Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SEMINAR HASIL PENELITIAN Studi Komparasi Pendapatan Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram

UTAMMI MARISYA C1G 006 074

Seminar pada Hari/tanggal : Kamis, 10 Februari 2011 Waktu : 10.30 WITA - selesai Tempat : Ruangan Gedung B. 32

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Broto Handoko, SU. Pembimbing Pendamping : Ir. Ibrahim, M. Si.

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2011

I. I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Beras di Indonesia menyangkut kepentingan masyarakat luas yang dalam usaha pemenuhan kebutuhan harus ditangani dengan sungguh-sungguh oleh pemerintah. Mengingat peran strategis beras dalam ketahanan pangan, pemerintah telah menetapkan sasaran swasembada secara berkelanjutan bagi komoditas pangan ini. Peluang untuk mencapai target swasembada tersebut cukup besar karena adanya modal sumberdaya alam, teknologi dan iklim tropik yang sesuai untuk budidaya padi (Deptan, 2005). Di NTB, kebijaksanaan mempertahankan swasembada beras diambil pemerintah sehubungan dengan meningkatnya ancaman terhadap kelestarian swasembada beras itu sendiri. Adapun hal yang dapat menyebabkan meningkatnya ancaman tersebut antara lain ; meningkatnya kebutuhan beras sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, makin menyempitkan lahan pertanian terutama di daerah-daerah subur, pertumbuhan penduduk dan menurunnya produktifitas lahan per satuan luas (Dinas Pertanian NTB, 2000). Lahan yang ada di Kota Mataram cukup menjamin untuk memenuhi kebutuhan pangan Kota Mataram khususnya, namun masih ada lahan yang semakin menyempit dan lahan belum efektif dalam produktivitasnya (BPS , 2007). Di tahun 2005, dihasilkan berbagai terobosan peningkatan produksi padi, terutama varietas unggul berdaya hasil tinggi dan komponen teknologi budidaya yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas padi di masa datang. Varietas yang diperuntukkan bagi peningkatan produktivitas yang melebihi barier potensi hasil yang sudah melanda dan varietas yang diperuntukkan bagi stabilitas hasil, termasuk mutu rasa, mutu gizi dan super genjah varietas unggul spesifik (VUS) (Deptan, 2005). Penemuan varietas unggul padi terus dilakukan agar mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dengan lahan pertanian yang semakin menyempit. Varietas-varietas padi yang ada di kota Mataram sangat beragam, dan yang paling banyak diusahakan antara lain jenis Ciherang dan Cigeulis. Varietas-varietas padi di kota Mataram telah lama dikembangkan oleh petani (Ras, 2009). Dengan demikian, dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan produktivitas padi di kota Mataram perlu ditunjang sistem pengelolaan yang efektif dan efisien sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Studi Komparasi Pendapatan Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram

I.2.

Perumusan masalah

Perbedaan yang diperkirakan ada dalam masalah produksi padi Ciherang dan padi jenis Cigeulis menjadi permasalahan. Seberapa besar perbedaan pendapatan antara kedua jenis padi tersebut dan manakah yang lebih menguntungkan bagi petani? I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian a. Menganalisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi Ciherang dan padi Cigeulis. b. Membandingkan biaya, pendapatan dan efisiensi usahatani padi Ciherang dan padi cigeulis. c. Mengetahui masalah yang dihadapi pada usahatani padi Ciherang dan padi Cigeulis I.3.2. Manfaat Penelitian a. Secara akademis merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S-1) pada Fakultas Pertanian Universitas mataram. b. Bahan pertimbangan dan informasi bagi pemerintah dalam menggalakan varietas unggul demi kesejahteraan petani dan masyarakat. c. Bahan informasi bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti masalah yang sama.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Pendekatan Masalah Secara rinci bagan pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Usahatani Padi

Padi Ciherang

Padi Cigeulis

Biaya Usahatani

Biaya Usahatani Efisiensi Usaha

Produksi

Produksi

Nilai Produksi

Nilai Produksi

Pendapatan

Analisis Komparasi Gambar 1. Bagan Pendekatan Masalah

Pendapatan

2.2. Definisi Oprasional 1. Menurut Mubyarto (1977), usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian. 2. Usahatani Padi Ciherang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan menanam Padi Ciherang yang dilakukan oleh petani pada area tertentu serta mengelola seluruh faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. 3. Usahatani Padi Cigeulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan menaman Padi Cigeulis yang dilakukan oleh petani

pada area tertentu serta mengelola seluruh faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. 4. Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu musim tanam yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 5. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah gabah yang diperoleh petani dalam satu musim taman dan dinyatakan dalam satuan berat (kilogram). 6. Nilai produksi atau penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produksi usahatani dikalikan dengan harga yang berlaku di tingkat petani dan dinyatakan dalam satuan rupiah. 7. Pendapatan yang dimakud dalam penelitian ini adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh petani dari usahataninya dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tersebut. 8. Studi komparatif dalam penelitian adalah membandingkan produksi dan pendapatan yang diperoleh dari usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis. 9. Efisiensi usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah efisiensi ekonomi yaitu efisiensi fisik yang kemudian dinilai dengan uang. 10. Hambatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dalam usahataninya baik Padi Ciherang maupun Padi Cigeulis sehingga menyebabkan kurang optimalnya kegiatan usahatani petani.

