Anda di halaman 1dari 7

Anamnesis Anamnesis dan pemeriksaan pasien dengan sindrom XXY ini bervariasi mengikut di usia kapan pasien datang

ke dokter. Pasien yang datang ke dokter pada waktu anak-anak, bisa di tanyakan beberapa soalan yang menyangkut keluhan atau gejala pada anak seperti : 1. Apakah anaknya mengalami gangguan berbahasa. 2. Apakah mengalami keterlambatan dalam berbicara. 3. Apakah pasien mengalami kesulitan dalam belajar membaca dan menulis. Dari situ, sebagai seorang dokter, kita juga bisa menanyakan beberapa hal yang meliputi semua gangguan endokrin pada ibu selama kehamilan seperti: 1. Derajat maturitas atau prematuritas umur kehamilan. 2. Apakah ibu mengkonsumsi hormone dari luar. 3. Ditanyakan juga cara yang digunakan untuk membantu reproduksi. 4. Apakah ibu menggunakan sebarang kontrasepsi selama kehamilan. Riwayat keluarga juga ditanyakan untuk mengskrining beberapa kelainan urologi, kematian neonatal yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, anomali organ genital, pubertas dini, amenorrhea, infertilitas pada keluarga dekat atau keterkaitan keluarga. Riwayat keluarga menentukan apakah terdapat cirri tertentu yang ditentukan secara genetik atau bersifat familial. Kalau perlu, ditanyakan tentang kejadian-kejadian yang mengungkapkan penyimpangan dari pertumbuhan dan perkembangan normal. Juga ditanyakan berat badan pada umur-umur tertentu, ukuran lingkar kepala pada anak dan kejadian fisiologis seperti menarke dan perkembangan pubertas. Paling jelas terlihat adalah pada tinggi badan pasien yang mungkin secara statistic abnormal tetapi normal untuk keluarga tersebut. Kebanyakkan kelainan genetik yang menambah tinggi badan pasien melibatkan kromosom seks. Hormon-hormon ini menyebabkan kelainan maturasi seksual.

Pemeriksaan Diagnosis bisa ditegakkan dengan pemeriksaan pada berbagai keadaan:

# Bayi masih berada dalam kandungan. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan amniosintesis (analisa cairan ketuban).Prosedur ini tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya dilakukan jika terdapat riwayat keluargadengan kelainan genetik atau jika usia ibu lebih dari 35 tahun. # Pada awal masa kanak-kanak. Diduga suatu sindroma Klinefelter jika seorang anak laki-laki terlambat berbicara danmengalami kesulitan dalam membaca serta menulis. Anak laki-laki dengan XXY tampak lebihtinggi dan kurus, serta pasif dan pemalu. # Remaja. Remaja laki-laki merasa malu ketika menyadari bahwa payudaranya agak membesar, karena itumereka berobat ke dokter. # Dewasa. Diagnosis biasanya merupakan akibat dari adanya kemandulan. Pada pemeriksaan fisik, testis tampak lebih kecil. Untuk memperkuat diagnosis sindroma ini, dilakukan pemeriksaan kadar hormon gonadotropin. Fisik 1. Tinggi dan berat badan Ukur tinggi badan pasien. Tafsirkan tinggi dan berat badan relatif terhadap riwayat keluarga dan riwayat beran badan masa lampau. Target tinggi / tinggi mid parental: Laki-laki = {TB ayah + (TB ibu + 13)} x

Perempuan = {TB ayah + (TB ibu - 13)} x 2. Distribusi lemak, otot dan jaringan ikat Wanita normal mempunyai pusat gaya berat di daerah pinggul dan relatif mempunyai lebih banyak lemak daripada otot. Otot lebih dominan pada pria dengan massa terbesar yang berpusat di sekitar bahu. 3. Sifat-sifat kulit. Penyakit genetik, hormonal atau gizi selama pertumbuhan dan perkembangan menyebabkan kelainan bentuk yang tersebar luas dan khas. 4. Kematangan seksual

