Anda di halaman 1dari 9

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja

Latar Belakang Dalam perindustrian, ergonomi merupakan hal yang mendapat perhatian penting. Ergonomi sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ergonomi fisik dan ergonomi lingkungan. Ergonomi fisik mencakup antropometri, biomekanik dan lingkungan fisik tempat kerja. Sementara ergonomi lingkungan mencakup pencahayaan, tingkat kebisingan, temperatur dan kelembapan lingkungan kerja. Penerapan ergonomi yang baik akan dapat menurunkan tingkat kecelakaan pada lingkungan kerja, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas pekerja dan juga meningkatkan moral pekerja. Dalam makalah ini, akan dibahas salah satu bagian dari ergonomi lingkungan yaitu kebisingan. Seperti yang telah kita ketahui, tingkat kebisingan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pekerja. Jika lingkungan kerja terlalu bising, maka pekerja tidak dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Kebisingan juga dapat mempengaruhi mood atau perasaan dari pekerja. Terkadang suara bising akan meningkatkan emosi dan juga tingkat stress pekerja. Kebisingan juga dapat meningkatkan tingkat kecelakaan dan cedera pada lingkungan kerja. Selain berdampak terhadap kinerja pekerja, tingkat kebisingan yang melebihi batas juga akan menurunkan daya pendengaran pekerja jika dilakukan dalam waktu lama. Hal tersebut tentunya harus dihindari karena dalam perindustrian, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan faktor terpenting yang harus diutamakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu batasan yang menentukan tingkat kebisingan maksimal yang dapat diperoleh oleh pekerja sehingga pekerja tetap dapat bekerja secara optimal tanpa terganggu dan menghasilkan produktivitas yang maksimal. Untuk membahas masalah di atas, akan digunakan salah satu metode yang telah dipelajari dalam mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan, yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup langkah-langkah dalam meperoleh atau mengembangkan suatu pengetahuan dan ilmu. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Penentuan masalah Perumusan dugaan sementara (Hipotesis) Pengumpulan data Perumusan kesimpulan Verifikasi hasil

Pada makalah ini, akan dibahas salah satu fenomena dalam Teknik Industri, yaitu mengenai tingkat kebisingan maksimal dalam lingkungan kerja dengan menerapkan langkah-langkah dalam metode ilmiah. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mengaplikasikan salah satu teori dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan, yaitu metode ilmiah dalam menyelesaikan fenomena Teknik Industri, yaitu mengenai tingkat kebisingan maksimal dalam lingkungan kerja.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341 1

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


1. Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut : a. Berapa tingkat kebisingan yang dapat diterima oleh pekerja tanpa membahayakan daya pendengaran pekerja dan dapat menhasilkan produktivitas maksimal? b. Bagaimana cara untuk mendapatkan tingkat kebisingan yang sesuai? 2. Hipotesis Dugaan sementara (hipotesis) yang diambil adalah : a. Tingkat kebisingan yang dapat diterima oleh pekerja tanpa membahayakan daya pendengaran pekerja dan menghasilkan produktivitas maksimal adalah dibawah 90dB. b. Untuk menghasilkan kebisingan yang dibawah 90dB, dapat dilakukan dengan memasang peredam pada sumber kebisingan, memakai alat pelindung telinga, dll. 3. a. Pengumpulan Data (Pembahasan) Definisi kebisingan

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106,IEC60050-801 kosakata elektroteknik Internasional Bab 801:Akustikal dan elektroakustikal). Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian. b. Sumber-sumber kebisingan

Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Bising interior, Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


Bising eksterior, Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi. Dalam dunia industri jenis-jenis bising yang sering dijumpai antara lain meliputi: Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang luas. Misalkan suara yang ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin frais, kipas angin, dan lain-lain. Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang sempit. Misalkan bising yang dihasilkan oleh suara mesin gergaji, katup gas, dan lain-lain. Bising terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas, suara kapal terbang. Bising impulsive seperti pukulan palu, tembakan pistol, dan lain-lain. Sifat suatu kebisingan ditentukan oleh intensitas suara, frekuensi suara, dan waktu terjadinya kebisingan. ketiga faktor diatas juga dapat menentukan tingkat gangguan terhadap pendengaran manusia. Kebisingan yang mempunyai frekuensi tinggi lebih berbahaya daripada kebisingan dengan frekuensi lebih rendah. Dan semakin lama terjadinya kebisingan disuatu tempat, semakin besar akibat yang ditimbulkannya. Disamping itu juga terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi tentang kebisingan, faktor tersebut berupa bentuk kebisingan yang dihasilkan, berbentuk tetap atau terus-menerus (steady) atau tidak tetap (intermittent). Kerusakan pendengaran manusia terjadi karena pengaruh kumulatif exposure dari suara diatas intensitas maksimal dalam jangka waktu lebih lama dari waktu yang diijinkan untuk tingkat kebisingan yang bersangkutan. c. Mengukur Tingkat Kebisingan Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat kebisingan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga. Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Penilaian tingkat intensitas kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan, yaitu: a. Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara. b. Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara (pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan).
Monica Gozali 09/284490/TK/35341 3