III. 3.1. Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskriptifkan apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi yang ada sekarang ini. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini (Mardalis, 2009). 3.2. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram. 3.3. Penentuan Sampel 3.3.1. Penentuan Lokasi Sampel Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sekarbela dari enam kecamatan yang ada di Kota Mataram secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut adalah daerah yang memiliki lahan yang luas dalam menanam padi Ciherang dan Cigeulis. 3.3.2. Penentuan Responden Penentuan jumlah responden dilakukan dengan cara quota sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan jatah (quota) tertentu. Jumlah responden ditentukan sebanyak 40 orang responden untuk petani Padi Cigeulis dan padi Ciherang. Penentuan jumlah petani untuk masing-masing kecamatan dilakukan secara proportional random sampling, yaitu penentuan responden secara acak berdasarkan masing-masing jumlah petani yang menanam padi jenis Ciherang dan Cigeulis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. Sekarbela (Padi Ciherang) = 271 x 40 = 18 591 Sekarbela (Padi Cigeulis) = 320 x 40 = 22 591

Kota Mataram Usahatani Padi Ciherang Usahatani Padi Cigeulis

Kecamatan Sekarbela

Kecamatan Sekarbela

n = 18

n = 22

Gambar 2. Penentuan Daerah Sampel dan Jumlah Responden 3.4. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu: 1. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan dari responden dengan menggunakan tehnik wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dinas atau instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan Balai Penyuluh Pertanian kota Mataram serta pustaka-pustaka lainnya. 3.5. Variabel dan Cara Pengukuran Dalam penelitian ini variabel yang di ukur adalah : 1. Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya area yang ditanami Padi Ciherang atau Padi Cigeulis oleh petani, dinyatakan dalam satuan hektar 2. Biaya produksi yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pada satu musim tanam yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus N Akt NB (straigh line method) yaitu NAks = T Keterangan : NAks = nilai akhir benda tahun sekarang NAkt = nilai akhir tahun yang lalu NB = harga beli T = lama penggunaan Biaya sewa yang dimaksud pada penelitian ini hanyalah biaya sewa yang digunakan untuk menanam Padi Ciherang/Padi Cigeulis selama 1 musim tanam. Biaya sarana produksi dihitung dengan cara mengalikan jumlah sarana produksi dengan harga sarana produksi tersebut. Produksi yaitu jumlah fisik gabah basah Padi Ciherang dan Padi Cigeulis yang dihasilkan oleh petani dalam satu musim tanam, dinyatakan dalam satuan koligram. Nilai produksi yaitu jumlah produksi Padi Ciherang dan Padi Cigeulis dikalikan dengan harga yang berlaku di tingkat petani, dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan adalah selisih nilai produksi dengan total biaya produksi dalam satu musim tanam, dinyatakan dalam rupiah. Hambatan yaitu masalah yang dihadapi oleh petani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis, untuk mengetahuinya dilakukan identifikasi berbagai macam masalah. Cara Pengumpulan Data

3. 4. 5. 6.

3.6.

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawab (Sugiyono, 2008). 3.7. Analisis Data 3.7.1. Aspek Pendapatan Aspek Pendapatan Untuk mengetahui pendapatan usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis, dianalisis dengan menggunakan analisis biaya dan pendapatan usahatani dengan rumus sebagai berikut :

I = TR TC Dimana TC = FC + VC Keterangan : I = keuntungan TR = total revenue ( total pendapatan kotor) TC = total cost ( total biaya ) FC = fixed cost (biaya tetap) VC = variable cost (biaya variabel) Uji t Untuk mengetahui adanya perbedaan dari dua usahatani tersebut digunakan analisis komparatif dengan uji t dua arah pada taraf nyata 5% terhadap biaya, pendapatan dan penerimaan. Sedangkan efisiensi usahatani hanya dibandingkan nilainya. Langkah-langkah uji t adalah : 1. Untuk mengetahui homogen tidaknya varians kedua sampel digunakan uji f : Jika F hitung F tabel : berarti varians kedua sampel homogen Jika F hitung >F tabel : berarti varians kedua sampel tidak homogen 2. Untuk mengetahui beda nyata atau tidak beda nyatanya digunakannya uji t : - Jika t hitung < t tabel, maka tidak ada beda nyata Berarti bahwa unsur-unsur padi Ciherang yang dibandingkan yaitu biaya, dan pendapatan sama dengan petani yang menanam padi Cigeulis. - Jika t hitung > t tabel, maka ada beda nyata. Berarti bahwa unsur-unsur padi Ciherang yang dibandingkan yaitu biaya, dan pendapatan lebih tinggi dari petani yang menanam padi Cigeulis. 3.7.2. Efisiensi Usaha Untuk mengetahui efisiensi usahatani komoditi ciherang dan cigeulis digunakan rumus efisiensi dimana total penerimaan dibagi total biaya diformulasikan sebagai berikut:
R / C Ratio = TR TC

Dimana : TR = Total Revenue ( Total Penerimaan ) TC = Total Cost ( Total Biaya ). Keterangan :

10

1. Bila R / C Ratio 1, berarti usahatani komoditi Ciherang dan Cigeulis yang diusahakan menguntungkan (efisien). 2. Bila R / C Ratio < 1, berarti usahatani komoditi ciherang dan cigeulis yang diusahakan tidak menguntungkan (tidak efisien) 3.8. Hambatan-hambatan dalam Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis.

Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi petani dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tabuler dan deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, dan menganalisis serta menginterpretasikan kemudian menarik kesimpulan.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

4.1. Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Petani Responden Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram Tahun 2010
No 1 Uraian Umur Responden (tahun) Kisaran Rata-rata umur a. 37-45 tahun b. 46-54 tahun c. 55-63 tahun Jumlah Tingkat Pendidikan a. Tidak Sekolah b. Tidak Tamat SD c. Tamat SD d. Tamat SMA e. Tamat Perguruan Tinggi Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan a. 2-5 orang b. 6-9 orang c. 10-13 orang Jumlah Luas Lahan (hektar) Rata-rata Luas Lahan (hektar) Kisaran a. <0,5 hektar b. 0,5 - 1,00 hektar c. >1,00 hektar Jumlah Petani Responden Padi Ciherang Padi Cigeulis Jumlah Persentase Jumlah Persentase 37-58 50,00 3,00 10,00 5,00 18,00 4,00 6,00 6,00 2,00 0,00 18,00 4-9 5,72 9,00 9,00 0,00 18,00 0,91 0,40-2,00 1,00 14,00 3,00 18,00 16,67 55,56 27,78 100,00 22,23 33,33 33,33 11,11 0,00 100,00 50,00 50,00 0,00 100,00 5,55 77,78 16,67 100,00 43-62 51,00 5,00 10,00 7,00 22,00 6,00 5,00 8,00 2,00 1,00 22,00 2-12 6,00 8,00 13,00 1,00 22,00 0,94 0,203,00 3,00 14,00 5,00 22,00 22,73 45,45 31,82 100,00 27,27 22,73 36,36 9,10 4,54 100,00 36,36 59,09 4,55 100,00 13,64 63,64 22,72 100,00

Sumber : Data Primer Diolah

4.2.1. Umur Petani Responden

12

Golongan umur produktif berkisar antara 15-65 tahun, karena pada usia tersebut petani memiliki kemampuan bekerja yang tinggi baik dari segi fisik maupun mental dalam melakukan kegiatan usahataninya. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa umur petani responden berkisar antara 37-62 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh petani responden masih berada dalam kisaran usia produktif. Artinya baik secara fisik maupun mental, petani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis sudah siap untuk menghasilkan barang dan jasa. Untuk petani Padi Ciherang, kelompok umur paling banyak berada pada kisaran 46-54 tahun sebanyak 10 orang atau 55,56% dari total responden petani Padi Ciherang dengan rata-rata usia 50 tahun, sedangkan untuk petani Padi Cigeulis kelompok umur terbanyak juga berada pada kisaran 46-54 tahun sebanyak 10 orang atau 45,45% dari total responden petani Padi Cigeulis dengan rata-rata usia 51 tahun. 4.2.2. Tingkat Pendidikan Tabel 1. menunjukkan kisaran pendidikan petani responden adalah tidak sekolah hingga tamat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan petani Padi Ciherang yang tidak tamat SD dan tamat SD memiliki jumlah yang sama banyaknya yaitu 6 orang atau 33,33% dari seluruh petani responden Padi Ciherang. Sedangkan untuk petani Padi Cigeulis, tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SD sebanyak 8 orang atau 36,36% dari total responden petani Padi Cigeulis. Tingkat pendidikan ini juga mempengaruhi petani dalam setiap pengambilan keputusan dalam usahataninya. Keputusan untuk memilih jenis tanaman, pupuk dan pestisida yang akan digunakan. Pengambilan keputusan akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Semakin tepat pengambilan keputusan maka semakin besar pendapatan yang akan diperoleh. 4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi biaya hidup yang dikeluarkan. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan hidup keluarganya. Berdasarkan Tabel 1. Baik responden Padi Ciherang maupun responden Padi Cigeulis, kedua responden ini memiliki rata-rata jumlah tanggungan samasama sebanyak 6 orang. Jumlah tanggungan kedua responden tergolong besar atau tinggi dengan klasifikasi kriteria tanggungan keluarga 1-2 orang tergolong kecil atau rendah, 3-4 orang tanggungan tergolong menengah dan lebih dari 5 orang tergolong besar atau tinggi (Ilyas, 1998) dalam (Fani, 2010). 4.2.4. Luas Lahan Tabel 1. menunjukkan sebagian besar petani responden memiliki luas lahan garapan kurang dari satu hektar. Untuk petani Padi Ciherang, rata-rata luas lahan garapan yang dimiliki sebesar 0,91 hektar, sedangkan petani Padi Cigeulis memiliki rata-rata luas lahan garapan yang lebih luas yaitu 0,94 hektar.

