karyawan dapat melakukan pekerjaan atau tugas dengan baik. Tapi dalam hal ini Bank BNI 46 Cabang Soppeng masih mengalami suatu masalah atau hambatan yaitu bagian atau unit kerja Back Office yang mempunyai Sub-bagian kliring, bagian control, bagian administrasi kredit, bagian transfer, bagian pajak, bagian deposito, bagian sundries. Pada bagian atau unit kerja ini terlihat masih adanya pembagian kerja yang kurang baik, dimana suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh seseorang karyawan bagian administrasi kredit melakukan juga pekerjaan bagian transfer, sehingga menyebabkan karyawan tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai jadwal yang ditentukan dan sering terjadi penundaan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan sering terjajdi penundaan pekerjaan sehingga berdampak pada lambatannya

pelayanan bagian administrasi kredit pada Bank BNI 46 Cabang Soppeng terhadap nasabah, sehingga nasabah merasa tidak puas terhadap pelayanan tersebut. Ini berarti masih adanya perangkapan pelaksanaan tugas dari pembagian kerja tersebut. Sehingga fungsi dari organisasi yang sesungguhnya itu kurang berjalan dengan baik atau semestinya. Seharusnya bagian administrasi kredit melakukan tugasnya sendiri dan bagian transfer dilakukan oleh karyawan tersendiri. Karena pada masing-masing tugas memerlukan waktu dan konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan tersebut selesai secara maksimal. Dengan kata lain karyawan dapat bekerja secara efektif bila karyawan melakukan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja yang baik. Serta masih kurang tegas dan luasnya pimpinan dalam memberikan pendelegasian wewenang kepada bawahan. Dalam hal ini pimpinan masih turut campur dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga manajer operasi pada saat membuat suatu keputusan tidak dapat membuat keputusan itu sendiri dengan cepat dan mengakibatkan terlambatnya kegiatan operasional perusahaan yang lain tertunda. Akibatnya aktivitas kerja di dalam perusahaan yang lain tertunda.akibatnya aktivitas kerja di dalam perusahaan tersebut mengalami kemacetan dan sangat jelas berdampak merugikan perusahaan. Selain itu juga mengakibatkan timbulnya karyawan tersebut menjadi merasa tidak dipercaya dan tidak dapat melakukan

pekerjaan dalam melaksanakan tugas yang sebelumnya telah diserahkan kepadanya. Dikarenakan pembagian kerja dan pendelegasian wewenang itu sangat penting. Penulis melihat hal tersebut merupakan masalah penting bagi kelangsungan hidup organisasi perusahaan, terutama bagi karyawan dalam menjalankan tugas dengan efektif. Karena masalah tersebut sangat penting bagi pelaksanaan atau aktivitas kerja untuk mencapai tujuan perusahaan, maka penulis tertarik meneliti masalah tersebut yang terjadi pada Bank BNI 46 Cabang Soppeng yaitu dengan judul Hubungan Pembagian Kerja dan Wewenang Karyawan Terhadap Prestasi Kerja Pada Bank BNI 46 Cabang Soppeng.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan pembagian kerja dan wewenang karyawan secara simultan terhadap prestasi kerja karyawan ? 2. Apakah ada hubungan secara partial pembagian kerja dengan prestasi kerja karyawan ? 3. Apakah ada hubungan secara partial wewenang karyawan dengan prestasi kerja karyawan ?

C.

Tujuan Penelitian a. Tujuan Utama Utama mengetahui hubungan pembagian kerja dan wewenang karyawan terhadap prestasi kerja karyawan pada Bank BNI 46 Cabang Soppeng b. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya hubungan pembagian kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada Bank BNI 46 Cabang Soppeng 2. Diketahuianya hubungan wewenang karyawan terhadap prestasi kerja karyawan pada Bank BNI 46 Cabang Soppeng

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian diharapkan : a. Bagi Peneliti Untuk membandingkan antara teori yang didapat dikelas dengan praktek yang dijalankan perusahaan b. Bagi Bank BNI 46 Cabang Soppeng Memperoleh informasi didalam menilai hubungan pembagian kerja wewenang kerja terhadap prestasi kerja karyawan.

c.

