Anda di halaman 1dari 4

home <default.

htm>
variasi <default.htm> opini & konsultasi <default.htm> mingguan
<default.htm> kontak kami <default.htm> message board <default.htm>

edisi : kamis, 26 juli 2007 , hal.4


* keputusan mk pelajaran bagi parpol *

* - * partai politik (parpol) yang selama ini memegang hak monopoli


dalam pencalonan kepala daerah/wakil kepala daerah (gubernur/wakil
gubernur, bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota) baru saja
mendapat pelajaran berharga dengan adanya keputusan mahkamah konstitusi
(mk) yang telah mereduksi hak tersebut.
hal itu dinyatakan oleh ketua mk jimly ashshidiqie dalam pembacaan
putusan perkara no 5/puu-v/2007, senin (23/7).
adalah lalu ranggalawe, anggota dprd kabupaten lombok tengah yang
mengajukan uji materi uu no 32/2004 tentang pemerintahan daerah (pemda)
sebagaimana diungkapkannya dalam permohonannya menganggap uu pemda
khususnya pasal 56 ayat (2), pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5) huruf a, dan (5) huruf c, ayat (6) dan pasal 60 ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), telah menghilangkan makna demokrasi yang
diamanatkan pasal 18 ayat (4) uud 1945.
pasal-pasal itu, menurut pemohon, hanya memberikan hak kepada parpol
atau gabungan parpol untuk mengusulkan/mengajukan pasangan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah dan sama sekali menutup peluang bagi
pasangan calon independen. lalu juga mengaitkan dengan dibolehkannya
calon independen di nanggroe aceh darussalam (nad).
mk sependapat dengan pemohon dan menyatakan sebagian pasal dalam uu no
32/2004 tentang pemda yang hanya memberi kesempatan kepada parpol atau
gabungan parpol dan menutup hak konstitusional calon perseorangan
(independen) dalam pilkada bertentangan dengan uud 1945.
bukan pelanggaran
menurut mk, pemberian kesempatan kepada calon independen bukan suatu
perbuatan yang dilakukan karena keadaan darurat ketatanegaraan
(staatsnoodrecht) yang terpaksa harus dilakukan, tetapi lebih sebagai
pemberian peluang oleh pembentuk uu dalam pelaksanaan pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) agar lebih demokratis.
pembentuk uu, baik dalam merumuskan pasal 56 ayat (1) uu pemda maupun
pasal 67 ayat (2) uu pemerintahan aceh tidak melakukan pelanggaran
terhadap pasal 18 ayat (4) uud 1945.
karenanya, mk berpendapat pencalonan kepala daerah dan wakil kepala
daerah secara perseorangan di luar provinsi nad haruslah dibuka agar
tidak terdapat dualisme dalam melaksanakan ketentuan pasal 18 ayat (4)
uud 1945 karena adanya dualisme itu dapat menimbulkan terlanggarnya hak
warga negara yang dijamin pasal 28d ayat (1) dan ayat (3) uud 1945.
agar calon perseorangan tanpa melalui parpol atau gabungan parpol
dimungkinkan dalam pilkada, menurut mk, beberapa pasal uu pemda yang
dimohonkan pengujian harus dikabulkan sebagian dengan cara menghapuskan
seluruh bunyi ayat atau bagian pasal yang menghalangi pencalonan
perseorangan.
pasal-pasal yang dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat itu:
pertama, pasal 56 ayat (2), �pasangan calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik�
dihapus seluruhnya, karena menjadi penghalang bagi calon perseorangan
tanpa lewat parpol atau gabungan parpol. sehingga, dengan hapusnya pasal
56 ayat (2), pasal 56 menjadi tanpa ayat dan berbunyi, �kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil�.
kedua, pasal 59 ayat (1) dihapus pada frasa yang berbunyi, �yang
diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai
politik�, karena akan menjadi penghalang bagi calon perseorangan tanpa
lewat parpol atau gabungan parpol. sehingga, pasal 59 ayat (1), �peserta
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon�.
ketiga, pasal 59 ayat (2) dihapus pada frasa, �sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)�, ini sebagai konsekuensi berubahnya pasal 59 ayat (1),
sehingga pasal 59 ayat (2), �partai politik atau gabungan partai politik
dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan
sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi dprd atau
15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam
pemilihan umum anggota dprd di daerah yang bersangkutan�. dengan
demikian, pasal 59 ayat (2) ini hanya merupakan ketentuan yang memuat
kewenangan parpol atau gabungan parpol dan sekaligus persyaratannya
untuk mengajukan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam pilkada.
pasal 59 ayat (3) dihapuskan pada frasa, �partai politik atau gabungan
partai politik wajib�, frasa yang berbunyi, �yang seluas-luasnya�, dan
frasa yang berbunyi, �dan selanjutnya memproses bakal calon dimaksud�,
sehingga pasal 59 ayat (3) berbunyi, �membuka kesempatan bagi bakal
calon perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal
58 melalui mekanisme yang demokratis dan transparan.� dengan demikian,
terbukalah kesempatan bagi calon perseorangan tanpa lewat parpol atau
gabungan parpol.
pembelajaran parpol
bagi kalangan parpol yang berwatak oligarki, keputusan mk itu mungkin
dirasakan sebagai tidak masuk akal karena selama ini sistem
ketatanegaraan kita seolah hanya mengenal parpol sebagai satu-satunya
jalan menuju suksesi kepemimpinan secara demokratis. harus diingat,
menurut uu no 31/2002 tentang partai politik dalam konsideran dinyatakan
�menimbang� huruf d yang berbunyi, �bahwa partai politik merupakan salah
satu wujud partisipasi masyarakat yang penting dalam mengembangkan
kehidupan demokrasi...�, sehingga wajar bila dibuka partisipasi dengan
mekanisme lain di luar parpol untuk penyelenggaraan demokrasi, yakni
dengan membuka pencalonan secara perseorangan dalam pilkada.
bukan rahasia lagi jika selama ini elite parpol lebih berperan sebagai
broker politik yang memperjualbelikan tiket kendaraan politik bagi calon
kepala daerah sehingga berakibat terjadinya high cost politics. pada
sisi lain, parpol belum mampu melahirkan kepala daerah yang benar-benar
berkualitas karena calon lebih ditentukan oleh kemampuan finansial
daripada kualitas kepepimpinan yang andal. tidak heran jika calon yang
diusung parpol berhasil menang, maka tugas pertama bagi penguasa
bagaimana cara untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan sehingga
sangat rentan dengan praktik korupsi. munculnya calon perseorangan di
nad yang mendapat kemenangan mutlak sebagai gubernur/wakil gubernur,
membuktikan rakyat membutuhkan independensi dan mereka tidak percaya
lagi pada parpol.
bagi banyak kalangan di luar parpol yang selama ini sudah muak dengan
perilaku elite, putusan itu merupakan angin segar bagi demokrasi. uu
pemda mengesankan adanya arogansi parpol yang tidak memberikan peluang
untuk terjadinya perubahan kepemimpinan sosial politik di daerah secara
demokratis dan tidak memberikan alternatif adanya pasangan calon yang
lebih variatif dari berbagai sumber khususnya bagi calon perseorangan.
dalam era reformasi seharusnya rakyat diberikan kesempatan untuk memilih
pemimpin yang terbaik tanpa disandera oleh parpol yang oligarkis.
uu pemda seolah menjadi legitimasi baru yang justru cenderung
menampilkan sifat-sifat oportunis, konspiratif, dan transaksi politik
yang berlebihan karena tidak memberikan peluang dan ruang gerak bagi
calon-calon independen yang bukan dari parpol. pemilihan gubernur/wakil
gubernur, bupati/wakil bupati, walikota/wakil walikota sudah pasti akan
menguntungkan segelintir orang yang berada di lingkaran kekuasaan yang
mengklaim memperoleh legitimasi dari rakyat, padahal yang sesungguhnya
tidak, karena hanya kamuflase politik belaka.
seharusnya putusan mk menjadi pelajaran berharga bagi parpol. kini
parpol memiliki rival dalam mewujudkan demokrasi, sehingga momentum ini
seharusnya ditangkap sebagai saat yang tepat untuk melakukan perbaikan
diri agar tidak kehilangan kepercayaan dan ditingalkan konstituen.
perlu perpu
mengingat mk bukanlah pembentuk uu yang dapat menambah ketentuan uu
dengan cara menambahkan rumusan kata-kata pada uu tetapi hanya dapat
menghilangkan kata-kata yang terdapat dalam uu supaya norma yang
materinya terdapat dalam ayat, pasal, dan/atau bagian uu bertentangan
lagi dengan uud 1945, maka terhadap materi yang sama sekali baru dan
harus ditambahkan dalam uu merupakan tugas pembentuk uu untuk merumuskannya.
peluang bagi perseorangan untuk menjadi calon kepala daerah tidak akan
pernah terealisasi jika tidak segera dibuat regulasinya. oleh karena
itu, pemerintah perlu segera menerbitkan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (perpu) sebagai jalan pintas untuk menghindari kekosongan
hukum (rechtsvacuum) dan ketidakpastian hukum pascaputusan mk.
pada sisi lain, tidaklah tepat jika mk berpendapat regulasi dimaksud
dapat dibuat oleh komisi pemilihan umum (kpu) berdasarkan pasal 8 ayat
(3) huruf a dan huruf f uu no 22/2007 tentang pemilihan umum. ini
mengingat kpu hanyalah lembaga pelaksana uu, dan regulasi yang
dibutuhkan untuk diatur bukanlah semata persoalan teknis tetapi juga
berkaitan dengan substansi yang hanya dapat diatur oleh regulasi
setingkat uu. dibutuhkan jiwa besar dari pemerintah untuk segera
merespons putusan mk itu dengan menerbitkan perpu dimaksud. semoga! -
*moh jamin, dekan fakultas hukum uns solo*