13

Luas lahan garapan akan mempengaruhi jumlah produksi, sedangkan jumlah produksi akan mempengaruhi pendapatan dan biaya produksi. Semakin luas lahan garapan yang dimiliki akan semakin meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelola lahan tersebut. 4.3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram Tahun 2010 Tabel 2. Biaya dan Pendapatan (Ha/Musim) pada Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram Tahun 2010.
Usahatani Padi Ciherang Usahatani Padi Cigeulis No. Jenis Sumberdaya Pertanian, Satuan Jumlah Produksi dan Pendapatan Fisik Fisik Produksi/Penerimaan Biaya Variabel a. Sarana Produksi: i. Benih ii. Pupuk : - Urea - SP 36 - Phonska - TSP iii. Pestisida : - Furadan - Matador b. Tenaga Kerja : - TK Dalam Keluarga - TK Luar Keluarga 3 Biaya Tetap : a. Sewa Tanah b. Penyusutan Alat c. Iuran Irigasi d. Sewa Hand-Tractor e. Sewa Sprayer Total Biaya Produksi PENDAPATAN R/C-ratio Kg Nilai (Rp.) Jumlah Fisik Nilai (Rp.)

1 2

7.872,34 17.319.149,00

7.218,45 15.880.582,00

Kg

39,33

255.654,00

40,05

240.291,00

Kg Kg Kg Kg

256,84 106,87 6,08 0,00

321.049,00 288.547,00 9.119,00 0,00

206,31 0,00 98,30 43,45

257.888,00 0,00 147.452,00 73.859,00

Kg 100 ml

0,91 2,55

10.030,00 63.830,00

2,09 1,50

22.961,00 37.621,00

HKO HKO

5,84 347.720,00 69,56 3.573.860,00

7,03 125,68

385.437,00 3.852.427,00

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

4.000.000,00 16.059,00 137.751,00 553.192,00 12.158,00 9.588.968,00 7.730.181,00 1,81

4.000.000,00 18.777,00 110.000,00 582.524,00 2.913,00 9.732.151,00 6.148.432,00 1,63

4 5 6

14

4.2.1. Rata-rata Biaya Variabel Pada Tabel 2 terlihat bahwa biaya variabel pada usahatani Padi Ciherang lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel pada usahatani Padi Cigeulis. Biaya variabel yang dibutuhkan pada usahatani Padi Ciherang sebesar Rp. 5.426.040/ha, sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan pada usahatani Padi Cigeulis sebesar Rp. 5.603.373/ha. Baik pada usahatani Padi Ciherang maupun Padi Cigeulis, biaya variabel yang paling besar adalah biaya pembelian Benih. 4.2.1.1. Biaya Penggunaan Benih Berdasarkan Tabel 2 jumlah benih yang digunakan untuk usahatani Padi Ciherang sebanyak 39.33 kg/ha, sedangkan jumlah benih yang digunakan dalam usahatani Padi Cigeulis sebanyak 40,05 kg/ha. Benih Padi Ciherang dan padi Cigeulis bisa sama-sama didapat oleh petani melalui KUD yang berada di wilayah tersebut. Rata-rata harga benih Padi Ciherang adalah Rp. 3.978.577/ku, sedangkan harga benih Padi Cigeulis 1.047.794/ku. 4.2.1.2. Biaya Penggunaan Pupuk Pupuk adalah sarana penunjang dalam setiap usahatani. Setiap jenis pupuk memiliki fungsi yang berbeda-beda. Penggunaan pupuk akan meningkatkan hasil produksi tetapi terdapat batasan-batasan dalam penggunaannya karena jika penggunaannya berlebihan maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Seperti yang terlihat pada Tabel 2 bahwa penggunaan jenis pupuk untuk usahatani Padi Cigeulis dan padi Ciherang sama-sama menggunakan 3 jenis pupuk. Pada padi Ciherang, pupuk yang digunakan adalah Urea, SP 36 dan Phonska. Sedangkan pada padi Cigeulis, pupuk yang digunakan adalah Urea, Phonska dan TSP. Dalam kedua usahatani tersebut, harga pupuk yang paling mahal adalah SP 36 sebesar Rp. 2700/kg, sedangkan harga pupuk yang paling murah adalah Urea yaitu Rp. 1250/kg. Petani Padi Ciherang maupun Cigeulis memperoleh pupuk dari kios saprodi terdekat. 4.2.1.3. Biaya Penggunaan Pestisida Dari Tabel 2 terlihat bahwa biaya pestisida yang paling banyak dikeluarkan dalam usahatani Padi Ciherang adalah Matador sebanyak 2,55 100ml/ha, sedangkan pestisida yang paling banyak digunakan dalam usahatani Padi Cigeulis adalah Furadan sebanyak 2,09 kg/ha. Harga pestisida yang paling mahal pada kedua usahatani ini adalah Matador sebesar Rp. 25.000/100ml. Sedangkan harga pestisida yang paling murah adalah Furadan yaitu Rp. 11.000/kg. 4.2.1.4. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam setiap usahatani. Tenaga kerja dapat berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Umumnya tenaga kerja dalam keluarga tidak mendapatkan upah.

