Anda di halaman 1dari 144

STUDITENTANGJAMAAHAHMADIYAH DISURABAYA

SKRIPSI

M.SHOLEHUDIN

IAINSUNANAMPEL SURABAYA 2007

BAB I
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah. Jamaah Ahmadiyah adalah sebuah gerakan keagamaan yang dicetuskan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India pada tahun 1889. 1 Sepeninggal beliau pada tanggal 1914 Ahmadiyah terbagi menjadi 2 aliran yaitu jemaah Ahmadiyah Lahore yaitu kelompok Ahmadiyah yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid, 2 serta jamaah Ahmadiyah Qadian yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Nabi. 3 Mirza Ghulam Ahmad sendiri mengaku bahwa dirinya sebagai orang yang dipilih oleh Tuhan untuk membuktikan kebenaran agama Islam pada tahun 1879, yang kemudian mengklaim dirinya sebagai mujaddid Islam pada tahun 1884, dan mengaku sebagai Massel Mesiah (seperti Messiah) pada tahun 1891. Pada tahun yang sama pula beliau mengaku sebagai Maryam yang sedang mengandung roh Isa selama 10 bulan sehingga pada bulan kesepuluh beliau menjadi Isa bin Maryam sepenuhnya. Pada tahun 1900 beliau mengaku sebagai

Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah, kepercayaan-kepercayaan dan pengalamanpengalaman, Penerjemah. Dede A. Nasruddin, E. Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 151. 2 Maulana Muhammad Ali, The Ahmadiyya Doctrine, (Pakistan:AAIIL Lahore, t.p.), 1, di download dari http://www.aaiil.org/text/books/mali/ahmadiyyadoctrine/ahmadiyyadoctrine.shtml pada tanggal 15 Januari 2008. 3 Didapat dari http://www.aaiil.org/text/books/ahmadiyyatqadianiyyat.shtml.html pada tanggal 15 Januari 2008.

Nabi bahkan beliau sendiri mengaku sendiri bahwa derajatnya lebih tinggi dari pada semua Nabi yang pernah ada. 4 Jamaah Ahmadiyah telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1925. 5 Di Indonesia sendiri jamaah Ahmadiyah terbagi menjadi dua yakni Ahmadiyah Qadian dan Ahmadiyah Lahore. Kedua aliran Ahmadiyah ini mempunyai cabang masing-masing di Indonesia. Secara resmi gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia berdiri pada tanggal 28 September 1929 di Yogyakarta dengan pengesahan hukum Besl. Gouvt 4 April 1930 No.1x (Extra-Bijvoegsel Yavasche Courant 22/4-30 No 32). Aliran ini menyebut dirinya Gerakan Ahmadiyah Indonesia. 6 Sementara itu jemaat Ahmadiyah Qadiani secara resmi disahkan pemerintah Republik Indonesia sebagai badan hukum dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. J.A/5/23/13 tanggal 13 Maret 1953 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 26, tanggal 31 Maret 1953 dengan nama Jemaat Ahmadiyah Indonesia. 7 Potensi jamaah Ahmadiyah di Indonesia nampaknya sangat besar dimana sejak awal berdirinya sampai dengan saat ini jamaah Ahmadiyah berhasil tumbuh dan menyebar di seluruh provinsi Indonesia, hal ini terbukti sejak tahun 1932 jemaat Ahmadiyah berhasil tumbuh dan menyebar diberbagai wilayah dan

4 5

Didapat dari http://alhafeez.org/rashid/glance.htm, didownload tanggal 19 Desember 2007. Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta: PT Cahaya Kirana Rajasa,

2006), 69 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005) 202. 7 Ibidhal 196.
6

saat ini diperkirakan jamaah Ahmadiyah sudah mempunyai 181 cabang yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia. 8 Sejak awal kemunculannya jamaah Ahmadiyah merupakan sebuah kontroversi. Gerakan dengan skala internasional ini selain mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, juga tidak jarang mendapatkan penolakan bahkan pengusiran dan pengkafiran dari ulama maupun pemerintah setempat. Hal yang sama terjadi di Indonesia. Pada tahun 1932 Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan yang berkembang di Indonesia telah mengeluarkan fatwa melarang para pengikutnya untuk memeluk Ahmadiyah atau harus memilih keluar dari Muhammadiyah. 9 Sedangkan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru dikeluarkan pada tahun 1980, 10 namun karena sifat dari fatwa ini hanya sebagai himbauan kepada umat Islam disamping sifat pemerintah yang netral terhadap permasalahan ini maka kegiatan Ahmadiyah baik Lahore maupun Qadian terus berjalan. Jemaat Ahmadiyah Indonesia berhasil mengembangkan kegiatannya dan berhasil membangun pusat kegiatannya di daerah Parung (Bogor), sedangkan Gerakan Islam Ahmadiyah yang berpusat di Jakarta perkembangannya tidak begitu pesat akibat longgarnya keorganisasiannya. 11

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta: PT Cahaya Kirana Rajasa, 2006), 69. 9 Lukman Firdaus, Sejarah Perkembangan Ahmadiyah Cabang Surabaya, (Surabaya, 2007), 66. 10 Fatwa MUI No. 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 11 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005) 264.

Pro dan kontra mengenai ajaran Ahmadiyah terus berlangsung yang dapat diibaratkan seperti api dalam sekam, akhirnya memunculkan penyerangan massa atas jamaah Ahmadiyah di Parung (Bogor), Cianjur dan Ketapang sepanjang tahun 2005. 12 Berbagai kejadian ini akhirnya memicu Majelis Ulama Indonesia untuk menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dalam Munas II Tahun 1980 yang menetapkan bahwa Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan. Hal ini tertuang dalam Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 11/MUNAS VII/MUI/15/2005. Dengan dikeluarkannya fatwa ini, berbagai daerah mulai mengeluarkan kebijakan pembekuan kegiatan jamaah Ahmadiyah di wilayahnya masing-masing, seperti yang terjadi di Tasikmalaya, Riau dan Nusa Tenggara Barat. 13 Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, ternyata tidak mempunyai anggota jamaah Ahmadiyah yang besar. Untuk jemaat Islam Ahmadiyah yang berkantor cabang di Jl. Bubutan I/2 Surabaya dengan wilayah kerja kotamadya Surabaya, tercatat hanya mempunyai anggota sekitar 45 orang, 14 sedangkan untuk Gerakan Ahmadiyah Indonesia yang dikenal dengan Ahmadiyah Lahore tidak mempunyai kantor di wilayah Surabaya.

Didapat dari http://ahmadiyah.info/index.php-option=com_content&task=view& id=65&Itemid=1.htm pada tanggal 29 Desember 2007. 13 Berita untuk Tasikmalaya didapat dari (http://ahmadiyah.info/index.phpoption=com_content&task=view& id=138&Itemid=1.htm), Riau (http://ahmadiyah.info/index.phpoption=com_content&task=view&id= 122&Itemid=1.htm) dan Nusa Tenggara Barat (http://ahmadiyah.info/index.php-option=com_content&task =view&id=62&Itemid=1.htm). Pada tanggal 30 Desember 2007. 14 Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007.

12

Studi tentang jemaat Ahmadiyah di Surabaya ini berupaya mengkaji jemaat Ahmadiyah Surabaya yang difokuskan pada sejarah, organisasi, ajaran dan perkembangannya.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Jamaah Ahmadiyah di Indonesia, sebagaimana telah dijelaskan di awal pendahuluan ini, terdiri dari 2 aliran, yaitu Gerakan Ahmadiyah Indonesia dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Walaupun hanya ada 2 beberapa perbedaan mendasar dari kedua aliran ini, 15 namun hal ini berimbas kepada perbedaan lain di bidang keorganisasian serta ajaran-ajarannya. Ajaran Jemaat Ahmadiyah Indonesia dalam beberapa hal berbeda dengan ajaran Islam Sunni yang dianut sebagian besar umat Islam di Indonesia. Pada prinsipnya, perbedaan tersebut meliputi ajaran masalah al-Mahdi dan al-Masih, masalah mujaddid, masalah kenabian, masalah wahyu, masalah khilafah serta masalah jihad. Telah banyak buku yang membahas perbedaan ini, dimana kebanyakan buku mendasarkan pembahasaannya pada tafsir Al Quran dan Hadits versi Sunni yang sulit diterima oleh penganut Ahmadiyah. Sejauh pengetahuan penulis, buku-buku yang membahas tentang Ahmadiyah dari sisi Ahmadiyah sendiri, terutama yang berbahasa Indonesia, masih sangat jarang ditemui. Dengan

Didapat dari (http://www.aaiil.org/text/books/ ahmadiyyatqadianiyyat.shtml.html) pada tanggal 29 Desember 2007.

15

demikian, dalam studi ini penulis akan mencoba mendasarkan pembahasan dari buku-buku Ahmadiyah sendiri. Mengingat luasnya permasalahan ini, maka studi ini akan dibatasi pada : 1. Sejarah jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 2. Keorganisasian jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 3. Pembinaan kehidupan bermasyarakat jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 4. Ajaran-ajaran jemaat Ahmadiyah Surabaya dengan fokus utama klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad, yang didasarkan pada karya-karya beliau.

C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana sejarah munculnya jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 2. Bagaimana perkembangan jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 3. Bagaimana perkembangan kegiatan-kegiatan jemaat Ahmadiyah didalam pembinaan kehidupan bermasyarakat di Surabaya. 4. Bagaimana ajaran-ajaran jemaat Ahmadiyah di Surabaya ditinjau dari klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan karya-karya beliau.

D. Penegasan dan Alasan Memilih Judul Sebelum memasuki pada inti pembahasan, maka terlebih dahulu penulis menguraikan dan menegaskan kata-kata atau istilah-istilah dalam judul tersebut

diatas. Hal itu penulis maksudkan supaya tidak terjadi pengkaburan makna atau kesalahpahaman atas permasalahan dan isi dari studi yang disusun. Adapun penegasan tersebut adalah sebagai berikut : Adapun penegasan tersebut sebagai berikut : Studi Jemaat : : Berarti penyelidikan, pelajaran dan tempat belajar. 16 Berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. 17 Ahmadiyah : Adalah gerakan dakwah yang ingin menyatukan agama dunia ke dalam Islam tanpa paksaan, dan dengan menekankan dakwah dan ajaran nubuat dan mileniarisme keagamaan. 18 Surabaya : Merupakan sebuah kota Metropolis yang berada di Jawa Timur. Dari pendefinisian beberapa istilah-istilah diatas yang berkaitan dengan judul penelitian ini, maka disimpulkan bahwa dalam penulisan skripsi ini membahas tentang jemaat Ahmadiyah di Surabaya.

Widodo, Amd. Kamus Ilmiah Populer, cet I, (Yogyakarta: Absolut Yogyakarta, 2001), 697. M.Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al Quran, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 2003), 195. 18 Taufik Abdullah, Organisasi Dan Gerakan Islam, Eksklopedi Tematis Dunia Islam Dinamika Masa Kini, jilid 7, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), 98.
17

16

E. Alasan Memilih Judul Adapun penulis tertarik untuk mengangkat Studi Tentang Jemaat Ahmadiyah di Surabaya ini dilatar belakangi oleh beberapa hal yaitu : 1. Mengetahui lebih lanjut ajaran jemaat Ahmadiyah di Indonesia terutama di Surabaya, yang didasarkan pada karya-karya Mirza Ghulam Ahmad. 2. Mengetahui lebih lanjut tentang keorganisasian dan perkembangan jemaat Ahmadiyah di Surabaya.

F. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam memilih judul studi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejarah munculnya jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 2. Untuk mengetahui ajaran-ajaran jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 3. Untuk mengetahui perkembangan jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 4. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan jemaat Ahmadiyah di Surabaya dalam pembinaan kehidupan bermasyarakat.

G. Manfaat Penelitian Diharapkan dari studi ini dapat diambil manfaat sebagai berikut: 1. Secara Ilmiah Sebagai tambahan referensi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan faham-faham yang ada dalam Islam terutama aliran Ahmadiyah.

2. Secara Sosial Dapat dijadikan bahan pertimbangan masyarakat luas dari berbagai kalangan untuk mengetahui, menilai, maupun mempelajari aliran Ahmadiyah dari segi ajaran dan keorganisasiannya.

H. Sumber Data Dalam studi ini akan digunakan 2 jenis data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun yang dimaksud dengan sumber data primer adalah sumber data yang didapat dari hasil wawancara (interview) sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang didapat dari studi kepustakaan. Sumber data primer dalam studi ini didapat dari : 1. Wawancara dengan Ketua jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 2. Wawancara dengan Mubaligh jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 3. Wawancara dengan Sekretaris jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 4. Wawancara dengan tokoh-tokoh jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 5. Wawancara dengan anggota jemaat Ahmadiyah di Surabaya. Untuk sumber data sekunder, penulis mengandalkan beberapa kitab karangan Mirza Ghulam Ahmad sendiri, maupun kitab lain yang mendukung pembahasan ini. Mengenai adanya pro kontra dalam masalah jemaat Ahmadiyah ini maka penulis membagi sumber pustaka menjadi 4 kategori yaitu : kitab karangan Mirza Ghulam Ahmad, sumber pustaka pro Ahmadiyah, sumber pustaka anti Ahmadiyah dan sumber pustaka pendukung. Perlu diketahui bahwa

beberapa kitab karangan Mirza Ghulam Ahmad sejumlah sekitar 80 buah, aslinya berbahasa Urdu dan sebagian besar tidak ditemukan terjemahannya dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris. Adapun sumber data yang penulis pakai adalah : a. Kitab-kitab karangan Mirza Ghulam Ahmad Mirza Ghulam Ahmad, A Brief Sketch of My Life from the urdu book Kitab al Bariyya, Terj Zaid Aziz, Ahmadiyah Anjuman Ishaat Islam Lahore U.S.A Inc, 1996. Buku dalam versi elektronik (pdf) sebanyak 91 halaman, isinya merupakan 30% dari isi buku kitab Al Bariyya. Isi buku ini menjelaskan tentang biografi singkat Mirza Ghulam Ahmad, pengalaman spiritual, klaim dan pendapat beliau. Mirza Ghulam Ahmad, Exoneration, Terj Zaid Aziz, Ahmadiyah Anjuman Ishaat Islam Lahore U.S.A Inc, 1996. Buku Exoneration ( Pembebasan dari tuduhan) berformat elektronik setebal 224 halaman tanpa cover depan ini, dalam kata pengantarnya dinyatakan merupakan 70% dari isi buku Kitab Al Bariyya yang diterbitkan terpisah dengan judul diatas. Isi buku pada intinya merupakan gambaran lengkap proses pengadilan terhadap beliau atas tuduhan konspirasi pembunuhan seorang misionaris Kristen, yang berakhir dengan pembebasan beliau dari tuduhan tersebut.

Muhammad Zafrullah Khan, Tadhkirah, English translation of the dreams, visions and verbal revelations vouchsafed to the Promised Messiah on whom be peace. The London Mosque. 1976. Buku dalam format elektronik setebal 970 lembar ini merupakan terjemahan bahasa Inggris dari buku dengan judul sama, yang isinya merupakan kumpulan mimpi, kasyaf serta wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad. Buku ini dilengkapi dengan teks aslinya dalam bahasa Urdu, dan sebagian bahasa Arab.

Zaid Aziz, Al Wasiyyat (the Will), England, 2000. Buku berformat elektronik setebal 60 halaman tanpa cover depan ini berisi tentang wasiat-wasiat Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1905 tentang aturan-aturan menjalankan gerakan Ahmadiyah sepeninggal beliau.

b. Sumber Pustaka Pro Ahmadiyah www.aaiil.org (website resmi Ahmadiyah Lahore). Dalam website ini menjelaskan tentang Ahmadiyah Lahore perbedaan misi, berita dan perkembangannya. Tersedia juga buku-buku karangan Mirza Ghulam Ahmad mapun pengarang lain baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Urdu yang dikeluarkan oleh Ahmadiyah Anjuman Ishaat Islam Lahore.

www.alislam.org (website resmi Ahmadiyah Qadian). Website ini menjelaskan tentang Ahmadiyah Qadiani, misi, perkembangan serta berita-berita seputar Ahmadiyah Qadiani. Disediakan juga buku-buku Mirza Ghulam Ahmad maupun pengarang lain dalam bahasa Inggris maupun Urdu yang dikeluarkan oleh Ahmadiyah Qadiani. Bahkan dari website ini dapat diambil kitab Ruhani Khazain, yang merupakan kumpulan keseluruhan karangan Mirza Ghulam Ahmad dalam 23 Jilid dalam bahasa Urdu.

www.ahmadiyya.info merupakan website resmi Ahmadiyah Indonesia, berisi tentang beritaberita seputar Ahmadiyah Indonesia. Disini juga tersedia beberapa buku karangan Mirza Ghulam Ahmad dan pengarang lain dalam bahasa Indonesia

Mirza Ghulam Ahmad, Ajaranku, terj Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI, 1998). Buku kecil setebal 77 halaman ini merupakan kumpulan sebagian ajaran-ajaran Mirza Ghulam Ahmad yang terkandung dalam buku Kisti-e-Nuh.

Mirza Masroor Ahmad, The Essence Of Islam, Extracts from the Writings, Speeches, Announcements and Discourses of the Promised

Messiah Hadrat Mirza Ghulam Ahmad of Qadian [May peace be upon him], United Kingdom, 2007. Buku berformat elektronik dalam 5 Jilid ini merupakan kumpulan dari tulisan, perkataan, khutbah maupun pengumuman Mirza Ghulam Ahmad. Jilid 1 berisi pengenalan tentang Islam, Tuhan, Nabi dan Quran. Jilid 2 berisi pilar Islam, surga dan neraka, doa dan sebagainya. Jilid 3 berisi kebutuhan akan Imam, Jesus, Dajjal, Dzul Qarnain dan sebagainya. Jilid 4 berisi riwayat hidup Mirza Ghulam Ahmad, tujuan turunnya Mahdi yang dijanjikan, kebangkitan Islam serta beberapa persyaratan masuk ke jemaat. Jilid 5 berisi tanda-tanda kenabian, mujizat serta cerita-cerita yang mendukung tanda-tanda kenabian tersebut. Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, The Truth about The Split (Aina Shodaqot), United Kingdom, 2007. Buku ini berisi penjelasan Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad tentang perpecahan Ahmadiyah pada tahun 1914 dari sisi Ahmadiyah Qadiani.

c. Sumber Pustaka Anti Ahmadiyah www.irsyad.org Website ini merupakan website IDARA, USA, Inc., yaitu sebuah organisasi nirlaba berbasis di Amerika Serikat yang mengangkat

topik utama Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi. Dalam website ini berisi artikel-artikel dan studi kritis kenabian Mirza Ghulam Ahmad. www.alhafeez.org\rashid Website ini merupakan website Dr. Syed Rashid Ali yang tergabung dalam Gerakan Anti Ahmadiyah. Dalam website ini terdapat studi kritis Ahmadiyah dan berita-berita seputar Ahmadiyah. Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah : Kepercayaan-Kepercayaan dan Pengalaman-Pengalaman, terjemahan Dede A Nasruddin dan E Muhaimin, Tasikmalaya, Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006. Buku ini terutama menyajikan tentang pengalaman pengarang selama menganut Ahmadiyah dan bertindak sebagai direktur bahasa Arab di Ahmadiyah Qadiani Pusat di London, yang selanjutnya menyatakan keluar dari Ahmadiyah. Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia : Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar, 2006. Buku ini menyajikan tentang beberapa paham dan aliran sesat yang berada di Indonesia baik yang berskala lokal sampai yang berskala internasional.

Ihsan Ilahi Dzahir, Mengapa Ahmadiyah Dilarang : Fakta Sejarah dan Itiqadnya, Jakarta, PT Darul Farah, 2006. Buku ini menyajikan tentang bukti-bukti dan analisa yang kuat tentang seluk beluk gerakan Ahmadiyah dan juga menjelaskan tentang berbagai kesesatan gerakan ini yang berdasarkan nukilan dari 91 buku-buku Ahmadiyah sendiri.

M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al Quran : Jakarta, Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2003. Buku ini menyajikan fakta-fakta pembajakan Al Quran yang dilakukan oleh Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyah dalam kitabnya Tadhkirah.

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat : Catatan Bagi Umat Islam Indonesia Dalam Menyikapi Gerakan Ahmadiyah Internasional, Jakarta, PT Cahaya Kirana Rajasa, 2006. Buku yang ditulis oleh mantan mahasiswa Indonesia di Pakistan ini menyajikan tentang sejarah Ahmadiyah baik dari segi historis maupun ajaran-ajarannya.

Nuzhat J Haneef, Recognizing the Messiah, Assessing Mirza Ghulam Ahmad of Qaadiyaan: His Claims, His Views, His Character, and His Movement, 2004.

Buku dalam bentuk elektronik setebal 423 halaman ini berisi analisis pribadi pengarang, seorang Ahmadi putri Pakistan selama beliau menjadi Ahmadiyah dan selanjutnya keluar dari Ahmadiyah. Buku ini belum/tidak diterbitkan. d. Sumber Pustaka Pendukung Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia : Pengantar Prof Dr Azyumardi Azra M.A, Yogyakarta, PT LKIS Pelangi Aksara, 2005. Buku yang merupakan thesis pengarang ini menyajikan secara obyektif aliran Ahmadiyah sebagai sebuah pemikiran dan gerakan dalam konteks perkembangan gerakan Islam secara keseluruhan di Indonesia.

I. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data Metode di dalam penelitian merupakan salah satu faktor terpenting dan sangat menentukan supaya hasil yang diperoleh didalam penelitian itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, didalam hal ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :

a. Metode Observasi yang bersifat Partisipan Metode observasi Partisipan adalah sebuah cara pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara langsung. 19 Metode ini dipergunakan untuk menggali data tentang aktivitas pengikut Ahmadiyah di Surabaya. b. Metode Wawancara (interview). Metode wawancara adalah sebuah cara dalam mengumpulkan data dengan tanya jawab yang dilakukan dengan pengikut Ahmadiyah. Data ini dipergunakan untuk menggali data tentang sejarah Ahmadiyah. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi didalam penelitian ini adalah sebuah metode untuk mencari data mengenai sesuatu hal yang berupa dokumen-dokumen yang sangat berkaitan dengan topik penelitian. 20 Teknik dokumentasi ini merupakan jenis data sekunder . Data ini dipergunakan untuk menggali informasi atau data tentang ajaran-ajaran Ahmadiyah di Surabaya. d. Lokasi penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di daerah Jalan Bubutan kota Surabaya.

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach II, (Yogyakarta : Andi OFFSET, 1994), 136. Koentjaradiningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), 73.
20

19

e. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang ada pada penelitian ini adalah tentang keberadaan Ahmadiyah di Surabaya baik dari segi sejarah dan ajaran-ajaran Ahmadiyah di Surabaya.

2. Metode Pembahasan Karena Penelitian ini merupakan penelitian kwalitatif maka di dalam pembahasan penulis menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode Deduktif yaitu sebuah kajian yang berangkat dari pengetahuan yang pada dasarnya bersifat umum kemudian yang bertitik tolak pada hal-hal yang bersifat umum itu ditarik suatu kajian yang sifatnya khusus. 21 b. Metode Induktif yaitu sebuah kajian yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit yang kemudian ditarik secara generalisasi yang mempunyai sifat-sifat umum. 22

3. Metode Analisa Data Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari beberapa metode yang telah dipergunakan, agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan maka metode yang dipakai antara lain adalah :

21 22

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I, Cet ke XI (Yogyakarta: Andi OFFSET, 1989), 42. Ibid, hal 42.

a. Metode Deskriptif Analisis yaitu data yang dihimpun melalui interview dan dokumentasi yang kemudian dilakukan analisis untuk memperoleh gambaran tentang semua kegiatan-kegiatan jemaat Ahmadiyah dalam upaya pembinaan terhadap masyarakat dan untuk mendapatkan hasil laporan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. b. Metode Komparative yaitu metode analisis yang digunakan untuk dapat menemukan persamaan dan perbedaan pandangan sehingga dalam analisis ini penulis dapat membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat semua penyebabnya. 23 Dan Content Analisys, 24 merupakan sebuah metode comparative yang digunakan untuk menganalisis argumen dan pendapat darimasing-masing informan, sedangkan Content Analisys digunakan untuk lebih mempertajam isi sehingga dapat memberikan ringkasan padat secara langsung terhadap fokus pembahasan ini.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 109. 24 Sumadi Soeryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 85.

23

J. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan uraian sebagai berikut: Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi ; latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul, alasan memilih judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sumber data, metode penelitian, sistematika pembahasan. Bab II : Berisi tentang landasan teori yang meliputi : A. Biografi pendiri Ahmadiyah. B. Klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Bab III : Berisi tentang obyek penelitian yang meliputi : Sejarah berdirinya Ahmadiyah di Surabaya, perkembangan Ahmadiyah di Surabaya, pengaruh jemaat Ahmadiyah di Surabaya, kegiatan-kegiatan jemaat Ahmadiyah di Surabaya dalam pembinaan kehidupan bermasyarakat. Bab IV : Berisi pembahasan yang mencakup tentang : Aliran dan keorganisasian jemaat Ahmadiyah Surabaya, serta klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad. BAB V : Berisi kesimpulan dan Saran

BAB II Sejarah Dan Klaim Kenabian

1. Biografi Pendiri Ahmadiyah Sejarah berdirinya Ahmadiyah tidak bisa lepas dari sejarah Mirza Ghulam Ahmad. Hal ini dikarenakan beliaulah pendiri Ahmadiyah. Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan pada hari Jumat tepatnya pada tanggal 13 Februari 1835 (14 Syawal 1250 H) di desa Qadian dari pasangan Ghulam Murtadha dan Ciragh Bibi. 1 Beliau berasal dari keturunan Barlas, yang memiliki keterkaitan dengan nenek moyang bergaris darah Mongolia. Akar keluarganya merupakan pendatang asal Samarkand, sebuah kota yang terletak di Asia Tengah. Disebutkan bahwa nenek moyang Mirza hijrah dari Samarkand menuju ke Punjab, India pada awal abad ke enam belas atau di masa kekuasaan Emperor Babar dari Dinasti Moghul. Mirza adalah keturunan dari haji Barlas, yang merupakan paman Amir Timur. Kata Timur berasal dari suku Barlas yang terkenal dan yang menguasai kawasan Kish selama 200 tahun. Kawasan ini pada zaman dahulu dikenal dengan nama Sogdiana, dengan ibu kota yang terletak di Samarkand. Mereka adalah suku dari Persia. Kata Samarkand itu sendiri berasal dari bahasa Persia. 2

Muslih Fathoni, Paham Mahdi Syiah Dan Ahmadiyah Dalam Perspektif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), 54. 2 Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta : Cahaya Kirana Rajasa, 2006),

Mirza Ghulam Ahmad sejak kecil tidak banyak mendapatkan pendidikan formal. Pendidikannya dimulai ketika masih berusia 6-7 tahun di rumah, dimana pada tahun 1841 M ayahnya mengundang seorang guru bernama Fadhal Ilahi untuk mengajarkan Al Quran dan kitab-kitab bahasa Persi. Pada tahun 1845 M saat Ghulam Ahmad berusia 10 tahun ayahnya mempekerjakan seorang guru bernama Fazal Ahmad untuk mengajarkan kitab-kitab nahwu-sharaf (tata bahasa bahasa Arab. Pada umur 17 tahun, Ghulam Ahmad mendapatkan pengajaran kitab-kitab Nahwu (perubahan akhir kata) dan Manthiq (ilmu logika) dari seorang guru yang bernama Gul Ali Syah. Sedangkan ilmu tentang ketabiban ia dapatkan dari ayahnya sendiri yang saat itu dikenal sebagai seorang tabib yang sangat mahir dan pandai. 3 Pada usia 16 tahun, beliau menikah dengan seorang gadis yang bernama Hurmat Bibi, dimana dari pernikahan ini mereka dikaruniai dua orang putra yaitu Mirza Sultan Ahmad dan Mirza Fadhal Ahmad (yang meninggal pada saat Mirza masih hidup). Tahun 1884, beliau menikah lagi dengan Sayyidah Nusrat Jahan Begum, putri seorang saleh terkenal bernama Mir Nasir Nawab. Dari pernikahan kedua ini, Mirza Ghulam Ahmad dikaruniai 10 orang anak. Lima dari seluruh putra dan putrinya yang hidup hingga dewasa yaitu : Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (lahir 12 Januari 1889 M dan wafat 8 November 1965 M), Mirza Bashir Ahmad (lahir 20 April 1893 M dan wafat 3 September 1963 M), Mirza Syarif Ahmad (lahir 24 Mei 1895 M dan wafat 26 Desember 1961 M), Nawab
3

Asep Burhanudin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta : PT LKiS Yogyakarta, 2005), 34.