Bagi Kalangan Akademis Untuk memperoleh wawasan pengetahuan tambahan dan sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa di STIE Lamappapoleonro Soppeng.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Manajemen Dalam menguraikan definisi manajemen ini, masing-masing pengarang mempunyai tafsiran yang berbeda tergantung dari pendekatan yang digunakan oleh pengarang itu. Beberapa pengarang mendefinisikan manajemen dengan menekan kepada manajemen sebagai seni, ilmu atau profesi, walaupun demikian jika disimak dari beberapa pendekatan tersebut pada prinsipnya sama. Yaitu agar terdapat tata kerja yang baik didalam suatu organisasi sehingga tujuan-tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Setiap manusia dalam perjalan hidupnya selalu menjadi anggota dari beberapa macam organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olahraga, kelompok musik, militer ataupun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi ini mempunyai kesamaan dasar walaupun dapat berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal. Dari sini terlihat bahwa dalam mengelola suatu

organisasi itu mereka harus melakukannya secara profesional atau secara sederhana. Ini menunjukkan bahwa ilmu manajemen bersifat universal, dan mempergunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial. Hal ini terbukti bahwa ilmu manajemen dapat diterapkan dalam semua organisasi manusia, seperti perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial, keagamaan dan lain-lain. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha sia-sia dan pencapaian tujuan akan mebih sulit. Disini jelas bahwa manajemen sangatlah dibutuhkan dalam suatu organisasi. Pendapat para ahli yang menyatakan pengertian Manajemen antara lain : Menurut James A.F.Stoner, 1996 Manajemen adalah : Proses perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan

pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan Menurut The Liang Gie, 1982, manajemen adalah : Unsur yang merupakan rangkaian perbuatan menggerakkan karyawan-karyawan dan mengarahkan segenap fasilitas kerja agar tujuan organisasi yang bersangkutan benar-benar tercapai. 9

10

Menurut T.Hani Handoko, 1998 alasan utama diperlukannya manajemen yaitu : a. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi. b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang sangat bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi seperti, pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, supplier, serikat kerja, asosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. c. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara berbeda. Salah satu cara umum adalah efesiensi dan efektivitas. Dari uraian diatas, terlihat bahwasalah satu ilmu manajemen digunakan untuk menvapai tujuan, menjaga keseimbangan dan efesiensi dan efektivitas. Jadi disini Menurut James A.F.Stoner, 1996 terlihat bahwa ilmu manajemen boleh dikatakan suatu seni. Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para maajer mencapai tujuantujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk

10

11

melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan atau berarti dengan tidak melakukan tugas-tugas sendiri. Para pakar Ekonomi mengatakan bahwa manajemen itu mempunyai arti yang sangat luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Sedangkan George, R.Terry, 1994 menyatakan sebagai berikut : Manajeme sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan, perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber-sumber daya manusia serta sumbersumber lain.

Dari definisi diatas bahwa ada yang mengatakan bahwa manajemen itu adalah seni dan proses. Manajemen dikatakan sebagai seni karena mengandung arti bahwa hal itu adalah seni dan proses. Manajemen dikatakan sebagai seni karena mengandung arti bahwa hal itu kemampuan atau keterampilan pribadi. Sedangkan manajemen dikatakan sebagai suatu proses karena ada cara sistematis untuk melakukan pekerjaan atau manajemen tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka. Harus melaksanakan kegiatan tertentu yang saling bersangkutan untuk tujuan yang mereka inginkan.