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


c. Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif. d. Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun pada penerima suara sampai batas diperkenankan. e. Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat sesuai dengan jenis kebisingannya. Setelah intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan atau belum. Dengan demikian akan dapat segera dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi dampak pemaparan terhadap kebisingan. NAB kebisingan di tempat kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 yang merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1978, dan Keputusan Menteri Kesehatan No: 405/Menkes/SK/XI/2002 besarnya rata-rata 85 dB-A untuk batas waktu kerja terus-menerus tidak lebih dari 8 jam atau 40 jam seminggu. Selanjutnya apabila tenaga kerja menerima pemaparan kebisingan lebih dari ketetapan tersebut, maka harus dilakukan pengurangan waktu pemaparan. d. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai ambang batas kebisingan dinyatakan dalam angka dB. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk wwaktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut: Waktu (Jam/hari) 16 8 4 2 1 1/4 dB 82 85 88 91 94 97

Setiap kenaikan suara sebesar 3 dB, akan diikuti dengan penurunan waktu pemaparannya sebanyak setengah kali.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341 4

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


e. Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga Kerja

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis,gangguan komunikasi dan ketulian,atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap ksehatan pekerja sebagai berikut: Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. Gangguan keseimbangan Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian) Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli. f. Pengendalian Kebisingan di Tempat Kerja

Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan melalui perspektif manajemen resiko kebisingan. Manajemen resiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan resiko yang mungkin timbul.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


Langkah manajemen resiko kebisingan tersebut, yaitu: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang berada di tempat kerja. 2. Menilai resiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan cedera akibat kerja. 3. Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau meminimasi resiko kebisingan. Setelah rencana dibuat seksama, langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana pengendalian kebisingan degan dua arah pendekatan, yaitu pendekatan jangka pendek (Short-term gain) dan pendekatan jangka panjang (Long-term gain). Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah mengeliminasi sumber kebisingan secara teknik, secara administratif, dan penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara berurutan. 1. Eliminasi sumber kebisingan Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan. Pada tahap tender mesinmesin yang akan dipakai, harus mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari mesin baru. Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi bangunan harus dapat meredam kebsisingan serendah mungkin. 2. Pengendalian kebisingan secara teknik Dilakukan dengan mengendalikan kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai remote control. Selain itu dapat dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan anti getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan biaya yang sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit di implementasikan. Cara lainnya adalah dengan mengendalikan kebisingan pada bagian transmisi kebisingan. Apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka teknik berikutnya adalah dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafon, dan lantai dengan bahan penyerap suara. 3. Pengendalian kebisingan secara administratif Apabila teknik pengendalian secara teknik belum memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan teknik pengendalian secara administratif. Teknik pengendalian ini lebih difokuskan pada manajemen pemaparan. Langkah yang ditempuh adalah dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih nyaman yang didasarkan pada intensitas kebisingan yang diterima. 4. Pengendalian pada penerima atau pekerja Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila teknik pengendalian seperti yang telah dijelaskan diatas belum dimungkinkan untuk dilakukan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga).
Monica Gozali 09/284490/TK/35341 6

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


Menurut Pulat (1992) pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan sedikit lebih besar 40-50 dB. Pengendalian kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih murah. Namun demikian, banyak ditemukan kendala dalam pemakaian tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat kedisplinan pekerja, mengurangi kenyamanan kerja, dan mengganggu pembicaraan. 4. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Tingkat kebisingan yang dapat diterima oleh pekerja tergantung pada lamanya pemaparan kebisingan di tempat kerja. Dan Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja yang dianjurkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978 adalah : Waktu (Jam/hari) 16 8 4 2 1 1/4 dB 82 85 88 91 94 97

Setiap kenaikan suara sebesar 3 dB, akan diikuti dengan penurunan waktu pemaparannya sebanyak setengah kali. b. Untuk mendapatkan tingkat kebisingan yang sesuai, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : a. Eliminasi sumber kebisingan b. Pengendalian kebisingan secara teknik c. Pengendalian kebisingan secara administrative d. Pengendalian pada penerima atau pekerja.

Monica Gozali 09/284490/TK/35341

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


5. Verifikasi Hasil Untuk verifikasi hasil yang diperoleh di atas, kita dapat membandingkan nilai ambang batas kebisingan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dengan nilai ambang batas yang berlaku secara internasional. Berikut adalah tabel nilai ambang batas kebisingan yang ditetapkan oleh ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists), NIOSH (National Institute for Occupational Safety) dan OSHA (Occupational Safety and Health Administration).

Durasi Maksimum (jam/hari) 16 8 4 2 1

Level Suara (dBA) ACGIH 82 85 88 91 94 97 100 103 NIOSH 82 85 88 91 94 97 100 103 OSHA 85 90 95 100 105 110 115 ---

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978 telah sesuai dengan standard yang ditetapkan secara internasional.

Monica Gozali 09/284490/TK/35341

Menganalisa Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Kerja


Penutup Dengan menggunakan metode ilmiah, kita akan lebih mudah dalam mendapatkan dan mengembangkan suatu pengetahuan atau ilmu. Metode ilmiah juga akan sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Seperti dalam makalah ini, kita dapat menganalisa tingkat kebisingan pada lingkungan kerja. Bagaimana dampak atau pengaruh dari kebisingan terhadap kinerja pekerja dan bagaimana cara untuk menurunkan tingkat kebisingan di lingkungan kerja. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami penggunaan metode ilmiah dalam menganalisa suatu permasalahan.

Daftar Pustaka Buchari, 2007, Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Handout Fisiologi Manusia Kerja Handout Ergonomi Industri http://www.occupationalhearingloss.com/noise_induced_hearing_loss.htm Ir. Soekrisno, MSME., Ph.D., Diktat Filsafat Ilmu.

Monica Gozali 09/284490/TK/35341

Anda mungkin juga menyukai