Mubarakah Begum (lahir 2 Maret 1897 M) dan Nawab Amatul Hafidz (lahir 25 Juni 1904 M). 4 Setelah berumur 29 tahun (1864 M) Mirza Ghulam Ahmad diangkat menjadi pegawai pada pemerintah Inggris di kantor Bupati Sialkot. 5 Sesudah 4 tahun tinggal di Sialkot, ia dipanggil pulang oleh ayahnya untuk bertani. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan itu, ia mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mempelajari Al Quran. Pada saat itu, umat Islam India sedang dalam masa-masa suram. Kaum Kristen maupun Hindu dalam tulisan maupun perdebatan-perdebatan, banyak menyudutkan umat Islam. Dan berdasarkan penilaian Mirza Ghulam Ahmad, para ulama tidak ada yang membela, bahkan sibuk bertikai, saling mengkafirkan. Untuk itu di tahun-tahun ini dan selanjutnya, beliau berupaya untuk membela Islam dari serangan eksternal. 6 Mirza Ghulam Ahmad mulai mengarang buku yang berisi keterangan-keterangan untuk melawan agama Kristen dan Hindu Arya, yang pada awalnya hanya dimuat di surat-surat kabar sekitar tahun 1872 M. 7 Pada tahun-tahun ini, beliau mengaku sebagai orang yang dipilih Tuhan untuk membuktikan kebenaran Islam. Untuk itu, pada tahun 1879 beliau mengumumkan

Asep Burhanudin, Ghulam Ahmad Jihad Tanpa Kekerasan, (yogyakarta : PT LKiS Yogyakarta, 2005), 33. 5 Thaha Dasuki Hubaisy, Munculnya Aliran-aliran Sesat Di Abad Modern, Bandung : CV Pustaka Setia, 2006), 218. 6 Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta : Cahaya Kirana Rajasa, 2006), 7 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 63.

akan menyusun kitab Barahin-e-Ahmadiyya sebanyak 50 jilid dan mengajak masyarakat untuk membantunya dalam tujuan ini. 8 Sepanjang tahun 1880-1884 M, beliau menulis 4 jilid Barahin-e-Ahmadiyya, dan menghentikan penulisan jilid berikutnya. Selanjutnya sampai tahun 1908, beliau menulis buku, majalah-majalah, dan selebaran-selebaran yang dipublikasikan ke masyarakat, surat-surat yang ditulis untuk anggota keluarganya, teman-teman beliau, pidato atau khutbah-khutbah yang dibuat, baik untuk acara yang sifatnya formal maupun non formal. Dengan terbitnya 4 jilid buku Barahin-e-Ahmadiyya ini, nama Mirza Ghulam Ahmad mulai dikenal luas. Pada tahun 1885, beliau mengaku sebagai seorang pembaharu. Berdasarkan wahyu yang diterimanya, maka pada tahun 1889, beliau menerima baiat para pengikutnya. Baiat dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1889 di kota Ludhiana, di rumah Mia Ahmad Jaan. Yang pertama berbaiat adalah Hakim Nuruddin Sahib, yang sekaligus menyatakan Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri paham ini. Setelah itu diikuti oleh Mir Abbas Ali, Mian Muhammad Husain Moradabadi dan M. Abdullah Sanauri dan yang lainnya sejumlah sekitar 40 orang. 9 Pada tahun 1891, beliau mengklaim bahwa dirinya adalah Al-Mahdi yang dijanjikan. Masih pada tahun yang sama, beliau mengaku bukan saja sebagai

Didapat dari http://alhafeez.org/rashid/indonesia3.htm, internet, diakses tanggal 19 Desember

2007. Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 64.
9

Al Mahdi yang dijanjikan, namun juga sebagai nabi yang harus diikuti. Setelah itu pada tahun 1901, beliau mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang nabi yang berdiri sendiri dan lebih utama dari semua nabi dan rasul.10 Dengan klaim ini, banyak ulama yang sebelumnya mendukung Mirza Ghulam Ahmad, berbalik menentang dan mengkafirkannya. Dalam fase-fase selanjutnya, Mirza Ghulam Ahmad sibuk menghadapi penentangan-penentangan ini dengan menerbitkan berbagai macam buku, pengumuman, selebaran yang berisi pendapat, ajakan serta wahyu-wahyu yang diterimanya dengan jumlah judul mencapai 80 buah. 11 Sebagian judul buku maupun ringkasan isinya dapat dilihat pada appendiks A. Selain itu, beliau juga menerbitkan beberapa media massa untuk menyebarkan misi dakwah Islam yang dipimpinnya yaitu majalah mingguan Al-Hakam dalam bahasa Urdu yang mulai terbit pada tahun 1897 M, majalah bulanan Al-Badr dalam bahasa Urdu yang terbit 1902 M dan majalah The Review of Religion dalam bahasa Inggris yang mulai terbit pada 1902 M. 12 Masyarakat mulai menagih janji beliau tentang penerbitan 50 jilid buku Barahin-e-Ahmadiyya. Untuk itu, pada tahun 1908 beliau menerbitkan buku Barahin-e-Ahmadiyya jilid 5, dan mengatakan dalam kata pengantarnya sebagai berikut: "Pada awalnya, saya menjanjikan untuk menulis buku ini dalam 50 jilid.

Ihsan Ilahi Dzahir, Mengapa Ahmadiyah Dilarang : Fakta Sejarah dan Itiqadnya, (Jakarta: PT Darul Farah, 2006) 164. 11 Asep Burhanuddin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 62. 12 Ibid., hal 103.

10

Karena perbedaan 50 dan 5 hanyalah nol, dengan demikian janji saya telah terpenuhi dengan keluarnya buku ini (Kata pengantar Barahin-e-Ahmadiyah, Jilid. V,
Hal. 7.). 13

Pada tanggal 20 Mei 1908 Mirza Ghulam Ahmad jatuh sakit. Berbagai jenis penyakit yang bersarang di tubuhnya selama puluhan tahun telah membuat kondisi kesehatannya sangat kritis dan sehari kemudian tepatnya pada tanggal 26 Mei 1908 M, Mirza Ghulam Ahmad menghembuskan nafas yang terakhir, dan dikebumikan di Qadian pada tanggal 27 Mei 1908 M. 14 Sepeninggal beliau, Hakim Nuruddin yang mengaku telah ditunjuk tuhan untuk menjadi khalifah, tampil sebagai khalifah pertama. Beliau menjabat selama 14 tahun, yaitu tahun 1908-1914. Akhirnya, pada tanggal 13 Maret 1914, beliau meninggal setelah sakit beberapa lama akibat terjatuh dari kuda. Saat Mirza Ghulam Ahmad masih hidup, keutuhan dan kesatuan pengikut Ahmadiyah sangat dirasakan. Suasana itu berlangsung sampai menjelang meninggalnya Khalifah I. Menurut Mirza Bashir Ahmad, ada tiga persoalan yang menjadi ajang perbedaan pendapat di kalangan Ahmadiyah, yaitu masalah khalifah, keimanan terhadap kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Perpecahan semakin meruncing dengan meninggalnya khalifah I, sehingga terpecahlah Ahmadiyah menjadi 2 golongan. Golongan pertama adalah Ahmadiyah Qadiani yang berkeyakinan bahwa pintu kenabian tetap terbuka
13

Didapat dari www.irshad.org\brochures\criticalstudy.php.htm pada tanggal 17 Desember Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta: PT Cahaya Kirana Rajasa,

2007.
14

2006), 11.

setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka berpandangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad tidak saja sebagai mujaddid, namun juga sebagai nabi dan rasul yang seluruh ajarannya wajib diikuti, dan mengkafirkan orang yang tidak mengakui kemahdian Mirza Ghulam Ahmad. Golongan ini dipimpin oleh Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad. Gologan kedua adalah golongan Ahmadiyah Lahore, yang disebut juga Ahmadiyah Anjuman Ishaat Islam, dipimpin oleh Maulana Muhammad Ali dan Kwaja Kamaluddin. Golongan ini berpendapat bahwa pintu kenabian telah tertutup setelah Rasulullah. Dengan demikian, Mirza Ghulam Ahmad bukanlah seorang nabi, namun sebagai mujaddid, selain sebagai al-Masih dan al-Mahdi. 15

B. Klaim Kenabian Mirza Ghulam Ahmad Sebagaimana disebutkan diatas, klaim Mirza Ghulam Ahmad tidaklah tetap, namun berubah seiring dengan perubahan tahun. Hal inilah yang juga menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan Ahmadiyah sendiri. Tentu saja para pengikutnya akan menafsirkan perubahan ini dengan sudut pandang yang berbeda. Untuk itu, sejarah mengenai klaim kenabian ini perlu dijelaskan secara lebih detail.

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 72-73.

15

a.

Wahyu pertama (umur 35-40 tahun) Wahyu yang turun pertama kali adalah tentang kematian ayah beliau, pada umur 34 atau 35 tahun yang berbunyi ( dan demi langit dan yang datang pada malam hari). Dan beliau mengartikan turunnya wahyu ini merupakan berita ghaib bahwa ayahanda beliau akan menghadap Allah esok paginya. Perasaan takut kehilangan ayah membuat beliau sedih, namun kemudian turunlah wahyu berikutnya : ( bukannya Allah telah mencukupi hambanya) yang mampu menghibur hati beliau. Dan benarlah, esok sorenya ayah beliau meninggal dunia. Sejak saat itu beliau mulai sering menerima wahyu [Kitab-ulBariyyah, Ruhani Khazain, Jilid. 13, Hal. 162-195, catatan kaki]. 16

b.

Mengaku sebagai Mujaddid (1882) Mirza Ghulam Ahmad mulai mengaku sebagai seorang mujaddid pada tahun 1882, yaitu pada saat menerima wahyu bahwa beliau dipilih oleh Tuhan sebagai seorang pembaharu. 17 Hal ini dimuat dalam Barahin-e-Ahmadiyya Jilid I edisi pertama pada catatan kaki halaman 238, yang berbunyi :

Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) hal 16-17, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 17 M. Zafrulla Khan, Ahmadiyyat, The Renaissance of Islam, (England, Tabshir Publication, England), 27 Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/AhmadiyyatRenaissanceofIslam.pdf, pada tanggal 18 Desember 2007.

16

Katakanlah : Saya sudah diutus dan saya merupakan orang mumin yang pertama. 18 c. Mulai menerima baiat (1889) Mirza Ghulam Ahmad mulai mengumumkan menerima baiat para pengikutnya, yang dimuat di majalah Tableeg Risalat Vol I hal 145, sebagai berikut :
I have been commanded that the seekers after truth should enter into the covenant of Ba'iah with me for the purpose of learning the way of true faith, true purity and the love of the Lord and of discarding an evil, slothful and disloyal life. Therefore, those who perceive such strength in themselves should come forward to me. Saya telah diperintahkan (oleh Tuhan) bahwa para pencari kebenaran harus masuk ke dalam perjanjian baiat kepada saya untuk mempelajari kepercayaan yang benar, keimanan dan cinta kasih Tuhan serta menghilangkan pengaruh syetan, kemalasan dan ketidakpatuhan. Karena itu, barangsiapa yang merasakan pengaruh-pengaruh itu haruslah datang kepada saya.

Disebutkan juga dalam pengumuman tersebut, bahwa beliau berani menerima baiat tersebut karena telah turun wahyu kepada beliau berbunyi:

Artinya : Jika sudah kamu putuskan dalam hatimu, maka bertawakkallah pada Allah, dan buatlah bahtera dibawah bimbingan Kami dan wahyu Kami. Orang-orang yang melakukan baiat denganmu; mereka sebenarnya melakukan baiat dengan Allah, tangan Allah berada diatas tangan mereka. 19

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 19 M. Zafrulla Khan, 2006, Tadhkirah, page 212, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007.

18

d.

Mengaku sebagai Al Masih (1889 atau 1890) Masih pada tahun yang sama, atau satu tahun sesudahnya, beliau juga mengaku menerima wahyu bahwa Yesus telah meninggal dunia dan beliau adalah al Masih yang dijanjikan. Wahyu tersebut berbunyi:
He has sent me and disclosed to me through His revelation that Jesus, the son of Mary, had died (Urdu): Jesus, son of Mary, Messenger of Allah, has died and you have come according to promise in his spirit. (Arabic): Allah's promise is ever fulfilled. You are with Me and you are established on patent truth. You are on the right path and are a helper of truth (Izala Auham pp. 561-562). 20 Tuhan telah mengutusku dan memberitahuku lewat wahyuNya bahwa Jesus bin Maryam telah Meninggal (Urdu: Jesus, putra Maryam, Rasul Allah telah meninggal, dan sesuai janji, engkau meneruskan semangatnya (menyandang warnanya) (Arab) Janji Allah pasti terjadi. Engkau bersamaku dan engkau berada dalam jalan kebenaran yang nyata. Engkau berada pada jalan yang lurus dan penolong kebenaran.

e.

Hanya sebagai Muhaddats (1891, 1893) Dalam bukunya Tauzih-e-Maraam, beliau menjelaskan orang-orang yang menerima wahyu kenabian pada jaman ini bukanlah nabi seutuhnya, namun hanya nabi sebagian, atau dinamakan Muhaddits (orang yang diajak berbicara oleh Tuhan), yang mana hal ini dianugerahkan oleh Tuhan karena orang tersebut sangat patuh kepada rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai nabi yang paling sempurna. 21 Beliau juga menjelaskan pada tahun 1893 bahwa Muhaddits mempunyai semua kualitas

M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 234, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 21 Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/elucidation/ hal 16-17, pada tanggal 19 Desember 2007.

20

yang dimiliki oleh Nabi yang diikutinya (Blessing of Prayer Barakatut Dua, 31). 22 f. Tentang yang menolaknya (1893, 1894) Dalam bukunya Ainai-e-Kamalate Islam yang diterbitkan tahun 1893, beliau menyebutkan:
"All Muslims regard my books with reverence and care and benefit from their sublime thoughts except those who are the offspring of prostitutes (bastards); God has put a seal upon their hearts and they do not accept me." (Roohany Khazaen, Vol. 5, Page 547-548; Mirat-o-Kamalat-i-Islam, P. 547; Aeena-eKamalat Islam, P.547-548). 23 Semua Muslim memandang buku-buku saya dengan penuh penghormatan, dan takzim, dan mendapatkan manfaat dari keagungannya (buku-buku tersebut), kecuali anak-cucu sundal (bangsat), Tuhan telah menutup rapat hatinya, dan mereka tidak menerima saya

Selain itu dalam Anwarul Islam yang terbit tahun 1894, beliau juga menyebutkan:
"The one who has no belief in our ultimate victory is fond of becoming bastard and he is bound to be product of fornication. (Roohany Kazaen, Vol. 9, P. 31; Anwar ul Islam, P. 30). 24 Siapa saja yang tidak percaya dengan kemenangan kami adalah orang-orang yang lebih suka menjadi bangsat dan mereka-mereka itu adalah anak haram.

Walaupun begitu, beliau tidak menganggap orang yang tidak mempercayai beliau sebagai kafir. Hal ini disampaikan tahun 1900 M.

Mirza Ghulam Ahmad, Blessing Of Prayer,Terj Wakalat Tasnif (London : 2007). Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Blessings-of-Prayer.pdf, hal 31, pada tanggal 19 Desember 2007. 23 Didapat dari www.irshad.org\exposed\manner.php.htm, tanggal 31 Desember 2007. 24 Ibid.

22

It has been my madh-hab [religious ideology or policy], since the beginning, that no person becomes a kaafir or dajjaal due to rejecting my claim [reference to marginal note]. Of course [he] will become astray and will be deviating from the path of rectitude. And I do not refer to him as faithless [bay eemaan, one who has no faith]. Yes, I do consider all such people to be astray and far from the path of truth and rectitude who deny those truths that God Almighty has made known to me. [RK, v. 15, p. 432; starts at 8 line from top; Appendix No. 2 to Tiryaaq-ul-Quloob]. 25 Telah menjadi madzabku sejak awal, bahwa tidak ada orang yang menjadi kafir atau dajjal karena menolak klaimku. Tentu saja mereka akan menjadi sesat dan tidak akan melewati jalan kebenaran. Dan saya tidak menyebutnya atheis. Betul, bahwa saya menganggap orang semacam itu sebagai orang yang sesat dan jauh dari jalan kebenaran dan kejujuran, karena mereka telah menolah kebenaran yang Allah tunjukkan padaku..

Juga disebutkan dalam catatan kaki pada buku yang sama, bahwa yang dimaksud kafir adalah mereka yang menolak mengakui nabi yang membawa syariat, namun penolakan terhadap mulhim (yang mendapatkan ilham) atau muhaddats (orang yang diajak bicara dengan Tuhan) tidaklah menjadikan seseorang kafir. Namun beliau mengkafirkan orang yang mengkafirkan beliau atau menganggap beliau sebagai pendusta [RK, v. 15, p.
432; Marginal note; Appendix No. 2 to Tiryaaq-ul-Quloob].
26

g.

Nabi Buruz dan Zilli (1901) Adapun kata Buruz berasal dari - -yang berarti muncul, timbul, keluar. 27 Sedangkan kata Zhilli berasal dari - yang

Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004) 150-151, didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007. 26 Ibid, hal 151. 27 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsiran Al Quran, 1973) 61.

25

berarti menaungi, melindungi.28 Dalam buku ini beliau menjelaskan tentang Buruz, yaitu manifestasi spiritual, atau orang yang merupakan manifestasi spiritual dari seorang nabi atau orang suci,29 dan Zhill atau Zhilliyat, yaitu kesetiaan total kepada Nabi paling mulia sehingga seseorang menjadi bayangan dari Tuannya.30 Selanjutnya, masih menurut beliau, sebagai Buruz, beliau merupakan Nabi paling Mulia, dimana semua kesempurnaan dan keunggulannya, termasuk kenabiannya, tercermin dalam Zhilliyatnya.31 Dengan konsep ini, beliau bermaksud menghilangkan keraguan tentang pendakwaan kenabian dirinya, dimana beliau telah dipanggil Nabi dan Rasul sebanyak ratusan kali, walaupun tidak membawa syariat baru atau kenabian/kerasulan yang berdiri sendiri.32 h. Lebih sempurna dari Nabi Muhammad (1902) Pada tahun 1902 dalam buku Ijaz-e-Ahmadi, beliau berkata: "It is a fact that Muhammad(pbuh) worked only three thousand miracles... My Miracles exceed one million in numbers." (Ijaze-e-Ahmadi, Page 79; Tadzkiratus Syahadatain, Page 41).33

Ibid, hal 246. Mirza Ghulam Ahmad, Eik Galati Ka Izala Misconception Removed,(England, Islam International Publication Ltd, 2007), 5. Didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 30 Ibid, hal 4. 31 Ibid, hal 13. 32 Asep Burhanuddin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 93. 33 Terjemahannya berarti adalah fakta bahwa Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya mempunyai 3000 mukjizat. Mukjizatku jumlahnya melebihi 1 juta. Didapat dari www.irshad.org\exposed\i-k.php.htm pada tanggal 31 Desember 2007.
29

28

"As for him (Muhammad), the moon was eclipsed but for me, two bright moons have eclipsed (solar eclipse). How dare you deny it? If his Kalam (words) were a miracle, a sign, my Kalam is also a miracle." (Ijaze-e-Ahmadi, Page 79). 34 Sebagaimana untuknya (Muhammad) terjadi gerhana bulan, namun bagi saya, terjadi gerhana 2 bulan yang terang (gerhana matahari). Bagaimana kamu berani menyangkalnya?. Bila perkataannya merupakan mukjizat, tanda kenabian, perkataanku juga merupakan mukjizat.

i.

Tentang wabah Pes (1902) Dalam bukunya Dafi al-Bala wa Miyar al-Ahl al-Ishtifa beliau menerangkan bahwa (1) wabah pes yang mewabah saat itu yang diakibatkan adanya penolakan terhadap dirinya sebagai utusan Allah (Masih Mawud), (2) wabah pes ini akan berakhir jika masyarakat percaya kepada utusan Allah atau setidaknya berhenti mencaci beliau sebagai orang kafir dan dajjal, (3) selama wabah pes berjangkit ia mendapat wahyu dari Allah bahwa penghuni kota Qadian yang beriman kepada dirinya akan selamat dari wabah pes ini dan peristiwa ini akan menjadi tanda bagi siapapun yang mengambil pelajaran. 35 Dalam kesempatan ini beliau juga menekankan kembali bahwa beliau adalah Messiah yang dijanjikan oleh Rasulullah. 36

Ibid. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol V, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 96-97, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 36 Ibid, hal 105.
35

34

j.

Sebagai Krishna (1904) Dalam bukunya Lecture Sialkot beliau mengaku bahwa Tuhan telah mewahyukan berkali-kali bahwa beliau adalah Krishna yang ditunggu-tunggu umat Hindu, dan Messiah yang dijanjikan untuk Islam dan Kristen (Lecture Sialkot, p 33) 37

k.

Wasiyat Terakhir (1905) Merasa bahwa ajalnya sudah dekat, beliau menulis buku Al Wasiyyat. Di dalamnya Mirza Ghulam Ahmad menyampaikan beberapa hal yaitu menyinggung tentang wahyu yang diterima mengenai kewafatan dirinya, nasihat kepada pengikutnya untuk memperbaiki kehidupan sesuai dengan standart yang telah digariskan ajaran Islam, rincian syarat untuk menggabungkan diri dalam jemaatnya (jemaat Ahmadiyah) dan syarat-syarat untuk dikuburkan di pekuburan surga (Bahesti Maqbarah) yaitu menyumbangkan 1/10 sampai 1/3 dari pendapatannya dan hartanya ke Bait al-Mal di jemaat Islam Ahmadiyah untuk keperluan memajukan agama Islam. Syarat-syarat ini berlaku untuk semua jemaat beliau, kecuali

M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 458, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007.

37

keluarganya. Barangsiapa yang keberatan dengan hal ini, beliau sifati dengan orang munafik. 38 l. Menjadi Semua Nabi (1907) Di tahun 1907, dalam bukunya Haqiqat Al-Wahyi, beliau menjelaskan secara panjang lebar bagaimana proses beliau menjadi Isa bin Maryam :
In this revelation God has named me His Messenger, for as has been set out in Braheen Ahmadiyya God Almighty has made me a manifestation of all Prophets, and has given me their names. I am Adam, I am Seth, I am Noah, I am Abraham, I am Isaac, I am Ishmael, I am Jacob, I am Joseph, I am Moses, I am David, I am Jesus and I am the perfect manifestation of the Holy Prophet (on whom be the peace and blessings of Allah) that is to say I am Muhammad and Ahmad by way of reflection (Hageeqatul Wahi p. 72). 39 Dalam wahyu ini, Tuhan telah menamaiku sebagai utusannya, sebagaimana telah disebutkan dalam kitab Braheen Ahmaiyya, Tuhan yang maha Mulia telah menjadikanku manifestasi dari semua nabi, dan menamaiku dengan nama-nama mereka. Saya Adam, saya Sis, saya Nuh, saya Ibrahim, saya Ishaq, saya Ismail, saya Yakub, saya Yusuf, saya Musa, saya Daud, saya Yesus dan saya merupakan manifestasi sempurna dari Nabi yang sempurna; dengan kata lain saya adalah bayangan Muhammad dan Ahmad.

The word of God which I set out at some places in my book, the Braheen Ahmadiyya (p-497, footnote-3 & p-557, footnote-4) explains how God Almighty made me Isa Son of Mary. In that book God first named me Mary and then disclosed that God had breathed His spirit into this Mary and said that after the breathing of this spirit my status as Mary was converted into my status as Isa, and thus Isa having been born of Mary was called Son of Mary. At another place in the same context God said: Then the pain of childbirth brought him to the brink of a date-palm tree and he said: Would that I had died before this and had been utterly forgotten. Here God Almighty set forth a metaphor, that when the status of Mary in this commissioned one was about to be converted into the status of Isa, the need to propagate this phenomenon, which resembled the pain of childbirth, confronted him with the dried roots of the Muslim people which lacked the fresh fruit of understanding and righteousness. They were ready to condemn him as an impostor and to persecute him in diverse ways. Then he said Mirza Ghulam Ahmad, Al Wasiyyat, Terj Zahid Aziz, (Nottingham England: t.p.,2000) 32. didapat dari http://www.ahmadiyya.org/bookspdf/thewill/conts.htm, didapat tanggal 19 Desember 2007. 39 M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 790, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007.
38

in his heart: Would that I had died before this and had been utterly forgotten so that nobody had remembered my name (Hageeqatul Wahi p. 72, footnote). 40

Kata Tuhan yang saya ungkapkan dalam beberapa tempat di buku Braheen Ahmadiyya (hal 497, catatan kaki 3 & hal 557, catatan kaki 4) menerangkan bagaimana Tuhan yang maha Mulia telah menjadikan saya Isa bin Maryam. Dalam buku tersebut, tuhan menamai saya Maryam, dan kemudian mengungkapkan bahwa Tuhan telah meniupkan rohnya ke dalam Maryam ini dan berkata bahwa setelah peniupan roh ini, status saya sebagai Maryam telah berubah menjadi Isa, karena itu Isa dipanggil sebagai Isa putra Maryam. Pada bagian lain dalam konteks yang sama, tuhan telah berkata: kemudian rasa sakit akan melahirkan tersebut membawanya ke bawah pohon kurma dan berkata: seandainya saya mati saja sebelum ini dan menjadi orang yang dilupakan. Disini Tuhan memberikan metafora bahwa ketika status Maryam akan beralih menjadi status Isa, untuk mendorong terjadinya fenomena ini, yang digambarkan sebagai sakitnya orang melahirkan, harus melalui penentangan oleh orang orang Muslim yang kurang pengetahuan dan budinya. Mereka mengutuknya sebagai penipu dan menghukumnya dengan berbagai cara. Kemudian ia berkata di dalam hatinya: Seandainya saya mati saja sebelum ini dan dilupakan orang, sehingga tak ada seorangpun yang ingat akan nama saya.

40

Ibid, hal 790.

BAB III Sejarah, Perkembangan Dan Kegiatan Jemaat Ahmadiyah

A. Sejarah jemaat Ahmadiyah di Surabaya Dalam konteks Indonesia, Ahmadiyah sebagai organisasi keagamaan yang dapat digolongkan kedalam aliran pemikiran dan gerakan. Ahmadiyah masuk ke Indonesia mulai abad ke 20 seiring mulai dengan semaraknya faham kebangsaan sejak perempat awal abad ke 20 sekitar tahun 1900-1925. Ahmadiyah di Indonesia sampai saat ini masih tetap eksis walaupun pendukungnya tidak sebanyak organisasi Islam lainnya seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. 1 Daerah penyebaran Ahmadiyah di Indonesia terbatas hanya dibeberapa daerah. Di Sumatra misalnya hanya dibeberapa kota seperti di Tapak Tuan (Aceh), Padang, Bukit Tinggi (Sumatra Barat), Palembang, Lahat dan Lubuk Linggau (Sumatra Selatan). Di Jawa juga hanya di beberapa kota seperti di Bandung, Bogor dan Garut (Jawa Barat), Purwokerto, Wonosobo dan Surakarta (Jawa Tengah), Malang, Madiun, Kediri dan Surabaya (Jawa Timur) dan juga di Jakarta (Batavia). 2 Berdirinya Ahmadiyah di Surabaya mampu membawa perubahan yang signifikan bagi pola pikir dan pemahaman agama Islam di masyarakat sekitar,

1 2

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta : LKiS, 2005), xi. Ibid, hal 12-13.

seiring dengan pemahaman Islam yang dibawa Ahmadiyah, dan masyarakat Surabaya mulai menerima pembaharuan yang dibawa oleh Ahmadiyah. 3 Penyebaran Ahmadiyah di Surabaya adalah dampak dari perkembangan Ahmadiyah di Indonesia dimana Ahmadiyah Indonesia berkembang begitu cepat penyebarannya hingga ke Surabaya. Inilah yang kemudian mendorong Ahmadiyah Surabaya memerlukan wadah untuk melanjutkan perjuangan para mubaligh untuk menegakkan agama Islam dalam perspektif Mirza Ghulam Ahmad, sehingga lahirlah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya. Sedangkan tujuan Ahmadiyah cabang Surabaya tidak lain historis Ahmadiyah itu sendiri yang bertujuan untuk menyebarkan Ahmadiyah ke seluruh dunia hingga akhirnya mampu memperluas penyebaran hingga ke Surabaya dan didorong sebagai kebutuhan organisasi untuk menyebarkan Islam dan untuk menghidupkan kembali agama Islam. 4 Ahmadiyah masuk ke wilayah Surabaya terutama di wilayah Jawa Timur, berbeda dengan masuknya Islam ke Nusantara, menurut berbagai teori yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai faktor yakni faktor ekonomi, politik, perdagangan dan faktor perkawinan. Hal ini sangat berbeda dengan masuknya Islam Ahmadiyah di Surabaya yakni melalui faktor sebagai profesi, yang mana faham Ahmadiyah dibawah oleh tiga orang yang berprofesi sebagai tabib.

3 4

Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007. Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007.

Faham Ahmadiyah mulai masuk pertama kali ke Surabaya sekitar tahun 1937-an yang dibawa oleh Abdul Ghofur, seorang tabib dari India yang menganut faham Ahmadiyah, beliau merupakan seorang mubaligh yang diutus dari Qadian. Dalam menyiarkan ajaran Ahmadiyah beliau dibantu oleh dua orang saudaranya yaitu Abdul Hamid dan Abdul Wahid. Abdul Hamid merupakan saudara dari Abdul Ghofur, sedangkan Abdul Wahid merupakan sepupu dari Abdul Ghofur, yang juga seorang pedagang. Dari tiga orang inilah Ahmadiyah mulai diperkenalkan, walaupun kegiatannya hanya sebatas kajian tentang keislaman. 5 Pada awal kemunculannya, anggota Ahmadiyah di Surabaya hanya berjumlah lima orang yaitu Abdul Ghofur, Abdul Hamid, Abdul Wahid dan dua anggota dari luar Jawa. Mereka merupakan pioner-pioner Ahmadiyah dari Qadian India. Mereka merintis dari nol untuk mendirikan Ahmadiyah cabang Surabaya. Mulai dari sinilah dakwah mereka untuk mengenalkan Ahmadiyah di Surabaya terutama di Jawa Timur. 6 Ahmadiyah mulai berkembang di Surabaya pelan tapi pasti. Hingga pada tahun 1938 seorang mubaligh yang masih muda usianya pertama kali datang yang bernama Malik Azis Ahmad Khan berusia 22 tahun dari Qadian (India) lewat Batavia (Jakarta). Kedatangan beliau disambut dengan gembira oleh tiga

Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 1. 6 Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007.

bersaudara ini. Untuk sementara bapak Malik bertempat tinggal di jalan Baliwerti dan beberapa tahun kemudian pindah di Kedung Anyar. 7 Sekitar tahun 1938 juga telah tiba di Surabaya seorang Ahmadi dari Bogor (Jawa Barat) bernama M Oesman. Dengan datangnya dua orang mubaligh kegiatan Ahmadiyah dalam menyiarkan faham Ahmadiyah semakin bersemangat. Walaupun dalam kegiatannya hanya sebatas tentang kajian keislaman dan ceramah-ceramah tentang Islam sejati dan wafatnya Nabi Isa Alaihissalam serta membahas Masih Mawud dan lain lainnya. Dalam kajian tersebut sering terjadi tanya jawab. Anggota-anggota perkumpulan tersebut semakin tertarik ingin tahu lebih mendalam lagi sehingga banyak pula yang mulai yakin akan kebenaran ceramah bapak Malik. Dengan seringnya mengadakan ceramah maka tak lama kemudian anggota Ahmadiyah makin bertambah. 8 Maka pada tahun 1938 bapak Malik membaiat beberapa orang diantaranya Mangkoe Wisastro, R Soelaiman, M Soepardi, M Soemawidjodjo. Dan beberapa minggu kemudian membaiat yang lain. Jadi anggota pada tahun 1938 sudah ada kurang lebih 10 orang Ahmadi. Dan akhirnya pada tahun 1938 terbentuklah sebuah susunan kepengurusan yang pertama adalah : Ketua : Mangkoe Wisastro

Sekretaris : R Soelaiman Maal


7

: Abdul Ghofur

Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 1. 8 Ibid, hal 2.