11

12

Dari uraian diatas, menunjukkan juga bahwa para manajer menggunakan semua sumber daya organisasi keuangan, peralatan dan informasi seperti halnya orang dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Orang atau manusia adalah sumber daya yang terpenting bagi setiap organisasi, tetapi para manajer tidak akan dapat mencapai tujuan secara optimal bila mereka mengabaikan sumber daya organisasi lainnya.

2. Pengertian Organisasi Didalam usaha untuk mencapai tujuan tertentu, maka manusia harus bekerj sama dengan pihak lainnya yaitu dengan berorganisasi. Dengan adanya mengakibatkan adanya pembagian kerja antara kelompok orang-orang yang bekerja sama. Dalam organisasi yang kecil, pembagian kerjanya tidak begitu terlihat, tetapi sebaiknya pada organisasi yang benar nampak jelas

pembagian kerjanya dalam struktur oleh sebab itu dalam struktur organisasi harus jelas tercermin adanya pembagian kerja. Dengan demikian kegiatan-kegiatan didalam organisasi dengan berjalan sebagaimana mestinya guna mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Pendapat yang mengemukakan pengertian organisasi antara lain :

12

13

Menurut Sondang P.Siagian, 1986, organisasi merupakan : Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Sedangkan menurut James L. Gibson, 1991 organisasi adalah sebagai berikut : Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Menurut Leonard D.White, 1979 memnerikan dua pengertian yaitu: a) Organisasi adalah pola hubungan yang ditetapkan secara formal oleh hukum dan top manajemen (Organisasi Formil) b) Organisasi adalah sejumlah tata hubungan kerjasama antara sejumlah orang dalam suatu jangka waktu yang panjang (Organisasi InFormal) Dari definisi atau pengertian yang telah penulis kemukakan diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dasar pada organisasi adalah: a) Adanya dua orang atau lebih b) Adanya maksud untuk bekerja sama c) Adanya pengauran hubungan

13

14

d) Adanya tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan unsur-unsur dasar diatas maka organisasi pada pokoknya adalah sekelompok manusia, dengan sengaja dipersatukan dalam suatu kerjasama yang efesien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari uraian ini ada tiga unsur yang menonjol yaitu : a) Organisasi bukanlah suatu tujuan melainkan suatu alat untuk mencapai tujuan. b) Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama dari sejumlah manusia yang terikat hubungan formal. c) Dengan adanya organisasi, bukan berarti manusia tergantung pada orang lain akan tetapi dengan adanya keterlibatan orang lain mempunyai manfaat yang lebih positif yaitu dapat mempermudah usaha manusia dalam mencapai tujuan. Prinsip prinsip organisasi Menurut M.Manullang, 1994 agar suatu orgaisasi dapat berjalan dengan baik atau dalam rangka membentuk suatu organisasi yang baik atau dalam usaha organisasi perlu kita perhatikan beberapa prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut : 1) Perumusan tujuan yang jelas 2) Pembagian kerja dan delegasi kekuasaan

14

15

3) Rentang kekuasaan 4) Tingkatan-tingkatan pengawasan 5) Kesatuan perintah dan tanggungjawab 6) Koordinasi Perumusan Yang Jelas Bila akan melakukan sesuatu aktivitas, maka pertama-tama harus jelas ialah apakah tujuan aktivitas tersebut. Demikian pula kita mengorganiser atau membuat suatu skema organisasi atau membentuk suatu badan, maka pertama-tama harus jelas apa yang menjadi tujuannya. Bagi suatu benda, tujuan itu akan berperan sebagai : 1) Delegasi Kekuasaan Salah satu prinsip pokok dalam setiap organisasi adalah delegasi kekuasaan. Kepada setiap pejabat harus didelegasi kekuasaan, atau wewenang yang perlu akan pejabat tersebut dapat melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya. Wewenang atau

kekuasaan itu mempunyai aspek, antara lain wewenang mengambil keputusan, wewenang menggunakan peralatan, bahan dan uang, wewenang memerintah, wewenang pemakaian waktu tertentu dan lain sebagainya. Delegasi kekuasaan merupakan keahlian pimpinan yang penting dan elementer sebab dengan dilegasi kekuasaan, seorang

