Anda di halaman 1dari 10

GERAK 1 DIMENSI :

Persamaan gerak dalam dua dimensi digambarkan menggunakan fungsi dalam vektor, misalnya vektor posisi digambarkan sebagai bagian dari koordinat X dan Y menjadi :

Jika terdapat dua koordinat masing-masing maka vektor perpindahannya adalah sebagai

dan atau dapat pula dinyatakan

Perlu anda ingat bahwa perpindahan adalah perubahan posisi. Vektor Kecepatan Rata-Rata Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan posisi setiap satuan waktu, sehingga secara vektor, fungsi kecepatan ini dituliskan sebagai maka fungsi kecepatan dapat dituliskan sebagai karena Fungsi di atas hanya digunakan untuk menentukan vektor kecepatan rata-rata Adapun Fungsi kecepatan sesaat dinyatakan menurut fungsi sebagai atau yang dapat pula dituliskan

menyatakan komponen kecepatan pada sumbu X dan pada sumbu Y. fungsi

menyatakan komponen kecepatan

menyatakan laju perubahan atau diferensial/ turunan

Gerak 2 dimensi :

Osilasi :Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai osilasi teredam. Kali ini kita akan mempelajari osilasi paksa. Namanya aneh-aneh ya Btw, penjelasan mengenai osilasi paksa tidak sangat mendetail. Hanya dijelaskan secara singkat apa yang dimaksudkan dengan osilasi paksa. Konsep osilasi paksa

berkaitan dengan resonansi yang akan dibahas, karenanya alangkah tidak baiknya jika dirimu berkenalan terlebih dahulu dengan osilasi paksa.

Pernah bermain ayunan ? Wah, jadi ingat permainan masa kecil Agar kita bisa berayun ria di atas ayunan maka ayunan dan penunggangnya harus didorong terlebih dahulu. Masa ayunan

bergerak sendiri Jika ayunan hanya didorong sekali lalu dibiarkan maka ayunan akan berayun ke depan dan ke belakang, ke depan lagi lalu ke belakang lagi he2.. Istilah kerennya, ayunan tersebut berosilasi. Ayunan tersebut berosilasi dengan frekuensi alaminya Yang dimaksudkan dengan frekuensi alami adalah frekuensi osilasi di mana tidak ada redaman maupun gaya luar yang bekerja pada sistem yang berosilasi. Untuk kasus ini, sistem yang berosilasi adalah ayunan. Frekuensi alami ayunan dinyatakan melalui persamaan :

Ini adalah persamaan frekuensi pendulum sederhana yang sudah diturunkan dalam pokok bahasan pendulum sederhana. Persamaan ini bisa ditulis dalam bentuk frekuensi sudut : Keterangan : Apabila ayunan hanya didorong sekali saja dan tidak didorong lagi maka suatu saat ayunan akan berhenti bergerak. Agar selalu bergerak maka ayunan harus selalu didorong terdapat dua situasi yang berbeda jika ayunan didorong lagi.
Termodinamika :

Hukum I termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Berdasarkan teori ini, Anda dapat mengubah energi kalor ke bentuk lain sesuka Anda asalkan memenuhi hukum kekekalan energi. Namun, kenyataannya tidak demikian. Energi tidak dapat diubah sekehendak Anda. Misalnya, Anda menjatuhkan sebuah bola besi dari suatu ketinggian tertentu. Pada saat bola besi jatuh, energi potensialnya berubah menjadi energi kinetik. Saat bola besi menumbuk tanah, sebagian besar energi kinetiknya berubah menjadi energi panas dan sebagian kecil berubah menjadi energi bunyi. Sekarang, jika prosesnya Anda balik, yaitu bola besi Anda panaskan sehingga memiliki energi panas sebesar energi panas ketika bola besi menumbuk tanah, mungkinkah energi ini akan berubah menjadi energi kinetik, dan kemudian berubah menjadi energi potensial sehingga bola besi dapat naik?