Maka dengan terbentuknya pengurus tersebut roda aktivitas jemaat mulai berjalan perlahan-lahan. Akhirnya terbentuklah jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya yang dulu dinamakan Anjoeman Ahmadiyah Qadian Departement Indonesia Gemente Soerabadja. Pada tahun 1939 dapat dicatat beberapa nama anggota jemaat Surabaya sebagai berikut : Anggota-anggota dewasa : 1. M Abdul Ghofur 2. Abdul Hamid 3. Abdul Wahid 4. Mangkuwisastro 5. R Soelaiman 6. Soepardi 7. Soemowidjodjo 8. Usman Anggota-anggota remaja 1. Abu Hasan 2. Bambang Yuwono 3. Abd Hakim 4. Abd Manan 5. Liek Diono 6. Soebandi 9. Usman 10. Soeroso 11. Ibrahim 12. Tjoetjoe Hanafi 13. Koesen 14. Marto Djamingun 15. Haroen 16. Soerosaroso Anggota anak-anak 1. Moh Amin 2. Mahmud Ahmad 3. Abd Halim 4. Moh Naim 5. Basuki 6. Siti Rahayu

7. Rustam

7. Tjoeplik. 9

Sekitar tahun 1939 pada suatu pertemuan bapak Malik menganjurkan dengan sangat agar segera didirikan sebuah masjid yang sederhana guna tempat shalat bersama dan untuk pertemuan anggota jemaat. Maka berdirilah sebuah masjid yang terletak di kampung Kadang Sapi kini kampung Gundhi gang IV/47 Surabaya dan masjid tersebut pemberian wakaf dari salah satu jemaat Mangkoe Wisastro. Pembangunan tersebut dipimpin oleh Malik, pembangunan masjid yang sangat sederhana terbuat dari papan dan bambu. Dengan adanya masjid tersebut, shalat jumat bersama dapat dilaksanakan dengan tertib, juga pegajian-pengajian dan rapat-rapat aktivitas jemaat. 10 Selain bapak Malik memimpin pembangunan masjid, beliau juga yang melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan masjid tersebut. 11 Sebagai mubaligh berusia muda, bapak Malik sangat giat untuk bertabligh. Beliau melaksanakan tabligh dengan acara ceramah umum maupun terbatas, dengan menerbitkan buku-buku maupun brosur. Ceramah yang pernah dilakukan oleh bapak Malik yaitu : A. Ceramah umum di gedung sekolah Zenfont wikeling di jalan Embong Malang (Surabaya) pimpinan bapak Ayat. Pengunjung sangat banyak dari

Ibid, hal 3. Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007. 11 Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 10.
10

golongan muslimin. Umumnya ceramah itu berhasil dengan sukses, sebab ceramah beliau itu bersifat ilmu pengetahuan, tegas dan bersemangat. B. Begitu pula ceramah umum di gedung Siswo Utomo School di jalan Genteng Besar. Dalam ceramah ini banyak yang hadir dan mereka lebih mengerti tentang hakikat Islam yang sebenarnya. C. Ceramah umum di gedung perkumpulan kebatinan , milik golongan Tionghoa di jalan Bibis yang dikenal dengan sebagai gedung gereja Pantekosta. Yang hadir umumnya orang-orang Kristen sedangkan orang-orang Islam yang hadir berpihak kepada bapak Malik selaku penceramah Islam. D. Ceramah umum yang pernah dilaksanakan sehubungan dengan hari-hari besar Islam, Misalnya Isra miraj dan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. E. Perdebatan-perdebatan terbatas yang juga dilaksanakan terhadap golongan kebatinan di halaman bapak Ibrahim di jalan Kedondong Kidul 1/42-44. Pimpinan golongan kebatinan itu adalah bapak Jenggot. F. Tulisan-tulisan Malik yang pernah diterbitkan di Surabaya dalam rangka tabligh atau tarbiyat, antara lain : 1. Jasa-jasa Imam Mahdi Alaihissalam : terjemah dari bahasa Urdu karangan Hazrat Khalifah II : Hazrat Masih Mawud ke Karname. Melalui sebuah proses sesudah konsep ditulis, dikoreksi, kemudian di ketik oleh bapak Soeroso di rumah bapak Malik di Kedondong Kidul 1/42. 2. Penerangan Ahmadiyah tahun 1939.

G. Begitu pula pamflet-pamflet yang pernah diterbitkan : 1. Agama Islam Sejati. 2. Santapan Rohani. 3. Penggugah. 12 Sekitar tahun 1941 Ketua jemaat Cabang Surabaya yang pertama bapak Mangkoe Wisastro meninggal dunia karena usia yang sudah lanjut dan sakit. Sebagai pengganti beliau yang ditetapkan sebagai ketua jemaat ialah bapak Harun yang berasal dari Jawa Barat, pegawai Marine Ujung yang bertempat tinggal di jalan Benteng Surabaya. 13 Sekitar tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan pemerintah Belanda dan Jepang menjajah Indonesia. Tempat dan daerah-daerah strategis dijaga dengan ketat termasuk kampung Kadang Sapi, karena didekat itu ada penyimpanan minyak ex BPM. Maka tanpa ampun lagi dengan alasan kampung itu mudah terbakar karena pemboman sekutu dan lain-lain, maka semua rumah penduduk harus dipindahkan dari situ, berarti masjid jemaat juga harus digusur dan dibongkar. Tidak ada jalan lain kecuali mentaati dengan rasa takut kepada bala tentara Dai Nipon yang terkenal kejam dalam menyiksa orang. Selama belum ada masjid, shalat jumat bersama dilakukan di rumah bapak Soelaiman yang waktu itu berumah di jalan Kranggan IV/4 Surabaya. 14

Ibid, hal 4. Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007. 14 Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 5.
13

12

Pada zaman Jepang, praktis pertablighan terhenti karena jemaat dimusuhi oleh Jepang. Jepang menganggap jemaat Ahmadiyah adalah kaki tangan Inggris. Dimungkinkan orang-orang Jepang tersebut terpengaruh oleh ucapan-ucapan orang yang anti terhadap jemaat Ahmadiyah padahal jemaat Ahmadiyah bukanlah kaki tangan Inggris. Namun disekitar tahun 1943 pernah juga diselenggarakan pertablighan akbar secara berani yaitu tentang kedatangan Imam Mahdi yang dilakukan mubaligh dari Aceh. 15 Pada tahun ini pula berdiri masjid di tengah kota atas pemberian pemerintah Kota Praja Surabaya yang kini disebut dengan Kota Madya Surabaya, telah berkenaan menyewakan tanahnya kepada jemaat Ahmadiyah seluas kurang lebih 210 m2 di jalan Bubutan 1/2 Surabaya. Beberapa bulan kemudian masjid tersebut telah berdiri dan diberi nama masjid Noer yang terdiri atas beberapa bagian ruang yaitu ruang utama untuk shalat 5 waktu, ruang perpustakaan dan ruang untuk diskusi. Begitu pula didirikan ruang untuk sebuah paviliun kecil di sebelah masjid yang sederhana. Masjid tersebut terletak ditengah kota Surabaya dan kini masjid Noer merupakan pusat jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya hingga sekarang. 16 Pada tahun 1945 keadaan kota Surabaya sangat kacau, hiruk pikuk akibat bom, mortir, dan senapan mesin meledak berjatuhan di kota Surabaya. Gedung-gedung, rumah, banyak yang terbakar dan hancur. Banyak pemuda

15 16

Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007. Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007.

jemaat Ahmadiyah ikut bertempur menjadi pejuang bangsa. Pemuda tersebut antara lain : Abd Hakim, Abu Hasan, M. Subari, Ibrahim, Soeroso, Soebandi, Bambang Yuwono, Soendoro S dan lain-lain. Walaupun banyak gedung yang hancur dan rumah yang hancur, terbakar, jalan-jalan rusak namun masjid Noer tetap tegak walaupun disana sini banyak yang berlubang terkena mortir atau peluru nyasar. Jemaat Ahmadiyah untuk sementara tidak terurus hal ini dikarenakan semua anggota-anggotanya pergi mengungsi. 17 Sekitar tahun 1946 bapak Ghofur sekeluarga dan bapak Hamid sekeluarga telah tiba kembali ke Surabaya dari pengungsiannya di Jakarta. Kedua bersaudara itu kembali memperbaiki masjid yang rusak itu secara bertahap maka beliau secara pribadi banyak mengeluarkan biaya untuk perbaikan masjid Noer. Akhirnya masjid itu selesai diperbaiki dan siap dipakai untuk shalat berjamaah lima waktu dan shalat Jumat. Tak lama kemudian pada tahun 1949 beberapa anggota jemaat yang mengungsi kembali ke Surabaya. Dan jemaat Ahmadiyah mulai nampak hidup kembali. 18 Pada tahun 1952 bapak Zuhdi dan keluarga telah kembali ke Surabaya sebagai mubaligh. Beliau sekeluarga pada akhir tahun 1952 terpaksa masih tinggal di paviliun. Sebelum beliau tiba anggota jemaat sudah mulai aktif mengadakan shalat jumat bersama di masjid Noer. Maka dengan kedatangan bapak Zuhdi suasana tabligh dan tarbiyat mulai lancar, suasana persaudaraan
Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 7. 18 Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007.
17

antar jemaat Ahmadiyah semakin erat. Ketua jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya saat itu adalah bapak Soelaiman. Bapak Zuhdi sangat aktif dalam bertabligh, baik dari rumah ke rumah, dari kampung ke kampung, termasuk kampung kadang sapi. Pendek kata beliau berhasil menambah jumlah anggota jemaat, mempererat persaudaraan antar jemaat dan orang-orang ghairu Ahmadi juga. Sesudah revolusi tahun 1945 pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan sebuah buku sejarah Jawa Timur, dimana jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya dimasukkan kedalam golongan organisasi sosial di samping partai-partai. Maka pada tahun 1953 bapak Zuhdi harus berangkat ke Bandung untuk menjadi mubaligh di Bandung. 19 Pada permulaan tahun 1954, bapak Malik tiba kembali ke Surabaya sebagai utusan Surabaya menggantikan bapak Zuhdi. Di bawah pimpinan beliau, jemaat banyak mengalami perubahan, walaupun demikian semangat beliau dalam memimpin apa saja pasti membawa efek positif dan baik. Bapak Malik berada di Surabaya hanya untuk satu tahun saja, sebab setelah kongres ke VI di Surabaya beliau pindah ke Bandung, ke Makasar dan ke Ujung Pandang, lalu beliau kembali lagi ke Bandung dan akhirnya beliau wafat di Bandung pada tahun 1962. Beliau adalah mubaligh pertama untuk Ahmadiyah cabang Surabaya pada

Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 9.

19

tahun 1938, dan beliau pula yang meletakkan batu pertama pendirian tiga masjid yaitu di Kadang Sapi (Gundhi), Bubutan dan Kedondong Kidul. 20 Bapak Malik tidak bisa dipisahkan dari sejarah jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya. Jasa beliau sangat besar khususnya untuk para Ahmadi Surabaya karena dengan perantara beliaulah Ahmadiyah di Surabaya bisa hidup terutama di Jawa Timur. Dalam perkembangannya jemaat Ahmadiyah Surabaya terutama Ahmadiyah wilayah Jawa Timur pada saat ini sudah membawahi cabang Gresik, Madiun, Gedangan Sidoarjo, Kediri dan cabang Malang yang masih sangat membutuhkan pembinaan khusus dari utusan jemaat. 21 Dalam sejarah lahirnya, Ahmadiyah di Surabaya tidak lepas dari orang-orang yang pernah memperjuangkan Ahmadiyah sampai sekarang ini. Perjuangan beliau-beliau merupakan perjuangan besar yang sangat berjasa dan dicatat dalam sejarah sebagai berikut : Para mubaligh yang bertugas di jemaat Ahmadiyah Surabaya di tahun 1938-1980 : 1. Malik Azis Ahmad Khan, alm, 1938-1941 dan 1943-1944 dan 1954. 2. Moh Zuhdi Fadli HA, bangsa Malaysia, 1952-1953. 3. Imanuddin HA, bangsa Pakistan, alm, 1959-1960. 4. Saleh A Nahdi, bangsa Indonesia, 1960-1969. 5. Mahmud Ahmad Cheema HA, bangsa Pakistan, 1970-1971.

20 21

Ibid, hal 10. Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya,Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007.

6. Ghulam Yasin, bangsa Amerika asal Pakistan, 1975. 7. Raja Nasir Ahmad, bangsa Pakistan, 1975-1976. 8. Sufni Zafar Ahmad HA, bangsa Indonesia, 1977-1978. 9. Munir Islam, bangsa Indonesia, 1979.

A. Para ketua jemaat Ahmadiyah Surabaya : 1. R Mangkoe Wisastro, alm, wafat 1941, masa jabatan 1938-1941. 2. Haroen, 1941-1942. 3. Soendoro Sediono, 1953. 4. R Soelaiman, alm wafat 1970, masa jabatan 1943-1945 dan 1961 dan 1965-1968. 5. Abu Hasan, 1962-1965. 6. Mahmud Ahmad SH, 1968-1981. 22 1950-

B. Perkembangan jemaat Ahmadiyah di Surabaya Sejarah masuknya Islam ke Indonesia melibatkan sebuah proses sejarah yang sangat kompleks. Masuknya Islam di Indonesia terjadi pada abad ke 14 dan

Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 20.

22

ke 15. 23 Proses masuknya Islam ke Indonesia menurut Uka melalui beberapa cara yakni perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, politik, seni dan budaya. 24 Ahmadiyah pertama kali masuk ke Indonesia adalah melalui hubungan guru dan murid atau utusan mubaligh, bisa juga dikarenakan faktor keluarga. Ahmadiyah Qadian masuk ke Indonesia pertama kali 1925 sedangkan Ahmadiyah Lahore pertma kali masuk ke Indonesia pada tahun 1924. untuk Ahmadiyah Qadian tidak mungkin dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya sebuah wadah yang jelas untuk menyalurkan ide dakwahnya. Sebagai lazimnya sebuah gerakan, Ahmadiyah tentunya juga dimulai dari tahap perintisan yakni tahap terbentuknya sebuah organisasi dan tahap kegiatan, baru kemudian mengalami sebuah pertumbuhan dan perkembangan. 25 Berkenaan dengan munculnya Ahmadiyah di Indonesia, Federspiel menyatakan bahwa Ahmadiyah pada awalnya sampai ke Indonesia melalui para siswa yang kembali dari sekolah Ahmadiyah di India pada akhir abad ke 19. Informasi tentang kedua faham Ahmadiyah di Indonesia ini tidaklah jelas. Ketidak jelasan itu terlihat dari latar belakang kehadirannya di Indonesia. Orang-orang di Indonesia mengetahui kehadiran Ahmadiyah melalui sekolah di Qadian bagi pemuda-pemuda Sumatra. Berbeda dengan Ahmadiyah Lahore yang nampaknya lebih suka memakai cara mengirim propaganda dalam hal ini

Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarrak, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2000), 169. 24 Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta : Lesfi Yogyakarta, 2003), 378. 25 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta : LKiS, 2005), 12.

23

mubaligh ke Indonesia tanpa harus melalui permintaan dari orang-orang Indonesia. 26 Namun masuknya Ahmadiyah cabang Surabaya sangatlah berbeda dengan masuknya Islam ke Indonesia, yang menurut kebanyakan teori mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia yakni melalui berbagai motif mulai dari motif perdagangan, ekonomi, politik, dan factor keturunan yang berbeda di wilayah pesisir pantai. Ahmadiyah masuk ke Indonesia khususnya ke wilayah Surabaya yakni melalui motif sebagai profesi. Pada awal masuknya Ahmadiyah Qadian ke wilayah Surabaya dibawa oleh tiga orang yang berprofesi sebagai tabib yakni Abdul Ghofur, Abdul Hamid dan Abdul Wahid. Mereka merupakan pioner-pioner Ahmadiyah dari Qadian India. Dari sinilah awal mula Ahmadiyah Qadian diperkenalkan kepada kalangan masyarakat Surabaya. Pada awal kemunculannya pada tahun 1938 Ahmadiyah dihadapkan pada masyarakat awam yang tidak mengenal atau belum mengerti tentang Ahmadiyah. Inilah yang kemudian menjadi faktor utama bagi masyarakat untuk bisa mengenal dan menerima Ahmadiyah terutama di Surabaya. Perkembangan Ahmadiyah di Surabaya tidak begitu cepat, pelan tapi pasti. Hal ini dikarenkan proses penerimaan Ahmadiyah di masyarakat sangat lamban, sangat hati-hati dalam menerima ajaran asing dan ajaran baru di masyarakat. 27

26 27

Ibid, 169. Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007.

Kemunculan Ahmadiyah bukanlah sesuatu keajaiban yang muncul begitu saja melainkan karena suatu perjuangan dan suatu kebutuhan untuk mewadahi dan melanjutkan perjuangan dakwah para mubaligh. Berdirinya Ahmadiyah di Surabaya adalah suatu proses bagaimana ide-ide pergerakan pembaharuan dalam Islam menurut Mirza Ghulam Ahmad dapat diterima di masyarakat Surabaya. Pada awalnya Ahmadiyah di Surabaya pada tahun 1938 hanyalah sebuah kajian kecil tentang keislaman yang dipelopori oleh tiga bersaudara yakni Abdul Ghofur, Abdul Hamid dan Abdul Wahid yang mengkaji tentang Imam Mahdi. Kemudian ide tentang pembentukan Ahmadiyah sebenarnya hanyalah tataran sebuh ide. Namun dengan tekad yang sungguh-sungguh beliau bertiga sepakat untuk membentuk Ahmadiyah untuk mewadahi para jemaat. Di mulai dari tahun 1938 inilah modal awal untuk mendirikan Ahmadiyah dan kemudian disusul oleh beberapa Mubaligh dari beberapa utusan baik dari jemaat Ahmadiyah Indonesia maupun dari Qadian. 28 Pada tahun 1938 setelah terbentuknya Ahmadiyah di Surabaya mereka belum memiliki apa-apa, akan tetapi mereka hanya memiliki struktur kepemimpinan dan beberapa kegiatan kajian keislaman. Di tahun ini juga mubaligh yang pertama kali tiba di Surabaya yakni Malik Azis Ahmad Khan.pada tahun ini juga jemaat Ahmadiyah di Surabaya sudah beranggotakan 10 orang. Bahkan yang tercatat dalam sejarah Ahmadiyah di tahun 1938 pada awal

28

Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007.

berdirinya sudah beranggotakan hampir tiga puluh orang yang terdiri dari 16 anggota dewasa, 7 anggota muda dan 7 anggota anak-anak. 29 Pada tahun 1939 masjid pertama didirikan di kampung Gundhi Surabaya, masjid ini digunakan sebagai tempat shalat jumat dan kajian. Pada tahun ini pula struktur Ahmadiyah yang pertama kali terbentuk. Dan kegiatan pertablighan besar serta ceramah akbar semakin dikerjakan agar Ahmadiyah dikenal masyarakat dan diterima kemudian mendapatkan simpati dari masyarakat. 30 Banyak sekali yang tercatat pada tahun 1939-1941 kegiatan yang pernah dilakukan misalnya ceramah, pertablighan akbar dan kajian mingguan. Begitu juga tulisan-tulisan ilmiah tentang keislaman, brosur dan pamflet. 31 Keadaan Ahmadiyah dan perkembangan organisasi dari hari ke hari semakin terorganisir dengan rapi karena dengan kemauan dan tekad serta inisiatif yang kuat mereka membangun ikatan emosional antar jemaat. 32 Keadaan jemaat pada tahun 1942 pada masa penjajahan Jepang secara praktis membuat acara pertablighan macet dan dinonaktifkan oleh Jepang. Banyak jemaat yang mengungsi ke berbagai kota untuk menghindari Jepang. Namun masjid yang didirikan oleh Ahmadiyah tidak bisa terhindarkan dari

Ibid. Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 4. 31 Ibid, 4-5. 32 Soendoro, Tokoh Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Juni 2007.
30

29

amukan penjajah Jepang dan akhirnya para jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya mengungsi untuk beberapa waktu. 33 Pada tahun 1943 jemaat kembali ke Surabaya untuk menjalani kehidupan selanjutnya dan membangun kembali Ahmadiyah, mengembalikan Ahmadiyah, mengeksiskan kembali Ahmadiyah di Surabaya dan meneruskan perjuangan para mubaligh. Di tahun ini pula pertablighan mulai dilaksanakan lagi, dan untuk memulai pertablighan jemaat Ahmadiyah memulainya dengan pertablighan akbar. 34 Pada tahun 1945 keadaan kota Surabaya kacau kembali oleh penjajahan Belanda, hiruk pikuk karena bom, mortir dan senapan mesin dari penjajah Belanda. Hal tersebut membuat jemaat Ahmadiyah semakin tidak terkendali lagi, ada yang mengungsi ke luar Surabaya dan ada yang ikut berjuang melawan Belanda. Keadaan kota Surabaya hancur oleh pertempuran tersebut, akan tetapi masjid Noer yang didirikan oleh Ahmadiyah terselamatkan dari bom dan mortir, dan sampai sekarang masjid tersebut tetap berdiri tegar. Dan sekitar tahun 1946 jemaat Ahmadiyah kembali lagi ke Surabaya. Untuk kelangsungan dan perkembangan organisasi para jemaat Ahmadiyah memperbaiki masjid yang mulai rusak secara bertahap dan setelah diperbaiki masjid tersebut digunakan kembali untuk shalat jumat dan kegiatan lainnya. Di

Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 6. 34 Ibid, hal 6.

33

tahun 1947-1949 kegiatan Ahmadiyah sudah kembali normal seperti pada tahun yang lalu. 35 Keadaan Ahmadiyah di tahun 1950-1960 lebih membaik lagi dan keadaan Ahmadiyah di Surabaya lebih diperhitungkan lagi oleh masyarakat Surabaya. Ini semua berkat tabligh yang pernah dilakukan oleh para mubaligh dalam menyiarkan Ahmadiyah ke Surabaya. Banyak sekali aktifitas yang dilakukan pada tahun ini seperti pengajian keliling, diskusi dengan komunitas lain seperti Front Anti Komunis Surabaya dan tabligh ke luar kota misalnya di Batu, Kepanjen dan Pandaan sehingga jumlah anggota Ahmadiyah mulai bertambah. Disamping itu juga jemaat Ahmadiyah menerbitkan buku sejarah Jawa Timur dan terjemahan Al Quran kedalam bahasa Inggris. 36 Dalam kurun waktu sebelas tahun Ahmadiyah banyak melakukan hal yang positif demi meningkatkan dan memperbesar jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya. Hingga pada tahun 1954 Ahmadiyah cabang Surabaya dipercaya menjadi panitia konggres ke VI di Surabaya. Ini merupakan sebuah prestasi yang besar dalam sejarah Ahmadiyah cabang Surabaya. Di tahun 1958 Ahmadiyah cabang Surabaya mendirikan masjid di jalan Gundhi dan diberi nama masjid Rahmat. 37

Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007. Ibid. 37 Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya, Sejarah Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya 1938-medio 1980, (Surabaya 1980), 8-14.
36

35

Begitu juga pada tahun 1960-1970 tidak jauh berbeda dengan apa yang pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Dan di tahun ini Ahmadiyah cabang Surabaya banyak melakukan ceramah terutama di daerah Gresik. Ini di lakukan di daerah perumahan dinas PT Semen Gresik yang bertujuan untuk memperkenalkan Ahmadiyah kepada karyawan PT Semen Gresik. 38 Pada tahun 1964 konggres jemaat Ahmadiyah Indonesia mengadakan konggres yang ke XV. Ahmadiyah mendapatkan kepercayaan kembali dari Ahmadiyah Indonesia untuk menjadi panitia. Konggres ini dilaksanakan di Surabaya, tempatnya di SMAN Wijayakusuma. Pada konggres ini juga digunakan untuk ceramah umum yang dilaksanakan di Balai Pemuda, dan berbagai kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara konggres ke XV. Adapun tema yang disampaikan adalah mengenai pandangan Islam tentang Nabi Isa Alaihissalam, sumbangan Islam kepada pembangunan dunia dan terbitnya matahari Islam dari Barat. Pada tahun 1970-1980 keadaan jemaat Ahmadiyah dibenturkan pada kenyataan yang menghawatirkan, karena pada tahun 1970 sampai tahun 1974 jemaat Ahmadiyah Surabaya tidak ada mubalighnya. Pada keadaan seperti ini, jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya masih bisa melaksanakan kegiatan dan aktivitas seperti biasanya. Namun di tahun 1973 jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan majelis musyawarah XXIV di Surabaya. Meskipun pada tahun-tahun ini jemaat Ahmadiyah Surabaya
38

Ibid, hal 14.

tidak ada mubalighnya, namun aktivitas yang dilakukan oleh jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya masih seperti biasanya karena jemaat Ahmadiyah Surabaya masih terurus oleh ketua jemaat. 39 Banyak hal yang dilakukan pada tahun 1973 seperti tabligh umum yang dilaksanakan di Surabaya dengan tema kecintaan pendiri jemaat Ahmadiyah terhadap Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian di tahun selanjutnya banyak silih berganti para utusan mubaligh yang menggantikan peranan para mubaligh sebelumnya untuk meneruskan perjuangan dan memudahkan mereka dalam berdakwah dan meneruskan cita-cita Ahmadiyah. Hal ini dikarenakan mubaligh Surabaya merupakan pimpinan wilayah Jawa Timur dan merupakan pusat kegiatan di wilayah Jawa Timur. Hingga sekarang ini juga masih banyak para mubaligh yang keluar masuk ke Ahmadiyah cabang Surabaya. Dan inilah proses bagaimana Ahmadiyah cabang Surabaya bisa tetap eksis di kota Surabaya terutama di Jawa Timur hingga sampai saat ini. Dimana Ahmadiyah sendiri pada saat ini masih menjadi sebuah perdebatan di mata masyarakat terutama dikalangan ulama.

C. Kegiatan-kegiatan jemaat Ahmadiyah di Surabaya. 1. Dalam Bidang Pendidikan. Adapun kiprah Dewan Ahmadiyah dalam bidang pendidikan untuk cabang Surabaya secara formal masih belum memiliki kelembagaan yang resmi seperti
39

Ibid, 17.

Muhammadiyah, misalnya : Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Univesitas, namun dalam pendidikan yang sifatnya non formal sangat rutin diadakan. Dalam bidang pendidikan ini Ketua Jemaat Ahmadiyah di Surabaya mengatakan : Memang sampai saat ini kami masih belum memiliki lembaga yang sifatnya formal seperti : Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Universitas, dan untuk kepentingan pengkaderan kejemaatan masih tergantung dari hasil pengkaderan dari Ahmadiyah pusat, yakni sekolah Mubaligh di Parung Jawa Barat. Di Parung Jawa Barat bukan hanya menyiapkan para kader untuk mubaligh saja, namun di sana juga memiliki lembaga pendidikan yang sifatnya formal yakni : Fahzar Umar atau Taman Kanak-kanak, Talim High School atau Sekolah Menengah Atas, Talim Colledge atau Perguruan Tinggi, Shanah School atau sekolah dalam hal kerajinan tangan dan Jamiah Ahmadiyah atau Sekolah Calon Mubaligh. Barangkali untuk masa yang akan datang Insya Allah akan dapat mendirikan sarana pendidikan yang sifatnya formal di Surabaya. 40

40

Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007.

Adapun bentuk kegiatan yang bersifat non formal dalam jemaat Ahmadiyah di Surabaya yaitu : A. Dalam bidang pendidikan agama Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah sebuah ajaran yang sifatnya menyempurnakan ajaran agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya. Adapun makna tentang pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al Syaebani adalah sebuah usaha untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan sehingga perubahan yang didapat dilandasi dengan nilai-nilai yang islami. 41 Jadi pendidikan agama Islam sebuah usaha membimbing, mengarahkan potensi manusia yang berupa kemampuan dasar dan kemampuan belajar sehingga terjadi perubahan didalam kehidupan pribadinya sebagai mahluk individu dan sosial serta hubungan dengan alam sekitarnya yang senantiasa berada di dalam nilai-nilai islami. Sebagai gerakan keagamaan Ahmadiyah meiliki peran yang sangat penting di dalam mendakwahkan agama Islam agar agama Islam tidak pernah surut dimakan oleh zaman. Adanya globalisasi dan kemajuan teknologi membuat

41

M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), 14.

umat Islam lupa akan pentingnya sebuah agama dan selalu mengedepankan urusan duniawi untuk mengejar kemewahan dunia yang sifatnya hanya sesaat. Dalam bidang agama Ahmadiyah cabang Surabaya banyak sekali melakukan kegiatan keagamaan guna mempertebal serta memberi bekal agama pada jemaat Ahmadiyah untuk menjadi Islam yang sesuai dengan Al Quran serta tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ahmadiyah cabang Surabaya mempunyai beberapa kegiatan di bidang keagamaan diantaranya : a. Memperingati hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, Isra Miraj Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, Idul Fitri dan Idul Adha. b. Tarbiyah, ini dilakukan setiap satu bulan sekali tentang pendidikan agama yang di khususkan untuk anak-anak. c. Menyimak bersama khutbah khalifah kelima, Hadrat Khalifatul Masrur Ahmad dari Qadian (India) melalui Muslim Television Ahmadiyah (MTA). d. Pengajian gabungan Ahmadiyah cabang Gresik, Ahmadiyah cabang Surabaya dan Ahmadiyah cabang Sidoarjo. e. Penerjemahan khutbah jumat khalifah ke lima Mirza Masrur Ahmad. f. Shalat tahajud bersama, ini dilakukan kondisional. g. Kajian ilmiah tentang keislaman dan tentang kenabian. 42

42

Bener Djaelani, Sekretaris Tarbiat Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23

Juni 2007.