15

16

pemimpin

dapat

melipatgandakan

waktu,

perhatian

dan

pengetahuannya yang terbatas. Bahkan dapat dikatakan, delegasi kekuasaan merupakan salah satu jalan utama bagi setiap pemimpin untuk percaya akan diri sendiri. Kesanggupan untuk menerima tanggungjawab adalah test pertama bagi seorang pemimpin, tetapi keberanian mendelegasikan kekuasaan kepada bawahan,

merupakan tanda nyata seorang pimpinan yang sukses. 2) Rentang kekuasaan Mengenai prinsip rentang kekuasaan, dipergunakan

berbagai istilah-istilah yang berbeda, seperti span of authority, span af control (rentan pengawasan), span of management dan span of managerial responsibilities dan dalam bahasa indonesia dipakai istilah lain seperti jenjang pengawasan, jenjang kekuasaan dan rentang kendali dengan rentang kekuasaan dimaksudkan berapa jumlah orang yang setepatnya yang menjadi bawahan seorang pemimpin, sehingga pemimpin itu dapat memimpin, membimbing dan mengawasi dengan secara berhasil guna dan berdaya guna. 3) Timgkat-Tingkat Pengawasan Menurut prinsip ini, tingkat pengawasan atau tingkat pemimpin hendaknya diusahakan sedemikian mungkin. Didalam

16

17

suatu organisasi diusahakan agar organisasi sederhana mungkin, selain memudahkan komunikasi pula agar ada motivasi bagi setiap orang didalam organisasi untuk mencapai tingkat-tingkat tertinggi didalam struktur organisasi. Sehubungan dengan prinsip-prinsip tingkat-tingkat pengawasan ini, maka suatu organisasi yang baik yaitu berbentuk pipih dan tidak menjulang tinggi. 4) Kesatuan pemerintah dan tanggung jawab Menurut prinsip ini maka seorang bawahan hanya mempunyai seorang atasan dari siapa ia menerima dan kepada siapa ia memberi pertanggungjawaban akan pelaksanaan tugasnya. Dengan kata lain tidak seorangpun dapat melayani dua atsan sekaligus. 5) Koordinasi Prinsip yang tidak kalah dalam organisasi adalah prinsip koordinasi. Adanya pembagian tugas pekerjaan dan bahagianbahagian serta unit-unit terkecil didalam suatu organisasi, cenderung timbul kekuatan memisahkan diri dari organisasi sebagai keseluruhan.

17

18

3. Pengertian Pembagian Kerja Pembagian kerja timbul disebabkan bahwa seseorang mempunyai kemampuan terbatas untuk melakukan segala macam pekerjaan. Oleh karena itu pembagian kerja berarti bahwa kegiatan-kegiatan dalam melakukan pekerjaan harus ditentukan dan dikelompokkan agar lebih efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan adanya pembagian kerja, dapat membuat orang bertambah terampil dalam menangani tugasnya, karena tugasnya itu merupakan bidang tertentu saja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelenggaraan kerja terutama dalam memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesien kerjanya. Sebaliknya jika pembagian kerja itu dilakukan dengan ceroboh, artinya tidak menyesuaikan kemampuan seseorang dengan bidang pekerjaannya, maka ia akan berpengaruh tidak baik bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaannya. Pengertian pembagian kerja dapat lebih jelas kita ketahui dengan mempelajari beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli dibawah ini : Menurut Abdul Syani, 1987 pembagian kerja adalah: Pemecahan tugas dengan demikian rupa sehingga setiap orang atau karyawan dalam organisasi bertanggungjawab dan melaksanakan aktivitas tertentu saja.

18

19

Sedangkan menurut James A.F.Stoner, 1996 adalah: Pembagian kerja adalah penjabaran tugas yang harus dikerjakan sehingga setiap orang dalam organisasi bertanggungjawab untuk dan melaksanakan seperangkat aktivitas tertentu dan bukan keseluruhan tugas. Dengan demikian pembagian kerja perlu dilaksanakan secara seksama dengan penuh pertimbangan. Hal ini berarti dalam pembagian kerja harus ada penyesuaian antara kemampuan dan jenis pekerjaan yang akan ditangani, disamping itu disertai oleh prosedur dan disiplin kerja yang mudah dipahami oleh para pekerja yang bersangkutan.

4. Pengertian Pendelegasian Wewenang dan Tanggungjawab Seorang manajer atau seorang pimpinan perusahaan sebagai manusia mempunyai waktu, kemampuan dan perhatian yang sangat terbatas maka tidaklah mungkin seorang pimpinan itu dapat

melaksanakan tugasnya sendiri, sungguhpun pimpinan itu harus bertanggungjawab akan pelaksanaan tugasnya dengan sebaik mungkin. Karena hal tersebut diatas, maka seorang manajer perlu mendelegasikan sebagian tugas kepada bawahannya. Pendelegasian wewenang adalah suatu pelimpahan hak atau kekuasaan pimpinan terhadap bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan

19

20

sekaligus meminta pertanggungjawaban atas penyelenggaraan tugastugas tersebut. Dengan demikian, menurut James A.F.Stoner, 1996 jika

seseorang manajer mendelegasikan tugasnya kepada bawahan maka ia harus mendelegasikan kekuasaannya yang artinya jika seorang diserahi tugas untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, ia bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas tersebut. Pendapat para ahli mengenai pengertian pendelegasian wewenang antara lain : Menurut James A.F.Stoner, 1996, yaitu : a) Tugas adalah suatu kewajiban dalam pekerjaan yang telah ditentukan dalam organisasi, untuk melaksanakan pekerjaan yang telah diterapkan dalam bidang masing-masin jabatan. b) Kekuasaan adalah suatu pekerjaan yang telah diberikan wewenang (tugas), penyerahab dari tugas-tugas yang

dipercaya, seorang memperoleh kekuasaan secara formal. Misalnya karena adanya surat keputusan dari pimpinan perusahaan yang berwenang. c) Tanggungjawab adalah suatu pekerjaan yang dilakukan organisasi suatu perusahaan yang diperoleh dari atasan

20

21

terhadap tanggungjawab pekerjaan ataupun kepercayaan yang diberikan. Menurut Manulang, 198 dalam mendelegasikan wewenang, agar proses delegasi itu berjalan efektif, sedikitnya tiga hal harus diperhatikan yaitu : a) Delegasi wewenang adalah anak kembar siam dengan delegasi tugas, dan bila kedua-duanya telah ada harus pula dibarengi dengan adanya pertanggungjawaban. Dengan kata lain dalam proses delegasi harus dideleger tugas dan bila kedua-duanya telah ada harus pula dibarengi dengan adanya

pertangunngjawaban. Dengan kata lain, proses delegasi harus mencakup tiga unsur yaitu delegasi tugas, delegasi wewenang dan adanya pertanggung jawaban b) Wewenang yang didelegasikan harus memberikan kepada orang yang tepat, baik dilihat dari sudut kualifikasi maupun dari sudut fisik. c) Mendelegasikan wewenang kepada seseorang, harus dibarengi dengan pemberian motivasi. d) Pejabat yang mendelegasikan kekuasaan harus membimbing dan mengawasi orang yang menerima dilegasi wewenang.