<javascript:onclick=window.print()>

*halaman utama <./index2.asp?kodehalaman=h01>*


*nasional <./index2.asp?kodehalaman=h02>*
*jateng dan diy <./index2.asp?kodehalaman=h10>*
*gagasan <./index2.asp?kodehalaman=h04>*
*internasional <./index2.asp?kodehalaman=h09>*
*olahraga <./index2.asp?kodehalaman=h08>*
*pergelaran <./index2.asp?kodehalaman=h11>*
*khazanah keluarga <soft/khazanah.asp>*
*jagad jawa <soft/index.asp>*

*surakarta <./index2.asp?kodehalaman=h07>*

* soloraya*

*soloraya <./index2.asp?kodehalaman=h06>*
*kota solo <./index2.asp?kodehalaman=h29>*
*wonogiri <./index2.asp?kodehalaman=h42>*
*sukoharjo <./index2.asp?kodehalaman=h33>*
*klaten <./index2.asp?kodehalaman=h32>*
*boyolali <./index2.asp?kodehalaman=h43>*
*sragen <./index2.asp?kodehalaman=h45>*
*karanganyar <./index2.asp?kodehalaman=h44>*
*pendidikan <./index2.asp?kodehalaman=h62>*
*patroli <./index2.asp?kodehalaman=h16>*
*ekonomi - bisnis <./index2.asp?kodehalaman=h46>*
*salatiga raya <./index2.asp?kodehalaman=h01>*

kontak kami <./kontakkami.asp> | profil <./profil.asp> | intranet


<./ikaso/index.asp> | login <./sp_search.asp> | search <./sp_search.asp
> | informasi iklan <./informasiiklan.asp> | email
<http://mail.solopos.net/> | home <./index.asp>

*copyright � solopos 2007*


tampilan terbaik resolusi 1024 x 768 ::* ie 5*

Anda mungkin juga menyukai