Sedangkan dalam bidang pendidikannya Ahmadiyah Surabaya juga mempunyai peran yang sangat penting pula. Hal ini dimaksudkan agar nantinya setelah dewasa mereka mempunyai pedoman dan landasan hidup yang sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Taala dan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Adapun yang dilakukan oleh Ahmadiyah didalam menyiapkan kader muda Ahmadiyah yang bermoral dan berpendidikan sebagai berikut : 1. Kursus Pendidikan Agama (KPA) didalam mengisi liburan sekolah. 2. Talimul Quran yang mana kegiatan ini difokuskan pada anak-anak untuk mempelajari Iqra dan Al Quran. Kegiatan ini dibentuk kelompok kecil karena tempat tinggal anak didik yang jauh dari masjid Noer. 3. Pendidikan jurnalistik. 4. Pelatihan pengurusan jenazah. 43 B. Dalam bidang Sosial Manusia adalah mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa Taala yang paling sempurna, disamping manusia sebagai mahluk individu manusia juga dikodratkan sebagai mahluk sosial maka manusia tidak dapat hidup sendiri. Dimanapun dia berada pasti membutuhkan bantuan orang lain. Sebagai gerakan keagamaan Ahmadiyah cabang Surabaya juga memiliki kegiatan sosial yang mana hal tersebut mempunyai peran yang sangat penting di
43

Ibid.

masyarakat yang hidup di sekitarnya. Keberadaan Ahmadiyah Surabaya lebih menonjolkan tentang kegiatan sosialnya dan hal inilah yang menjadi kunci sukses keberhasilan Ahmadiyah di Surabaya sampai saat ini. 44 Adapun kegiatan sosial yang dilakukan oleh Ahmadiyah di Surabaya adalah : a. Memberi santunan kepada fakir miskin dan anak yatim sebagai wujud kepedulian sosial. b. Pengobatan Homeoterapi, yang mana kegiatan ini titik fokusnya adalah pengobatan mental. c. Ikut sumbangsih pada kegiatan bencana alam Aceh, Yogyakarta dan Porong Sidoarjo dengan mengirimkan tenaga sukarelawan dan bantuan makanan serta barang-barang lain. d. Kerja bakti lingkuan, hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian jemaat Ahmadiyah Surabaya yang berjiwa sosial. e. Donor darah. 45 2. Dalam bidang Dakwah yang berbentuk Keorganisasian Adapun bentuk dakwah jemaat Ahmadiyah di Surabaya yang berbentuk keorganisasian terbagi menjadi menjadi tiga yakni : A. Lajnah Imaillah (badan koordinator orang-orang Ahmadiyah yang terdiri dari wanita Ahmadi) 46 dengan kegiatan : mengadakan pameran

Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007. Ibid. 46 Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum Dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Banten : IKAHAI, 2007), 31.
45

44

sandang, buku dan bazar. Kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan hari besar Islam, yang sifatnya terbuka untuk umum. Kegiatan ini dikoordinator oleh Lajnah Imaillah dan Khudamul Ahmadiyah (badan koordinator orang-orang Ahmadiyah yang terdiri dari pemuda-pemuda Ahmadi yang berusia lima belas tahun sampai dengan usia empat puluh tahun. 47 B. Ansharullah yaitu badan koordinator orang-orang Ahmadiyah dewasa, 48 dengan kegiatan : 1. Mengadakan pengajian tiap hari Jumat yang diasuh oleh Bapak Maksum selaku mubaligh Ahmadiyah di Surabaya yang bertempat di masjid An-Noor jalan Bubutan Surabaya. 2. Mengadakan seminar setiap satu bulan sekali yang sifatnya terbuka untuk umum. 49 C. Badan Koordinator pemuda Ahmadiyah (Khudamul Ahmadiyah) 50 dengan kegiatan : 1. Pengajian aqidah kejemaatan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang di bina secara langsung oleh bapak Maksum selaku mubaligh Ahmadiyah di Surabaya.

Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007. Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum Dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Banten : IKAHAI, 2007), 32. 49 Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007. 50 Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum Dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Banten : IKAHAI, 2007), 32.
48

47

2. Training Mental (materi keorganisasian) yang dilaksanakan tiap dua bulan sekali yang di bina secara langsug oleh Ketua jemaat Ahmadiyah di Surabaya dan bersifat tertutup. 3. Mengadakan bazar dan pameran buku kejemaatan di setiap acara expo yang diadakan oleh Dewan Penerbitan Persuratan. Ahmadiyah yang ketepatan mendapat giliran kewajiban Kongres Akbar (Muktamar Ahmadiyah). 51

51

Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007.

BAB IV Pembahasan

A. Aliran dan keorganisasian Jamaah Ahmadiyah Surabaya Di Indonesia, kedua aliran Ahmadiyah, yaitu Ahmadiyah Qadiani dan Ahmadiyah Lahore memiliki perwakilan masing-masing. Jamaah Ahmadiyah Lahore yang berkantor pusat di Yogyakarta, menyebut dirinya dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia, sedangkan Jamaah Ahmadiyah Qadiani yang berpusat di Bogor, menyebut dirinya dengan jemaat Ahmadiyah Indonesia. 1 Dengan berpatokan hal ini, dan dan juga ditinjau dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya, dapat disimpulkan bahwa jemaat Ahmadiyah Surabaya beraliran Qadiani. Keorganisasian jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya terlihat cukup rapi, dimana susunan pengurus yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, akuntan serta Auditor lokal dipilih secara musyarawah mufakat melalui rapat cabang dan disahkan oleh Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia untuk masa jabatan 3 tahun. Pada akhir masa jabatannya, pengurus cabang mempertanggungjawabkan kepengurusannya kepada Pengurus Besar. 2

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005) 2 Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum Dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Banten : IKAHAI, 2007), 39.

Berkantor pusat di Jl. Bubutan I/2 Surabaya, jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Surabaya belum memiliki lembaga pendidikan resmi. Hal ini menurut pendapat penulis dikarenakan minimnya anggota jemaat Ahmadiyah Surabaya, sehingga kebutuhan akan sarana pendidikan yang diselenggarakan secara mandiri masih belum dirasa mendesak. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggaran, seperti pengajian umum pada hari-hari besar keagamaan, masih mengandalkan penceramah utusan dari pusat atau penceramah lokal. Sedang kegiatan keagamaan lain seperti kegiatan ibadah rutin diselenggarakan secara lokal. Penulis mengamati bahwa bidang pendalaman tentang ajaran Ahmadiyah di Jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari minimnya buku-buku karangan Mirza Ghulam Ahmad yang tersedia di sekretariat. Namun hal ini tidak mengherankan penulis, karena sebagaimana diakui oleh Hasan bin Mahmud Audah bahwa beberapa buku memang dibatasi penyebarannya, bahkan di kalangan Ahmadiyah sendiri. 3 Disamping itu, masih sedikit buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penulis sendiri mendapatkan buku-buku karangan Mirza Ghulam Ahmad dari berbagai sumber, yang sebagian besar berbahasa Inggris.

Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan-kepercayaan dan pengalamanpengalaman, Penerjemah. Dede A Nasruddin, E Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 151.

Kegiatan jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya yang rutin dilakukan tiap bulan adalah penarikan Candah, karena hal ini merupakan kewajiban utama seorang Ahmadi. Sedangkan kegiatan lain yang sifatnya insidentil juga diselenggarakan oleh Lajnah Imaillah, Khudamul Ahmadiyah serta Ansharullah yang disesuaikan dengan program kerja organisasi yang bersangkutan. Berbagai kegiatan sosial digelar jemaat Ahmadiyah Cabang Surabaya seperti pemberian santunan kepada fakir miskin, pengobatan Homeoterapi, pengumpulan sumbangan dana maupun tenaga pada lokasi bencana, kerja bakti serta donor darah. Hal ini sebagai wujud kepedulian sosial warga Ahmadiyah terhadap lingkungannya.

B. Klaim Kenabian Mirza Ghulam Ahmad Rasul, Nabi, Mahdi maupun Masih yang dijanjikan dalam pandangan Islam merupakan orang-orang yang suci yang, tentu saja harus mempunyai kapasitas dan kualitas sebagaimana gelar yang disandangnya. Sifat wajib yang dipunyai Rasul / Nabi sudah dikenal luas di kalangan umat islam yaitu : 1. Shiddiq Shiddiq berarti benar dan perkataan dan perbuatan. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul adalah seorang pembohong yang suka berbohong. 2. Amanah Amanah artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.

3.

Fathanah Fathanah adalah cerdas, pandai atau pintar. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.

4.

Tabligh Tabligh adalah menyampaikan wahyu atau risalah dari Allah Subhanahu wa Taala kepada orang lain. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul menyembunyikan dan merahasiakan wahyu / risalah Allah Subhanahu wa Taala. 4 Menurut M. Ahmad Nurudin, seorang tokoh Ahmadiyah Indonesia dalam

bukunya "Masalah kenabian", kriteria seorang nabi adalah laki-laki (perempuan tidak bisa menjadi nabi), baligh (anak di bawah umur tidak dapat jadi nabi), aqil (berakal orang bodoh tidak bisa menjadi nabi), berbudi pekerti baik (orang fasik pembohong berakhlaq rendah tidak bisa menjadi nabi), diturunkan kepadanya wahyu. 5 Dalam pembahasan ini, untuk meganalisa klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad, penulis akan menguji keberadaan 3 sifat, yaitu Shiddiq, Amanah dan Fathanah dengan mempelajari isi beberapa kitab karangan beliau. Pembahasan akan difokuskan pada konsistensi pernyataan yang dilihat dari tahun kelahiran dan umur kematian, kepribadian dan pandangan, wahyu serta klaim kenabian beliau.
4

Didapat dari (http://organisasi.org/definisi_pengertian_dan_sifat_sifat_nabi_ dan_rosul_rasul_pendidikan_agama_islam) pada tanggal 16 Desember 2007. 5 M Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian, (Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1992), 4.

1. Tentang tahun kelahiran Dalam bukunya "A Brief Sketch of My Life" disebutkan bahwa :

"Now, an account of my own life is as follows.I was born towards the last days of
Sikh rule in 1839 or 1840 C.E. In 1857, I was sixteen or seventeen years old; my beard and moustaches had not yet started growing". 6

" Sejarah hidup saya adalah sebagai berikut : Saya lahir pada tahun-tahun terakhir
pemerintahan Sikh di tahun 1839 atau 1840 M. Pada tahun 1857, saya berumur sekitar 16 atau 17 tahun ; jenggot dan cambang saya bahkan belum tumbuh"

Dari paragraf diatas, dapat disimpulkan bahwa Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1839 atau 1840. Namun dari buku Sirah Masih Maud as, karangan oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Khalifah ke-2 dan merupakan putera Mirza Ghulam Ahmad sendiri, seperti dimuat dalam www.alislam.org 7 versi Indonesia disebutkan bahwa beliau lahir pada tanggal 13 Februari 1835 M. Sedangkan dalam buku Essence of Islam I yang diambil dari sumber yang sama, disebutkan :
Hadrat Mirza Ghulam Ahmad was born on 20 February 1835 in Qadian, an outlying small town about 70 miles to the north east of Lahore. 8 Hadrat Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan pada tanggal 20 Pebruari 1835 di Qadian, sebuah kota kecil sekitar 70 mil Timur laut Lahore.

Mirza Ghulam Ahmad, A Brief Sketch Of My Life, From The Urdu Book Kitab Al Bariyya, (Kingsgate Road, Colombus United Ohio U.S.A.; t,p., 1996) page 10, didapat dari http://www.ahmadiyya.org/bookspdf/bar/sklife.pdf. tanggal 16 Desember 2007. 7 Didapat dari (www.alislam.org\indonesia\pustaka\riwayat\ahmad-1.htm) pada tanggal 19 Desember 2007. 8 Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol I, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, t,p., 2006) hal 21, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007).

Menanggapi perbedaan ini, kita bisa saja berpikir bahwa Mirza Ghulam Ahmad kurang yakin dengan tahun kelahirannya. Hal ini wajar terjadi pada jaman dahulu, dimana fungsi pencatatan sipil kurang berkembang dengan baik. Kita bisa saja mengambil kepastian bahwa kelahiran Mirza Ghulam Ahmad yang sebenarnya adalah 20 Februari 1835. 9 Namun meninjau sumber-sumber lain, yang mendasarkan pembahasaannya pada kitab-kitab Mirza Ghulam Ahmad sendiri seperti dapat dilihat pada appendiks B, dapat disimpulkan bahwa range kelahiran Mirza Ghulam Ahmad sekitar 1839-1842. Tentu saja apabila ada 2 pernyataan yang berbeda pada kasus yang sama, salah satu diantara keduanya pasti salah. Asumsi bahwa kitab-kitab karangan Mirza salah jelas tidak benar, karena kitab tersebut diambil dari banyak kitab diantara 80 karangannya yang tahun pembuatannya berbeda (appendiks A), disamping itu pernyataanya cukup konsisten dengan kisaran tahun 1839-1842. Tidak ada satupun yang menyebut angka 1835 atau sekitar angka tersebut. Sebenarnya tahun kelahiran yang tepat tidak terlalu penting, kalau tidak diperlukan untuk menghitung umur kematiannya, seperti yang akan dibahas dibawah ini. Selain itu, tentu saja Mirza Ghulam Ahmad tidak mungkin merupakan orang yang lemah ingatan, menilik kedudukannya sebagai pemimpin umat.
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005), hal 59 menyebutkan bahwa tahun kelahiran Mirza Ghulam Ahmada adalah 13 Februari 1835 M.
9

2. Tentang umur kematiannya Tidak ada keraguan para ahli sejarah, bahwa Mirza Ghulam Ahmad meninggal di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908. 10 Umur kematian Mirza Ghulam Ahmad tidak menjadi penting, kalau beliau sendiri tidak mengeluarkan pernyataan bahwa umurnya akan mencapai 80 tahun, mendekati atau bahkan lebih, sesuai dengan wahyu yang diterimanya. Diantara wahyu yang diterimanya mengenai panjangnya umur beliau, yaitu : "As Allah, the Exalted, knew that my opponents would wish for my early demise
so that they might be able to proclaim that I had died early because I was false in my claims, therefore, He revealed to me aforetime: Eighty years or thereabouts, or a little more, and you will witness your distant progeny. Thirty-five years or so have passed since this revelation was vouchsafed (Arbayeen No 3 1900; pp. 29-30; Zameema Tohfa Golarvia p. 19)". 11

Tuhan yang Maha Mulia tahu bahwa musuh-musuhku menginginkan kematianku segera sehingga mereka dapat mengumumkan bahwa klaimku bohong ; karena itu Ia dahulu mewahyukanku : 80 tahun atau sekitar itu, atau lebih sedikit, kamu akan bersama anak cucumu. 35 tahun atau lebih telah berlalu sejak wahyu itu turun (seperti dimuat dalam (Arbayeen No 3 1900; pp. 29-30; Zameema Tohfa Golarvia p. 19).

"You will pass through different periods with different companions and will
behold distant progeny. We shall bestow upon thee a good life; eighty years or thereabouts (Izala Auham pp. 632-635)". 12 Kamu akan melewati periode yang berbeda-beda dengan teman yang berbeda, juga akan bersama anak cucumu dalam waktu yang lama. Kami telah menganugerahimu kehidupan yang baik, 80 tahun atau sekitar itu ( seperti dimuat dalam Izala Auham pp. 632-635))

M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 5, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 11 Ibid, hal 17. 12 Ibid, hal 236.

10

We shall bestow upon thee a pleasant life. Eighty years or thereabouts or We shall add some years to it. The promise of Allah is bound to be fulfilled. 13 Kami menganugerahimu dengan hidup yang bahagia. 80 tahun atau sekitar itu, atau kami akan menambahnya sedikit. Janji Allah pasi akan terlaksana. Eighty and four or five more, or four or five less. 14 80 tahun, 4 atau 5 tahun kurangnya, atau, 4 atau 5 tahun lebihnya.)

Dari wahyu yang diterimanya, tampak ketidak-konsistenan, apakah umurnya akan mencapai 80 tahun lebih atau kurang. Pada satu kesempatan, beliau berkata, umurnya 80 tahun lebih, yang dikuatkan dengan kata-kata "Janji Tuhan pasti terlaksana", sedang pada kesempatan lain pernyataannya berbeda, : "4 atau 5 tahun kurangnya, atau, 4 atau 5 tahun lebihnya". Seharusnya wahyu dari Tuhan mengandung kepastian. Atau kalau kita berasumsi, bahwa beliau agak lupa dengan wahyu yang diterimanya, berarti kita mengasumsikan bahwa beliau menderita lemah ingatan. Hal ini merupakan sifat mustahil bagi beliau. Mari kita kesampingkan kenyataan ini. Dengan mengambil tahun 1839 sebagai tahun kelahiran, maka umurnya pada saat meninggal adalah 1908-1839 = 69 tahun. Sedangkan apabila kita berpatokan bahwa tahun kelahirannya 1835, maka umurnya pada saat meninggal adalah 74 tahun. Kita tahu, bahwa 69 tahun, tidaklah dapat dikatakan "mendekati 80 tahun", apalagi dihubungkan dengan pernyataan "kami akan menambahnya sedikit". Umur
13 14

Ibid, hal 449. Ibid, hal 801.

74 tahun pun tidak sesuai dengan wahyu yang diterima beliau, karena masih kurang 1 tahun dari umur minimum yang diwahyukan (80 5 = 75 tahun). Kalau seandainya yang benar adalah 74 tahun, berarti dengan sendirinya pernyataan bahwa Mirza Ghulam Ahmad lemah ingatan dapat diterima. Meninjau hal ini, tidak heran bahwa beberapa peneliti menyatakan bahwa tahun kelahiran beliau disamarkan oleh para pengikutnya agar terjadi keragu-raguan tentang tahun kelahiran beliau. 15 Namun, penulis berpendapat bahwa kisaran tahun kelahiran yang lebih otentik didapat dari buku-buku Mirza Ghulam Ahmad sendiri, bukan dari sumber lain, karena memalsukan terlalu banyak data dalam banyak buku secara konsisten hampir mustahil dilakukan. Selain itu, patut dicatat disini, bahwa, Ahmadiyah Lahore tetap mengambil tahun 1839 sebagai tahun kelahiran Mirza Ghulam Ahmad. 16 Tentu saja pandangan Ahmadiyah Lahore patut dipertimbangkan, dengan kenyataan bahwa para pendirinya merupakan sahabat dekat Mirza Ghulam Ahmad sendiri.

Thaha Dasuki, Munculnya Aliran-aliran Sesat di Abad Modern, (Bandung : CV Pustaka Setian, 2006), 209. 16 Muhammad Ali, 1918, Ahmadiyya Movement, (Colored Printing Press; Lahore, t.p., 1918) hal 3, didapat dari http://www.aaiil.org/text/books/mali/ahmadiyyamovement1founder/ahmadiyya movement1founder.shtml. Didapat pada tanggal 23 Desember 2007.

15

3. Tentang Kepribadian dan Pandangannya a. Kepribadian Mengenai kepribadiannya, Mirza Ghulam Ahmad menyifati dirinya sendiri dengan sifat yang rendah hati, ramah tamah dan sopan santun, sebagaimana pernyataan beliau berikut ini:

"God is the one who has sent his messenger, this humble self, with good conduct and manners." (Roohani Khazain vol. 17 p.426). 17 Tuhanlah yang telah mengirim utusannya, manusia yang rendah hati, sopan santun dan bertabiat baik. (Roohani Khazain vol 17. ha. 426)

Dan berikut ini wahyu dimana Allah menyikapi diri beliau.


...I am the Gracious One, the Lord of Glory, the High. He does not speak out of his own desire, it is all revelation vouchsafed to him. ..... (Arba'een, No. 2, pp. 31-36). 18 Aku adalah Tuhan yang penyayang, pemilik keagungan, yang maha Mulia. Ia (maksudnya Ghulam Ahmad, pen) tidak berkata dari nafsunya, semua adalah wahyu yang turun kepadanya.

Berkenaan dengan mengutuk orang lain, pendapat beliau sebagai berikut:


"To Curse is not the Quality of a Shiddiq (Truthful). Believer does not send Curses." (Roohani Khazain vol. 3, p.456). 19 Mengutuk bukanlah merupakan sifat orang shiddiq. Orang yang beriman tidak suka mengutuk orang lain.

17

Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari

2008 M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 454, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 19 Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008
18

"I have not even answered back anyone with abusive language." (Roohani Khazain Vol19 p.236 by Mirza Qadiani). 20 Saya bahkan tidak menanggapi orang-orang yang menggunakan kata-kata penghinaan.

Namun, didalam buku Roohani Khazain Vol 8, pp 158-162, dimuat 1000 tulisan "laknat" yang dikatakan, dikirimkan kepada 1000 orang penentangnya 21 seperti dapat dilihat pada Appendix C. Menurut penulis, hal ini bertentangan dengan apa yang ditulisnya sendiri, selain bahwa memenuhi 5 halaman buku dengan kata-kata yang kurang berarti ini akan memboroskan waktu dan tempat. Disamping itu, ditemukan juga beberapa kata-kata kutukan yang cukup keras, dialamatkan kepada penentang-penentangnya.
"O Low Caste! Khabees! Enemy of Allah and Prophet! You have done this Jewish alteration in the (prophecy), so that this Grand Miracle of Holy Prophet SAW is hidden from this world .....your lie O Worthless is exposed ...... from which word did these Stupids understood these meanings? O Morons! O Sightless! Disgrace to the Molviyat! ......especially the head of the Dajjaleens, Abdul Haq Ghaznavi and his followers; Hundred thousand times Shoes of Curses of Allah may fall upon them. O Dirty Dajjal! Prophecy has been fulfilled but bigotry has blinded you." (Zamima Anjam-e-Atham, Roohani Khazain vol 11 p.330). 22 Hai, manusia hina. Durjana. Musuh Allah dan Nabinya. Kamu telah melakukan pengubahan kenabian seperti yang Yahudi lakukan, sehingga mujizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menjadi tersembunyi. Kamu pembohong. Hal yang tak berguna sekarang telah tampak, dari mana orang-orang bodoh ini mengerti maknanya. Hai Orang-orang bodoh. Hai orang-orang buta. Aib bagi Maulviyat (gelar ulama Islam India) terutama bagi pemimpin Dajjal, Abdul Haq Ghaznawi dan pengikut-pengikutnya; 100 000 kali laknat semoga Allah timpakan kepada mereka. Hai, Dajjal yang kotor. Tanda kenabian telah terpenuhi, namun sikap kerasmu telah membutakanmu (Zamima Anjam-e-Atham, Roohani Khazain vol 11 p.330)

Ibid. Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004) 203, didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007 22 Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008
21

20

Lair, Khabees (wicked). Sting like a scorpion. O Land of Golra! Curse of God be upon you. You have become accursed because of the cursed one." (Roohani Khazain vol.18). 23 Pembohong, Durjana, menyengat seperti kalajengking. Wahai tanah Golra. Kamu semua telah terlaknat karena satu orang ini! (Roohani Khazain vol 18) "Enemies (meaning Muslims) have become swines of our jungle and their women have become worse than bitches." (Roohani Khazain vol.14 p.53). 24 Para musuh (yang dimaksudkan adalah Muslim) telah menjadi babi di hutan kami dan wanita-wanitanya lebih buruk daripada Wanita Tuna Susila (Rohani Khazain vol 14 p 53) "Demon. Secondrel Profilgate. Devil. Accursed seed of evil person. Wicked Mischievous. IIIomened Son of a Bitch." (Roohani Khazain vol.14 p.53). 25 Setan. Celakalah cikal bakal manusia jahat. Sejahat-jahatnya kejahatan. Anak perempuan jalang!. (Roohani Khazain vol.14 p.53)

Mengenai berbagai pernyataan keras ini, secara jujur, beliau mengakuinya 26 namun beliau beralasan bahwa kata-kata kasar tersebut merupakan balasan atas kata-kata lawannya yang memulai berkata keras. Penulis menganggap bahwa kata-kata kasar semacam ini tidak patut dipakai oleh seseorang yang menjadi Nabi, Mahdi dan Masih yang dijanjikan, walaupun alasannya adalah untuk membalas para penentangnya. Kemampuan menahan diri dari rasa marah berkaitan dengan kualitas kecerdasan emosi seseorang, atau dalam istilah sekarang Emotional Quotient / EQ. Disamping itu, tentunya tidak patut, seseorang yang mendapatkan didikan langsung dari Allah,

Ibid. Ibid. 25 Ibid. 26 Dinyatakan dalam kitab Al Bariyya, hal 8 I also admit that in the published controversies with the opponents [of Islam], there was some harshness in my words, but that was not as an initiative. Infact, all those writings were in reply to highly scurrilous attacks. Yang berarti : saya mengakui bahwa dalam beberapa kontroversi dengan penentang-penentang saya yang telah dipublikasikan, ada beberapa kata-kata kasar, namun bukan saya yang memulai. Sebenarnya, tulisan-tulisan tersebut sebagai jawaban atas serangan-serangan (kata-kata) mereka yang kotor.
24

23

yang berkata bukan dari hawa nafsunya, mengeluarkan kata-kata kasar semacam itu. Mempelajari Sirah Nabawiyah Nabi Muhammad, seburuk apapun penentangan yang dilakukan orang kafir, tidak pernah ada kata-kata kasar yang terekam dalam sejarah.

b. Pandangannya terhadap Muslim yang tidak mengikuti syariatnya. Seperti dimuat di www.detik.com 27 bahwa Amir jemaat Ahmadiyah Indonesia, H. Abdul Basith menjelaskan 12 butir pokok ajaran Ahmadiyah, dimana pokok ajaran nomor 7 disebutkan bahwa Aliran Ahmadiyah Qadiani yang dipimpinnya tidak mengkafirkan sesama muslim (Appendiks D). Dengan penjelasan ini, mereka meminta pemerintah mengembalikan hak-haknya yang terampas setelah keluarnya fatwa MUI. 28 Tentu saja pandangan ini harus diperiksa ulang, atau lebih tepatnya kita harus kembali kepada pandangan pendiri Ahmadiyah sendiri. Dalam suratnya kepada Dr. Abdul Hakim, yang dimuat di majalah Al-Fadl, beliau menulis :
God Almighty has disclosed to me that whoever has been apprised of my advent and does not accept me is not a Muslim and is accountable to God. [Letters to Dr. Abdul Hakim quoted in Al-Fadl, vol. 22, no. 85, 15 March 1935, p. 8]. 29 Tuhan yang Maha Kuasa telah memberitahuku bahwa, siapa saja yang telah dikabari tentang kedatanganku dan menolakku, bukanlah Muslim, dan ia bertanggungjawab kepada Tuhan (atas perbuatannya sendiri)

Didapat dari (http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/ 01/tgl/15/time/094326/idnews/879084/idkanal/10) pada tanggal 28 Desember 2007. 28 Didapat dari harian Jawa Pos, 20 Januari 2008 hal. 3 kolom 1 29 Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 87, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007).

27

Sikap Mirza Ghulam Ahmad ini diperkuat pandangan Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, khalifah ke-II sekaligus merupakan putera Mirza Ghulam Ahmad, terhadap orang yang tidak mempercayai Mahdi yang Dijanjikan :
Now, as we hold that the revelation which came to the Promised Messiah are such that their acceptance is obligatory on mankind in general, to us, the man who rejects the Promised Messiah kafir agreeably to the teachings of the Holy Quran, although he may well be a believer in all the other truths of religion because the presence even of one of the necessary conditions of Kufr is sufficient to make a man kafir. 30 Sekarang, karena kita meyakini bahwa penerimaan wahyu yang datang kepada Masih yang Dijanjikan sangat mutlak bagi manusia pada umumnya, bagi kami, orang yang menolak (untuk percaya) kepada Mahdi yang Dijanjikan adalah KAFIR, hal ini cocok dengan ajaran Quran, walaupun ia merupakan orang yang beriman dalam semua rukun iman lainnya, karena keberadaan satu persyaratan kafir saja cukup untuk menjadikan seseorang dianggap kafir.

Penulis sependapat dengan Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, bahwa menolak salah satu rukun iman saja, bahkan satu ayat Al Quran saja dapat dikategorikan kafir. Namun masalah sebenarnya adalah perlunya klarifikasi tentang ke-Mahdian maupun kenabian Mirza Ghulam Ahmad.

c. Pandangannya terhadap Inggris Banyak yang berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad merupakan antek penjajah Inggris. 31 walaupun pendapat tersebut belum dapat dibuktikan.32 Namun penulis memahami bahwa tuduhan ini merupakan konsekuensi logis dari

Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Truth about The Split (Aina Shodaqot), United Kingdom, 2007, 59 31 Thaha Dasuki, Munculnya Aliran-aliran Sesat di Abad Modern, (Bandung : CV Pustaka Setian, 2006) 177. 32 Didapat dari (http://studiislam.wordpress.com/2007/11/13/hazrat-mirza-ghulam-ahmadnabi-palsu/index.htm#more-45) tanggal 29 Desember 2007.