15

Namun dalam perhitungan ini upah tenaga kerja dari dalam keluarga dihitung sebagai biaya produksi yaitu dengan menggunakan pendekatan harga perkiraan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tenaga kerja yang digunakan pada usahatani Padi Ciherang tidak jauh berbeda dengan biaya tenaga kerja pada usahatani Padi Cigeulis. Pada usahatani Padi Ciherang, total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.921.580/ha yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga, sedangkan biaya tenaga kerja yang dibutuhkan pada usahatani Padi Cigeulis sebesar 4.237.864/ha yang juga terdiri dari tenaga kerja dalm keluarga dan luar keluarga. Pada usahatani Padi Ciherang biaya tenaga kerja dalam keluarga Rp. 347.720 (8,87%) dan tenaga kerja luar keluarga Rp. 3.573.860 (91,13%), sedangkan untuk usahatani Padi Cigeulis biaya tenaga kerja dalam keluarga Rp. 385.437 (9,10%) dan tenaga kerja luar keluarga Rp. 3.852.427 (90,90%). Pada Tabel 4.4. berikut disajikan penggunaan Tenaga kerja dalam dan luar keluarga berdasarkan jenis kegiatan dalam usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis. Tabel 3. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga pada Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram Tahun 2010.
Usahatani Padi Ciherang No. Jenis Kegiatan TKDK TKLK Total Nilai (Rp/ha) (Rp/ha) (Rp/ha) Penyiapan 1 Lahan 10.942 262.614 273.556 2 Pembibitan 13.374 20.669 34.043 Pengolahan 3 Tanah 7.295 176.292 183.587 4 Penanaman 0 759.878 759.878 24.316 5 Pemupukan 89.970 114.286 0 955.623 6 Penyiangan 955.623 36.474 7 Penyemprotan 31.610 68.084 8 Pengairan 255.319 72.948 328.267 9 Panen 0 1.204.255 1.204.255 347.720 3.573.860 Jumlah 3.921.580 Sumber: Data Primer Diolah Usahatani Padi Cigeulis TKDK TKLK Total Nilai (Rp/ha) (Rp/ha) (Rp/ha) 20.388 18.447 259.223 22.330 279.611 40.777

15.534 163.106 178.640 0 837.379 837.379 30.097 93.203 123.300 17.476 1.031.068 1.048.544 21.359 50.485 71.844 262.136 87.379 349.515 0 1.308.252 1.308.252 385.437 3.852.427 4.237.864

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa baik pada usahatani Padi Ciherang maupun Padi Cigeulis, biaya tenaga kerja terbesar yang harus dikeluarkan adalah biaya panen. Hal ini terjadi karena pada saat panen merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan dalam kedua usahatani tersebut dan upah pada proses pemanenan berbeda dengan jenis kegiatan tenega kerja yang lain, upah

16

pada saat panen sebesar Rp. 35.000 orang/hari. Pada saat panen, tenaga kerja yang digunakan bisa mencapai 18 orang /ha. Pada usahatani kedua usahatani tersebut, biaya tenaga kerja luar keluarga lebih tinggi dibandingkan biaya tenaga kerja dalam Hal ini disebabkan pada kedua usahatani ini tidak ikut bekerja mengelola lahan sehingga lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. 4.2.2. Rata-rata Biaya Tetap Total biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani Padi Ciherang lebih rendah dibandingkan dengan total biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani Padi Cigeulis. Dalam usahatani Padi Ciherang, total biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.153.810/ha, sedangkan untuk usahatani Padi Cigeulis, total biaya tetap yang dikeluarkan Rp. 4.128.777/ha. Biaya tetap ini terdiri dari biaya sewa lahan, biaya penyusutan alat, biaya sewa alat, iuran irigasi dan biaya transportasi. 4.2.2.1. Biaya Sewa Lahan Baik usahatani Padi Ciherang maupun Padi Cigeulis, biaya tetap yang paling besar dikeluarkan untuk sewa lahan. Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai sewa satu hektar lahan yang digunakan untuk usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis Rp. 4.000.000 Ha/Musim Tanam. Tidak semua petani responden mengeluarkan biaya sewa lahan. Bahkan sebagian besar memiliki lahan sendiri. Dari 18 petani Padi Ciherang yang memiliki lahan sendiri sebanyak 7 orang sedangkan seorang lainnya menyewa lahan dan sebagai penggarap, untuk petani responden Padi Cigeulis, yang memiliki lahan sendiri sebanyak 7 orang. Namun dalam perhitungannya, semua petani dianggap menyewa lahan karena lahan sebagai tempat melakukan usahatani sehingga harus diperhitungkan juga sebagai salah satu biaya yang harus dikeluarkan oleh petani. 4.2.2.2. Biaya Penyusutan Alat Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat berkurangnya nilai dari suatu alat bila selalu digunakan. Biaya penyusutan dalam usahatani Padi Cigeulis lebih besar dibandingkan penyusutan alat pada usahatani Padi Ciherang. Hal ini disebabkan jenis alat yang digunakan pada usahatani Padi Cigeulis lebih banyak dari alat yang digunakan pada usahatani Padi Ciherang. Untuk lebih jelasnya, biaya penyusutan alat dapat dilihat pada Tabel 4. 4.2.2.3. Biaya Sewa Alat Merujuk pada Tabel 2. baik petani Padi Ciherang maupun Padi Cigeulis menyewa handtractor untuk mengolah lahan sebelum digunakan untuk berusahatani. Semua petani tersebut menyewa handtractor untuk mengolah lahan. Biaya sewa handtractor untuk satu hari kerja sebesar Rp.100.000. Selain handtractor, petani responden juga menyewa sprayer. Sebagian besar petani mempunyai sprayer. Dari 18 petani Ciherang sebanyak 9 orang

