Bab I
Bab I
Latar Belakang Dalam perindustrian, ergonomi merupakan hal yang mendapat perhatian penting. Ergonomi sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ergonomi fisik dan ergonomi lingkungan. Ergonomi fisik mencakup antropometri, biomekanik dan lingkungan fisik tempat kerja. Sementara ergonomi lingkungan mencakup pencahayaan, tingkat kebisingan, temperatur dan kelembapan lingkungan kerja. Penerapan ergonomi yang baik akan dapat menurunkan tingkat kecelakaan pada lingkungan kerja, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas pekerja dan juga meningkatkan moral pekerja. Dalam makalah ini, akan dibahas salah satu bagian dari ergonomi lingkungan yaitu kebisingan. Seperti yang telah kita ketahui, tingkat kebisingan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pekerja. Jika lingkungan kerja terlalu bising, maka pekerja tidak dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Kebisingan juga dapat mempengaruhi mood atau perasaan dari pekerja. Terkadang suara bising akan meningkatkan emosi dan juga tingkat stress pekerja. Kebisingan juga dapat meningkatkan tingkat kecelakaan dan cedera pada lingkungan kerja. Selain berdampak terhadap kinerja pekerja, tingkat kebisingan yang melebihi batas juga akan menurunkan daya pendengaran pekerja jika dilakukan dalam waktu lama. Hal tersebut tentunya harus dihindari karena dalam perindustrian, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan faktor terpenting yang harus diutamakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu batasan yang menentukan tingkat kebisingan maksimal yang dapat diperoleh oleh pekerja sehingga pekerja tetap dapat bekerja secara optimal tanpa terganggu dan menghasilkan produktivitas yang maksimal. Untuk membahas masalah di atas, akan digunakan salah satu metode yang telah dipelajari dalam mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan, yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup langkah-langkah dalam meperoleh atau mengembangkan suatu pengetahuan dan ilmu. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Penentuan masalah Perumusan dugaan sementara (Hipotesis) Pengumpulan data Perumusan kesimpulan Verifikasi hasil
Pada makalah ini, akan dibahas salah satu fenomena dalam Teknik Industri, yaitu mengenai tingkat kebisingan maksimal dalam lingkungan kerja dengan menerapkan langkah-langkah dalam metode ilmiah. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mengaplikasikan salah satu teori dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan, yaitu metode ilmiah dalam menyelesaikan fenomena Teknik Industri, yaitu mengenai tingkat kebisingan maksimal dalam lingkungan kerja.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341 1
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106,IEC60050-801 kosakata elektroteknik Internasional Bab 801:Akustikal dan elektroakustikal). Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian. b. Sumber-sumber kebisingan
Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Bising interior, Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341
Nilai ambang batas kebisingan dinyatakan dalam angka dB. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk wwaktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut: Waktu (Jam/hari) 16 8 4 2 1 1/4 dB 82 85 88 91 94 97
Setiap kenaikan suara sebesar 3 dB, akan diikuti dengan penurunan waktu pemaparannya sebanyak setengah kali.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341 4
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis,gangguan komunikasi dan ketulian,atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap ksehatan pekerja sebagai berikut: Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. Gangguan keseimbangan Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian) Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli. f. Pengendalian Kebisingan di Tempat Kerja
Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan melalui perspektif manajemen resiko kebisingan. Manajemen resiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan resiko yang mungkin timbul.
Monica Gozali 09/284490/TK/35341
Setiap kenaikan suara sebesar 3 dB, akan diikuti dengan penurunan waktu pemaparannya sebanyak setengah kali. b. Untuk mendapatkan tingkat kebisingan yang sesuai, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : a. Eliminasi sumber kebisingan b. Pengendalian kebisingan secara teknik c. Pengendalian kebisingan secara administrative d. Pengendalian pada penerima atau pekerja.
Level Suara (dBA) ACGIH 82 85 88 91 94 97 100 103 NIOSH 82 85 88 91 94 97 100 103 OSHA 85 90 95 100 105 110 115 ---
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978 telah sesuai dengan standard yang ditetapkan secara internasional.
Daftar Pustaka Buchari, 2007, Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Handout Fisiologi Manusia Kerja Handout Ergonomi Industri http://www.occupationalhearingloss.com/noise_induced_hearing_loss.htm Ir. Soekrisno, MSME., Ph.D., Diktat Filsafat Ilmu.