Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ari Purnama Dewi

NIM : A1C010045

Agribisnis di Indonesia
Beragribisnis merupakan suatu daya tarik kegiatan dengan gambaran yang sangat beragam
bagi setiap peminat. Ada yang secara langsung menggambarkan kegiatan di lapangan atau olah
lahan dengan peralatan pertanian seperti cangkul atau traktor dengan keringat yang bercucuran
karena terik matahari yang menyengat. Ada juga sekelompok peminat yang langsung
membayangkan kegiatan bisnis besar (karena ada kata bisnis) yang melibatkan penanaman
modal yang cukup besar, pabrik dengan dengan segala kecanggihan teknologi, serta pekerjaan
yang penuh dengan presisi dan daya tarik manuIaktur yang prestisius.
Dari gambaran tersebut memang tidak ada yang sepenuhnya benar, tetapi juga tidak ada yang
sepenuhnya salah. Semua benar dengan persIektiI dan penentuan kegiatan agribisnis mempunyai
rentang usaha yang sangat besar. Dari skala yang sangat kecil pada aktivitas usaha budidaya
dengan karakteristik yang sangat marjinal, investasi modal yang kecil dengan pengadopsian
teknologi yang sangat sederhana yang turun temurun, sampai dengan usaha berskala menengah
dan juga skala besar yang melibatkan kapital atau modal yang cukup besar dengan jangkauan
pasar yang mendunia. Untuk melakukan kegiatan agribisnis, ada baiknya kita memahami terlebih
dahulu bidang pertanian dan agribisnis itu sendiri. (Krisnamurthi,2003)
Pertanian dapat diartikan secara luas dan secara sempit. Arti sempit dari pertanian adalah
kegiatan bercocok tanam (on farm) tanaman pangan. Sedangkan dalam arti luas, pertanian adalah
semua kegiatan usaha tani yang dilakukan pada bidang pertanian, peternakan, perkebunan,
kehutanan, dan perikanan. Pertanian di Indonesia memegang peranan penting karena alasan-
alasan tertentu, yaitu:
a. Sektor pertanian mampu menyediakan bahan pangan dan keragaman menu pangan dan
karenanya sektor pertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat.
b. Sektor pertanian mampu mendukung sektor industri hulu maupun industri hilir.
c. Pembangunan di sektor pertanian mampu mengurangi jumlah orang miskin di pedesaan.
d. Sektor pertanian berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
e. Sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, sehingga mengurangi angka
pengangguran di Indonesia.

I. Sektor pertanian menyumbang devisa Negara.


(Soekartawi,1993)
Dewasa ini, pertanian bukan hanya pemenuhan akan kebutuhan tetapi patut dijadikan suatu
usaha yang menghasilkan keuntungan (5rofitable). Oleh karena itu, muncullah suatu konsep
yang mengelola pertanian berdasarkan prinsip ekonomi yang disebut agribisnis. Seiring dengan
semakin bergemanya kata 'agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar
tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering orang mengatakan bahwa agribisnis hanya meliputi
perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu
konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran, dan aktivitas lain
yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Menurut Arsyad dkk.(1985), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau kesuluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan 'ada hubungannya
dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Di Indonesia, agribisnis berkembang dan berprospek cerah karena kondisi daerah yang
menguntungkan, antara lain:
1. okasinya di daerah khatulistiwa sehingga perbedaan musim menjadi jelas dan
periodenya relatiI lama. Musim kemarau dan musim hujan yang masing-masing terjadi 6
bulan adalah waktu yang cukup bagi produsen untuk mengembangkan usahanya.
2. okasinya di daerah khatulistiwa ini yang menyebabkan adanya sinar matahari yang
cukup bagi perkembangan sektor pertanian. Suhu tidak terlalu panas dan karena
agroklimat yang relatiI baik, maka kondisi lahan juga relatiI subur.
3. okasinya di daerah khatulistiwa ini maka curah hujan umumnya cukup memadai.
4. okasi Indonesia berada di luar zona angin taiIun seperti yang banyak menimpa Filipina,
Taiwan, dan Jepang.
5. Keadaan sarana dan prasarana seperti daerah aliran sungai, tersedianya bendungan irigasi,
jalan di pedesaan yang relatiI baik, mendukung berkembangnya agribisnis, dan
6. Adanya kemauan politik pemerintah yang masih menempatkan sektor pertanian menjadi
sektor yang mendapatkan prioritas.
(Soekartawi,1997)

al-hal tersebut adalah Iaktor pendukung berkembangnya agribisnis di Indonesia. Namun,


perkembangan agribisnis di Indonesia juga mendapatkan hambatan yang terletak pada berbagai
aspek, antara lain:
O Pola produksi pada beberapa komoditi pertanian tertentu terletak di lokasi yang
terpencar-pencar, sehingga menyulitkan pembinaan dan tercapainya eIisiensi pada skala
usaha tertentu.
O Pola usaha pertanian yang kurang berhasil karena tidak didukung oleh sarana dan
prasarana, khususnya yang ada di luar Jawa terasa belum memadai, sehingga
menyulitkan untuk mencapai eIisiensi usaha pertanian.
O Akibat dari kurang memadainya sarana dan prasarana tersebut, maka biaya transportasi
menjadi lebih tinggi. al ini terjadi bukan saja dalam satu pulau tetapi juga antar pulau.
al ini memang merupakan konsekuensi logis dari suatu Negara yang terdiri dari banyak
pulau.
O Pola pengusahaan usaha pertanian sering ig cost economy dalam artian masih tingginya
biaya per unit.
O Sering dijumpai adanya pemusatan agroindustri yang terpusat di kota-kota besar,
sehingga nilai bahan baku pertanian menjadi lebih mahal untuk mencapai lokasi
agrobisnis tersebut, dan
O Sistem kelembagaan, terutama di pedesaan terasa masih lemah, sehingga kondisi seperti
ini kurang mendukung berkembangnya kegiatan agribisnis. Akibat dari lemahnya
kelembagaaan ini dapat diliha dari berIluktuasinya produksi dan harga komoditi
pertanian.
(Soekartawi,1997)
Di samping hal-hal di atas, masih ada kendala lain di luar kendala intern. Kendala ini disebut
kendala ekstern karena cakupannya di luar kemampuan produsen dan karenanya produsen tidak
dapat berbuat banyak terhadap kendala tersebut. Kendala ekstern ini bersumber pada dua hal,
yaitu:
Politik atau kebijaksanaan pemerintah, dan
Kondisi pasar luar negeri.
Sepanjang politik dan kebijaksanaan pemerintah mendukung kepentingan petani sering hal
ini tidak menjadikan masalah. Tetapi kalau kebijaksanaan itu cenderung menguntungkan swasta;