17

petani yang mempunyai sprayer, sedangkan petani padi Cigeulis sebanyak 19 orang yang mempunyai sprayer. Petani yang tidak mempunyai sprayer dapat menyewa sprayer dengan biaya sewa sebesar 10.000/hari. Tabel 4. Rata-rata Biaya Penyusutan pada Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram Tahun 2010. No. Jenis Alat 1 2 3 4 Cangkul Sabit Sprayer Ember Jumlah Usahatani Padi Ciherang Usahatani Padi Cigeulis Nilai (Rp/ha) Persentase Nilai (Rp/ha) Presentase 7.599 47,32 7.646 40,72 963 5,99 1.584 8,44 2.533 15,77 4.450 23,70 4.965 30,92 5.097 27,14 16.059 100,00 18.777 100,00

Sumber: Data Primer Diolah

Dalam usahatani Padi Ciherang, total biaya penyusutan alat yang dikeluarkan sebesar Rp. 16.059. Biaya penyusutan yang paling besar adalah cangkul yaitu Rp. 7.599 atau 47,32%. Biaya penyusutan yang paling kecil adalah sabit yaitu Rp. 963 atau 5,99%. Total biaya penyusutan yang dikeluarkan untuk usahatani Padi Cigeulis adalah Rp. 18.777. Sama seperti usahatani Padi Ciherang, biaya penyusutan terbesar adalah biaya penyusutan cangkul yaitu Rp. 7.646 atau 40,72%. Sedangkan biaya penyusutan terkecil adalah sabit yaitu Rp. 1.584 atau 8,44%. 4.2.2.4. Iuran Pengairan Baik untuk usahatani Padi Ciherang maupun Padi Cigeulis, petani melakukan pengairan sebanyak tiga kali. Pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya pengairan yang dikeluarkan untuk satu hektar lahan usahatani Padi Ciherang sebesar Rp. 137.751, sedangkan untuk usahatani Padi Cigeulis sebesar Rp. 110.000. 4.2.3. Produksi, Nilai Produksi, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Jumlah produksi Padi Ciherang dalam satu hektar adalah 7.872,34 kg dengan harga 2.200/kg. Sehingga nilai produksinya adalah Rp. 17.319.149, sedangkan untuk usahatani Padi Cigeulis, jumlah produksinya yaitu 7.218,45 kg. Harganya sama dengan harga Padi Ciherang. Untuk harga Padi Cigeulis adalah 2.200/kg. Sehingga nilai produksinya adalah Rp. 15.880.582. Pendapatan petani untuk usahatani Padi Ciherang lebih besar dibandingkan dengan usahatani Padi Cigeulis. Untuk satu hektar usahatani Padi Ciherang, petani memperoleh pendapatan sebesar Rp. 7.730.181. Pendapatan tersebut telah dikurangi dengan total biaya produksi sebesar Rp. 9.588.967, sedangkan untuk pendapatan bersih petani Padi Cigeulis dalam satu hektar

18

adalah Rp. 6.148.432, total biaya produksi untuk usahatani Padi Cigeulis adalah Rp. 9.732.151/ha. Nilai R/C-ratio dari usahatani Padi Ciherang adalah 1,81 artinya setiap Rp. 1.000. biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1.810, sedangkan untuk usahatani Padi Cigeulis setiap Rp. 1.000. Biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1.630. Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa nilai R/C-ratio dari usahatani Padi Ciherang lebih besar daripada usahatani Padi Cigeulis. 4.3. Perbandingan Biaya dan Pendapatan serta Efisiensi Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis Pada Tabel 5. dan Tabel 6. berikut disajikan perbandingan biaya, pendapatan dan efisiensi dalam usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis. Tabel 5. Perbandingan Biaya, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram pada Musim Tanam I Tahun 2010 secara matematika.
Usahatani Padi Ciherang No. Uraian Jumlah (kg) Fisik Nilai (Rp.) 17.319.149 9.588.967 7.730.181 1,81 Usahatani Padi Cigeulis Jumlah (kg) Fisik 7218.45 Nilai (Rp.) 15.880.582 9.732.151 6.148.432 1,63

1 Produksi/Penerimaan 2 Total Biaya Produksi 3 Pendapatan 4 R/C-ratio Sumber: Data Primer Diolah.

7872.34

Tabel 6. Perbandingan Biaya, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram pada Musim Tanam I Tahun 2010 secara statistik. No, 1 2 3 Uraian Biaya usahatani Pendapatan Efisiensi F hitung F tabel thitung ttabel 0,38 0,45 -0,25 0,59 0,45 0,91 6,83 2,14 6,34

1,68 1,68 1,68

Sumber: Data Primer Diolah

Untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan antara usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis, dilakukan menggunakan uji-t. Namun sebelum dilakukan analisis menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji-F untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut homogen atau tidak. Setelah dilakukan uji-F, biaya usahatani memiliki F-hitung sebesar 0,38. Nilai F-tabel biaya usahatani lebih besar dari nilai F-hitung yaitu 0,45. Hal ini menunjukkan bahwa kedua varians sampel tersebut homogen. Sedangkan untuk pendapatan usahatani, nilai F-hitung lebih besar dibandingkan F-tabel, artinya bahwa kedua sampel tersebut tidak homogen.

19

Selanjutnya dilakukan uji-t terhadap biaya dan pendapatan usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis. Pada biaya usahatani Padi Ciherang, nilai thitung yang diperoleh adalah -0,25 dan nilai ttabel yang diperoleh adalah 1,68. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara biaya yang dikeluarkan pada usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis. Rata-rata pendapatan usahatani Padi Ciherang adalah Rp. 7.730.181/ha dan pendapatan usahatani Padi Cigeulis adalah Rp. 6.148.432/ha. setelah dilakukan analisis menggunakan Uji-t pada pendapatan usahatani, nilai thitung yang diperoleh adalah 0,93 dan nilai ttabel adalah 1,68. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis. Kedua petani ini memiliki jaminan pasar yang pasti, yaitu sudah tersedianya pembeli tetap seperti pemilik heler padi. Hal ini karena petani menjual hasil panen masih dalam bentuk gabah dan langsung dibeli di tempat pemanenan Selain biaya dan pendapatan, efisiensi merupakan hal yang penting dalam sebuah usahatani. Efisiensi sebuah usahatani dilihat melalui perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan Untuk efisiensi usahatani, tidak ada perbedaan yang signifikan antara usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis. R/C ratio pada padi Ciherang sebesar 1,81 dan padi Cigeulis sebesar 1,63. 4.4. Faktor Pendukung Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis Terdapat faktor pendukung sehingga petani memilih salah satu jenis tanaman yang akan ditanam. Faktor pendukung sehingga petani memilih menanam Padi Ciherang adalah jumlah produksinya yang lebih banyak dibanding dengan padi Cigeulis. Selain itu, Padi Ciherang juga lebih tahan terhadap hama penyakit jika dibandingkan dengan Padi Cigeulis. Faktor pendukung sehingga petani memilih tanaman Padi Cigeulis adalah harga benih yang lebih murah dibanding padi Ciherang dan harga penennya juga sama dengan harga padi Ciherang. 4.5. Masalah dalam Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis Setiap usahatani pasti memiliki masalah-masalah yang dihadapi oleh petani. Masalah tersebut dapat berasal dari unsur-unsur yang langsung berkaitan dengan usahatani seperti masalah saprodi dan tehnis budidaya maupun dari unsur-unsur lainnya seperti masalah kelembagaan, pemasaran dan modal. Masalah modal selalu menjadi masalah pada setiap usahatani. Oleh sebab itu diperlukan adanya lembaga peminjaman modal sehingga petani dapat meminjam modal dengan lebih cepat dan bunga yang sesuai. Kurangnya modal disini merupakan sebuah masalah yang berhubungan dengan masalah lainnya yaitu harga panen yang rendah serta harga saprodi yang terlalu mahal. Harga saprodi yang mahal dan harga panen yang rendah akan mengurangi pendapatan petani sehingga modal petani untuk melanjutkan usahataninya berkurang dan membutuhkan pinjaman modal.

20

Khusus pada Padi Cigeulis, masalah kekurangan ketersediaan bibit merupakan kendala dalam usahatani ini. Benih Padi Cigeulis tidak selalu ada disediakan oleh kios-kios saprodi, sehingga petani kesulitan untuk mendapatkan bibit. Petanipun menanam varietas padi lain sementara bibit Padi Cigeulis tersedia. Masalah terbanyak yang dihadapi oleh petani adalah hama penyakit. Dari kedua jenis padi ini, Padi Cigeulis lebih cepat terserang hama penyakit dibanding Padi Ciherang. Penyakit yang sering menyerang pada saat pesemaian. Penyakit yang sering menyerang seperti hawar daun bakteria dan keong emas. Seperti yang terlihat pada Tabel 7. petani responden mengeluhkan pengairan yang sulit. Hal ini terjadi karena sistem pengairan bergilir yang diatur oleh seorang yang dipercaya untuk mengatur jalanya air yang biasa disebut pekasih ini sering mengalami keterlambatan. Tabel 7. menunjukkan masalahmasalah yang dihadapi baik oleh petani Padi Ciherang maupun oleh petani Padi Cigeulis.

21

Tabel 7. Masalah yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Padi Ciherang dan Padi Cigeulis di Kota Mataram Tahun 2010.
No. Kendala A B C D F G H A+B A+C A+D A+G A+F B+F C+H D+G H+G A+H+G A+B+H A+C+F A+B+D C+D+F D+F+G B+D+G Jumlah Sumber: Data Primer Diolah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Usahatani Padi Ciherang Jumlah Persentase 1 3 1 3 1 5,55 16,68 5,55 16,68 5,55 Usahatani Padi Cigeulis Jumlah Persentase 1 4,54