30

pernyataan-pernyataan Mirza Ghulam Ahmad sendiri, seperti sebagian yang dinukil di bawah ini :
Whatever I have done for full seventeen years with total fervour and constancy to help the British government, to ensure peace and to dispel thoughts of jihad. Does this work and outstanding service spread over such along Time have a parallel among the other Muslims who are my opponents? If this publication was not the result of a true desire for the well-being of the British government, what reward was I expecting by publishing such books in Muslim countries, such As Arabia, lands of Syria, Turkey etc.? This did not happen for merely a day or two but continued for full seventeen years. 33 Apa saja telah saya lakukan selama 17 tahun terakhir ini dengan penuh semangat dan terus menerus, adalah untuk menciptakan perdamaian dan menghilangkan pemikiran jihad. Apakah pekerjaan hebat yang begitu lama ini mempunyai tandingannya diantara Muslim yang lain, yang merupakan lawan-lawan saya ? Apabila penerbitan-penerbitan ini bukan merupakan keinginan paling dalam untuk kesejahteraan pemerintahan Inggris, apa lagi hasil yang saya inginkan dengan menerbitkan buku-buku itu dalam negara-negara Islam, seperti Arabia, Syria, Turki dan sebagainya ?. Hal ini tidak terjadi hanya satu dua hari saja, tetapi berkelanjutan sepanjang 17 tahun penuh.

Dan selanjutnya disebutkan 24 daftar judul dan halaman buku dimana pernyataan-pernyataan-pernyataan tersebut beliau tulis. Sebagai tambahan, didalam buku Al Bariyya dapat ditemukan banyak sekali tulisan-tulisan senada. Mengenai dilarangnya jihad, khususnya terhadap pemerintahan Inggris dapat dilihat dalam pernyataan beliau berikut ini :

Each person who takes the baiat [pledge of allegiance] at my hand and believes in me as the
Promised Messiah must accept that jihad is totally forbidden in this age because the Messiah has come. In particular, he must be loyaltruly and not hypocriticallyto the British Government. (The British Government and Jihad (Government Angreizi aur Jihad), 36). 34 Semua orang yang berbaiat di tanganku dan percaya bahwa saya adalah Messiah yang dijanjikan harus menerima bahwa Jihad sudah dilarang pada jaman ini karena kedatangan Messiah. Khususnya, ia harus loyal sungguh-sungguh dan tidak munafik kepada pemerintahan Inggris.
33

Mirza Ghulam Ahmad , Kitab Al Bariyya terj. Ahmadiyah Anjuman Ishaat Islam Lahore U.S.A Inc, 1996, 5. 34 Mirza Ghulam Ahmad, The British Government and Jihad Government Angrezi Aur Jihad, translated by Abdul Wahab Mirza, (Islam International Publication, U.K, 2006). Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/BritishGovt-and-Jihad.pdf tanggal 19 Desember 2007

Menurut pendapat penulis, peraturan ini kaku dan mengikat terhadap para pengikutnya. Hal ini bertentangan dengan apa yang beliau tulis dalam Syarat-syarat Baiat nomer 8 yang tercantum dalam [Majmuah Ishtiharat, vol. 1, pp. 189-192] :

[8] That he shall hold his faith, its honour, and the welfare of Islam dearer than his own life, property, honour, children and everything else; 35 Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih daripada jiwanya, harta bendanya, anak-anaknya dan segala yang dicintainya. (Essence 4, 239)

Penulis sependapat dengan analisa Nuzhat J Haneef 36 , bahwa kata-kata pujian maupun pelarangan jihad terhadap pemerintahan Inggris ini lebih disebabkan upaya Mirza Ghulam Ahmad dalam mencari perlindungan dirinya maupun jemaatnya dari serangan muslim lain. Pendapat ini didasari beberapa alasan, yaitu : 1. Walaupun mungkin pemerintah Inggris telah membantu Mirza Ghulam Ahmad sebelum tahun 1891, mereka tidak mungkin membantunya setelah tahun 1891. Hal ini mengingat bahwa setelah tahun tersebut, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa Yesus tidak meninggal disalib, dan kemudian tinggal di India, yang mana sangat bertentangan dengan ajaran Kristiani. 2. Pasti pemerintah Inggris telah mempelajari bahwa umat Islam tidak akan menerima seseorang yang mengklaim diri sebagai seorang nabi. Sehingga, membantu Mirza Ghulam Ahmad pastilah merupakan perbuatan sia-sia.

Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 239, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 36 Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004) 394, didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007

35

4. Bila jemaat Ahmadiyah telah mendapatkan bantuan Inggris pada saat itu, tentulah penyebarannya akan begitu pesat. 5. Dari semua kata-kata beliau, sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau mendapatkan bantuan Inggris, bahkan sebaliknya.

2. Tentang Wahyu-wahyu yang diterimanya Wahyu secara bahasa merupakan masdar (kata benda), yang berasal dari kata - -yang berarti mengajarkan, menunjukkan sesuatu. 37 Sedangkan secara istilah, definisi wahyu adalah pengetahuan yang didapat oleh seseorang pada dirinya sendiri dengan keyakinan yang penuh bahwa pengetahuan itu datang dari Allah Subhanahu wa Taala baik dengan perantara maupun tidak. 38 Sedangkan ilham berasal dari kata - - - yang berarti memberi ilham, memberi inspirasi. 39 Muhammad Abduh mendefinisikan ilham adalah sebuah perasaan (wijdan) yang meyakinkan hati yang mendorongnya untuk mengikuti tanpa diketahui dari mana datangnya. 40 Dalam menggunakan istilah wahyu dan ilham, Mirza Ghulam Ahmad semula mengakui bahwa petunjuk yang diterimanya dari Tuhan sebagai ilham, kemudian oleh para pengikutnya dinyatakan sebagai wahyu. Pernyataan seperti
37

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsiran Al Quran, 1973) 494. 38 Ibid, hal 89. 39 Ahmad Sunarto,Kamus Al Fikr, (Surabaya: Halim Jaya, 2002) 239. 40 Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Alih Bahasa : Firdaus A.N, (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1989), 89.

itu tidak dibantah sama sekali oleh Ghulam Ahmad, bahkan ia mengakui kebenaranya. Dengan demikian, Ahmadiyah tidak membedakan antara ilham dan wahyu. 41 Dalam bahasan ini, penulis menggunakan istilah wahyu sebagai terjemahan kata bahasa Inggris "Revelation" walaupun mungkin kata yang dimaksud berarti ilham, karena penggunaan istilah wahyu dan ilham dalam jemaat Ahmadiyah Qadiani tidak dibedakan. Sedangkan kata "dream", tetap diterjemahkan sebagai "mimpi".

a. Bahasa Wahyu. Mirza Ghulam Ahmad berpendapat bahwa wahyu yang turun kepada seseorang harus didalam bahasa ibu yang bersangkutan, atau minimal dalam bahasa lain yang dapat dimengerti oleh yang penerima wahyu.
"This is absolutely rubbish and illogical thing that the mother tongue of a person is different and the revelation is sent in a different tongue , which he can even not understand, because in this there is too much difficulty in that. And what is the use of such a revelation which is beyond human understanding" (Chashma-e-Ma'arifat p.209, Roohani Khazain vol.23 p.218). 42 Jelas merupakan sesuatu yang tidak logis dan tidak bermanfaat apabila bahasa Ibu seseorang adalah berbeda, dan wahyu dikirimkan dalam bahasa yang berbeda. Apalah gunanya wahyu semacam itu, yang tidak dapat dimengerti manusia. (Chasma marifah 209)

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005), 118. 42 Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008

41

Namun dalam kenyataannya, beberapa wahyu yang beliau terima menggunakan bahasa Inggris, Arab, Sansekerta, Ibrani dan sebagian dengan bahasa yang bahkan beliau sendiri tidak mengerti.

"This is most amazing that certain revelations are sent to me in those languages about which I have absolutely no knowledge like English, Sanskrit or Hebrew etc." (Nuzool-e-Maseeh p.57, Roohani Khazain vol.18 p.435). 43 Ini merupakan sesuatu yang ajaib bahwa beberapa wahyu yang saya terima dalam bahasa yang saya tidak punya pengetahuan tentangnya seperti Inggris, Sansekerta, Ibrani dan lainlain

Dari wahyu ini dapat disimpulkan bahwa beliau tidak mengetahui bahasa lain selain bahasa Urdu dan Arab, seperti pernyataan diatas. Maka tidak heran, beberapa wahyu dalam bahasa inggris kacau tata bahasanya:
I recall that on one occasion I received the revelation (English): I love you. Then came the revelation (English): I am with you. Then came the revelation (English): I shall help you. Then came the revelation (English): I can what I will do. Then, with such emphasis that my body trembled at it, came the revelation (English): We can what We will do. (Braheen Ahmadiyya part IV pp. 480-481 sub footnote 3). 44 Saya ingat dalam satu kesempatan, saya menerima wahyu dalam bahasa Inggris: I love you. Kemudian muncul wahyu: I am with you. Kemudian muncul wahyu: I shall help you. Kemudian muncul wahyu: I can what I will do. Kemudian, dengan penekanan seperti itu tubuh saya menggigil, dan muncul lagi wahyu : We can what we will do. (Braheen Ahmadiyya part IV pp. 480-481 sub footnote 3).

Pada awalnya, penulis berasumsi bahwa terjadi kesalahan penerjemahan bahasa Urdu ke dalam bahasa Inggris. Namun, ternyata dari kitab Tadhkirah beserta terjemahannya yang penulis punyai, menunjukkan bahwa wahyu tersebut memang dalam bahasa Inggris, seperti terlihat dalam gambar berikut ini:
43

Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari

2008 M. Zafarullah Khan, 2006, Tadhkirah, page 88, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007.
44

Gambar 4.1. Wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad

Kata-kata I can what I will do dan We can what we will do, kurang sesuai dengan kaidah tata bahasa Inggris. Penulis tidak tahu makna kalimat ini sebenarnya. Kalau diterjemahkan secara harfiah akan berarti : Saya dapat apa yang saya kerjakan dan Kamu dapat apa yang kamu kerjakan. Dapat yang diwakili oleh kata can maksudnya bisa. Kalau yang dimaksud adalah mendapatkan, maka harus digunakan kata get, sedangkan kalau yang dimaksud mampu, maka harus ditambah dengan kata kerja. Tata bahasa yang benar adalah : I can do yang berarti saya mampu melakukan. Kata will selain menunjukkan waktu yang akan datang, memang juga bisa berarti kemauan atau keinginan. Kalau kata will dimaksudkan untuk maksud pertama, maka kalimat I will do dan We will do berarti Saya akan mengerjakan dan

Kami akan mengerjakan . Tetapi kalau yang dimaksudkan kemauan, seharusnya kalimat itu berbunyi I can do what I will atau I can do what I am willing to yang berarti Saya mampu mengerjakan apa yang saya inginkan. Mirza Ghulam Ahmad sendiri tidak faham dengan wahyu-wahyu yang berbahasa lain, seperti bahasa Ibrani ini:
Revelation (Arabic): Say to them: The guidance of Allah is the true guidance. My Lord is with me, He will open the way for me. Lord, forgive and have mercy from heaven. Lord, I am overcome so do Thou repel the enemy. My Lord, my Lord why hast thou forsaken me? (Hebrew): Eli, aaus. The last portion in Hebrew has remained doubtful on account of the speed of the revelation and its meaning has not been disclosed to me. (In Hebrew Eli means: My Lord, aaus means one who produces a rustling sound.). 45 Wahyu (dalam bahasa arab): Katakan kepada mereka: Petunjuk dari Allah merupakan petunjuk yang benar. Tuhanku bersamaku. Ia akan membuka jalanku. Oh tuhan, aku maafkan dan turunkan belas kasihmu dari langit. Tuhan, aku adalah orang yang teraniaya, maka maafkanlah aku. Oh, Tuhan, kenapa kau tinggalkan aku . (Dalam bahasa Ibrani) : Eli, aaus. Kata dalam bahasa Ibrani ini telah menimbulkan keraguan karena cepatnya wahyu tersebut dan maknanya tidak diberitakan pada saya (dalam bahasa Ibrani, Eli berarti Tuhanku, dan aaus berarti suara kemerisik).

Penulis berpendapat bahwa yang paling berhak menakwilkan wahyu adalah penerima wahyu sendiri. Kalau sang penerima wahyu saja tidak faham dengan maksud wahyu ini, apalah guna wahyu ini diturunkan.

b. Isi Wahyu Berdasarkan wahyu yang diterima beliau, Tuhan telah menunjukkan tanda untuk mendukung klaim kenabiannya, yang apabila dihitung sampai tanggal 16 Juli 1906 akan berjumlah lebih dari 300.000 tanda [Haqiqat-ul-Wahi, Ruhani Khazain, vol. 22,
45

Ibid, hal 125.

pp.70].

46

Dengan demikian dapat dihitung bahwa, apabila wahyu tersebut mulai

diterima beliau pada umur 40 tahun (ketika mulai diangkat sebagai Nabi) sampai akhir hayatnya, maka rata-rata setiap hari beliau menerima wahyu sejumlah : 300 000 / ((69 tahun 40 tahun) x 365 hari/tahun) = 300 000/10 585 = 28 kali Sehingga tidak heran bahwa beberapa wahyu turun sangat cepat sampai-sampai beliau hanya mampu mengingat beberapa kata saja.
Yesterday suddenly I had a recurrence of my trouble and my hands and feet became cold. In this condition I received a revelation at a very fast speed like the flash of lightning of which I could only remember one phrase (Arabic): He will keep thee for long; and along with it I was told its meaning in Persian (Al-Hakam Vol. VII No. 7 Feb. 21, 1903 p. 16). 47 Kemarin, tiba-tiba sakit saya kumat, tangan dan kaki menjadi dingin. Dalam kondisi ini saya menerima wahyu dengan kecepatan seperti kilat, yang mana saya hanya mampu mengingat satu kata saja (dalam bahasa arab ) diberitahu artinya dalam bahasa Persia. : Allah akan mengekalkanmu ; dan saya

Dan inilah beberapa tanda kenabian tersebut :


The fifty rupees sent by you arrived at a time of great need. Some people had made an untimely demand and I was in great need of fifty rupees. I supplicated and received the revelation (Persian): Observe My good acceptance of thy supplication and see how quickly I respond to it. This revelation was received on Jan. 3, 1884 and on the 6th the money you sent was received. Allah be praised for all this (Letter dated Jan. 7, 1884, addressed to Mir Abbas Ali, Maktoobat Vol. I p. 72). 48

50 rupee yang kamu kirimkan telah datang tepat waktu. Ada kebutuhan mendesak, sehingga saya sangat membutuhkan uang 50 rupee. Saya berdoa dan kemudian menerima wahyu dalam bahasa Persia : Saksikanlah terkabulnya doamu dan betapa cepatnya Aku mengabulkan doamu . Wahyu ini diterima tanggal 3 Januari 1884 dan tanggal 6 Januari, uangmu telah saya terima. Segala puji bagi Allah untuk semua ini.

Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol V, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 2, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 47 M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 560, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. Senada dengan hal ini, dapat dilihat pada buku yang sama halaman 569 48 Ibid, hal 154.

46

Dan masih banyak wahyu-wahyu semacam ini, mengenai uang 49 , uang 50 rupee yang telah dan akan datang 50 , tentang hadiah-hadiah yang akan diterimanya, dengan jumlah lebih dari 50.000 (Ruhani Khazain Jilid 2, hal 346). 51 Mengenai uang 50 Rupee ini, penulis mendapat kesan bahwa, untuk mendapatkan doa beliau, para pengikutnya akan mengirimkan uang 50 Rupee atau lebih sebagai hadiah, baik sebelum maupun sesudah kedatangan uang tersebut, Mirza Ghulam Ahmad akan menerima wahyu, sebagaimana pernyataan berikut ini :
Then it so happened that Munshi Ilahi Bukhsh, Accountant, who is one of those who are assisting me in the publication of this book (i.e. Braheen Ahmadiyya) wrote to me asking me to pray for him in connection with some difficulty in which he found himself and sent me fifty rupees as a present. But I was occupied with supplication for Nawab sahib (Ali Muhammad Khan) and postponed to some other time praying for Ilahi Bakhsh. On the day I received the revelation concerning the matter of Nawab sahib I thought I should pray for Munshi Ilahi Bakhsh. I found such opportunity after the afternoon service and when I was about to begin my prayer my mind desired that I should associate Nawab sahib also with Munshi Ilahi Bakhsh in my prayer. Accordingly I supplicated on behalf of both and immediately received the revelation (Arabic): We shall relieve both of them of their distress. A few days later I received a letter from Nawab sahib that the grain market had started operating again. (Letter dated May 26, 1884, addressed to Mir Abbas Ali, Al-Hakam Vol. III Nos. 13 and 14 April 12 and 19, 1899 pp. 8 and 6). 52 Suatu kali Munshi Ilahi Bukhsh, seorang akuntan, salah satu yang membantu saya dalam penerbitan buku ini (Baraheen Ahmadiyya) mengirimkan surat pada saya agar saya berdoa untuknya karena sebuah kesulitan yang mana ia mengirimkan uang 50 rupee sebagai hadiah. Namun, saya sedang khusu' berdoa untuk Nawab Sahib (Ali Muhammad Khan) dan menunda doa untuk Ilahi Bakhsh. Pada hari dimana saya menerima wahyu mengenai permasalahan Nawab Sahib, saya kemudian berpikir untuk berdoa juga untuk Munshi ILahi Bakhsh. Selepas sholat Ashar, saya kemudian berpikir untuk berdoa juga untuk Nawab sahib bersama dengan doa untuk Munshi Ilahi Bakhsh. Kemudian saya berdoa untuk keduanya, tiba-tiba saya mendapatkan wahyu (arab) : kami akan melepas kesulitan keduanya. Beberapa hari kemudian, saya mendapat surat dari Nawab Sahib bahwa pasar (mungkin toko, pen) gabahnya telah mulai beroperasi kembali. Ibid, 690, 642, 640, 581, 575, 459, 335, 289, 261, 196, 161, 14 Ibid, 764, 394, 155, 66 51 Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman, Penerjemah. Dede A Nasruddin, E Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 258. 52 M. Zafarullah Khan, 2006, Tadhkirah, hal. 161, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf, didapat pada tanggal 19 Desember 2007.
50 49

Beberapa wahyu juga tidak terbukti kebenarannya, sebagaimana wahyu tentang perjalanan ke arab berikut ini :
Again I was shown a paper, on which was written (Arabic): Setting right the affairs of the Arabs. Journey among Arabs. 53

Selanjutnya, saya melihat sebuah kertas yang bertuliskan arab : Membuat hubungan dengan Bangsa arab. Perjalanan ke negara-negara Arab

Dimana, dijelaskan oleh beliau bahwa : "wahyu ini mungkin berarti : saya akan mengunjungi negara-negara arab". Dalam kenyataannya, sepanjang hidupnya beliau tidak pernah mengunjungi negara arab manapun. 54

Wahyu berikut ini, beliau sendiri tidak faham maknanya :


I saw in my dream that I was writing something and in the course of the writing, I saw these words and figure: Ilm Uddarman 223. This is a composite revelation of which the first word is Arabic and the second is Persian. I do not know what this might mean (Al-Hakam Vol. X, No. 36, October 17, 1906, p. 1). 55 Saya melihat dalam mimpi saya bahwa saya menulis sesuatu, dimana ketika sedang menulis saya melihat kata-kata ini : Ilm Uddarman 223. Ini adalah wahyu gabungan, yang mana kata pertama dalam bahasa arab, sedang kata kedua dalam bahasa Persia. Saya tidak tahu apa arti semua ini.

Juga wahyu atau mimpi yang kacau seperti ini :


Last night I saw in my dream that ants were coming out of my nose some of them alive and some dead, thereafter blood came out and collected on the ground. Allah knows best its interpretation. I commit my affair to Him (Register of Miscellaneous Memoranda p. 219). 56

Ibid, hal 690. Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan-kepercayaan dan pengalamanpengalaman, Penerjemah. Dede A Nasruddin, E Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 263. 55 M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 816, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 56 Ibid, hal 306.
54

53

Tadi malam, saya melihat dalam mimpi saya ada semut-semut yang keluar dari hidung saya, sebagian hidup dan sebagian mati, karena itu darah mengucur dari hidung saya dan terkumpul di tanah. Tuhan tahu makna sebenarnya mimpi ini. Saya berserah diri padaNya.

Penulis tentu saja bertanya-tanya, apa arti wahyu semacam ini, karena memeriksa sekilas kitab Tadzkirah yang merupakan kumpulan ilham/wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf, dan rukya-rukya (mimpi-mimpi yang benar) yang dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wa Taala kepada Mirza Ghulam Ahmad, sebanyak 970 lembar (termasuk terjemahan dalam bahasa Inggris), penulis banyak menemukan mimpi, ilham maupun kasyaf yang beliau sendiri tidak faham maknanya, hanya mengingat beberapa kata saja dan sebagainya. Sudah semestinya wahyu dari Allah harus jelas bagi penerima wahyu, karena kalau penerima wahyu sendiri masih berusaha untuk menakwilkan, ada kemungkinan bahwa takwil penerima wahyu tidak sesuai dengan takwil yang dimaksudkan sang pemberi wahyu.

6. Tentang Klaim Kenabiannya Dalam kurun waktu 29 tahun, terhitung sejak beliau mulai menerima wahyu pada umur sekitar 40 tahun, Mirza Ghulam Ahmad telah mengaku sebagai Mujaddid, Muhaddits, Nabi, Mahdi dan Masih yang dijanjikan. Berikut ini beberapa wahyu dan pernyataan beliau tentang klaim tersebut.

a.

Muhaddits dan Mujaddid Muhaddits secara bahasa berasal dari kata - yang berarti

menceritakan, memberitakan. 57 Dengan demikian, Muhaddits berarti orang yang menceritakan hadits. Sedangkan Mujaddid berasal dari kata yang berarti memperbaharui. 58 Dengan demikian, Mujaddid berarti orang yang mengadakan pembaharuan. Pada awal penulisan buku Baraheen-e-Ahmadiyya, beliau mengaku sebagai Muhaddits 59 (muhaddits yang dimaksud disini adalah orang yang diajak berbicara oleh Tuhan seperti yang definisikan di [Hujjat-ul-Islam, Ruhani Khazain, Vol. 6, p. 43], 60 dimana Tuhan memberikan banyak pengetahuan spiritual, dan menyingkap banyak hal ghaib kepada beliau. Hal ini, menurut beliau sebagai buah ketaatan beliau terhadap Seal of Prophet yang dimaksud adalah Nabi Muhammad. [Brahin-eAhmadiyyah, Ruhani Khazain, vol.1, pp. 645-646, footnote 11].
61

Sampai tahun 1890, Mirza Ghulam Ahmad hanya mengaku sebagai mujaddid yang telah diutus Tuhan, dan berdasarkan Mirza Bashir Ahmad, beliau terus menyatakan bahwa ia telah diangkat sebagai pembaharu dengan cara seperti Messiah
57

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsiran Al Quran, 1973), 98. 58 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsiran Al Quran, 1973), 84. 59 M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 138, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 60 Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol I, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 30, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 61 Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 20, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007).

Nazareth, dan beliau memiliki kemiripan dengan Masih Nazaret tersebut (Sirat
al-Mahdi, Vol. I, p. 39. ).
62

Adapun yang dimaksud dengan persamaan Mirza Ghulam Ahmad dengan Isa ibn Maryam adalah : 1. Keduanya Nabi Isa ibn Maryam dan Mirza Ghulam Ahmad sama-sama muncul setelah abad ke-14. Isa ibn Maryam muncul pada abad ke-14 setelah Nabi Musa sedangkan Mirza Ghulam Ahmad muncul pada abad ke-14 setelah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. 2. Keduanya sama-sama menegakkan syariat nabi yang diikutinya. Isa ibn Maryam mengikuti syariat Nabi Musa Alahissalam sedangkan Mirza Ghulam Ahmad mengikuti syariat Nabi Muhammad shallallahu Alaihi wa Sallam. 3. Isa ibn Maryam adalah Masih Mawud dalam syariat Nabi Musa sedangkan Mirza Ghulam Ahmad adalah Masih Mawud dalam syariat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. 63 Penulis tidak bisa memahami cara berpikir Mirza Ghulam Ahmad, dimana disatu pihak, beliau menyamakan dirinya dengan Isa ibn Maryam, dan di lain pihak beliau menjatuhkan Isa ibn Maryam dengan berbagai pernyataannya seperti seorang

Didapat dari http://www.irshad.org/brochures/criticalstudy.php.htm#Champion pada tanggal 18 Desember 2007. 63 Gerakan Ahmadiyah Indonesia

62

pemabuk 64 , sering berkata kasar 65 , neneknya ada yang pezina 66 dan lain-lain. Selain itu, kemiripan seperti yang diutarakan dalam 3 poin diatas terkesan merupakan kemiripan yang dipaksakan.

b.

Mengaku sebagai Al Masih Selanjutnya, beliau mengaku sebagai Al Masih yang dijanjikan, berikut

dengan bukti-bukti yang mendukung


"I swear upon that God upon whom to fabricate is the job of accursed ones, He has sent me as Promised Messiah." (Collection of Advertisement of Mirza Goolam vol.3 p.435). 67 Saya bersumpah, demi Tuhan bahwa barangsiapa membuat-buat (suatu perkara) akan mendapat celaka. Tuhan telah mengutusku sebagai Messiah yang dijanjikan

Now comes the question of my claim. This is supported by so many reasons that unless a person is altogether without shame, he has no way open to him other than to accept my claim in the same way as he has accepted the advent of the Holy Prophet. Are these arguments not enough proof of my claim that the Holy Quran has given so many signs and indications concerning me that it has virtually specified my name, and the Ahadith mention Kadah as the name of my village. The Ahadith also show that the Promised Messiah would be born in the thirteenth century and would appear in the fourteenth. Sahih Bukhari gives my full description. With regard to the first centre is described as in the East, i.e., India. It is

Pernyataan Mirza dalam (Satt Bachan, Roohany Khazaen, Vol. 10, P. 296; Satt Bachan, P. 172, footnote) yang menyatakan bahwa klaim Yesus sebagai Tuhan adalah akibat kebiasaan buruk meminum anggurnya. Didapat dari www.irshad.org\exposed\tirade2.php, diakses tanggal 15 Januari 2008 65 Dalam (Zamimah Anjam-i-Atham, Roohany Khazaen, Vol. 11, P. 289; Zamimah Anjam-iAtham, P. 5), beliau menyatakan bahwa kebiasaan buruk Yesus adalah berkata cabul dan sering berkata kotor (mengumpat), didapat dari www.irshad.org\exposed\tirade2.php, diakses tanggal 15 Januari 2008 66 Dalam (Anjam-i-Atham, Roohany Khazaen, Vol. 11, P. 291, addenda), beliau menyatakan bahwa 3 orang nenek Yesus merupakan pezina, didapat dari www.irshad.org\exposed\tirade2.php, diakses tanggal 15 Januari 2008 67 Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008

64

also related in the Ahadith that the Promised Messiah will appear East of Damascus; and Qadian is to the East of Damascus. (Tadzkiratus Syahadatain, 40). 68 Selanjutnya, pertanyaan atas klaim saya. Telah didukung oleh banyak alasan bahwa tidak seorangpun punya alasan untuk menolak klaim saya, sama seperti penerimaanya terhadap datangnya Rasulullah. Apakah semua argumen ini belum cukup sebagai bukti klaim saya, bahwa Al Quran telah memberikan banyak tanda dan indikasi mengenai saya, dan juga telah menyebutkan nama saya, dan hadist yang menyebut Kaadah sebagai nama desa kelahiranku. Hadits juga menyebutkan bahwa Messiah yang dijanjikan akan lahir pada abad 13 dan akan muncul pada abad 14. Sahih Bukhari menceritakan tentang hal ini. Pada kata yang disebutkan sebagai Timur, yang dimaksud adalah India. Juga diceritakan dalam hadist bahwa Masih yang dijanjikan akan muncul di Timur Damaskus; dan Qadian berada di sisi timur Damaskus.

Juga beliau sebutkan bukti tentang mimpi 10.000 orang yang bermimpi bertemu nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Nabi Muhammad membenarkan klaim Mirza, yang tentu saja, sangat sulit untuk dibuktikan kebenarannya.
I am the one at whose hands hundreds of signs have been shown. Is there anyone alive who can compete with me in the exhibition of signs and defeat me? I call to witness God, in Whose hand is my life, that more than two hundred thousand signs have been exhibited at my hands. Approximately ten thousand people or perhaps even more have seen the Holy Prophet in their dreams and he confirmed the truth of my claim. Some well-known persons in this country who had experience of visions and the number of each of whose followers exceeded three hundred thousand, were informed in their dreams that I had been sent by God.[Tadhkirat-ush-Shahadatain, Ruhani Khazain, vol. 20, pp. 30-41]. 69

Sayalah orang yang telah ditunjukkan ratusan tanda. Adakah orang lain yang masih hidup, dapat bersaing dengan saya dalam memperlihatkan tanda-tanda tersebut dan mengalahkan saya?. Saya bersumpah demi Tuhan, dimana hidup saya di tanganNya, bahwa lebih dari 200 000 tanda telah dikeluarkan dari tanganku. Setidaknya 10 000 orang atau bahwa lebih telah melihat Rasulullah dalam mimpinya dan menyatakan kebenaran klaim saya. Beberapa orang yang terkenal di negeri ini yang telah mengalami kasyaf dan yang lainnya yang mempunyai pengikut lebih dari 300 000 orang telah diberitahu dalam mimpinya bahwa saya telah diutus oleh Tuhan.... [Tadhkirat-ush-Shahadatain, Ruhani Khazain, vol. 20, pp. 30-41]

Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 207, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 69 Ibid, hal 204.