kadang-kadang terjadi permasalahan antar petani dan pengusaha swasta tersebut. Sebenarnya
tidak ada kebijaksanaan pemerintah yang merugikan pihak-pihak lain. anya saja karena
kebijaksanaan ini tidak atau belum berjalan; maka sering hal ini menjadi eksternalitas dalam
usaha pertanian.
Di sisi lain adalah adanya kondisi pasar luar negeri (orld market) yang kurang
menguntungkan. Kondisi ini kadang-kadang diciptakan oleh negara-negara lain dan bahkan oleh
negara maju. Politik proteksionisme; politik seperti yang diterapkan oleh GATT ( General
Agreement on Tariff and Trade) dan masih banyak contoh lainnya. al demikian menjadikan
harga di pasar dunia tidak menentu dan untuk komoditi-komoditi tertentu harganya terus
menurun. Komoditi kopi setelah setelah dibekukan quota adalah contoh yang baik untuk
disebutkan disini.
Kendala yang dihadapi agribisnis tidak hanya terletak pada aspek produksi, pengolahan hasil,
dan pemasaran saja, tetapi juga pengaruh yang lain. Dengan adanya persaingan ketat tentang
pemasaran hasil pertanian di pasaran dunia, menuntut peranan untuk meningkatkan kualitas
produk dan kemampuan untuk menerobos pasar dunia agar mampu bersaing dengan produk lain
di pasar dunia. Untuk menjaga kemampuan menerobos pasr dunia ini diperlukan penjaminan
akan kualitas dan kontinuitas produk. Selain itu, diperlukan kemampuan untuk mengantisipasi
pasar.
Setelah kita mengetahui bidang pertanian dan agribisnis, kita juga perlu mengetahui tingkat
resiko dari agribisnis. Setiap kegiatan usaha dalam bidang agribisnis akan memiliki resiko
terutama dalam hal jika ditanamnya jenis tanaman baru, produksi yang dipaksa meningkat
dengan penggunaan zat kimia atau jarak tanam sesuai pengetahuan yang ada. al-hal berikut
perlu kita pertimbangkan, misalnya:
Dapatkah dilakukan penyimpanan dengan biaya rendah agar terciptanya surplus seperti
untuk jenis gula, padi, tembakau, kopi ataukah harus dikeluarkan segera seperti untuk
jenis jeruk, atau nenas. Jika jenis yang dihasilkan dapat kadaluarsa, apakah perlu
diupayakan antisipasi dengan pengalengan atau pengeringan? Dan menjadi pertanyaan
selanjutnya dapatkah nilainya tetap dipertahankan melalui penyimpanan atau kegiatan
pemrosesan.
Kebanyakan pengaruh terjadinya surplus akan terasa untuk jenis komoditi yang
diperlukan secara umum seperti gula, padi, nenas, kaleng, dan sebagainya yang mana

memiliki tingkat kualitas yang hamper sama. Untuk komoditi yang memiliki tingkat
kualitas tertentu biasanya tidak atau kurang dipengaruhi dengan terjadinya surplus.
Tembakau dengan kualitas tinggi akan selalu diperlukan, sedangkan jambu mete hanya
dapat dijual jika memiliki kualitas tertentu saja. Dalam kata lain, selama standar minimal
harus dicapai untuk mempengaruhi penjualan, produksi yang berkualitas tinggi akan
menciptakan kontrak penjualan untuk jangka waktu panjang dan hamper tidak
dipengaruhi oleh terjadinya surplus.
(Siagian,1997)
Seperti telah disampaikan sebelumnya, agribisnis merupakan salah satu kegiatan produktiI
yang menjanjikan karena mempunyai rentang peluang yang sangat luas, mulai dari kegiatan
penyediaan input hingga pasca panen dan pemasarannya. Namun agribisnis sendiri mempunyai
resiko usaha tersendiri. Sebelum memulai usaha di bidang agribisnis sebaiknya kita
mempersiapkan segalanya terlebih dahulu. Persiapan yang baik sangat dibutuhkan, bahkan
menjadi hal yang mutlak yang harus dipenuhi. Bahkan banyak orang yang mengatakan bahwa
persiapan yang baik sudah menjadi sepertiga menuju keberhasilan.















DAFTAR PUSTAKA

Krisnamurthi, Bayu dan usi Fausia. 2003. angka Sukses Memulai Agribisnis. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Siagian, Renville. 1997. Pengantar Manafemen Agribisnis. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Soekartawi. 1997. Agribisnis Teori dan A5likasinya. PT RajaGraIindo Persada: Jakarta.
Soekartawi, dkk. 1993. Risiko dan Ketidak5astian Dalam Agribisnis Teori dan A5likasi. PT
RajaGraIindo Persada: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai