Anda di halaman 1dari 5

EUTHANASIA

Euthanasia berasal dari bahasa yunani, euthanathos ( Eu = baik, tanpa penderitaan, dan thanatos = mati ).Dengan demikian euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan ( Hanafiah, 1999). Dalam bahasa inggris kita jumpai istilah MERCY killing yang berarti pembunuhan berdasarkan rasa belas kasihan. Sedangkan menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia, Euthanasia adalah :
1. Berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan dan bagi mereka

yang beriman dengan menyebut nama Allah di bibir 2. Waktunya hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan memberikan obat penenang 3. Mengakhiri penderitaan hidup orang sakit dengan sengaja atau permintaan pasien sendiri dan keluarganya Dari pengertian tersebut diatas, maka euthanasia mengandung unsure-unsur : a. Ada tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang b. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar rasa belas kasihan karena penyakit pasien tidak mungkin dapat disembuhkan
c. Proses mengakhiri hidup yang dengan sendirinya berarti juga mengakhiri penderitaan

tersebut dilakukan tanpa menimbulkan rasa sakit pada pasien yang menderita tersebut d. Pengakhiran hidup tersebut dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri atau atsa permintaan keluarganya yang merasa dibebani oleh keadaan yang menguras tenaga, pikiran, perasaan, dan keuangan. Menurut etimologis, Euthanasia berarti mati dengan baik, tidak bias diartikan sebagai suatu pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang. Dalam bahasa arab, Euthanasia disebut qatl ar-Rahmah atau tafsir al-maut.

JENIS EUTHANASIA

Ditinjau dari segi permintaan ; a. Euthanasia sukarela/volunteer ( atas permintaan pasien ) Dilakaukan atas permintaan pasien secara sadar dan diminta berulang -ulang. b. Euthanasia tidak sukarela/involunter ( tidak atas permintaan pasien ) Dilakukan pada pasien yang (sudah) tidak sadar, dan biasanya diminta oleh keluarga pasien Ditinjau dari segi cara pelaksanaannya ; a. Euthanasia pasif, yaitu perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia, b. Euthanasia aktif, yaitu perbuatan yang dilakukan secara medis melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Selanjutnya euthanasia aktif dapat dibedakan antara lain ; Euthanasia aktif langsung, yaitu dilakukannya tindakan medis secara terarah yang diperhitungakan akan dapat mengakhiri hidup pasien atau memperpendek hidup pasien. Euthanasia aktif tidak langsung, yaitu dilakukannya tindakan medis untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko yang dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Ditinjau dari segi cara terjadinya, ilmu pengetahuan membedakan kematian dalam 3 jenis ; a. Orthothanasia , yaitu kematian yang terjadi karena proses alamiah b. Dysthanasia, yaitu kematian yang terjadi secara tidak wajar c. Euthanasia, yaitu kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan pertolongan dokter.

Dari sudut lain Euthanasia dibagi menjadi 4 kategori : 1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien

2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien 3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien 4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien

Dari penggolongan euthanasia, yang paling praktis ialah : a. Euthanasia aktif Tindakan sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Merupakan tindakan yang dilarang, kecuali di Negara yang telah membolehkannya lewat peraturan perundangan. b. Euthanasia pasif Dokter atau tenaga kesehatan lain secara tidak sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, misalnya menghentikan pemberian infuse, makanan lewat sonde, alat bantu nafas c. Auto euthanasia Seorang pasien menolak dengan tegas dengan sadar untuk menerima perawtan medis dan dia telah mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dengan penolakan tersebut dia membuat sebuah codicil (pernyataan tulis tangan). Auto euthanasia pada dasar nya ialah euthanasia pasif atas permintaan.

Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, antara lain : 1. Orang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-benar sedang sakit tidak dapat diobati misalnya kanker. 2. Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya kecil dan tinggal menunggu kematian. 3. Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin. 4. Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah dokter keluarga yang merawat pasien dan ada dasar penilaian dari dua dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya dilakukan euthanasia. Indonesia sebagai Negara berasaskan Pancasila dengan sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa tidak mungkin menerima tindakan euthanasia aktif.

Aspek Hukum Secara formal hukum yang berlaku di Negara kita memang tidak mengizinkan tindakan euthanacia oleh siapapun, termasuk para tenaga medis dan dokter. Dari sudut pandang etika kedokteran, euthanasia sebenarnya bertentangan dengan etika kedokteran. Masalah etika ini tertuang dalam sumpah Hippocrates, ditekankan pentingnya meringankan penderitaan, memperpanjang hidup dan melindungi kehidupan. Sumpah Hippocrates yang terkenal tersebut antara lain berbunyi: saya tidak akan memberikan racun kepada siapapun yang menghendakinya, juga tidak akan menasehati orang untuk mempergunakannya Ikatan Dokter Indonesia sebenarnya telah cukup antisipatif dalam menghadapi perkembangan iptekdok, antara lain dengan menyiapkan perangkat lunak berupa SK PB IDI no.319/PB/4/88 mengenai pernyataan dokter Indonesia tentang informed consent disebutkan disana, manusia dewasa dan sehat rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walau untuk kepentingan pasien itu sendiri. Apabila diperhatikan lebih lanjut, pasal 33b, 340, dan 344 KUHP, ketiganya mengandung makna larangan untuk membunuh. Masalah euthanasia dapat menyangkut 2 aturan hokum, yakni pasal 338 dan 334 KUHP. Dalam hal ini terdapat apa yang disebut concursus idealis yang diatur dalam pasal 63 KUHP yang menyatakan bahwa : 1. Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu diantara aturan-aturan itu, jika berbeda-beda yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat. 2. Jika suatu perbuatan yang masuk ke dalam suatu aturan pidana yang umum diatur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang dikenakan.

Pasal 63 (2) KUHP ini mengandung asas lex specialis derogate legi generalis, yaitu peraturan yang khusus yang mengalahkan peraturan yang sifatnya umum.

Sumber : -buku etik


-

http://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aspek-hukum-dalam-pelaksanaaneuthanasia-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai