Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa Barat memiliki keragaman budaya bernilai luhur yang hakikatnya merupakan hasil cipta, karya, dan karsa masyarakat sebelumnya. Peninggalan leluhur tersebut sarat dengan nilai, norma, serta gagasan-gagasan pikiran masayarakat yang bersangkutan. Kristalisasi dari kandungan nilai-nilai tersebut mereka tuangkan dalam bentuk yang berbeda-beda. Diantaranya, dituangkan dalam bentuk lisan, seperti cerita rakyat, baik jenis mite, legenda, dongeng maupun jenis lainnya. Cerita rakyat (tale), yaitu cerita rakyat yang disebarluaskan dan diwariskan secara lisan dan digolongkan menjadi tiga kelompok besar yaitu mite, legenda, dan dongeng (Ariyono Suyono,1985 :74). Kemudian jenis cerita rakyat ini bisa diklasifikasikan menjadi menjadi cerita rakyat yaitu, mite, legenda, dongeng, fable, dan cerita jenaka. Mite adalah jenis cerita rakyat yang tokoh-tokohnya dianggap keramat; legenda adalah jenis cerita yang tokoh-tokohnya dianggap pernah ada dan berkaitan dengan kejadian alam yang dianggap luar biasa; fable adalah cerita tentang binatang yan dianggap seperti manusia. Biasanya cerita ini mengandung unsure pendidikan bagi anak-anak dan petuah-petuah mengenai hal baik dan buruk; sedangkan cerita jenaka biasanya mengandung unsure sindiran, kritik social, dan mengandung unsure pendidikan. Cermin rakyat mempunyai fungsi penting dalam kehidupan, sebab dapat mencerminkan kehidupan masyarakat serta dapat digunakan untuk mengenal cirri-ciri khas kebudayaan dan untuk menanmkan rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri. Namun

sampai saat ini cerita rakyat atau sastra lisan Sunda masih banyak yang belum dikumpulkan atau diteliti. Bagian-bagian cerita rakyat Sunda ada yang hilang karena jumlah pendukungnya yang berusia lanjut banyak yang sudah meninggal, sedangkan proses pewarisan cerita kepada generasi yang lebih muda tidak berjalan dengan baik. Apabila gejala yang tidak menguntungkan seperti dikemukakan di atas dibiarkan berlangsung terus, cepat atau lambat cerita rakyat daerah Sunda sebagai salah satu warisan budaya nasional akan lenyap. Lenyapnya cerita rakyat berarti lenyapnya sebagian nilai-nilai budaya Sunda yang berharga, dan hal ini akan menjadi kerugian bukan hanya bagi masyarakat Sunda, melainkan juga bangsa Indonesia. Salah satu dari kemungkinan terjadinya kenyataan ini adalah dengan cara pendokumentasian dan penelitian terhadap cerita atau sastra lisan sunda. Pendokumentasian dan penelitian terhadap cerita rakyat, sebagai salah satu khasanah budaya bangsa, merupakan langkah yang tepat sebelum cerita rakyat tersebut tenggelam dalam kepunahan akibat terlupakan dan lunturnya minat masyarakat. Mengingat cerita rakyat merupakan cermin dari pikiran dan perasaan masyarakat pendukungnya yang mengandung unsure-unsur pendidikan, ajaran moral atau agama, kepahlawanan, adapt istiadat, serta hiburan, maka perlu dihidupkan kembali potensi cerita rakyat sebagai filter atau control social.

1.2. Permasalahan Cerita rakyat atau yang biasa disebut sastra lisan sunda adalah karya sastra yang dilahirkan dengan menggunakan bahasa sunda dan penyebaran serta pewarisannya dengan cara lisan. Bentuknya relatife tetap serta bersifat tradisional. Penyebaran atau