Perkembangan seksual wanita mencerminkan efek androgen dan estrogen. Perkembangan seksual pria hanya mencerminkan efek androgen sahaja. Gangguan perkembangan beberapa cirri tertentu mencerminkan kekurangan atau ketidakefektifan rangsangan masing-masing hormon. Jumlah hormon abnormal atau produksi hormone pada waktu yang abnormal juga dapat berefek pada tinggi badan melalui efeknya pada epifisis tulang. Pada waktu pemeriksaan pria, perhatikan lapan efek androgen; ukuran testis, perkembangan penis, pengerutan skrotum, rambut aksila dan pubis, dalamnya suara, seborea atau akne, perkembangan prostat dan tinggi badan. Perhatikan efek estrogen dan peranan dalam perkembangan sifat-sifat tersebut; putting susu, areola, kelenjar mamae, labia minor, vulva, vagina, uterus dan ovarium. 5. Inspeksi penis Jika perlu, tarik prepusium ke arah atas untuk meliihat orifisium uretra terutama keberadaan secret. Orifisium uretra mempunyai suatu celah dan jika celah ini dibuka dengan melakukan pengurutan di sepanjang celah aksis tersebut, mukosa uretra yang berwarna agak kemerahan tanpa disertai pelepasan secret seharusnya terlihat. 6. Palpasi skrotum dan isinya Pemeriksaan testis seharusnya berada dalam keadaan pasien berbaring dan kemudian berdiri. Testis kiri biasanya lebih rendah dibandingkan testis kanan. Epididimis menempel pada permukaan atas dan permukaan posterior atas testis. Testis yang tidak turun atau ektopik jika salah satu sisi skrotum tidak mengandung testis ( meskipun pasien berdiri), testis yang tidak turun atau ekttopik tersebut harus dicari yang dapat berada apakah di daerah inguinal, femoral atau perineal. Pada beberapa keadaan, testi berada di dalam perut dan tidak dapat diraba, serta memiliki kecenderungan untuk menjadi suatu keganasan. Testis yang kecil jika kedua testis kecil, kemungkinan terdapat keadaan keadaan yang sifatnya bilateral seperti kegagalan rangsangan hipofisis atau disfungsi testis primer yang dapat terjadi pada sindrom klinefelter.

Lab PEMERIKSAAN PRENATAL LANJUTAN

Amniosentesis adalah pengambilan sediaan cairan amnion sekitar janin pada kehamilan < 15 minggu. Cairan amnion atau sel-sel dapat digunakan untuk menentukan kariotiping, analisis DNA atau untuk pemeriksaan enzym

Chorionic villi sampling adalah pengambilan sediaan jaringan plasenta pada kehamilan 9 12 minggu untuk pemeriksaan DNA, pemeriksaan sitogenetik atau pemeriksaan enzym Percutaneus umbilical blood sampling adalah aspirasi darah umbilikus dengan panduan ultrasonografi untuk kariotiping, pengukuran beberapa parameter hematologis dan imunologis dan kesimbangan asam basa janin. MRI atau proses invasif lain pada janin

Penunjang Sindrom Klinefelter biasanya baru terlihat tanda-tandanya setelah penderita memasuki masa pubertas, untuk mendiagnosis biasanya dokter menggunakan karyotipe berdasarkan hasil analisis yang diambel dari sample darah. Hasil analisis akan menunjukkan karyotipe kromosom penderita yang memiliki kelebihan kromosom seks X. Untuk melakukan pengujian genetika, pertama tama DNA harus diisolasi dulu dari salah satu sel. DNA relatif stabil dan bisa dieproleh dari setiap sel hidup dengan sebuah nucleus. Jenis sel yang digunakan adalah sel darah putih karena mudah diperoleh dari sampel darah. Analisis kromosom

Analisis kromosom ( karyotyping) dilakukan untuk mencari kerusakan pada sebuah kromosom dari gen tertentu. Paling sering digunakan untuk mengevaluasi DNA dari pasangan yang memiliki riwayat keguguran atau mendeteksi adanya keabnormalan pada janin. Biasanya analisi kromosom dilakukan dari beberapa sel untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi akibat adanya pertumbujan sel yang abnormal setelah dikeluarkan dari tubuh.

Analisis DNA

Analisis DNA paling sering dilakukan untuk memeriksa gangguan gen tunggal seperti fibrosis sistik dan hemophilia. Sesudah DNA diisolasi dari sampel sel, dengan enzim pemotong yang bekerja seperti gunting molekul, DNA dipotong menjadi 4-8 fragmen dasar. Salah satu teknik laboratorium untuk menemukan berbagai gen atau mutasi genetic adalah teknik PCR ( polymerase chain reaction). Dengan PCR, DNA dalam jumlah sangat kecil pon mampu diproduksi ulang dalam tabung tes. PCR juga digunakan untuk menggandakan DNA dari sel tunggal.