68

Ditambah lagi dengan tantangan beliau bagi yang meragukan kebenaran klaim ini.
If I am in error in claiming to be the Promised Messiah, then why dont you try to make the Promised Messiah you have in mind descend from heaven in these very days, for I am here and he for whom you are waiting is nowhere to be seen. My claim can only be effectively refuted if he descends from heaven and I am proved to be false. [Izala-e-Auham, Ruhani Khazain, vol. 3, p. 179]. 70 Bila saya salah dalam mengklaim diri sebagai Messiah yang dijanjikan, lalu mengapa anda sekalian tidak mencoba menurunkan Messiah yang dijanjikan dalam pikiran anda untuk turun dari langit pada hari ini, karena saya sekarang ada disini, dan apa yang kalian tunggu entah dimana. Klaimku hanya dapat dipatahkan bila ia (Messiah) turun dari langit dan saya terbukti menipu.

Dari pernyataan ini, tidak tampak ketajaman pola pikir Mirza Ghulam Ahmad, bahkan terlihat sebaliknya. Walaupun seandainya pernyataan ini hanya merupakan ungkapan kemarahan akibat banyaknya orang yang menolaknya, namun seharusnya sebagai seorang pemimpin, beliau lebih berhati-hati didalam mengeluarkan pernyataan, apalagi beliau mengaku mendapat bimbingan wahyu dari Tuhan. Hal ini juga diperkuat dengan analisa isi Al Quran berikut ini:

I saw in my dream that my brother Mirza Ghulam Qadir was standing near me and I recited the verse of the Holy Quran: The Byzantines have been defeated in the land nearby but after their defeat they will be victorious (30:3-4); and said: By the land nearby is meant Qadian, and the Holy Quran contains the name of Qadian. 71

Ibid, hal 208. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 904, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007.
71

70

Saya bermimpi kakak saya Mirza Ghulam Qadir berdiri didekatku dan aku membaca ayat al Quran : Roma Telah dikalahkan, oleh negeri didekatnya, namun setelah kekalahan itu, mereka akan menang (30:3-4); dan berkata bahwa: oleh negeri didekatnya berarti Qadian, dan Al Quran menyebut nama Qadian.

Tentu saja tidak akan ditemukan penyebutan nama Qadian di dalam Al Quran, kecuali dari tafsir ini. Demikian juga dengan tafsir nama beliau berikut ini yang terkesan kurang hati-hati.
A few days ago I was thinking whether a certain hadis means that the Promised Messiah would appear towards the end of the thirteenth century of the Hegira and whether this humble one is included within the meaning of that hadis when my attention was, in a vision, directed to the value of the letters of the name set out below as indicating that the Messiah would appear at the close of the thirteenth century and this had been determined in advance by divine decree. The name was: Ghulam Ahmad Qadiani. The value of the letters comprised in this name is exact 1300. In this village of Qadian there is no other person bearing the name Ghulam Ahmad. Indeed it has been conveyed to me that there is no one else in the whole world who bears the name Ghulam Ahmad Qadiani. It has been the way of Allah with me that He, hallowed be His name, conveys some mysteries to me which are comprised in the value of the alphabet (Izala Auham p. 185). 72 Beberapa hari yang lalu, saya berpikir apakah ada hadist tertentu yang menyebutkan bahwa Messiah yang dijanjikan akan muncul diakhir tahun 1300 H, dan apakah diri yang rendah hati ini disebutkan dalam hadist. Kemudian dalam pandanganku (kasyaf), aku menaruh perhatian terhadap jumlah nama-namaku yang menunjukkan bahwa Al Masih akan muncul mendekati abad 13 H, dan hal ini telah diwahyukan pula padaku. Namaku Ghulam Ahmad Qadiani. Jumlah nama ini adalah 1300. Di desa Qadian ini, tidak ada orang lain yang bernama Ghulam Ahmad. Karena itu, hal ini membawa saya pada kesimpulan bahwa tidak ada orang lain di dunia ini yang bernama Ghulam Ahmad Qadiani. Ini adalah cara Allah yang maha suci, memberikan misteri dalam nilai-nilai abjad namaku.

c.

Mengaku lebih utama dari semua nabi Lebih jauh, beliau mengaku sebagai Nabi yang pangkatnya lebih tinggi dari

semua nabi.

72

Ibid, hal 229.

"It is a fact that Muhammad(pbuh) worked only three thousand miracles... My Miracles exceed one million in numbers." (Ijaze-e-Ahmadi, Page 79; Tadhkira tul Shahadatain, Page 41). 73 Faktanya bahwa Nabi Muhammad hanya mempunyai 3000 mujizat. Mukjizat saya melebihi 1 juta. "Whatever was given individually to each prophet has been collectively given to me." (Nuzul-e-Masih, Page 99). 74 Apa yang diberikan secara individual kepada masing-masing nabi, telah diberikan semuanya kepada saya.

Penulis belum pernah mendengar fakta bahwa nabi Muhammad memiliki 3000 mujizat, dimana sepanjang pengetahuan penulis tidak ada buku sejarah dalam sirah Nabawiyah yang menceritakan hal ini. Yang kedua, tentu saja akan muncul pertanyaan bagaimana cara beliau menghitung jumlah lebih dari 1 juta mukjizat secara tepat, karena bilangan-bilangan itu berjumlah sangat banyak. Yang ketiga, sudah disebutkan dalam kitab sebelumnya (Haqiqat-ul-Wahi) di bagian lain bab ini bahwa perhitungan tanda kenabian beliau masih 300 000. Padahal, kitab Ijaz i Ahmadi dan Tadzkiratus Syahadatain secara berturut-turut dikarang pada tahun 1902 dan 1903, sedangkan kitab Haqiqat-ul-Wahi terbit pada 1907. Tentu saja, perhitungan jumlah wahyu yang diterima tidak mungkin berkurang.

73 74

Didapat dari www.irshad.org\exposed\i-k.php.htm pada tanggal 23 Desember 2007. Ibid.

BAB V Penutup

5.1. Kesimpulan
Dari keseluruhan studi yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa 1. Jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya termasuk ke dalam jemaat Ahmadiyah Qadian hal ini dapat dilihat dari ajaran-ajarannya yang secara jelas mengikuti ajaran Ahmadiyah Qadiani. 2. Buku-buku karangan Mirza Ghulam Ahmad yang tersedia di perpustakaan Jemaat Ahmadiyah cabang Surabaya sangat minim, sehingga jemaat Ahmadiyah tidak mempunyai kesempatan untuk mengetahui lebih jauh tentang Al Mahdi Mirza Ghulam Ahmad. 3. Terdapat beberapa kontradiksi pernyataan Mirza Ghulam Ahmad di dalam buku-buku karangannya. 4. Terdapat beberapa kontradiksi antara pernyataan Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia dengan apa yang ditulis Mirza Ghulam Ahmad maupun Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad tentang pandangan mereka terhadap Muslim yang tidak mengakui Kemahdian Mirza Ghulam Ahmad.

5.2. Saran
Beberapa hal yang penulis sarankan untuk studi berikutnya adalah: 1. Disusun sebuah biografi yang lebih lengkap atas Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan urutan waktu mulai dari pra kelahiran, kelahiran, masa kecil, dewasa hingga meninggalnya, sehingga sejarah hidupnya dapat difahami secara lebih baik. 2. Bagi peneliti yang akan datang sebaiknya belajar bahasa Urdu terlebih dahulu, karena kebanyakan buku-buku Mirza Ghulam Ahmad dan pengarang-pengarang yang lain berbahasa Urdu dan belum diterjemahkan.

1.

2.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

BAB I Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah, kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman, Penerjemah. Dede A. Nasruddin, E. Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 151. Maulana Muhammad Ali, The Ahmadiyya Doctrine, (Pakistan:AAIIL Lahore, t.p.), 1, di download dari http://www.aaiil.org/text/books/mali/ahmadiyyadoctrine/ahmadiyyadoctrine.shtml pada tanggal 15 Januari 2008. Didapat dari http://www.aaiil.org/text/books/ahmadiyyatqadianiyyat.shtml.html pada tanggal 15 Januari 2008. Didapat dari http://alhafeez.org/rashid/glance.htm, didownload tanggal 19 Desember 2007. Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta: PT Cahaya Kirana Rajasa, 2006), 69 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005) 202. Ibidhal 196. Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta: PT Cahaya Kirana Rajasa, 2006), 69. Lukman Firdaus, Sejarah Perkembangan Ahmadiyah Cabang Surabaya, (Surabaya, 2007), 66. Fatwa MUI No. 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005) 264. Didapat dari http://ahmadiyah.info/index.php-option=com_content&task=view& id=65&Itemid=1.htm pada tanggal 29 Desember 2007. Berita untuk Tasikmalaya didapat dari (http://ahmadiyah.info/index.phpoption=com_content&task=view& id=138&Itemid=1.htm), Riau (http://ahmadiyah.info/index.php-option=com_content&task=view&id= 122&Itemid=1.htm) dan Nusa Tenggara Barat (http://ahmadiyah.info/index.php-option=com_content&task =view&id=62&Itemid=1.htm). Pada tanggal 30 Desember 2007. Sukir Ahmadi, Ketua Jemaat Ahmadiyah Surabaya, Wawancara, Surabaya, 23 Juni 2007. Didapat dari (http://www.aaiil.org/text/books/ ahmadiyyatqadianiyyat.shtml.html) pada tanggal 29 Desember 2007. Widodo, Amd. Kamus Ilmiah Populer, cet I, (Yogyakarta: Absolut Yogyakarta, 2001), 697. M.Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al Quran, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 2003), 195. Eksklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), 98. Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach II, (Yogyakarta : Andi OFFSET, 1994), 136. Koentjaradiningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), 73. Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I, Cet ke XI (Yogyakarta: Andi OFFSET, 1989), 42. Ibid, hal 42. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 109. Sumadi Soeryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 85.

BAB 2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Muslih Fathoni, Paham Mahdi Syiah Dan Ahmadiyah Dalam Perspektif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), 54. Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta : Cahaya Kirana Rajasa, 2006), Asep Burhanudin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta : PT LKiS Yogyakarta, 2005), 34. Asep Burhanudin, Ghulam Ahmad Jihad Tanpa Kekerasan, (yogyakarta : PT LKiS Yogyakarta, 2005), 33. Thaha Dasuki Hubaisy, Munculnya Aliran-aliran Sesat Di Abad Modern, Bandung : CV Pustaka Setia, 2006), 218. Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta : Cahaya Kirana Rajasa, 2006), Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 63. Didapat dari http://alhafeez.org/rashid/glance.htm, internet, diakses tanggal 19 Desember 2007

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

17.

18. 19. 20. 21. 22.

23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

33. 34.

35. 36. 37. 38. 39.

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 64. Ihsan Ilahi Dzahir, Mengapa Ahmadiyah Dilarang : Fakta Sejarah dan Itiqadnya, (Jakarta: PT Darul Farah, 2006) 164. Asep Burhanuddin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 62. Ibid., hal 103. Didapat dari www.irshad.org\brochures\criticalstudy.php.htm pada tanggal 17 Desember 2007. Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta: PT Cahaya Kirana Rajasa, 2006), 11. Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 72-73. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) hal 16-17, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). M. Zafrulla Khan, Ahmadiyyat, The Renaissance of Islam, (England, Tabshir Publication, England), 27 Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/AhmadiyyatRenaissanceofIslam.pdf, pada tanggal 18 Desember 2007. Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), M. Zafrulla Khan, 2006, Tadhkirah, page 816, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 234, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/elucidation/ hal 16-17, pada tanggal 19 Desember 2007. Mirza Ghulam Ahmad, Blessing Of Prayer,Terj Wakalat Tasnif (London : 2007). Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Blessings-of-Prayer.pdf, hal 31, pada tanggal 19 Desember 2007. Didapat dari www.irshad.org\exposed\manner.php.htm, tanggal 31 Desember 2007. Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004) 150-151, didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007. Ibid, hal 151. Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 2002), 74. Ibid, hal 881. Mirza Ghulam Ahmad, Eik Galati Ka Izala Misconception Removed,(England, Islam Iternational Publication Ltd, 2007), 5. Ibid, hal 4. Ibid, hal 13. Asep Burhanuddin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 93. Terjemahannya berarti adalah fakta bahwa Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya mempunyai 3000 mukjizat. Mukjizatku jumlahnya melebihi 1 juta. Didapat dari www.irshad.org\exposed\i-k.php.htm pada tanggal 31 Desember 2007. Ibid. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol V, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 104, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). Ibid, hal 105. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 458, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. Mirza Ghulam Ahmad, Al Wasiyyat, Terj Zahid Aziz, (Nottingham England: t.p.,2000) 12. didapat dari http://www.ahmadiyya.org/bookspdf/thewill/conts.htm, didapat tanggal 19 Desember 2007. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 790, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. Ibid, hal 790.

BAB IV
1. 2. 3. Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005) Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum Dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Banten : IKAHAI, 2007), 39. Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman, Penerjemah. Dede A Nasruddin, E Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 151. Didapat dari (http://organisasi.org/definisi_pengertian_dan_sifat_sifat_nabi_ dan_rosul_rasul_pendidikan_agama_islam) pada tanggal 16 Desember 2007. M Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian, (Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1992), 4. Mirza Ghulam Ahmad, A Brief Sketch Of My Life, From The Urdu Book Kitab Al Bariyya, (Kingsgate Road, Colombus United Ohio U.S.A.; t,p., 1996) page 14, didapat dari http://www.ahmadiyya.org/bookspdf/bar/sklife.pdf. tanggal 16 Desember 2007. Didapat dari (www.alislam.org\indonesia\pustaka\riwayat\ahmad-1.htm) pada tanggal 19 Desember 2007. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol I, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, t,p., 2006) hal 21, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005), hal 59 menyebutkan bahwa tahun kelahiran Mirza Ghulam Ahmada adalah 13 Februari 1835 M. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 5, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. Ibid, hal 17. Ibid, hal 236. Ibid, hal 449. Ibid, hal 801. Thaha Dasuki, Munculnya Aliran-aliran Sesat di Abad Modern, (Bandung : CV Pustaka Setian, 2006), 209. Muhammad Ali, 1918, Ahmadiyya Movement, (Colored Printing Press; Lahore, t.p., 1918) hal 3, didapat dari http://www.aaiil.org/text/books/mali/ahmadiyyamovement1founder/ahmadiyya movement1founder.shtml. Didapat pada tanggal 23 Desember 2007. Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008 M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 454, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007 Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008 Ibid Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004) 203, didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007 Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008 Ibid Ibid Ibid Dinyatakan dalam kitab Al Bariyya, hal 8 I also admit that in the published controversies with the opponents [of Islam], there was some harshness in my words, but that was not as an initiative. Infact, all those writings were in reply to highly scurrilous attacks. Yang berarti : saya mengakui bahwa dalam beberapa kontroversi dengan penentang-penentang saya yang telah dipublikasikan, ada beberapa kata-kata kasar, namun bukan saya yang memulai. Sebenarnya, tulisan-tulisan tersebut sebagai jawaban atas serangan-serangan (kata-kata) mereka yang kotor. Didapat dari (http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/ 01/tgl/15/time/094326/idnews/879084/idkanal/10) pada tanggal 28 Desember 2007. Didapat dari harian Jawa Pos, 20 Januari 2008 hal. 3 kolom 1

4.
5. 6.

7. 8.

9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

27. 28.

29. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 87, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 30. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Truth about The Split (Aina Shodaqot), United Kingdom, 2007, 59 31. Thaha Dasuki, Munculnya Aliran-aliran Sesat di Abad Modern, (Bandung : CV Pustaka Setian, 2006) 177. 32. Didapat dari (http://studiislam.wordpress.com/2007/11/13/hazrat-mirza-ghulam-ahmad-nabipalsu/index.htm#more-45) tanggal 29 Desember 2007. 33. Mirza Ghulam Ahmad , Kitab Al Bariyya terj. Ahmadiyah Anjuman Ishaat Islam Lahore U.S.A Inc, 1996, 5. 34. Mirza Ghulam Ahmad, The British Government and Jihad Government Angrezi Aur Jihad, translated by Abdul Wahab Mirza, (Islam International Publication, U.K, 2006). Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/BritishGovt-and-Jihad.pdf tanggal 19 Desember 2007 35. 1Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 239, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 36. Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004) 394, didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007 37. Ibid, 394 38. Muslih Fathani, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Perspektif, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2002), 110. 39. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsiran Al Quran, 1973) 494. 40. Ahmad Sunarto,Kamus Al Fikr, (Surabaya: Halim Jaya, 2002) 239. 41. Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005), 118. 42. Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008 43. Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008 44. M. Zafarullah Khan, 2006, Tadhkirah, page 88, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 45. Ibid, hal 125. 46. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol V, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 2, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 47. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 560, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 48. Ibid, hal 154. 49. Ibid, 690, 642, 640, 581, 575, 459, 335, 289, 261, 196, 161, 14 50. Ibid, 764, 394, 155, 66 51. Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman, Penerjemah. Dede A Nasruddin, E Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 258. 52. M. Zafarullah Khan, 2006, Tadhkirah, hal. 161, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 53. Ibid, hal 690. 54. Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman, Penerjemah. Dede A Nasruddin, E Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006), 263. 55. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 816, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 56. Ibid, hal 306. 57. Didapat dari (http:// studiislam.wordpress.com\2007\09\22\telaah-terhadap-ahmadiyahqadiyani\index.htm ) pada tanggal 30 Desember 2007.

58. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 20, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 59. Didapat dari http://www.irshad.org/brochures/criticalstudy.php.htm#Champion pada tanggal 18 Desember 2007. 60. Didapat dari http://www.alhafeez.org/rashid/contradictions.html, diakses tanggal 15 Januari 2008 61. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006) page 207, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 62. Ibid, 204 63. Ibid, hal 208. 64. M. Zafarullah Khan,2006, Tadhkirah, page 904, didapat dari http://www.alislam.org/library/ books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 65. Ibid, hal 229. 66. Didapat dari www.irshad.org\exposed\i-k.php.htm pada tanggal 23 Desember 2007. 67. Didapat dari www.irshad.org\exposed\i-k.php.htm pada tanggal 23 Desember 2007.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta : Cahaya Kirana Rajasa, 2006) 2. Ahmad Sunarto,Kamus Al Fikr, (Surabaya: Halim Jaya, 2002) 3. Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 2002) 4. Asep Burhanuddin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005) 5. Eksklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve) 6. Fatwa MUI No. 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 7. Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman, Penerjemah. Dede A Nasruddin, E Muhaimin, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006) 8. Ihsan Ilahi Dzahir, Mengapa Ahmadiyah Dilarang : Fakta Sejarah dan Itiqadnya, (Jakarta: PT Darul Farah, 2006) 9. Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra (Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2005) 10. Koentjaradiningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995) 11. Lukman Firdaus, Sejarah Perkembangan Ahmadiyah Cabang Surabaya, (Surabaya, 2007) 12. M Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian, (Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1992) 13. M. Zafarullah Khan, Tadhkirah, 2006,, didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Tadhkirah.pdf . didapat pada tanggal 19 Desember 2007. 14. M.Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al Quran, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 2003)

15. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsiran Al Quran, 1973) 16. Maulana Muhammad Ali, The Ahmadiyya Doctrine, (Pakistan:AAIIL Lahore, t.p.), 1, di download dari http://www.aaiil.org/text/books/mali/ahmadiyyadoctrine/ahmadiyyadoctri ne.shtml pada tanggal 15 Januari 2008. 17. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Truth about The Split (Aina Shodaqot), United Kingdom, 2007 18. Mirza Ghulam Ahmad , Kitab Al Bariyya terj. Ahmadiyah Anjuman Ishaat Islam Lahore U.S.A Inc, 1996 19. Mirza Ghulam Ahmad, A Brief Sketch Of My Life, From The Urdu Book Kitab Al Bariyya, (Kingsgate Road, Colombus United Ohio U.S.A.; t,p., 1996) didapat dari http://www.ahmadiyya.org/bookspdf/bar/sklife.pdf. tanggal 16 Desember 2007. 20. Mirza Ghulam Ahmad, Al Wasiyyat, Terj Zahid Aziz, (Nottingham England: t.p.,2000). didapat dari http://www.ahmadiyya.org/bookspdf/thewill/conts.htm, didapat tanggal 19 Desember 2007. 21. Mirza Ghulam Ahmad, Blessing Of Prayer,Terj Wakalat Tasnif (London : 2007). Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Blessings-ofPrayer.pdf, , pada tanggal 19 Desember 2007. 22. Mirza Ghulam Ahmad, Eik Galati Ka Izala Misconception Removed, (England, Islam Iternational Publication Ltd, 2007) 23. Mirza Ghulam Ahmad, The British Government and Jihad Government Angrezi Aur Jihad, translated by Abdul Wahab Mirza, (Islam International Publication, U.K, 2006). Didapat dari http://www.alislam.org/library/books/BritishGovt-and-Jihad.pdf tanggal 19 Desember 2007 24. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol I, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, t,p., 2006) didapat

dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 25. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol IV, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006), didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 26. Mirza Masror Ahmad, The Essense Of Islam Vol V, (United Kingdom : Islam International Publication Ltd, 2006), didapat dari http://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf; internet (diakses tanggal 15 Desember 2007). 27. Muhammad Ali, 1918, Ahmadiyya Movement, (Colored Printing Press; Lahore, t.p., 1918), didapat dari http://www.aaiil.org/text/books/mali/ahmadiyyamovement1founder/ahma diyya movement1founder.shtml. Didapat pada tanggal 23 Desember 2007. 28. Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum Dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Banten : IKAHAI, 2007) 29. Muslih Fathani, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Perspektif, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2002) 30. Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004), didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007. 31. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998) 32. Sumadi Soeryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998) 33. Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I, Cet ke XI (Yogyakarta: Andi OFFSET, 1989) 34. Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach II, (Yogyakarta : Andi OFFSET, 1994) 35. Thaha Dasuki Hubaisy, Munculnya Aliran-aliran Sesat Di Abad Modern, Bandung : CV Pustaka Setia, 2006)

36. Widodo, Amd. Kamus Ilmiah Populer, cet I, (Yogyakarta: Absolut Yogyakarta, 2001)

Appendiks A
Karya-karya Mirza Ghulam Ahmad berikut ringkasan isinya

1. Barahin-e-Ahmadiyah (Barahin Ahmadiyah) buku ini terdiri dari 5 jilid. Jilid pertama dan kedua diterbitkan pada tahun 1880 M, jilid yang ketiga tahun 1882 M, jilid keempat tahun 1884 M, dan jilid yang kelima diterbitkan pada tahun 1905 M. Buku ini memuat beberapa hal yaitu : semua kebenaran berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan agama dan semua kebenaran yang dapat dikumpulkan disebut Islam, tiga ratus bukti kuat, sempurna dan meyakinkan tentang kebenaran agama Islam, berbagai jawaban atas berbagai persangkaan, tuduhan, penolakan dan tuduhan miring dari penentang Islam, seperti kaum Yahudi, Kristen, Magi, Arya, Brahma, penyembah berhala, Ateis, Naturalis dan orag-orang yang tidak beragama, pembahasan kepercayaan-kepercayaan pengikut agama lain atas dasar agama, dan penjelasan atas wahyu-wahyu Ilahi.

2. Purani Tahrirain (Tulisan-tulisan Lama). Buku ini memuat artikel koresponden antara Ghulam Ahmad dan dengan beberapa pengikut Arya Samaj yang ditulis pada tahun 1979 M. Dan diterbitkan pada tahun 1889 M, oleh seorang muridnya. Buku ini memuat tiga masalah yaitu kesalahan teori penitisan dan perbandingan antara Al Quran dengan Wedha, bukti-bukti tentang wahyu, kebutuhan akan wahyu, bukti adanya wahyu, dan kesalahan ideologi Arya bahwa roh adalah kekal dan tidak diciptakan serta fakta Tuhan sebagai pencipta roh.

3. Surma Chasme Arya (Cela Bagi Kaum Arya) buku ini disusun pada tahun 1886 untuk memberi tahu kepada umum tentang hal-hal yang dipertanyakan oleh seorang pemimpin Arya, Murlidhar, dan jawaban yang diberikan Ghulam Ahmad. Topik yag dibahas dalam bukiu ini ada 4 hal yaitu : hakikat mujizat terbelahnya bulan oleh Nabi Muhammad, apakah keselamatan itu kekal atau terbatas, apakah roh dan berbeda itu kekal atau diciptakan oleh Tuhan, dan perbandingan antara Al Quran dan Wedha.

4. Shahna-e-Haq (Batalion Kebenaran). Buku ini juga dinamai Aryan ki Kisi Qadr Khidmat aur unke Vedon aur Nukta Chinion Kuceh Mahiyat (Sedikit pelayanan kaum Arya dan kebenaran tentang Wedha serta beberapa keberatan yang mereka ajukan) yang disusun pada tahun 1887 M. Buku ini disusun untuk menjawab ejekan kaum Arya terhadap Ghulam Ahmad dan menjawab serangan mereka terhadap Al Quran. Surat dari Alex R. Webb dari Amerika Serikat dan jawabannya ditulis oleh Mirza Ghulam Ahmad ditambahkan pada bagian akhir buku ini.

5. Shabz Ishtihar (selebaran hijau). Buku ini dinamai demikian karena karena dicetak dalam selebaran yang berwarna hijau yang disusun pada tahun 1888 M. judul lain untuk selebaran ini adalah Haqqani Taqreer bar Waqia Wafat Basyir (pidato kebenaran pada wafatnya Bashir). Buku ini disusun karena tanggal 20 Februari 1886 dan 8 April 1886 M, dan 17 Agustus 1887 M. Ghulam Ahmad menerbitkan selebaran yang mengumumkan kelahiran seorang putra yang memiliki kualitas khusus. Tanggal 17 Agustus 1887 seorang putra Ghulam Ahmad yang bernama Bashir telah lahir tetapi setahun kemudian dia meninggal dunia tanggal 4 November 1888. timbullah ejekan dari penentang Ghulam Ahmad bahwa nubuatannya mengenai kelahiran putra yang dijanjikannya itu palsu. Karna itu dibuatlah Sabz Istihar yang berisikan ajakan perhatian kepada orang-orang yang mengejeknya bahwa selebaran-

selebaran terdahulu berisikan tentang dua putra yang dijanjikan, dimana yang satu akan hadir kedunia dan akan meninggalkannya segera bagai seorang tamu sedangkan yang seorang lagi akan menjalani hidup panjang dan memenuhi nubuatan yang diumumkan Ghulam Ahmad. Dalam selebaran ini ditambahkan catatan dengan judul Tabligh (Penyampaian Pesan) yang berisikan tentang ajakan kepada umum untuk baiat kepada Ghulam Ahmad berdasarkan perintah Allah melalui ilham yang diterimanya, untuk meninggalkan hidup kotor dan demi memperoleh keimanan, belas kasih dan kecintaan Tuhan. Sesuai dengan ilham yang diterima Ghulam Ahmad Allah akan menolong mereka (yang telah berbaiat) melalui doa-doa yang dipanjatkannya dengan syarat mereka harus siap segenap hati dan jiwa untuk berbuat sesuai dengan bimbingan Ilahi.

6. Fath al-Islam (kemenangan Islam). Buku ini ditulis dan diterbitkan pada tahun 1891. Buku ini berisikan tentang hal-hal yang akan dikerjakan dalam rangkan menyebarkan dakwah Islam, yaitu menulis buku-buku untuk dicetak dan disebarkan, mencetak selebaran-selebaran dan surat edaran, melayani tamu yang datang ke Qadian, menulis surat kepada orang-orang diseluruh dunia, dan mengelola orang-orang yang telah berbaiat kepadanya. Dalam akhir buku ini Ghulam Ahmad mengajak kepada siapa saja untuk menyampaikan segala macam pertanyaan atau keberatan seputar Islam, Al Quran, Muhammad, dan tentang dirinya sendiri dalam bentuk tulisan. Karena ia akan menerbitkan segala pertanyaan atau keberatan beserta jawaban yang ia berikan dalam sebuah buku.

7. Tauzih-e-Maram (Penjelasan Maksud/Tujuan). Buku ini ditulis pada tahun 1891 dan merupakan bagian kedua dari buku Fath al-Islam buku ini diawali dengan kedatangan al-Masih kedua kali. Menurutnya kenaikan Isa bin Maryam ke langit itu hanyalah sebuah kiasan sebagaimana disebutkan dalam

Al-Kitab dan beberapa Hadits tentang kenaikan para Nabi ke langit. Begitu pula kedatangan Isa bin Maryam ke dunia pun adalah kiasan dalam bentuk seorang pengikut Nabi Muhammad yang memiliki sifat dan fungsi seperti Nabi Isa bin Maryam kepada Bani Israil. Selain itu buku ini berisikan tentang beberapa fungsi malaikat, khususnya fungsi malaikat Jibril. Di akhir buku Mirza Ghulam Ahmad mengajak kepada masyarakat umum agar mereka sudi membaca ketiga bukunya (Fath al-Islam, Tauzih-e-Maram dan Azalah Auham) dan tidak terburu-buru menolak pendapatnya.

8. Izalah Auham (Memperbaiki Beberapa Kesalahpahaman). Buku ini disusun pada tahun 1891 dan merupakan bagian ketiga dari buku Fath al-Islam, buku ini berisikan beberapa hal yaitu : orang-orang yang meragukannya supaya mencari keputusan Ilahi untuk memperlihatkan tanda-tanda langit seperti yang ia perlihatkan, jawaban terhadap pertanyaan mengenai apa yang dilakukan ia sebagai Masih Mawud (Al Masih yang dijanjikan di akhir zaman oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam) sebagaimana yang dilakukan oleh Al Masih bin Maryam Israili menghidupkan orang-orang mati maka ia pun diutus Allah untuk menghidupkan orang-orang yang telah mati ruhaninya, membahas tentang tanda-tanda kiasan kedatangan kedua Al Masih bin Maryam di akhir zaman, dan kutipan pertentangan-pertentangan di dalam injil.

