Anda di halaman 1dari 1

NAMA: ADITIYA GENTILI NIM: 091434027 PRODI: PENDIDIKAN BIOLOGI TUGAS EKSPRESI (Latar menggambarkan sebuah jalanan) 1.

Aku adalah anak kecil yang berlari menarik benang layangan putus di seberang jalan. 2. Dengan tanpa alas kaki yang terbuat dari untaian kenanga mati berteriak menuju langit pagi berwarna marun yang menyala terus-menerus. 3.Rumpun ilalang meneriaki bongkah ingusku yang kutebar di setiap warung yang kusinggahi, menebar aroma binal yang bahkan tidak dikenali oleh seekor tikus got. 4.Semalaman aku duduk menggeluti mampi rayu yang kudapat dari teman tengah hariku. Bermimpi tentang surat yang pernah memanah rinduku pada daratan biru nun jauh di seberang danau yang beralaskan tikar rotan. 5. Bermimpi tentang seorang perempuan bertubuh kecil yang setiap saat puting berwarna merah kecoklatannya kujilati dengan penuh nikmat. 6. Namun kini perempuan bertubuh kecilku itu tak sudi lagi kupanggil Mama. Cih! dia meludah saat kudekati dia untuk meminta segelas susu rasa stroberi. 7. Maka aku berlari lagi dengan layanganku yang tak kunjung padam wana apinya. Matahari menggagahi legamnya warna kakiku yang telah terinjak tahi kering sejak tiga minggu yang lalu. 8. Aku menginjak-injak lautan aspal gontai yang menyengat sinar hujan pada malam minggu berwarna biru, dan mereka bersorak-sorai untuk bunyi serakku yang kubagikan di setiap persinggahan kota-kota tua yang tak punya nama. 9. Bangkee!! Bangkee!!!, kata mereka. 10. Nenek tua dengan payung hitamnya yang berenda tersenyum penuh kecut kepada hatiku yang bahkan tidak tahu berada di mana. 11. Akh layanganku tak jua turun. Mentari sudah padam, sayang. Mari pulang pada ruang tak bertuan yang kau panggil rumah. 12. Mari menyinggahi taman tak bernyawa yang kau belai halus rambutnya pada setiap malam jumat kliwon dan kau kecup bibirnya pada selasa pagi. 13. Sekarang telah tengah malam. Aku adalah anak kecil yang berlarian di seberang jalan, menggeret benang layangan putus yang robek setelah tertimbun selama seribu tahun. 14. Layanganku seberat seribu ton telah menanam tubuhku dalam untaian pasir yang berdoa untuk kematianku. -END-

Anda mungkin juga menyukai