1 2 1 1 1 2

4,54 9,10 4,54 4,54 4,54 9,10

1 3 1 2

5,55 16,68 5,55 11,11

1 1 1 4 3 1 1 1 1 18 5,55 5,55 100,00 1 22

4,54 4,54 4,54 18,20 13,66 4,54 4,54

4,54 100,00

Keterangan : A = Serangan Hama Penyakit B = Tenaga Kerja yang semakin sulit C = Permodalan D = Pembayaran hasil panen yang lama E = Kurangnya Lembaga yang menaungi petani F = Pengairan yang sering terlambat G = Cuaca tidak menentu H = Benih tidak tetap tersedia Solusi untuk meminimalkan masalah yang dihadapi petani adalah dengan meningkatkan komunikasi yang terkait dengan dinas, pengairan karena masalah modal, serangan hama penyakit dan masalah pengairan dapat didiskusikan

22

bersama antara petani dan pihak yang terkait. Sehingga masalah-masalah petani yang terkait dengan teknis budidaya dapat diminimalkan Ada juga petani responden yang mengeluhkan keterlambatan pembayaran hasil panen mereka. Perusahaan biasanya membayar satu bulan setelah mereka membeli hasil panen dari petani Padi Cigeulis. Ada yang menganggap selang waktu satu bulan tersebut terlalu lama. Para petani menginginkan bahwa hasil panen langsung dibayar pada saat hasil produksi dibeli oleh perusahaan. Tenaga yang sulit diperoleh juga dirasa menjadi masalah. Hal ini dikarenakan upah yang dikira rendah oleh tenaga kerja. Sehingga tidak sedikit yang mencari mata pencaharian lain selain menjadi buruh tani. Masalah seperti ini mengakibatkan petani padi harus menaikkan upah para tenaga kerja. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada adalah melakukan komunikasi yang lebih baik lagi baik antara petani dengan ketua kelompok tani maupun antara petani dengan perusahaan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan dalam kerjasama antara petani dengan perusahaan.

23

V. 5.1. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Total penerimaan yang diperoleh pada usahatani Padi Ciherang sebesar Rp. 15.827.778 /LLG dengan jumlah produksi 7.194,44 kg/LLG atau sebesar Rp. 17.319.149/Ha dengan jumlag produksi 7.872,34 Kg/Ha. Sedangkan total penerimaan yang diperoleh usahatani Padi Cigeulis sebesar Rp. 14.870.000 /LLG deangan jumlah produksi 6.759,09 Kg/LLG atau sebesar Rp. 15.880.582 /Ha dan jumlag produksi sebesar 7.218,45 Kg/Ha. 2. Total biaya yang dibutuhkan untuk usahatani padi Ciherang adalah Rp. 8.763.251/LLG atau Rp. 9.588.968/ha, dan untuk usahatani padi Cigeulis adalah Rp. 9.112.832/ LLG atau Rp. 9.732.151/ha. Setelah diketahui penerimaan dan total biaya produksi dari kedua uasahatani tersebut, maka pendapatan yang di peroleh pada usahatani Padi Ciherang sebesar Rp. 7.064.527/LLG atau Rp. 7.730.181/Ha dan pendapatan pada usahatani Padi Cigeulis sebesar Rp. 5.757.168/LLG atau Rp. 6.148.432/Ha. 3. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t diketahui bahwa biaya dan pendapatan usahatani padi Ciherang tidak beda nyata dengan padi Cigeulis dan efisiensi usahatani padi Ciherang berbeda nyata dibandingkan biaya dan efisiensi usahatani padi Cigeulis. 4. Masalah yang dihadapi pada usahatani padi Ciherang adalah kurangnya lembaga peminjaman modal, keterlambatan pembayaran hasil panen, pengairan kurang lancar, cuaca yang tidak menentu, serangan hama penyakit dan kesulitan memperoleh tenaga kerja. Sedangkan masalah yang dihadapi usahatani Padi Cigeulis adalah selain kurangnya lembaga peminjaman modal, pengairan kurang lancer, cuaca yang tidak menentu, serangan hama penyakit, keterlambatan pembayaran hasil panen dan kesulitan memperoleh tenaga kerja. Masalah yang juga dihadapi usahatani Padi Cigeulis adalah ketersediaan benih yang tidak selalu tetap ada. 5.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: 1. Adanya lembaga perkreditan dengan proses yang mudah dan bunga modal yang tidak terlalu tinggi, sehingga petani dapat mengatasi masalah kurangnya modal. 2. Diperlukan peningkatan peran kelompok tani sebagai wadah pertukaran informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada terutama masalah hama penyakit yang menyerang tanaman padi. 3. Bagi petani, petani dapat memilih diantara kedua jenis tanaman (padi Ciherang dan padi Cigeulis) karena kedua usahatani tersebut layak secara ekonomis dan efisien.

24

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2007. Kota Mataram Dalam Angka. BPS Mataram. Mataram. Departemen pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. http://www.pustaka-deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp05003.pdf. Jakarta. Dinas Pertanian NTB, 2008. Padi Ciherang dan Cigeulis disukai Petani NTB. http://beritadaerah.com/news.php? pg=beritabali&id=2957&sub=column&page=49. Fani, 2010. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Ampenan Kota Mataram. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram. Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta. Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta Ras. 2009. 500 Hektar Lahan Pertanian Kota Mataram Hilang. http://www.vibizdaily.com/detail/Nasional/2009/05/31/500_hektare_laha n_pertanian_kota_mataram_hilang.

25

Anda mungkin juga menyukai