9. Mubahisa Ludhiana (Debat Ludhiana). Buku ini disusun pada tahun 1891 berisikan tentang debat antara Ghulam Ahmad dengan Maulvi Abu Said Muhammad Husain selama dua belas hari dari tanggal 20 Juli 1891 mengenai kewafatan Nabi Isa Israili, dan pendakwaan Ghulam Ahmad sebagai al-Masih yang ditunggu-tunggu kedatangannya yang telah dijanjikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

10. Mubahisa Delhi (Debat Delhi). Buku ini disusun tahun 1891 berisikan tentang debat Ghulam Ahmad dengan Maulvi Muhammad Bashir mengutip empat ayat Al Quran untuk membuktikan bahwa Nabi Isa Israili masih hidup, sedangkan Ghulam Ahmad menerangkan bahwa menurut Al Quran sudah wafat dan tidak mungkin kembali untuk memperbaiki dunia dan kaum muslimin.

11. Asmani Faisla (Keputusan Samawi). Buku ini diterbitan dalam bulan Desember tahun 1892 berisikan tentang undangan kepada orang-orang yang telah men cap Ghulam Ahmad sebagai orang kafir, dajjal, penipu, tak beragama, murtad, terlaknat dan tersesat dari jalan Tuhan (khususnya kepada Nazir Maulvi Nazir Husain murid dari Maulvi Muhammad Husain). Dalam buku ini ia mengajak kepada orang-orang tersebut agar tidak terburu-buru menuduh, tetapi bersama-sama untuk mengambil keputusan Ilahi karena menurutnya Allah telah menjanjikan empat jenis bantuan Ilahi kepada orangorang yang muttaqi yaitu orang muttaqi menerima khabar ghaib sebelum terjadinya suatu peristiwa karena orang muttaqi dianugerahi informasi mengenai apa yang akan terjadi baik tentang tokoh-tokoh penting dunia, masalah nasional, maupun masalah internasional, doa-doa orang muttaqi akan didengar dan diterima Allah dan orang muttaqi dianugerahi ilmu mengenai rahasia-rahasia wahyu Ilahi (Al Quran) mengajak kepada para penentangnya untuk untuk sama-sama berdoa kepada Allah. Buku ini ditutup dengan pengumuman kepada para pengikutnya untuk mengadakan kongres tahunan selama tiga hari yang diselenggarakan pada setiap tanggal 27 sampai dengan 29 Desember setiap tahunnya dimana tujuan dari kongres tersebut adalah agar bisa berkumpul, mendengarkan wejangan-wejangan ruhani dan shalat berjamaah.

12. Nisan-e-Asmani Syahadatul Mulhimin (Tanda-tanda Langit, Kesaksian Penerima Ilham), buku ini diterbitkan pada tahun 1982 yang memuat tentang : kesaksian orang-orang suci yang mendukung pendakwaan Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi dan Al Masih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman oleh nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Misalnya kesaksian Ghulam Shah yang telah wafat tiga puluh tahun sebelumnya tentang Imam Mahdi dan Nubuatan Nikmatullah yang terkandung dalam puisinya dalam bahasa Persia yang menyatakan bahwa nama Al Masih yang dijanjikan itu adalah Ahmad dan akan memiliki seorang putera yang luar biasa; pernyataan Ghulam Ahmad mengenai hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang kedatangan mujaddid pada setiap penghujung abad untuk menyegarkan agama Islam mengenai hadits nabi yang menyatakan bahwa yang menentang Al Masih yang dijanjikan itu adalah para ulama Islam itu sendiri; pernyataan Karim Bakhs Jamalpuri tentang Ghulab Shah yang telah berkata tiga kali bahwa nama Al Masih yang dijanjikan itu adalah Ghulam Ahmad yang akan lahir di Qadian dan al Masih Israili telah wafat, Ghulam Ahmad memberitahu pembaca agar tidak terburu-buru menentangnya dan mengajak untuk berserah diri dari segala prasangka dengan berdoa kepada Allah dan pengumuman tentang rencana untuk mempersiapkan tabligh Islam di India dan membicarakan buku-buku yang ingin ditulis setelah buku ini.

13. Aainai-e-Kamalate Islam (Cermin Kesempurnaan Islam) buku ini terdiri dari dua bagian : bagian pertama dalam bahasa Urdu yang diterbitkan dalam tahun 1892 dan bagian kedua dalam bahasa Arab diterbitkan pada tahun 1893. Nama lain buku ini adalah Dafi al-Wasawis (penghapus prasangka) dan buku ini berisikan beberapa hal yaitu Ghulam Ahmad tidak heran adanya beberapa orang yang mengkafirkan dan menyesatkan dirinya karena hal itu dilakukan terhadap utusan Tuhan, tanggapan dia terhadap pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan yang dianggap keliru misalnya tentang wahyu, malaikat, kenabian yang

memberi dukungan kepada siapapun yang menyerang Islam; beliau ingin menunjukkan wajah Islam yang indah kepada dunia, membuktikan bahwa Islam adalah agama yang hidup dan kemenangan Islam sudah dekat, dan beliau menghormati pemerintah Inggris yang memberikan kebebasan beragama, kedamaian memelihara peraturan perundang-undangan dan mendoakan serta mengajak ratu Inggris untuk memeluk Islam.

14. Barakat ad-Dua (Berkat-berkat Doa), buku ini disusun pada tahun 1893 M yang berisikan beberapa hal misalnya (1) bantahan Ghulam Ahmad terhadap buku Ad Dua wa Istajabah yang dikarang oleh Sir Sayyid Ahmad Khan yang menyatakan bahwa diterimanya sesuatu doa bukanlah fakta nyata melainkan hanya perasaan terhibur dalam hati seseorang setelah berdoa kepada Tuhan, dan menyatakan bahwa wahyu bukanlah pesan dari sumber luar melainkan hanya sesuatu yang dirasakan kuat oleh seseorang ketika ia mendapatkan ide (2) tujuh prinsip penafsiran Al Quran menurut Ghulam Ahmad yaitu pertama antara satu ayat Al Quran dengan ayat lainnya tidak bertentangan dan antara satu ayat dengan ayat lainnya saling menafsirkan kedua, tafsir Al Quran harus sesuai dengan tafsir Rasulullah sendiri ketiga tafsir Al Quran harus sesuai dengan tafsir para sahabat Rasulullah keempat, hanya orang sucilah yang benar-benar tahu tentang Al Quran kelima, harus menguasai leksikon keenam system ruhani berhubungan erat dengan sistem jasmani ketujuh, harus memperhatikan kasyaf dan ilham yang diterima orang-orang suci karena hal itu merupakan penjelas masalah-masalah ruhani. 15. Hujjatul Islam (Dalil-dalil Islam) buku ini diterbitkan pada tahun 1893 yang berisikan himbauan kepada Dr. Henry Martin Clarke dan beberapa orang Kristen lainnya pada fakta bahwa Islam sajalah agama yang hidup di dunia karena memiliki tanda-tanda agama yang hidup sedangkan Kristen telah mengalami kegelapan dan tidak lagi memiliki tanda sebagai agama yang hidup.

16. Sachai ka Izhar (pernyataan kebenaran) buku ini diterbitkan pada tahun 1893 yang memuat janji Abdullah Atham untuk menjadi muslim jika gagal dalam debat serta memuat surat orang Arab terpelajar dari Hijaz dan Syiria yang menggugat pendakwaan Ghulam Ahmad sebagai Al Mahdi dan Al Masih yang dijanjikan.

17. Jang-e-Muqaddas (Peperangan suci) buku ini disusun tahun 1893 yang berisikan debat antara Ghulam Ahmad sebagai wakil kaum muslimin dengan Abdullah Atham sebagai wakil Kristiani tanggal 22 Mei 1893 sampai dengan 5 Juni 1893 sedangkan pemimpin debat dari kaum muslimin adalah Ghulam Qadir Fasih dari kaum Kristen adalah pendeta Dr Henry Martin Clarke.

18. Syahadah Al Quran (Kesaksian Al Quran) buku ini disusun tahun 1893 yang memiliki judul lengkap Al Quran Ala Nuzul al-Masih al-Mawud fi akhir azzaman yang berisikan tentang kesaksian Al Quran mengenai turunnya alMasih yang dijanjikan di akhir zaman.

19. Tuhfa-e-Baghdad (Hadiah untuk Baghdad) buku ini disusun 1893 yang berisikan tanggapan tentang Ghulam Ahmad terhadap selebaran dan surat berbahasa Arab dari sayyid Abdul Razaq Baghdadi yang menyatakan bahwa pendakwaan Ghulam Ahmad sebagai Masih Mawud bertentangan dengan syariat Islam. Dalam bukunya ini Ghulam Ahmad berusaha membuktikan tentang kewafatan Nabi Isa, berkelanjutannya wahyu Ilahi dalam Islam, kedatangan para mujaddid. Ia juga menghimbau kepada sayyid Abdul Razaq Baghdadi untuk tidak terpegaruh ulama Islam saat itu yang mendustakan dirinya serta menganjurkan untuk mendirikan shalat istikharah selama tujuh hari untuk menanyakan kepada Allah tentang pendakwaan kebenaran pendakwaan Ghulam Ahmad sebagai Masih Mawud.

20. Karamat ash-Shadiqin (Mukjizat-mukjizat orang benar) buku ini disusun 1893 yang memuat empat puisi pujian terhadap Nabi Muhammad dan tafsir surat al-Fatihah. Buku ini disusun untuk menjawab tuduhan Maulvi Muhammad Husain yang menganggap Ghulam Ahmad tidak mengerti bahasa arab dan tidak tahu tentang interpretasi Al Quran sehingga tidak pantas mendapat bantuan dari langit serta menuduhnya sebagai pembohong dan dajjal dalam hal ini Ghulam menantang Maulvi untuk menulis tafsir salah satu Al Quran dalam bahasa arab yang pada bagian akhirnya harus ada 100 pujian terhadap Nabi Muhammad.

21. Hamamat al-Busra (Merpati kabar baik) buku ini ditulis 1894 yang berisikan tentang dajjal, kematian Isa bin Maryam, kemunculan Al Masih yang dijanjikan di akhir zaman, dan tentang itikad lainnya dari Ghulam Ahmad. Buku ini ditulis untuk memenuhi permohonan salah seorang ulama Islam yang berasal dari Arab yang bernama Muhammad Ibn Ahmad Makki yang telah baiat kepada Ghulam Ahmad pada saat mengadakan perjalanan ke India untuk disampaikan kepada orang-orang yang memerlukannya di tempat asalnya Arab.

22. Nur al-Haqq (Cahaya kebenaran) buku ini disusun pada tahun 1894 yang berisikan tentang bantuan Ghulam Ahmad yang berisikan tentang Tauzin alAqwal karya Imaduddin (salah satu umat Kristen yang murtad dari Islam) yang telah menuduhnya akan mengadakan pemberontakan kepada pemerintah India yang syah saat itu (Inggris) dengan mengeksploitasi gagasan jihad dalam Islam. Dalam bukunya ini Ghulam Ahmad menyatakan tentang kesetiaannya terhadap pemerintah Inggris karena telah berlaku adil dan simpatik kepada rakyat India dengan memberikan kebebasan beragama kepada seluruh rakyat India.

23. Itmam al-Hujjah (Menyempurnakan dalil-dalil) buku ini disusun tahun 1894 yang berisikan tentang jawaban Ghulam Ahmad terhadap tantangan Maulvi Rasul Baba dari Amritsar yang telah menulis sebuah buku untuk membuktikan bahwa nabi Isa masih hidup di langit dan mengumumkan hadiah 1000 Rupee bagi siapa yang dapat membuktikan bahwa nabi Isa sudah wafat. Dalam bukunya ini Ghulam Ahmad mencoba untuk membuktikan bahwa nabi Isa telah wafat di dunia.

24. Sirr al-Khalifah (Rahasia khilafat) buku ini ditulis 1894 yang menulis tentang perbedaan pemahaman khilafah dikalangan Sunni dan Syiah, dan dalam bukunya ini beliau berusaha membuktikan bahwa khilafah ArRasyidin adalah para khilfah yang benar yang mendapat bimbingan dari Allah dan membantah faham Syiah yang menolak khalifah pertama.

25. Anwar al-Islam (cahaya Islam) buku terbit tahun 1894 yang berisikan ajakan kepada seorang tokoh Kristen yang bernama Abdullah Atham untuk bersumpah kepada Allah bahwa ia tidak gentar oleh wahyu yang diterima oleh Ghulam Ahmad dan bahwa Atham akan dihukum oleh Tuhan dalam masa 15 bulan setelah wahyu itu diterima karena ia telah mencaci maki Islam dan Nabi Muhammad.

26. Minan ar-Rahman (hadiah-hadiah Allah Yang Maha Pengasih) buku ini ditulis 1895 dan baru dicetak tahun 1915 buku ini memuat tentang pengalaman Ghulam Ahmad bahwa dia merasakan adanya sebuah perasaan yang terpukau yang luar biasa kepada ayat yang ia baca yang berbunyi wakadzalika auhaina ilaika Quranan Arabiyyan.. setelah itu beliau berdoa agar diberitahukan kepadanya apa yang harus dilakukan untuk mencapai kemenangan Islam. Selain itu dalam buku ini beliau menyatakan

dan berusaha membuktikan bahwa bahasa Arab merupakan induk seluruh bahasa di seluruh dunia.

27. Zia ul-Haq (cahaya kebenaran) buku ini ditulis 1895 yang temanya sama dengan buku Anwar al-Islam dimana isinya membuktikan bahwa Abdullah Atham gentar dan mengakui kebenaran Islam.

28. Nur Al Quran (cahaya Al Quran) buku ini ditulis tahun 1895 dan merupakan kelanjutan dari buku Minan ar-Rahman buku ini memuat balasan surat kepada seorang Kristiani yang telah menulis tentang tuduhan kotor terhadap Nabi Muhammad dan didalamnya menjelaskan secara terperinci betapa mulia dan sempurnanya Nabi Muhammad.

29. Miyar al-Madzahib buku ini ditulis tahun 1895 untuk menjawab tuduhan dari kaum Arya dari Qadian yang mengejek Nabi Muhammad. Padahal mereka sendiri menganjurkan adat nayog (menganjurkan wanita berbuat serong dengan lelaki bukan suaminya agar mendapat anak) dan dalam buku ini Ghulam Ahmad mengajukan 2 usul : (1) seseorang tidak diperkenankan mengejek kitab suci agama lain mengenai hal-hal yang juga terdapat dalam kitab suci mereka (2) jika sekelompok orang telah menerbitkan kitab suci mereka sebagai bahan referensi maka orang lain tidak diperkenankan mengambil referensi kitab-kitab lain yang telah diterbitkan dalam referensi itu.

30. Arya Dharma (Agama Arya) buku ini diterbitkan tahun 1895 yang memuat tentang bantahan terhadap ejekan kaum Arya terhadap Baba Nanak (pendiri Hindu Sikh). Dalam tulisannya ini Ghulam Ahmad berusaha membuktikan bahwa Baba Nanak adalah seorang muslim berdasarkan tindakan dan ucapannya. Selain itu buku ini memuat kriteria agama yang sesuai dengan

firasat manusia, kebebasan beragama yang diberikan pemerintah, serta rincian agama Arya, Kristen dan Islam.

31. Islami Ushul ki Philosophi (Filsafat ajaran Islam) buku ini disusun tahun 1897 yang aslinya adalah pidato untuk dipresentasikan pada konfrensi agamaagama dikota Lahore diselenggarakan oleh seorang Hindu yang mengundang wakil-wakil dari setiap agama untuk menjelaskan ajaran agamanya, masingmasing mengenai persoalan sebagai berikut : keadaan fisik, moral, dan ruhani manusia, kehidupan setelah mati, tujuan hidup didunia dan cara mencapaunya, dampak amal perbuatan di dunia akhirat, dan jalan untuk memperoleh ilmu dan marifat Ilahi.

32. Sul Buchan (Perkataan yang benar).

33. Anjam-e-Atham (Akhir riwayat Atham) buku ini ditulis 1896 setelah kematian Abdullah Atham yang berisikan tentang mengingatkan kepada orang-orang tentang nubuatan Ghulam Ahmad terhadap kematian Abdullah Atham, menerangkan tentang Allah Bapak, Anak Allah, dan roh Kudus yang menjadi komite Tuhan kaum Kristen, undangan para ulama Islam yang mencap ia sebagai orang kafir Kadzdzab untuk melakukan perang doa (mubahalah).

34. Siraj-e-Munir (lentera yang terang) ditulis tahun 1897 memuat tentang pembuktian wahyu-wahyu yang diberikan kepada Ghulam Ahmad dan ia mengharapkan kepada orang-orang untuk merenungkan dukungan Ilahi yang selalu ia terima yag tidak didapatkan oleh setiap para pendusta. Selain itu Ghulam Ahmad menerangkan bahwa tidak akan datang seorang nabi apa pun, kecuali yang berada dalam syariat Nabi Muhammad.

35. Istifta (menyakan masalah agama) buku ini disusun tahun 1897 yang berisikan ulasan terhadap wahyu yang ia terima terhadap cobaan yang akan dihadapinya ketika menulis Barahin-i-Ahmadiyyah pada beberapa tahun sebelumnya yaitu kasus kematian Abdullah Atham penentang Maulvi Muhammad Hussain dan penentang kaum Arya (khususnya Lekhram).

36. Hujjatullah (Dalil-dalil dari Allah) buku ini ditulis tahun 1897 didalamnya Ghulam Ahmad menyatakan bahwa karya-karyanya dalam bahasa Arab memakai standart bahasa yang tinggi tetapi Maulvi Muhammad Hussain telah melarang orang-orang untuk membacanya. Dalam tulisannya ini Ghulam menantang Hussain dengan cara akan mencampur tulisannya dengan tulisan seorang license Arab kemudian ia meminta Muhammad Hussain untuk memisahkan antara keduanya.

37. Tohfa-e-Qaidalshara (bingkisan untuk Ratu) karya ini ditulis pada tahun 1897 merupakan surat dalam bentuk buku yang diserahkan kepada Ratu Inggris melalui pejabatnya pada peringatan pesta intan Ratu Inggris yang mana didalamnya memuat beberapa hal : pendakwaan penulis sebagai al-Masih dan al-Mahdi, penjelasan tentang jihad dalam Islam, penjelasan tentang Yesus Kristus, penjelasan tentang Islam, dan ajakan kepada Ratu Inggris untuk memeluk agama Islam.

38. Sirajuddin Isai ke char sawalon ka jawab (empat pertanyaan Sirajuddin dan jawabannya), buku ini disusun tahun 1897 berisikan tentang jawaban penulis terhadap empat pertanyaan yang diajukan oleh Prof Sirajuddin (seorang Kristiani) yaiu Kristus datang kedunia untuk mencintai manusia dan mengorbankan hidupnya untuk mereka, apakah pendiri Islam juga demikian ? Jika tujuan Islam memanggil keEsaan Tuhan, mengapa kaum muslim awal harus berperang melawan Yahudi yang juga mengajarkan tentang keEsaan

Tuhan ? manakah ayat-ayat Al Quran yang menunjukkan kecintaan Tuhan kepada manusia ? Apakah pendiri Islam juga mengatakan seperti Yesus Kristus datanglah kepadaku kamu yang lemah agar aku dapat memberi kesenangan, aku adalah cahaya dan aku adalah jalan, aku adalah hidup dan aku adalah kebenaran ?.

39. Kitab al-Bariyya (buku tentang rincian pembebasan), buku ini ditulis tahun 1898 berisikan rincian tentang jalannya siding antara Ghulam Ahmad dituduh telah membunuh Dr Henry Martin Clarke, dalam siding ini Ghulam Ahmad telah dituduh membunuh Abdullah Atham melalui Abdul Hamid. Hakim siding ini (M.W. Douglas) menyatakan bahwa Ghulam Ahmad tidak terbukti membunuh Atham, dalam peristiwa ini justru menunjukkan adanya rekayasa dari kaum misionaris Kristen. Dalam tulisannya ini Ghulam menghimbau pemerintah Inggris untuk memperhatikan bahasa-bahasa kotor yang dilontarkan kaum Kristen kepada Nabi Muhammad, dan meminta agar melarangnya secara hukum agar tidak terulang lagi.

40. Al-Balagh (penyampaian pesan) buku ini ditulis 1897 tetapi baru diterbitkan tahun 1922. buku ini sering disebut Farya-e-Dard (keluhan rasa sakit) yaitu rasa sakit akibat isi buku Ummahat al-Muslimin karya Dr Ahmad Syah yang menghina istri Nabi Muhammad. Kriteria orang yang dapat menjawab tuduhan keji tersebut harus memenuhi hal-hal sebagai berikut : menguasai bahasa arab, mempelajari buku-buku tafsir dan hukum, mengerti ilmu alam, kedokteran dan geografi, mengenal bahasa Ibrani agar dapat membaca nubuatan-nubuatan dalam Al Kitab, ia harus takut dan cinta kepada Allah, berhati suci dan berakhlaq mulia, mengerti sejarah, mengetahui ilmu logika, memiliki buku-buku autentik, mengabdikan hidupnya untuk agama, dan menjadi penerima kekuatan mujizat untuk menjalankan debat.

41. Dharurat al-Imam (kebutuhan adanya imam) buku ini ditulis tahun 1897, dalam bukunya penulis menyatakan bahwa orang-orang yang takut kepada Allah akan mencari imam pada zamannya dan saat ini ia mendakwahkan diri sebagai imam zaman atas perintah Allah. Menurut Ghulam Ahmad seorang imam harus memenuhi kualitas manusia sebagai berikut : memiliki karakter kuat dan moral yang tinggi, memiliki kemampuan memimpin, yaitu siap maju di jalan yang benar, memiliki ilmu yang luas, berkemauan kuat, tidak kenal lelah dan putus asa, menyandarkan bantuan hanya kepada Allah dan selalu yakin bantuan Allah akan datang dan Allah menganugerahi dengan wahyu dan penlihatan ruhani, sebagai ilmu ruhani dari Allah.

42. Najm al-Huda (Bintang penuntun) buku ini ditulis tahun 1898 tujuan tulisannya untuk memberikan dalil-dalil tentang pendakwaan penulis sebagai imam Mahdi dan al-Masih yang dijanjikan kedatangannya diakhir zaman oleh Muhammad. Di dalamnya Ghulam Ahmad mengemukakan tentang

kesempurnaan Nabi Muhammad, makna Muhammad dan Ahmad, tugas yang diemban untuk mengalahkan dajjal, ilham-ilham yang diterima tentang masa mendatang, gerhana matahari dan bulan dalam bulan puasa yang mendukung kebenaran pendakwaannya, serta tentang kematian Lekhram sebagai pembuktian wahyu yang ia terima dari Allah.

43. Raaz-e-Hakikat (Rahasia Kebenaran) buku ini ditulis 1898 yang isinya menguraikan biografi Nabi Isa, nasihat kepada para pengikutnya untuk tidak membalas cacian dengan cacian kepada pihak penentang, dan rasa syukur penulis buku kepada Allah atas buktinya kuburan di Khanyar Srinagar Kashmir, sehingga mendukung pendakwaan Nabi Isa telah meninggal.

44. Kasyful Ghita (menyibak tirai) buku ini ditulis tahun 1898 yang berisikan rincian tentang keluarga Ghulam Ahmad dan jamaah Islam Ahmadiyah untuk

dibaca perintah Inggris yang terbagi menjadi 4 pokok permasalahan : (1) siapakah Ghulam Ahmad dan asal keluarganya (2) ajaran-ajaran Ghulam Ahmad kepada pengikutnya (3) berbagai karyanya yang harus diketahui Inggris khususnya pendakwaan yang telah dibelotkan oleh penentangnya (4) perlakuan para ulama Islam setelah pendakwaan dirinya sebagai mujaddid di abad ini.

45. Ayam-e-Sulh (Hari-hari Kedamaian) buku ini disusun tahun 1899 berisikan tentang : wabah pes saat itu di India, beberapa alasan mengapa shalat itu wajib bagi setiap muslim, penerimaan suatu kebenaran pada saat seseorang masih berjuang melawan keraguan dan prasangka adalah keimanan sejati, beberapa cara untuk menguji kebenaran pendakwaan seseorang yang mengaku utusan Tuhan, mengingatkan kepada siapapun bahwa atas pertolongan Allah orangorang yang menentang Ghulam Ahmad mengalami kegagalan, misalnya Abdullah Atham dan Lekhram, dimana pada saat konferensi agama-agama pidato Ghulam Ahmad dianggap yang terbaik serta kekalahan Dr Clarke dalam pengadilan dan kasus Ahmad Beg dari Hoshiarpur.

46. Haqiqah al-Mahdi (Hakikat Imam Mahdi), buku ini disusun tahun 1899 berisikan tentang perbandingan Ghulam Ahmad dengan ulama Wahabi tentang kedatangan Imam Mahdi akan menumpahkan darah sedangkan menurut dirinya Imam Mahdi harus bekerja untuk kemajuan Islam secara damai.

47. Masih Hindustan Mein (al-Masih India) buku ini ditulis tahun 1896 dan di cetak tahun 1908 yang berisikan tentang beberapa bukti Nabi Isa diturunkan dari salib dalam keadaan hidup, bukti-bukti Nabi Isa selamat dari kematian diatas salib, beberapa bukti dan pengobatan tentang pengobatan terhadap luka

yang dialami Nabi Isa setelah penyaliban, dan bukti-bukti dari sejarah tentang perjalanan Nabi Isa dari Palestina dan Afganistan sampai India.

48. Sitara-e-Qaisharah (bintang sang ratu) buku ini dipublikasikan tahun 1889 yang isinya merupakan ulangan dari buku Tohfa-e-Qaisara tetapi dengan cara yang berbeda yaitu tentang kebebasan beragama yang dimiliki masyarakat dan ucapan terima kasih kepada pemerintah Inggris yang telah memberikan hal itu. Selain buku ini berisi tentang pendakwaan dirinya sebagai al-Masih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman.

49. Tiryaq al-Qulub (Penyejuk Hati) buku ini ditulis tahun 1899 yang berisikan : puisi tentang manusia paripurna, penjelasan tentang Muhammad dan Ahmad, nasihat kepada para pengikutnya untuk menegakkan kedamaian dan melarang perlawanan dengan perang fisik.

50. Tohfa-e-Ghaznafiyya (Bingkisan untuk para Ghaznavi) buku ini ditulis tahun 1900 dan diterbitkan tahun 1902, disusun untuk menjawab selebaran yang dibuat oleh Maulvi Abdul Haq Ghaznawi yang mengejek Ghulam Ahmad.

51. Roidad-e-jalsa-e-Dua (saat-saat pertemuan doa) buku ini tahun 1900, berupa khutbah Idhul Fitri mengenai tafsir surah An-Nash dan mengajak kepada para anggota jamaah Islam Ahmadiyah untuk mendoakan pemerintah Inggris di India saat itu atas kebaikannya dalam memerintah.

52. Khutbah Ilhamiyyah (khutbah yang diilhami) buku ini ditulis tahun 1900, berupa khutbah Idhul Adha dalam bahasa Arab yang ditulis secara detail (kata perkata) oleh Hadrat Maulvi Nuruddin dan Hadrat Abdul Karim atas permintaan Ghulam Ahmad sendiri, karena menurutnya khutbah ini berisi wahyu Ilahi yang diturunkan oleh Allah. Buku ini terdiri dari V bab, satu bab

berupa khutbah yang diwahyukan dan sisanya ditulis kemudian, isi buku berupa pengorbanan dan penjelasan tentang pendakwahan dirinya berdasarkan Al Quran dan Hadits.

53. Lujjat an-Nur (lautan cahaya), buku ini disusun tahun 1900 dan diterbitkan tahun 1910. Adapun isinya mengenai : Ghulam Ahmad diberi wahyu oleh Allah mengenai akan diterimanya dia oleh berbagai agama Islam dan para raja akan banyak bergabung dengannya, rincian beberapa wahyu yang disampaikan oleh Allah kepadanya sebagai bukti pendakwaan dirinya sebagai Imam Mahdi dan Al Masih yang dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad, kisah tentang biografi dirinya dan kebutuhan zaman ini akan seorang pembaharu sesuai alasan diutusnya oleh Allah.

54. Government Angrezi aur Jihad (pemerintah Inggris dan jihad), buku ini ditulis tahun 1900 yang berisi : prinsip penulis tentang jihad dalam Islam yang bermakna berjuang dengan tanpa kekerasan, alasan penulis yang kooperatif terhadap pemerintahan Inggris adalah berdasarkan ajaran Al Quran yang tidak memperkenalkan menyerang pemerintah yang tidak ikut canpur dalam masalah keimanan dan pengembangan agama dan nasihat terhadap pengikutnya untuk menjauhi sifat-sifat kekerasan dan menunjukkan simpati kepada seluruh umat manusia.

55. Tohfa-e-Gholarhviyya (bingkisan untuk Gholarhvi), buku ini disusun tahun 190 dan diterbitkan tahun 1902, yang berisikan tentang : usaha penulis untuk membuktikan kepada umat manusia tentang salah satu bukti pendakwaan dirinya yaitu ia dapat hidup lebih dari 23 tahun sejak ilham-ilham yang diterimanya, tanda-tanda kedatangan al-Masih yang dijanjikan, dan kutiban tentang nubuatan oleh Danel dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam bahasa Urdu.

56. Arbain (40 Brosur), nama lengkap buku ini adalah Arbain li Itmani Hujjati ala al-Mukhallifin disusun tahun 1900, berisikan tentang : (1) Tujuan diutusnya Ghulam Ahmad untuk memperbaiki dunia dengan cara yang dilakukan oleh Nabi Isa, oleh karena itu ia disebut Masih Mawud (al-Masih yang dijanjikan), (2) tentang sunnatullah, bila manusia sudah banyak meninggalkan keruhaniaan dan mengejar keduniaan maka Allah selalu mengutus mujaddid (pembaharu) ke dunia, (3) cetakan ulang selebaran Tohfai Gholarviyya, (4) kutipan Taurat dan kitab suci lainnya tentang nabi / rasul palsu, (5) nasihat kepada para pengikutnya untuk menguatkan keimanan mereka (6) bahaya yang sedang dihadapi umat Islam (7) ktipan dari beberapa orang suci yang menyatakan dirinya sebagai pembaharu untuk zaman ini.