21

22

Menurut James A.F.Stoner, 1996. Banyak dijumpai para pimpinan yang tampaknya enggan untuk melakukan pelimpahan wewenang dalam organisasi atau perusahaan yang dipimpin, keengganan sementara pimpinan untuk melakukan pelimpahan sebagai wewenang dengan alasan sebagai berikut: 1) Perasaan yang tidak aman. Para manajer bertanggung jawab atas kegiatan bawahannya, dan membuat mereka enggan untuk mengambil resiko dan melimpahkan wewnang. 2) Manajer takut kehilangan kekuasaan bila bawahan terlalu baik melaksanakan tugas. 3) Ketidakmampuan manajer. Sebagian manajer bisa sangat tidak teratur atau tidak luwes dalam membuat perencanaan kedepan dan menentukan tugas mana yang harus dilimpahkan kepada siapa atau dalam menciptakan suatu sistem pengendalian atau selalu bisa memantau kegiatan bawahan. 4) Ketidakpercayaan kepada bawahan. Menurut Abdul Syani, 1981. Ada beberapa sikap pribadi yang harus dimiliki seorang manajer atau pimpinan dalam pendelegasian wewenang adalah sebagai berikut:

22

23

a) Sikap pribadi terhadap pendelegasian Penerapan yang paling utama adalah sikap pribadi tertentu terhadap bawahan yang memberikan wewenang melaksanakan tugasnya sungguh-sungguh artinya mereka melakukan tugasnya dengan sepenuh kerelaan tanpa adanya rasa terpaksa. b) Kesediaan manajer untuk melepaskan wewenangnya kepada bawahan dengan begitu manajer dapat mengurangi waktu, tenaga dan pikirannya untuk menangani berbagai keputusan, yang erat kaitannya dengan kemajuan dan perkembangan suatu organisasi atau perusahaan . c) Kesedian manajer untuk memanfaatkan bawahan. Memaafkan kesalahan para bawahan bukanlah bermaksud membiarkan kesalahan itu dilakukan terus menerus sehingga akan membahayakan organisasi atau perusahaan, akan tetapi memaafkan dalam arti memaklumi mengapa kesalahan itu sampai terjadi dan pada dasarnya setiap manusia tidak pernah dapat menghindari dari kesalahan d) Kesadaran manajer untuk mempercayai bawahan Bahwa suatu pendelegasian dapat dilakukan secara efektif, jika diantara keduanya (atasan dan bawahan) telah tersirat sikap saling dapat mempercayai. Oleh karena itu mau tidak mau para

23

24

manajer tidak mempunyai pilihan lain kecuali harus dapat mempercayai bawahannya dalam pelaksanaan wewenang. e) Kesediaan manajer untuk mengadakan pengawasan secara luas. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab tersebut

bersamaan dengan

pengawasan kepada stuktur organisasi.

Pengawasan tersebut merupakan penyokong dalam mencapai tujuan suatu perusahaan. Dari uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa pimpinan perusahaan yang mendelegasikan pertanggungjawaban sepenuhnya melainkan tetap bertanggungjawab akan pelaksanaan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Serta proses delegasi dan sikap-sikap pribadi dari pimpinan sangat penting sekali dan merupakan upaya untuk mengatasi kekeliruan serta kesalah pahaman.

B. KERANGKA PIKIR Dengan adanya pembagian kerja, dapat membuat orang bertambah terampil dalam menangani tugasnya, karena tugasnya itu merupakan bidang tertentu saja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelenggaraan kerja terutama dalam memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesien kerjanya. Sebaliknya jika pembagian kerja itu dilakukan dengan ceroboh, artinya tidak menyesuaikan kemampuan 24

