Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI

ACARA II : MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI

Disusun oleh : Kelompok VI 1. Iven Wiraga 2. Dyah Eko Ganteng 3. Ovista Widya Hidayanti 4. Ratna 5. Unggul Wicaksono 6. Winda Rumbadini ( K5409032 ) (K5409022 ) ( K5409046 ) ( K5409048 ) ( K5409060 ) ( K5409064 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENGESAHAN Praktikum Geologi dan Geomorfologi Acara II

Dilaksanakan pada Hari/ Tanggal Dikoreksi pada Hari/ Tanggal Masukan/ Saran

: Selasa, 13 September 2011 : :

Pengoreksi :

Nama Tanda Tangan

: :

Morfometri Daerah Aliran Sungai

Para pakar, akhir-akhir ini banyak menggunakan pendekatan hidromorfometri DAS untuk menerangkan proses-proses hidrologi. Kepekaan DAS untuk mengubah hujan menjadi limpasan (run off) sangat ditentukan oleh keadaan DAS yang bersangkutan. Keadaan DAS ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, salah satu aspek adalah keadaan hidromorfometrinya. Variabel hidromorfometri antara satu DAS dengan DAS yang lainnya mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Seberapa jauh perbedaan variabel morfometri ini dapat diketahui dengan uji statistik (Seyhan, 1981). Karakteristik DAS yang pertama mudah dilihat/diketahui secara sepintas adalah luas DAS dan bentuk DAS. Luas DAS dapat dihitung, tetapi bentuk DAS harus dapat diformulasikan menjadi bentuk numerik. Dalam mengemukakan bentuk DAS, beberapa pakar menyajikan sebagai form factor (Horton, 1932), shape (S) (US Corps of Engineers), circularity ratio dan shape (Miller, 1953), basin elonoation (Schumm, 1956), dan lemniscate ratio (Chorley et. al., 1957) (dalam Selby, 1958). Faktor bentuk DAS sangat mempengaruhi hidrograf yang dihasilkan, apabila DAS mempunyai bentuk memanjang maka hidrograf alirannya akan berbentuk landai. Sementara kalau bentuk DAS bulat, hidrograf aliran yang dihasilkan akan lebih tajam (Strahler dalam Selby, 1985). Kerapatan aliran merupakan karakteristik DAS yna==ang mudah untuk membedakan kondisi DAS yang satu dengan yang lainnya. Kenyataan yang sering didapat, bahwa perhitungan kerapatan aliran untuk daerah yang sama oleh berbagai sumber menunjukkan nilai yang berlainan. Hal ini bukan semata-mata faktor ketelitian, tetapi sumber gambar/peta DAS yang dipergunakan berlainan. Hasil yang didapat dari peta topografi akan berlainan. Hasil yang didapat dari peta topografi akan berlainan dengan hasil foto udara, dan akan lain juga dengan kerapatan aliran yang dihasilkan dari citra radar. Oleh sebab itu, unsur teknologi dan sumber data juga harus dipertimbangkan (McCoy dalam Gregory, 1985). Kerapatan aliran (D) dan luas DAS (A) ternyata mempengaruhi bankfull discharge (Qb), seperti dirumuskan oleh Selby (1985) sebagai :

Qb = A D Graig (1978), mengatakan bahwa volume banjir dengan periode ulang tertentu (2, 5, 10, 25, dan 50 tahun) dipengaruhi oleh luas DAS (A), beda tinggi antara outlet dengan titik tertinggi dalam DAS (Hm), dan kemiringan rata-rata DAS. Dikatakan juga, bahwa debit puncak dengan periode ulang tertentu dipengaruhi juga oleh kemirngan sungai (S), selain variabel-variabel seperti tersebut diatas. Pemilihan variabel hidromorfometri sebagai variabel bebas, ditentukan semata-mata pada kemudahan pengumpulan datanya. Sebagai variabel pengontrol (variabel tak bebas/ dependent variable ) adalah komponen hidrograf satuan. Komponen hidrograf satuan ini meliputi waktu naik (time rising, Tr), adalah waktu yang diukur dari pusat masa hujan hingga terjadinya puncak hidrograf satuan, waktu dasar (time base, Tb), adalah waktu saat mulainya hidrograf satuan hingga akhir hidrograf satuan, dan debit puncak hidrograf satuan (unit hydrograph peak discharge, Qp), adalah harga debit puncak hidrograf satuan. Untuk variabel hidromorfometri DAS dipilih meliputi : a. Luas daerah aliran sungai (area of watershed, A) adalah luas keseluruhan DAS sebagai suatu sistem sungai yang diproyeksikan secara horisontal pada bidang datar. Untuk mengetahui luas DAS dapat digunakan planimeter, kertas milimeter, atau dengan menggunakan digitizer-computer (ITC, 1988). Batas DAS ditentukan berdasarkan peta kontur. Batas DAS yang dimaksud adalah batas DAS secara topografik (thopographic drainage boundary) (Seyhan, 1979).

