Anda di halaman 1dari 23

Seminar Skripsi Biologi I

Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat dari Sedimen Wetland dalam Penanggulangan Limbah Air Asam Tambang Oleh: Fitriwani Wanty H41105011
PEMBIMBING UTAMA : DR. Fachruddin, M.Si PEMBIMBING PERTAMA : Drs. Asadi Abdullah, M.Si

Latar Belakang
INDONESIA PERTAMBANGAN

AIR ASAM TAMBANG (AAT)

Seraca Kimia dan Fisik

BIOREMEDIASI BIOLOGI TIDAK EFISIEN & MAHAL

DARI BAKTERI SEDIMEN PEREDUKSI RAWA DAN SULFAT BAKAU

Tujuan Penelitian
Menanggulangi air asam tambang dengan memanfaatkan bakteri pereduksi sulfat dalam sedimen wetland (sedimen rawa dan bakau), secara khusus penelitian ini bertujuan : Mengetahui perubahan pH dari air asam tambang. Mengukur kadar sulfat air asam tambang Menghitung total mikroba BPS

Manfaat Penelitian
Menangani masalah pencemaran lingkungan dengan cara yang lebih aman dan murah tanpa memberikan efek yang berbahaya pada masa yang akan datang. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menunjukkan betapa pentingnya ilmu biologi itu sendiri dalam menangani pencemaran di alam.

WAKTU DAN TEMPAT


WAKTU
Oktober Desember 2009

Laboratorium Mikrobiologi dan Kimia Dasar Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar

TEMPAT

Alat
Cawan Petri (Pyrex) Erlenmeyer (Pyrex) Gelas Ukur (Pyrex) Botol Pengencer Bunsen Spoit Botol Sampel Ph Meter

Spektrofotometer Wadah Plastik Tertutup Inkubator Neraca Ohaus Oven Autoklaf Enkas Laminar air flow

Bahan
air asam tambang (AAT) sedimen wetland (rawa dan bakau) kompos Alkohol Spritus Aquadest Media nutrien agar (NA) sintetik komposisi APHA, 1985 : Beaf 3g Pepton 5g Agar 15g /1000 ml Medium Sulfat Reducer Agar (komposisi API, 1985: sodium lactate (C3H5 NaO 3) 4g yeast exstract 1g ascorbic acid (vitamin C) 0,1g magnesium sulfate (MgSO4) 0,2g di-potassium hidrogen phosphate (K2HPO4) 0,01g ammonium iron (III) sulfate (FeH20N2O14S2) 0,2g sodium chloride (NaCl) 10,0g

Prosedur Kerja
Pengambilan Sampel
PT INCO, Sorowako

AAT

Bakau di Pantai Barombong, Makassar

Sedimen

Rawa di BTN Swadaya Mas, Tello

Pengolahan Limbah AAT


Sedimen dan kompos dicampur dengan perbandingan 1 : 1 (V/V), dengan tiga perlakuan, yaitu : Sedimen Bakau + Kompos Sedimen Rawa + Kompos Sedimen Wetland (Bakau maupun Rawa) + Kompos disterilkan

Diinkubasi 20 hari

AAT 500 ml dalam wadah tertutup

Pengujian Air Asam Tambang


Total mikroorganisme metode plate count (Jutono, 1992) dengan menggunakan medium NA Pengukuran kadar sulfat dengan metode spektrofotometer (Greenberg et al. 1985) Pengamatan kenaikan pH dengan pH meter (Greenberg et al. 1985) Pengujian bakteri pereduksi sulfat dengan medium Sulfat Reduser Agar (API, 1965).