Analisis protein

Dalam beberapa kasus, secara tidak langsung perubahan DNA bisa terdeteksi melalui ada tidaknya produk gen ( yaitu protein atau enzim) dalam sampel sel tubuh, biasanya dari darah, air seni, atau cairan ketuban atau sel. Contohnya PKU ( phenylketonuria) merupakan gangguan autosom resesif yang langka yang disebabkan oleh hilangnya sebuah enzim hidroksilase fenilalanin. Manfaat tes genetika : i. ii. iii. iv. v. Skrining pada bayi baru lahir. Menguji para pembawa / carrier Pemeriksaan diagnostic pralahir Pemeriksaan prediksi / mengidentifikasi perubahan gen yang bisa menimbulkan penyakit. Memperkuat sesuatu diagnosis

Hormonal Sintesa hormone steroid seks diproduksi terutama oleh gonad dan diatur oleh dua jenis hormone gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise. Secara garis besar terdapat tiga hirarki hormonal yang berperan saat pubertas pada manusia yaitu (1) gonadotropin releasing hormone (GnRH) uang dihasilkan oleh hipotalamus, (2) follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior sebagai respong atas GnRH, dan (3) estrogen, testosterone dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarum atau testis sebagai respons atas FSH dan LH. LH dan FSH

Tujuan adalah untuk melihat fungsi sekresi hormone yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan mekanisme fisioleogis umpan balik dari organ target yaitu testis dan ovarium. Kadar FSH akan meningkat pada hipogonadism, pubertas prekoksm, menopause, kegagalan diferensiasi testis, orchitis, seminoma, acromegali, sindrom Turner. Seta menurun pada keadaan insuffisiensi hipotalamus, disfungsi gonad, anovulasi, insuffisiensi hipofise dan tumor ovarium. Sekresi LH dan FSH dikontrol oleh GnRH yang merupakan pusat control untuk basal gonadotropin, masa ovulasi dan onset pubertas pada masing masing individu. Estrogen

Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium dan tumor adrenal. Kadarnya menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, snfroma Turner, amenorrhea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan sress dan sindroma testiculas feminisasi pada wanita. Testosteron

Testosterone adalah hormone steroid dari kelompok androgen. Penghasil utama testosterone adalah testis dan ovary walaupun sejumlah kecil hormone ini juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Merupakan hormone seks utama lelaki dan merupakan steroid anabolic. Kadar androgen meningkat pada hirsustisme, amenorrhea hypothalamus, dan tumor sel sertoli. Dan menurun pada andropause, sindrom Klinefelter, aplasia sel leydig dan crptoshidism.

Diagnosis kerja Sindrom Klinefelter adalah suatu kondisi di mana satu atau lebih tambahan kromosom X yang hadir pada sel tubuh lelaki. Daripada memiliki pola kromosom XY yang biasa dimiliki oleh lelaki, penderita ini memeliki pola XXY. Sindrom ini merupakan kelainan kromosom yang paling umum dikaitkan dengan hipogonadism dan infertilitas pada lelaki. Sindrom ini mengenai 1/1000 1/2000 kelahiran hidup dan dapat ditemui pada 0,003% dari abortus spontan dan berhubungan dengan nondisjunction dari paternal meiosis (55%), maternal meiosis I (34%), dan maternal meiosis II (9%). Meskipun semua pria dengan sindrom Klinefelter memiliki kromosom X tambahan, tidak semua lelaki XXY memiliki semua gejala. Karena tidak semua lelaki dengan pola XXY memiliki semua gejala sindrom Klinefelter. Gejala yang paling sering dilaporkan ginekomastia dan infertilitas. Sindrom klinefelter dapat diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan kariotipe (tes dilakukan cara pengambilan jaringan dari darah, sumsum tulang belakang, cairan amnion, ataupun dari plasenta. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap jumlah kromosom dan struktur dari kromosom), Androgen receptor gene quantitative real-time PCR (AR-qPCR) termasuk aberasi kromosom X, tes hormon dimana pada masa pertengahan pubertas testosteron menurun sedangkan FSH dan LH meningkat, pemeriksaan rutin densitas tulang dimana penderita klinefelter mempunyai resiko tinggi terhadap osteoporesisi dan osteopenia.

Daftar pustaka

1. Sudoyo AW, setiyohadi B, Idrus Alwi, Marecellus SK, Siti Setiati. Genetik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. FKUI. 2006. 2. Clarke. Klinefelter. Genetika Manusia dan Kedokteran. Edisi 3. EGC. 2005. 3. http://www.scribd.com/doc/59044666/Sindrom-Klinefelter-Adalah-Kelainan-GenetikYang-Biasanya-Banyak-Terjadi-Pria

Anda mungkin juga menyukai