penyampaiannya seringkali mengalami perubahan atau penyimpangan karena hanya tergantung kepada pendengaran dan daya ingat para penuturnya. Sastra lisan dapat bertahan secara turun-temurun karena sifatnya yang lentur, tidak kaku, dan penyajiannya berlainan dengan sastra tertulis walaupun perbedaan itu tidak terlalu mencolok. Cirri-ciri khas yang berwujud pengungkapan alam pikiran masayarakat, norma hidup, nilai-nilai tercakup dalam sastra lisan, seperti yang selalu tergambarkan dalam sastra tertulis. Cerita rakyat sebagai salah satu unsure warisan budaya leluhur, dewasa ini tampak tersisihkan oleh cerita-cerita yang berasal dari mancanegara. Keadaan demikian dapat dianggap sebagai suatu ancaman sebab jikamenilik segi kemanfaatannya sebagai media pendidikan masyarakat, khususnya anak-anak, belum tentu sesuai karena latar belakang budaya yang berbeda. Selain itu, kemajuan di bidang media elektronik turut pula menggeser peranan para juru kisah. Cerita rakyat merupakan factor lisan yang penurunannya dituturkan dari salah satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini memungkinkan sebuah cerita bervariasi dan hilang dari ingatan masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, apabila proses tersebut tidak didukung dengan upaya pencatatnya, maka cerita tersebut akan berangsur terlupakan seiring dengan perputaran masa dan peralihan generasi. Lebih parah lagi kalau cerita tersebut sudah tidak dituturkan, maka sudah dapat diduga, generasi yang akan dating tidak akan mengenalinya. Sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian kekayaan budaya tradisional tersebut, dalam hal ini cerita rakyat, maka perlu dilakukan inventarisasi fungsi cerita rakyat sebagai media pendidikan formal.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan kegiatan inventarisasi cerita rakyat ini.

1.3. Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian cerita rakyat ini secara umum bertujuan untuk mengenali serta memperkaya khasanah budaya Kabupaten Cianjur khususnya, dan Jawa Barat pada umumnya. Adapun tujuan khusus lebih diarahkan pada pengumpulan cerita rakyat di Kabupaten Cianjur melalui pendataan dan perekaman, menyalin rekaman dalam bentuk tertulis, kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, dan mengetahui struktur cerita rakyat yang berhubungan dengan tema, plot, amanat, serta tokoh cerita.

1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan penelitian cerita rakyat ini terbatas pada wilayah Kabupaten Cianjur Pemilihan lokasi Kabupaten Cianjur, didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki nilai-nilai budaya terdisional yang bernilai tinggi, sementara daerah ini sekarang mulai menapaki dunia industrialisasi sehingga dikhawatirkan nilai-nilai terdisionalnya cepat atau lambat akan terdesak oleh nilai-nilai baru. Cerita rakyat di Kabupaten Cianjur ini, memiliki cukup beragam jenis, seperti mite, legenda, pabel, dan parable. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkhususkan pada cerita rakyat yang berjenis legenda. Cerita legenda ini merupakan karya kolektif yang menggambarakan cirri-ciri fisik, social, kebudayaan suatu kelompok masyarakat yang penyebarannya dilakukan secara lisan.

1.5. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Langkah pertama yang dilakukan adalah studi pustaka, hal ini untuk mengetahui konsep-konsep atau teori-teori tentang cerita rakyat sebagai dasar pengetahuan bagi peneliti. Selanjutnya, dengan menerapkan teori serta memperhatikan kenyataan di lapangn, dipersiapkan instrument wawancara sebagai pedoman di lapangan dalam mengumpulkan informasi dari tokoh masyarakat dan orang-orang yang dianggap mengetahui tentang cerita rakyat di daerahnya. Selanjutnya, dengan berpedoman pada konsep-konsep, data yang terkumpul tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, dan dibuat kesimpulan secara keseluruhan. Untuk menjaring data sebanyak mungkin, seluruh cerita rakyat yang ada di setiap Kecamatan, baik tertulis maupun lisan, yang masih menggunakan bahasa setempat atau telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

1.6. Sistematika Penulisan Hasil kegiatan penelitian cerita rakyat di Kabupaten Cianjur ini dituangkan dalam bentuk lapoan penelitian yang meliputi empat bab. Bab I, meliputi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. Bab II, uraian gambaran umum daerah penelitian yang meliputi : sejarah singkat Kabupaten Cianjur, kondisi geografis dan keadaan alam, kehidupan social budaya, serta agama, kepercayaan, dan adapt istiadat.

Bab III, berisi cerita rakyat yang berjenis legenda yang ditemukan di wilayah Kabupaten Cianjur. Bab IV, merupakan penutup dari rangkaian penelitian cerita rakyat di kabupaten Cianjur.

Anda mungkin juga menyukai