b. Panjang sungai utama (L). Panjang sungai utama adalah alur sungai yang diukur mulai dari outlet DAS hingga perpanjanhan sungai sampai batas DAS. Kenyataannya cukup sulit membedakan sungai utama dengan bukan sungai utama bila terdapat percabangan sungai, untuk ini diambil suatu ketentuan bahwa sungai utama adalah cabang sungai yang mempunyai daerah tangkapan (catchmen) yang lebih luas.

c. Panjang sungai utama dari outlet hingga pusat berat DAS (Lc). Adalah panjang sungai utama yang diukur dari outlet DAS hingga titik pada sungai utama yang terdekat dengan pusat berat DAS. Titik berat DAS dapat diketahui dengan membuat grid pada DAS, kemudian dengan menggunakan formulasi tertentu, koordinat titik berat dapat

diketahui (Seyhan, 1981). Agar lrbih jelas diberikan contoh perhitungan titik berat DAS sebagai berikut : Gambar. Penentuan titik berat DAS Untuk sumbu y 1x6 = 6 2 x 6 = 12 3 x 6 = 18 4 x 6 = 24 + 60

Untuk sumbu x 1x1 = 1 2x3 = 6 3 x 4 = 12 4 x 4 = 16 5 x 4 = 20 6 x 4 = 24 7 x 3 = 21 8x1 = 8+ 108

d. Panjang maksimum DAS (Lb). Panjang maksimum DAS adalah panjang garis lurus yang ditarik mulai dari outlet DAS, melewati titik berat DAS hingga batas DAS bagian hulu.

e. Kemiringan sungai rata-rata (S1). Kemiringan sungai dapat dinyatakan dalam berbagai cara, misalnya dalam derajat, %, km/km. Kemiringan sungai merupakan perbandingan beda tinggi penampang memanjang sungai dengan jarak mendatarnya. Cara menentukan kemiringan sungai rata-rata adalah dengan menggambarkan terlebih dulu penampang memanjang sungai utama dan mengukur kemiringan garis lurus yang ditarik mulai dari outlet sehingga luasan diatas dan dibawah garis lurus mendekati sama (Seyhan, 1981).

f. Bifurcation Ratio (Rb). Adalah nisbah antara jumlah orde sungai ke u dengan jumlah orde sungai ke u+1 (Horton dalam Seyhan, 1977). Perhitungan Bifurcation ratio ini didasarkan sistem pengordean menurut cara Strahler (dalam Seyhan, 1977). Dalam menentukan nilai Rb untuk keseluruhan sistem sungai digunakan nilai rata-rata tertimbang dengan cara berikut :

Keterangan : W Rb Rb u/u+1 Nu Nu+1 = Rb tertimbang = Rb antara orde sungai ke u dan u+1 = jumlah orde sungai ke u = jumlahorde sungai ke u+1 (Seyhan, 1977) g. Circularity ratio (Rc). Menurut Miller (dalam Seyhan, 1981), Rc merupakan nisbah antara luas Das dengan luas lingkaran yang kelilingnya sama dengan keliling DAS.

h. Elongation ratio (Re). Schumm (dalam Seyhan, 1981), mengatakan bahwa Rc adalah nisbah antara garis tengah suatu lingkaran (D) yang mempunyai luas sama dengan luas DAS, , dengan panjang sungai utama (L).

i. Kerapatan alur sungai (D). Kerapatan alur sungai adalah nisbah antara panjang sungai keseluruhan dengan luas DAS.

j. Rasio frekuensi orde sungai (F). Adalah nisbah antara jumlah keseluruhan orde sungai (sistem Strahler) dengan luas DAS.

k. Luas relatif DAS (Rua). Luas relatif DAS adalah nisbah luas DAS sebelah hulu dengan luas DAS keseluruhan. Luas DAS sebelah hulu ditentukan berdasarkan garis yang ditarik membelah DAS melewati titik berat DAS.

l. Faktor lebar DAS (W). Faktor lebar DAS adalah nisbah antara lebar DAS yang diukur pada jarak 0,75 panjang sungai utama dari outlet dengan lebar DAS yang diukur pada jarak 0,25 panjang sungaiyang diukur dari outlet. W = W./W.

Anda mungkin juga menyukai