Tabel. 1 Hasil pengamatan kadar sulfat dan pH sedimen bakau

Bakau Hari Kadar Sulfat pH Hari

Bakau Kontrol Kadar sulfat pH

0 5 10 15 20

633,68 490 341,72 330 322

2,25 2,65 3,5 7,4 7,69

0 5 10 15 20

648,62 646,32 437,91 490 490

2,10 2,32 3,78 3,71 5,29

Tabel. 2 Hasil pengamatan kadar sulfat dan pH sedimen rawa


Rawa Hari Kadar Sulfat pH Hari Rawa Kontrol Kadar sulfat pH

0 5 10

621,03 598,05 430,23

2,28 3,48 7,31

0 5 10

614,14 496,9 437,13

2,1 2,57 4

15

407,24

8,06

15

434,83

4,5

20

280,8

8,18

20

321

4,7

Tabel. 1 Hasil pengamatan jumlah mikroba dan mikroba BPS sedimen bakau

Bakau Hari Jumlah Mikroba BPS Hari

Bakau Kontrol Jumlah Mikroba BPS

0 5 10 15 20

315 980 3750 980 550

34 43 50 60 67

0 5 10 15 20

200 30 900 440 10

31 36 39 41 47

Tabel. 1 Hasil pengamatan jumlah mikroba dan mikroba BPS sedimen rawa
Rawa Hari Jumlah Mikroba BPS Hari Rawa Kontrol Jumlah Mikroba BPS

0 5 10 15 20

60 30 1930 2500 TBUD

37 42 56 62 67

0 5 10 15 20

125 70 550 260 270

39 42 44 42 47

KESIMPULAN
Sedimen bakau dapat meningkatkan pH AAT dari pH 2,25 menjadi netral dengan pH 7,69 akhir pengamatan, sedangkan pada sedimen bakau yang telah disterilkan hanya mampu menaikkan pH dari 2,1 menjadi 5,9; sedimen rawa juga mampu meningkatkan pH AAT dari 2,28 menjadi netral dengan pH 8,18, sedangkan pada sedimen rawa kontrol/steril mampu meningkatkan pH dari 2,1 menjadi 4,7.

Pada sedimen bakau kadar sulfat pada AAT dapat diturunkan dari 633,68 ppm hingga 322 ppm, sedangkan pada sedimen bakau kontrol penurunan kadar sulfat hanya mencapai 490 ppm dari 648,62 ppm pada hari ke-0; sedimen rawa mampu menurunkan kadar sulfat dari 621,03 ppm menjadi 280,8 ppm, sedangkan pada sedimen rawa kontrol hanya mampu menurunkan kadar sulfat dari 614,14 ppm menjadi 321 ppm. Jumlah mikroba BPS pada sedimen bakau mengalami peningkatan pertumbuhan dari 37 sel/ml menjadi 67 sel/ml pada akhir pengamatan, sedangkan pada sedimen bakau kontrol juga mengalami kenaikan dari 31 sel/ml menjadi 47 sel/ml; pada sedimen rawa juga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 37 sel/ml menjadi 67 sel/ml, sedangkan pada sedimen rawa kontrol dari 30 sel/ml menjadi 47 sel/ml.

SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap pemanfaatan isolat BPS dalam skala yang lebih besar, bahkan sampai ke tingkat lingkungan yang tercemar oleh limbah air asam tambang dan mengenai karakteristik dari mikroba BPS yang berasal dari sedimen bakau dan rawa tersebut.

Daftar Pustaka
Gautama, R.S. 2007. Pengelolaan Air Asam Tambang, Aspek Penting Menuju Pertambangan Berwawasan Lingkungan. Pidato Guru Besar ITB: www.itb.ac.id/favicon.ico (13 Juni 2009). Habib, M. 2007. Peran Bakteri Pereduksi Sulfat pada Pengendalian Air Asam Tambang. www.bdpunib.org. (13 Juni 2009). Hards, B.C. and J.P. Higgins, 2004. Bioremediation of Acid Rock Drainage Using SRB. Jacques Whit Environment Limited. Ontario. Indonesia Asam Tambang. 2009. Air Asam Tambang Indonesia. http://airasamtambang-apaitu.blogspot.com/2009/02/apaitu-aat.html. (13 Juni 2009). Widyati, E. 2006. Bioremediasi Tanah Bekas tambang Batubara dengan Sludge Industri Kertas untuk Memacu Revegetasi Lahan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertaian Bogor. Bogor. Wikipedia, 2006. Bioremediation. www.wilkipedia.com.thefreeencyclopedia/bioremediation.htm.. (10 Juni

Anda mungkin juga menyukai