25

seseorang dengan bidang pekerjaannya, maka ia akan berpengaruh tidak baik bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaannya. Dengan demikian pembagian kerja perlu dilaksanakan secara seksama dengan penuh pertimbangan. Hal ini berarti dalam pembagian kerja harus ada penyesuaian antara kemampuan dan jenis pekerjaan yang akan ditangani, disamping itu disertai oleh prosedur dan disiplin kerja yang mudah dipahami oleh para pekerja yang bersangkutan. Karena hal tersebut diatas, maka seorang manajer perlu mendelegasikan sebagian tugas kepada bawahannya. Pendelegasian

wewenang adalah suatu pelimpahan hak atau kekuasaan pimpinan terhadap bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan sekaligus meminta pertanggungjawaban atas penyelenggaraan tugas-tugas tersebut. Wewenang yang didelegasikan harus memberikan kepada orang yang tepat, baik dilihat dari sudut kualifikasi maupun dari sudut fisik. Serta dalam mendelegasikan wewenang kepada seseorang, harus dibarengi dengan pemberian motivasi.

25

26

SKEMA ALUR KERANGKA PIKIR

Pembagian Kerja

Wewenang Karyawan

Prestasi Kerja

Motivasi

26

27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini addalah penelitian survey deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana tentang variabel

independent dan dependen diambil (diukur) dalam waktu bersamaan.

B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini pada Bank BNI 46 Cabang Soppeng di Jalan Kalino, Kabupaten Soppeng.

C. Definisi Operasional 1. Pembagian Kerja adalah penugasan kerja sesuai dengan kahlian karyawan. 2. Wewenang karyawan adalah hak dan kewajiban karyawan dalam melaksanakan tugas 3. Prestasi Kerja adalah kondisi dimana karyawan dapat menguntungkan perusahaan.

27

28

D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai Bank BNI 46 Cabang Soppeng yang diperkirakan .orang 2. Sampel Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode random yaitu berjumlah .orang

E. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini dengan prosedur sebagai berikut : 1. Wawancara Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melaksanakan Tanya jawab langsung kepada pegawai yang mempunyai wewenang untuk memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan. 2. Observasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung selama pelaksanaan operasi perusahaan atau instansi sejalan dengan judul diatas agar mendapatkan data yang obyektif dan sistematis.

28

29

3. Library Research Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku, refrensi dan literature yang berhubungan dengan penyusunan laporan akhir. F. Teknik Analisa Data Proses analisis data dapat dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah melakukan reduksi data yang dilakukan dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah-langkah berikutnya. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah data terkumpul, maka data tersebut selanjutnya diolah. Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan model multiatribut. Model ini menggambarkan hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau

29

30

atribut produk. Model multiatribut yang paling terkenal adalah model fishbein extended. Dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

A0

b e
i 1 i

di mana: A0 = sikap terhadap objek bi = kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i ei = evaluasi mengenai atribut i n = jumlah atribut yang menonjol

Model tersebut mengemukakan bahwa maksud yang dipandang sebagai kejadian langsung dari perilaku, ditentukan oleh komponen sikap atau pribadi dan komponen normatif atau sosial yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut ini (Engel, Blackweel dan Miniard, 1994).

30

31

DAFTAR PUSTAKA

Engel, J. Blackweel and R. Miniard W P. Perilaku Konsumen. Jakarta. Binarupa Aksara. 1992. Jauch and Glueck. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta. Erlangga. 1995. Kasali, Rhenald. Marketing Plus 2000. Jakarta. 2000. Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Prenhallindo. Jakarta. 2000. Miftah Toha. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta. 1988. Mustafa, Husen. Teknik Sampling. Ghalia. Jakarta. 2000. Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 1995. Nasir, Muhammad. Metodologi Penelitian. Ghalia. Jakarta. 1999. Santosa, Singgih., Tjiptono, Fandy. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Elex Media Kompotindo, Jakarta. 2001. Sarlito, W. Teori-teori Psikologi Sosial. CV. Rajawali. Jakarta. 1987. Sevilla G, Consuelo, Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia Jakarta. 1993.

31

32

Swastha, Basu., Sukotjo, Ibnu. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Jogjakarta. 1993. Umar, Husein. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2000. Suparmoko, M. Metode Penelitian Praktis. Penerbit BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. 1999.

32

Anda mungkin juga menyukai