57. Ijaz al-Masih (mukjizat al-Masih), buku ini ditulis tahun 1901, yang isinya tentang tafsir surat Al Fatihah. Lahirnya buku ini dilatarbelakangi adanya tantangan dari Ghulam Ahmad pada Pir Mehr Ali Syah untuk bersama-sama berlomba untuk menulis tafsir surat al-Fatihah, yang hasilnya harus dinilai oleh tiga orang penulis Arab. PirMehr Ali Syah tidak menulis tafsir itu tetapi Ghulam Ahmad menyelesaikan tafsir itu pada tanggal 23 Februari 1901.

58. Ek Ghalati ka Izala (memperbaiki kesalahan), buku ini ditulis tahun 1901, berupa brosur yang ditulis oleh Ghulam Ahmad untuk menghilangkan keraguan tentang pendakwaan kenabian dirinya. Ghulam Ahmad menyatakan menyatakan berdasarkan wahyu-wahyu yang ia terima bahwa ia telah dipanggil oleh Allah dengan sebutan Nabi dan Rasul sebanyak ribuan kali, menurutnya Allah memberitahu dirinya, meskipun dirinya tidak syariat baru dan kenabian/kerasulan yang berdiri sendiri, tetapi ia tetap dipanggil Nabi.

59. Dafi al-Bala wa Miyar al-Ahl al-Ishtifa (menangkal bala dan kriteria orangorang pilihan), buku ini ditulis tahun 1902 berupa booklet yang berupa

kutipan-kutipan wahyu yang ia terima mengenai : (1) wabah pes yang mewabah saat itu yang diakibatkan adanya penolakan terhadap dirinya sebagai utusan Allah (masih mawud), (2) wabah pes ini akan berakhir jika masyarakat percaya kepada utusan Allah atau setidaknya berhenti mencaci beliau sebagai orang kafir dan dajjal, (3) selama wabah pes berjangkit ia mendapat wahyu dari Allah bahwa penghuni kota Qadian yang beriman kepada dirinya akan selamat dari wabah pes ini dan peristiwa ini akan menjadi tanda bagi siapapun yang mengambil pelajaran.

60. Al-Huda wa Tabshirat li Man Yara (penuntun dan penjelasan bagi yang membuka mata), buku ini disusun tahun 1902, berisi tentang : keadaan kaum muslimin, keadaan raja-raja muslim, keadaan para ulama Islam, keadaan surat kabar-surat kabar, keadaan para filsuf dan ilmuan, keadaan para pemimpin agama, keadaan golongan-golongan muslim, huru hara yang dilakukan oleh pengikut agama lain, solusi berbagai macam problem yang dihadapi berkenan dengan hal itu. Buku ini ditulis setelah adanya reaksi yang berbeda dari para ulama Mesir saat itu yang dikirimi kitab Ijaz al-Masih oleh dirinya, dimana redaksi Manazhar dan Al-Hilal sangat menghargai kitab itu, tetapi reaksi alManar (Syaikh Muhammad Rasyid Ridha) mengejeknya dan malahan ia mampu menulis buku dalam waktu kurang dari 70 hari seperti yang dilakukan Ghulam Ahmad.

61. Nuzul al-Masih (kedatangan al-Masih) buku ini ditulis tahun 1902 dan dicetak tahun 1903. memuat : bantahan terhadap redaksi Paisa Akbar yang mengarang cerita bahwa di Qadian telah banyak yang meninggal dunia akibat penyakit pes, dimana berita itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, nasihat penulis terhadap redaksi tersebut untuk berhenti berdusta agar tidak mendapatkan hukuman dari Allah, nasihat penulis kepada para pengikutnya

untuk tidak bersikap angkuh terhadap orang lain karena Allah tidak menyukai sifat tersebut, kritis atas beberapa faham Syiah yang dianggap keliru.

62. Kisti-e-Nuh (bahtera Nuh), buku ini disusun tahun tahun 1902, memuat tentang : jaminan Ghulam Ahmad tentang jaminan terhadap para pengikutnya yang setia untuk tidak akan terjangkit wabah pes yang melanda walaupun tidak disuntik serum yang diadakan oleh pemerintah, penjelasan tentang masalah-masalah ruhani, agama dan akhlak dalam Islam, penjelasan tentang Al Quran, as-Sunnah dan Hadits dan uraian penulis tentang perbedaan ajaran Islam dan Kristen.

63. Tohfatan Nadwa (bingkisan untuk sebuah perkumpulan), buku ini diterbitkan tahun 1902, berupa himbauan kepada para anggota Nadwah al-Ulama yang mengadakan rapat di Amritsar tanggal 9-11 Oktober 1902, agar menguji kebenaran pendakwaan dirinya dengan Al Quran.

64. Ijaz-e-Ahmadi (Mukjizat Ahmadi) buku ini disusun tahun 1902, merupakan pelengkap dari buku Nuzul al-Masih ditulis selama tiga hari atas permintaan salah seorang penentang yaitu Maulvi Sanaullah. Buku ini mengulas tentang tanda-tanda langit yang mendukung pendakwaan dirinya berupa pembuktian seluruh nubuatan yang beliau terima dari Allah, didalam buku ini dicantumkan pula ajakan penulis kepada Maulvi Sanaullah untuk

bermuhabalah (perang doa).

65. Review Bar Mabahisa Batalwi wa Chakralwi (ulangan debat dengan Batalwi dan Chakralwi), buku ini ditulis tahun 1902, berupa ringkasan tentang perdebatan antara Abu Said Muhammad (yang sangat menekankan keauntetikan Hadits) dengan Maulvi Abdullah (yang menolak keauntetikan Hadits secara keseluruhan). Dalam buku ini Ghulam Ahmad menyatakan

tentang tiga sumber Islam yaitu sumber Islam yang pertama adalah Al Quran berupa firman Allah yang saling mendukung antara ayat yang satu dengan yang lainnya, sumber Islam yang kedua adalah as-Sunnah yaitu seluruh perbuatan Nabi Muhammad berdasarkan Al Quran, sumber Islam yang ketiga adalah al-Hadits yaitu kebiasaan ucapan Nabi Muhammad yang dikumpulkan sekitar 150 tahun setelah Nabi Muhammad wafat.

66. Mawahib ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih), buku ini ditulis tahun 1903 berupa beberapa kepercayaan dan keyakinan Ghulam Ahmad dan para pengikutnya mengakui keseluruhan rukun iman dan Islam sebagaimana kepercayaan seluruh kaum muslimin lainnya, untuk menunjukkan bahwa jaran yang dibawa dan yang didakwahkannya adalah ajaran Islam, bukan agama baru yang dituduhkan oleh beberapa penentangnya.

67. Naseem-e-Dawat (himbauan yang menyejukkan), buku ini disusun tahun 1903, berisikan tentang 3 hal yang harus dipenuhi seseorang yang memutuskan untuk pindah keagama lain yaitu : Apa yang dikatakan oleh agama yang bersangkutan tentang Tuhan? Apakah agama tersebut menyebabkan hubungan yang saling menguntungkan antar pemeluknya? Apakah agama tersebut mengajarkan akhlak yang baik?. Ketiga syarat tersebut disampaikan Ghulam Ahmad untuk membandingkan agama Islam dengan Kristen dan Arya.

68. Sanatun Dharm (Sanata Dharma), buku ini diterbitkan tahun 1903, berisikan tentang penjelasan penulis tentang ajaran Nayog (menyuruh istri berhubungan badan dengan lelaki lain untuk mendapatkan anak) dalam ajaran agama Arya Samaj yang menurutnya tidak sesuai dengan kemanusiaan yang sempurna.

69. Tadzkirah asy-Syahidatain (kisah dua orang sahid), buku ini diterbitkan tahun 1903 yang ditulis dalam bahasa Arab dan Urdu yang menceritakan tentang peristiwa mati syahidnya Abdul Latif dan Abdul Rahman dari Afganistan yang dihuku rajam oleh para ulama di Khost Afganistan, disebabkan kedua orang ini telah menjadi murid Ghulam Ahmad. Kewafatan kedua muridnya ini diakui sebagai penampakan wahyu Ilahi yang dicantumkan dalam bukunya Barahin-e-Ahmadiyya yang berbunyi : Satani Tuzhabani Kullu Man Alaihi Fan (artinya adu domba akan disembelih dan setiap orang harus mati.

70. Sirat al-Abdal (Karakteristik orang-orang suci), buku ini di tulis tahun 1903 dalam bahasa Arab yang memuat tentang peringatan Ghulam Ahmad terhadap seluruh umat manusia bahwa dirinya merupakan salah seorang utusan Allah yang diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia, jika manusia merenangkan semua yang disampaikan Ghulam Ahmad maka ia akan melihat apa yang telah dilihat dan akan memperoleh ilmu pengetahuan dari Allah serta keyakinan akan semakin bertambah dan akan memiliki ciri-ciri orang muttaqi.

71. Islam Aur Is Mulk Ke Dusrey (Islam dan agama-agama lain di negeri ini), buku ini dikenal dengan Lahore Lecture (khutbah Lahore) yang disusun tahun 1904 berisi tentang : pembuktian Islam sebagai agama yang terbaik dibandingkan dengan agama lainnya khususnya Nasrani dan Hindu.

72. Islam (Islam), buku ini dikenal dengan Sialkot Lecture (khutbah Sialkot) yang disusun tahun 1904, berisi tentang pernyataan Ghulam Ahmad seluruh agama itu adalah benar pada saat berdiri agama itu, tetapi ketika Islam datang seluruh agama sudah banyak yang menyimpang dari jalan semula agama itu diturunkan.

73. Lecture Ludhiana (Khutbah Ludhiana), buku ini ditulis tahun 1905, berupa pidato yang disampaikan di Ludhiana (kota dimana fatwa kufur yang pertama dikeluarkan terhadap diri Ghulam Ahmad). Isinya tentang perbedaan suasana dahulu ketika Ghulam Ahmad datang kekota ini yang mengalami beberapa cacian dan cercaan, dengan suasana kota saat ia membacakan khutbah ini dimana semakin banyak orang yang menerima pendakwaan dirinya di kota ini. Buku ini juga berisikan tentang sumpah penulis kepada umum bahwa ia adalah seorang utusan Allah dan bukan seorang pendusta. Ia meminta kepada orang-orang untuk merenungkan tentang perbedaan seorang yang benar dan seorang pendusta, dimana seorang pendusta tidak mungkin memperlihatkan tanda-tanda kebenaran seperti yang telah ia perlihatkan.

74. Al-Wasiyat (wasiat), buku ini ditulis 1905 berupa bookled. Di dalamnya Mirza Ghulam Ahmad menyampaikan beberapa hal yaitu menyinggung tentang wahyu yang diterima mengenai kewafatan dirinya, nasihat kepada pengikutnya untuk memperbaiki kehidupan sesuai dengan standart yang telah digariskan ajaran Islam, setelah ia wafat jamaahnya akan dipimpin oleh seorang khalifah (pemimpin/pengganti) sebagai manifestasi Allah yang kedua setelah dirinya, rincian syarat untuk menggabungkan diri dalam jamaahnya (jamaah Ahmadiyah) dan Allah akan memberkati orang yang terkubur di tanah yang beliau sumbangkan dengan syarat orang tersebut menyumbangkan 1/10 sampai 1.3 dari pendapatannya dan hartanya ke Bait al-Mal di jamaah Islam Ahmadiyah untuk keperluan memajukan agama Islam.

75. Chashma-e-Masahi (Sumber-sumber Agama Kristen), buku ini diterbitkan tahun tahun 1906, sebagai jawaban surat yang diterima Ghulam Ahmad sehubungan dengan buku Yanabiu al-Islam (sumber-sumber agama Islam) yang diterbitkan golongan Kristen. Isinya tentang sumber-sumber agama

Kristen yang menurut penulis sumber-sumber buatan umat Kristen sendiri yang diakui sebagai ajaran yang berasal dari Nabi Isa.

76. Tajaliayat-e-Ilahiyya (Penampakan kebesaran Tuhan), buku ini ditulis tahun 1906, dan diterbitkan tahun 1922, berisikan ulasan terhadap wahyu yang diterima Ghulam Ahmad berkenaan dengan lima gempa bumi yang akan terjadi dan berbunyi : aku akan memperlihatkan kepadamu tanda ini lima kali.

77. Qadian ke Arya Auham (Kaum Arya Qadian dan Kami), buku ini diterbitkan tahun 1907 sebagai jawaban terhadap artikel di surat kabar yang diterbitkan golongan Arya Samaj yang menyatakan bahwa Lala Sharampat mengingkari nubuatan yang disampaikan Ghulam Ahmad. Dalam bukunya ini Ghulam Ahmad bersumpah dengan nama Allah bahwa sebetulnya Lala Sharampat telah melihat penggenap nubuatan tersebut dan berdoa kepada Allah supaya ia dan anak-anaknya dihukum dalam jangka waktu satu tahun jika apa yang ia katakan itu tidak benar.

78. Haqiqat al-Wahyi (Hakikat Wahyu), buku ini diterbitkan tahun 1907, yang berisikan tentang penjelasan Ghulam Ahmad tentang wahyu yang benar berasal dari Allah dan wahyu yang tidak benar berasal dari syetan, dan penjelasan tentang dua jenis wahyu yaitu wahyu ibtila (wahyu yang merupakan percobaan) dan wahyu Istifha (wahyu untuk orang-orang pilihan).

79. Chasma-e-Makrifat (sumber-sumber kesadaran atas Tuhan), buku ini ditulis tahun 1908 untuk menjelaskan kepada umum atas kemuliayaan Nabi Muhammad, kesempurnaan Al Quran, Islam, dan beberapa kekeliruan agama Arya Samaj. Selanjutnya Ghulam Ahmad menyatakan kepada umum bahwa salah satu cara untuk menguji segala pendakwaan dirinya adalah dengan cara mendatangkan sepuluh orang maulvi untuk berlomba berdoa dengannya untuk

menyembuhkan dua orang yang sakit parah, yang mana hasilnya bisa digunakan sebagai bukti kebenaran.

80. Paigham-e-Sulh (Pesan Kedamaian), buku ini ditulis tahun 1908 yang merupakan buku terakhir yang disusun oleh Ghulam Ahmad isinya berupa pidato yang dipersiapkan untuk dibacakan di Lahore dalam acara rekonsiliasi antara kaum muslimin dengan Hindu di India. Buku ini juga berisi tentang : beberapa pesan agar kaum muslimin dan Hindu dapat hidup rukun, damai, makmur dan saling menghormati dan beberapa ajaran Nabi Muhammad yang disalahgunakan oleh orang-orang Islam, misalnya tentang ajaran jihad.

Sumber : Ghulam Ahmad, Jihat tanpa kekerasan, p 62-103

APPENDIKS B
TAHUN KELAHIRAN MIRZA GHULAM AHMAD REFERENSI DAN KOMENTAR

No 1.

Text Diambil Mulai hari dimana Imam mulai menerima wahyu, beliau mengatakan bahwa beliau akan hidup 40 tahun lagi. Sekarang sudah jelas bahwa orang yang rendah hati ini, pada umur 40 tahun, seperti yang diwahyukan, telah dipilih untuk mengajak kepada kebenaran dan telah diberikan berita baik bahwa umurnya akan mencapai 80 tahun atau mendekati itu. Karena itu, hal ini menjadi bukti dari wahyu ini bahwa kerasulannya akan sampai 40 tahun, dimana 10 tahun telah berlalu sejak saat itu.
"Sejarah hidup saya adalah sebagai berikut : Saya lahir pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Sikh di tahun 1839 atau 1840 M. Pada tahun 1857, saya berumur sekitar 16 atau 17 tahun ; jenggot dan cambang saya bahkan belum tumbuh"

Referensi [RK, v. 4, h. 374; Nishaan-eAasmaanee], isi dan komentarnya Tahun terbit: 1892

Komentar Konteks pernyataan ini adalah bahwa Mirza Ghulam Ahmad menukil sebuah sajak berbahasa Persia yang dikaran Nimatullah Wali yang dikatakannya (Mirza), berisi ramalan tentang Mahdi yang diharapkan akan muncul di India Tahun terbit buku ini 1892, Mirza mengatakan bahwa 10 tahun telah berlalu, dan umur pertamakali menerima wahyu saat beliau berumur 40 tahun. Dengan demikian tahun lahirnya adalah 1892 (40 + 10) = 1842. Dalam buku Ahmadiyah yang lain, Ahmadiyyat. The Renaissance of Islam, karangan Muhammad Zafarullah Khan juga menegaskan hal ini: Perhatian Mirza Ghulam Ahmad telah teralihkan mulai tahun 1882 dan selanjutnya Di tahun itu ia telah diutus Tuhan lewat wahyuNya sebagai pembaharu abad ini [h. 27]. Jelaslah bahwa Mirza Ghulam Ahmad mengklaim dirinya diutus tahun 1882. Lebih jauh lagi, ia ingin menjelaskan bahwa ia diutus selama 40 tahun.

Thn Lahir 1842

2.

[RK, v. 13, h. 177; Paragaf kedua dari catatan kaki; Kitaab-ulBariyyah] Tahun terbit: 1898

Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa tahun kelahirannya adalah 1839 atau 1840. Beliau juga menambahkan bahwa umurnya 16 atau 17 tahun pada tahun 1857. Tahun ini merupakan tahun yang akan diingat banyak orang, karena terjadi Perang Mutiny. Pada tahun ini, bahkan jenggot dan cambangnya belum tumbuh. Perhatikan ketidakvalidan klaim beliau pada No 1. Disana disebutkan bahwa pada tahun 1892, beliau mengatakan bahwa ia telah diutus selama 10 tahun, sehingga kita berkesimpulan bahwa pengutusannya dimulai tahun 1882 (juga dikuatkan oleh referensi lain). Bila tahun kelahirannya 1839, berarti umur pengangkatannya adalah 43 tahun, bukan 40 tahun, yang bertentangan dengan klaimnya ( Telah jelas bahwa.) sebagaimana klaim no. 1 Ayah Mirza Ghulam Ahmad meninggal tahun 1876 [Life of Ahmad. Founder of the Ahmadiyya Movement. Part I. A. R. Dard. (bekas Imam Masjid London) A Tabshir Publication. 1948., h. 19]. Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa umurnya 34 atau 35 ketika ayahnya meninggal, sehingga tahun lahirnya adalah 1876 -(34 atau 35) = 1842 atau 1841

1839 atau 1840

3.

Umurku 34 atau 35 tahun ketika ayah tercintaku meninggal dunia

[RK, v. 13, h. 192; Baris pertama catatan kaki; Kitaab-ulBariyyah] Tahun terbit: 1898

1842 atau 1841

4.

Saat ini, saya 60 tahun lebih beberapa tahun

[RK, v. 21, h. 135; Baraaheen-eAhmadiyya, Part V] Tahun penulisan: 1905

Dalam buku ini, beliau mengatakan bahwa di tahun penulisan buku ini, umurnya 60 tahun lebih beberapa tahun. Tahun penulisan buku ini, sebagaimanan tercantum dalam catatan kaki dibawah puisi yang dinukilnya adalah: Hari ini bertanggal 15 April 1905 [RK, v. 21, h. 151, catatan kaki]. Saya kira (penulis), perkiraan tertinggi untuk kata beberapa tahun adalah 65 tahun, karena bila lebih dari itu, akan dikatakan beberapa tahun kurang dari 70. Berdasarkan hal ini, tahun kelahirannya setidaknya sekitar 1905-65 = 1840.

1840 atau lebih

5.

Hanya tuhan yang tahu berapa umurku sebenarnya, namun seingat saya, pada tahun ini, 1323 H, umurku mendekati 70 tahun

[RK, v. 21, h. 365; Paragrap ke 3, sebagai jawaban atas pertanyaan tentang umurnya; Lampiran Baraaheen-eAhmadiyya, Jilid V] Tahun penulisan: 1905 atau 1906

Tahun 1323 H berakhir dari Maret 1905 M sampai Februari 1906. Kalimat ini diambil dari buku yang sama , Baraaheen-eAhmadiyya,dimana sebuah sajak juga dinukil di item 4 diatas; kita tahu bahwa waktu penulisan sajak itu April 1905. Mirza Ghulam Ahmad mengatakan dalam sajak tersebut bahwa umurnya 60 tahun plus beberapa tahun, namun disini seakan-akan beliau mengatakan umurnya sudah mendekati 70 tahun. Kita mungkin berpikir bahwa hal ini hanyalah merupakan kealpaan Mirza Ghulam Ahmad. Namun di item 1, beliau menyatakan secara jelas bahwa pertama kali diutus sebagai pembaharu pada umur 40 tahun, dan pengutusannya akan sampai 40 tahun (sampai wafatnya). Ditambah lagi dengan wahyu tentang panjang umurnya. Karena itu, karena klaim tersebut bergantung pada tahun kelahiran dan tahun pengangkatannya, maka tidak mungkin beliau lupa tentang hal ini, khususnya ketika ditanyakan tentang umurnya. Kita juga bisa berpikir bahwa mungkin Mirza Ghulam Ahmad adalah orang yang dungu atau bisa saja beliau menipu, namun hal ini merupakan sifat mustahil bagi beliau sebagai seorang pembaharu.Karena itu, dalam beberapa hal, tidak ada cara untuk menyelesaikan perbedaan ini. Beliau menyebut tanggal pada saat itu dengan tanggal Hijriah. Bila kita asumsikan bahwa yang dimaksudnya dalam seluruh tulisan tersebut adalah tanggal Hijriah maka perhitungannya sebagai berikut: Mendekati 70 tahun, taruhlah 68 tahun di kalender Hijriah, maka umurnya di tahun Masehi sekitar 66 tahun.

1840

Sumber : Nuzhat J. Haneef, Recognizing The Messiah, USA, tp, 2004, hal 54. Diterjemahkan secara bebas oleh pengarang.

APPENDIKS C
1000 LAKNAT

Sumber : Nuzhat J Haneef, Recognizing The Messiah, (USA: t.p., 2004) 203, didapat dari http://www.qarchives.com/haneef/haneef.pdf pada tanggal 19 Desember 2007

APPENDIKS D
12 POKOK AJARAN JEMAAT AHMADIYAH
Seperti disampaikan Ahmadiyah di depan Bakor Pakem Kejaksaan Negeri 15 Januari 2008

1. Kami warga Jemaat Ahmadiyah sejak semula meyakini dan mengucapkan dua kalimah syahadat sebagaimana yang diajarkan oleh Yang Mulia Nabi Muhammad Rasulullah SAW, yaitu yang artinya: aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah. 2. Sejak semula kami warga jemaat Ahmadiyah meyakini bahwa Muhammad Rasulullah adalah Khatamun Nabiyyin (nabi penutup). 3. Di antara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang guru, mursyid, pembawa berita dan peringatan serta pengemban mubasysyirat, pendiri dan pemimpin jemaat Ahmadiyah yang bertugas memperkuat dakwah dan syiar Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. 4. Untuk memperjelas bahwa kata Rasulullah dalam 10 syarat bai'at yang harus dibaca oleh setiap calon anggota jemaat Ahmadiyah bahwa yang dimaksud adalah nabi Muhammad SAW, maka kami mencantumkan kata Muhammad di depan kata Rasulullah. 5. Kami warga Ahmadiyah meyakini bahwa tidak ada wahyu syariat setelah Al-Quranul Karim yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Al-Quran dan sunnah nabi Muhammad SAW adalah sumber ajaran Islam yang kami pedomani. 6. Buku Tadzkirah bukan lah kitab suci Ahmadiyah, melainkan catatan pengalaman rohami Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikumpulkan dan dibukukan serta diberi nama Tadzkirah oleh pengikutnya pada 1935, yakni 27 tahun setelah beliau wafat (1908). 7. Kami warga jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah, baik dengan kata maupun perbuatan. 8. Kami warga jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan menyebut Masjid yang kami bangun dengan nama Masjid Ahmadiyah.

9. Kami menyatakan bahwa setiap masjid yang dibangun dan dikelola oleh jemaat Ahmadiyah selalu terbuka untuk seluruh umat Islam dari golongan manapun. 10. Kami warga jemaat Ahmadiyah sebagai muslim melakukan pencatatan perkawinan di Kantor Urusan Agama dan mendaftarkan perkara perceraian dan perkara lainnya berkenaan dengan itu ke kantor Pengadilan Agama sesuai dengan perundangundangan. 11. Kami warga jemaat Ahmadiyah akan terus meningkatkan silaturahim dan bekerja sama dengan seluruh kelompok/golongan umat Islam dan masyarakat dalam perkhidmatan sosial kemasyarakat untuk kemajuan Islam, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 12. Dengan penjelasan ini, kami pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia mengharapkan agar warga Jemaat Ahmadiyah khususnya dan umat Islam umumnya serta masyarakat Indonesia dapat memahaminya dengan semangat ukhuwah Islamiyah, serta persatuan dan kesatuan bangsa.

Sumber : http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/01/ tgl/15/time/094326/idnews/879084/idkanal/10, tanggal 28 Januari 2008 internet, diakses

Fatwa tentang Ahmadiyah

MUSYAWARAH NASIONAL VII MAJELIS ULAMA INDONESIA TAHUN 2005 KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang ALIRAN AHMADIYAH

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H / 26-29 Juli 2005 M., setelah MENIMBANG : a. bahwa sampai saat ini aliran Ahmadiyah terus ber-upaya untuk mengembangkan pahamnya di Indonesia, walaupun sudah ada fatwa MUI dan telah dilarang keberadaannya; b. bahwa upaya pengembangan faham Ahmadiyah tersebut telah menimbulkan keresahan masyarakat; c. bahwa sebagian masyarakat meminta penegasan kembali fatwa MUI tentang faham Ahmadiyyah sehubungan dengan timbulnya berbagai pendapat dan berbagai reaksi di kalangan masyarakat; d. bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan menjaga kemurnian aqidah Islam, Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menegaskan kembali fatwa tentang Aliran Ahmadiyah. MENGINGAT : 1. Firman Allah SWT., :

( ( : )
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi; dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS. al-Ahzab [33]: 40).

( ( : )

Fatw a M unas V II M ajelis U lam a Indonesia tahun 2005

Fatwa tentang Ahmadiyah

: ... ) ( (

Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa (QS. al-Anam [6]: 153).

Hai orang-orang yeng beriman! Jagalah dirimu. tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk (QS. al-Maidah [5]: 105). 2. Hadis Nabi s.a.w.; a.l.:

( ) : ( )

:
Rasulullah bersabda: Kerasulan dan kenabian telah teputus; karena itu, tidak ada rasul maupun nabi sesudahku (HR. Tirmizi). MEMPERHATIKAN:1.Keputusan Majma al-Fiqh al-Islami Organisasi Konferensi Islam (OKI) Nomor 4 (4/2) dalam Muktamar II di Jeddah, Arab Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi al-Tsani 1406 H./22-28 Desember 1985 M tentang Aliran Qodiyaniyah, yang antara lain menyatakan bahwa aliran Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi sesudah Nabi Muhammad dan menerima wahyu adalah murtad dan keluar dari Islam karena mengingkari ajaran Islam yang qathi dan disepakati oleh seluruh ulama Islam bahwa Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir. Teks Keputusan tersebut adalah sebagai berikut:

Rasulullah bersabda: Tidak ada nabi sesudahku (HR. al-Bukhari).

. .

Fatw a M unas V II M ajelis U lam a Indonesia tahun 2005

Fatwa tentang Ahmadiyah

Sesungguhnya apa yang diklaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian dirinya, tentang risalah yang diembannya dan tentang turunnya wahyu kepada dirinya adalah sebuah pengingkaran yang tegas terhadap ajaran agama yang sudah diketahui kebenarannya secara qath'i (pasti) dan meyakinkan dalam ajaran Islam, yaitu bahwa Muhammad Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir dan tidak akan ada lagi wahyu yang akan diturunkan kepada seorang pun setelah itu. Keyakinan seperti yang diajarkan Mirza Ghulam Ahmad tersebut membuat dia sendiri dan pengikutnya menjadi murtad, keluar dari agama Islam. Aliran Qadyaniyah dan Aliran Lahoriyah adalah sama, meskipun aliran yang disebut terakhir (Lahoriyah) meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah sebagai bayang-bayang dan perpanjangan dari Nabi Muhammad SAW. 2. Keputusan Fatwa MUNAS II MUI pada tahun 1980 tentang Ahmadiyah Qodiyaniyah. 3. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005. Dengan bertawakkal kepada Allah SWT MEMUTUSKAN MENETAPKAN : FATWA TENTANG ALIRAN AHMADIYAH 1. Menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dalam Munas II Tahun 1980 yang menetapkan bahwa Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam). 2. Bagi mereka yang terlanjur mengikuti Aliran Ahmadiyah supaya segera kembali kepada ajaran Islam yang haq (al-ruju ila al-haqq), yang sejalan dengan al-Quran dan al-Hadis. 3. Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia dan membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 21 Jumadil Akhir 1426 H. 28 Juli 2005 M
Fatw a M unas V II M ajelis U lam a Indonesia tahun 2005

Fatwa tentang Ahmadiyah

MUSYAWARAH NASIONAL VII MAJELIS ULAMA INDONESIA Pimpinan Sidang Komisi C Bidang Fatwa Ketua, Ttd, K.H. MARUF AMIN Sekretaris, Ttd, Drs. H. HASANUDIN, M.Ag

Pimpinan Sidang Pleno Ketua, Ttd. Prof. Dr. H. UMAR SHIHAB Sekretaris, Ttd. Prof. Dr. H.M. DIN SYAMSUDDIN

Fatw a M unas V II M ajelis U lam a Indonesia tahun 2005

Anda mungkin juga menyukai