Peristiwa ini tidak mungkin terjadi walau bola besi Anda panaskan sampai meleleh sekalipun. Hal ini menunjukkan proses perubahan bentuk energi di atas hanya dapat berlangsung dalam satu arah dan tidak dapat dibalik. Proses yang tidak dapat dibalik arahnya dinamakan proses irreversibel. Proses yang dapat dibalik arahnya dinamakan proses reversibel. Peristiwa di atas mengilhami terbentuknya hukum II termidinamika. Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, antara lain, hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya; hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor: Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar; hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel terjadi. 1. Entropi Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Besarnya entropi suatu sistem yang mengalami proses reversibel sama dengan kalor yang diserap sistem dan lingkungannya ( ^ Q) dibagi suhu mutlak sistem tersebut (T). 2. Mesin Pendingin Mesin yang menyerap kalor dari suhu rendah dan mengalirkannya pada suhu tinggi dinamakan mesin pendingin (refrigerator). Misalnya, pendingin rungan (AC) dan almari es (kulkas). Kalor diserap dari suhu rendah T2 dan kemudian diberikan pada suhu tinggi T1. Berdasarkan hukum kedua termodinamika, kalor yang dilepaskan ke suhu tinggi sama dengan kerja yang ditambah kalor yang diserap. Secara matematis dapat ditulis dalam persamaan berikut. Q1 = Q2 + W

Rumus Doppler. Perubahan frekuensi bunyi yang dirasakan oleh pengamat manakala ia bergerak relatif terhadap sumber bunyi dirumuskan sebagai berikut :

di mana

v adalah kecepatan bunyi. vs adalah kecepatan sumber bunyi. vp adalah kecepatan pengamat. fs adalah frekuensi sumber bunyi. fp adalah frekuensi yang dialami oleh pengamat. Dalam rumus di atas ada beberapa ketentuan terhadap nilai-nilai dari vs dan vp. Ketentuan di bawah ini dapat dijadikan acuan :

Arah acuan adalah arah di mana sumber bunyi mendekati pengamat. vsdan vp bernilai positif bila searah dengan arah acuan, dan bernilai negatif bila berlawanan dengan arah acuan. Sesuai arah acuan, vs bernilai positif bila sumber mendekati pengamat, negatif bila menjauhi pengamat. Sesuai arah acuan, vp bernilai positif bila pengamat menjauhi sumber bunyi, negatif bila pengamat mendekati sumber bunyi.

Bila sumber dalam keadaan diam maka vs=0, demikian pula bila pengamat dalam keadaan diam maka vp=0.

Interferensi dan difraksi Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah. Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan. Interferensi cahaya merupakan interaksi dua atau lebih gelombang cahaya yang menghasilkan suatu intensitas radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen radiasi gelombangnya. Interferensi menghasilkan suatu pola interferensi terang-gelap-terang-gelap. Secara prinsip interferensi merupakan proses superposisi gelombang / cahaya. Intensitas medan di suatu titik merupakan jumlah medan-medan yang bersuperposisi. Interferensi cahaya merupakan perpaduan atau lebih sumber cahaya sehingga menghasilkan keadaan yang lebih terang (interferensi maksimum) dan keadaan yang gelap (interferensi minimum).syarat terjadinya interferensi cahaya adalah cahaya yang koheren. Ketika kedua gelombang yang berpadu sefase (beda fase= 0, 2, 4, atau beda lintasan = 0, , 2, 3, ) terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan).gelombang resultan memiliki amplitude maksimum.ketika kedua gelombang yang berpadu berlawanan fase (beda fase = , 3, 5, atau beda lintasan = 1/2, 3/2, 5/2,.) terjadi inetrferensi destruktif (saling melemahkan).gelombang resultan memiliki amplitude napatkan garis nol. Interferensi yang menguatkan akan menghasilkan pola terang dan interferensi saling melemahkan akan

menghasilkan pola gelap. Pada interferensi maksimum pada layar didapatkan garis terang apabila beda jalan cahaya antara celah merupakan bilangan genap dari setengah panjang gelombang, sedangakan interferensi minimum pada layar didapatkan garis gelap apabila beda jalan antara kedua berkas cahaya merupakan bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang. Interferensi dari Amplitudo Interferensi ini terjadi karena gelombang cahaya atau sinar terefleksi dan terefraksi pada batas antara 2 media yang berbeda indeks biasnya. Sinar datang terefleksi dan terrefraksi komponennya dari pemisahan gelombang dan melalui perbedaan lintasan optik. Gelombanggelombang tersebut berinterferensi ketika berkombinasi (superposisi). Pertama kita mempertimbangkan efek interferensi yang dihasilkan dari pembagian amplitudo. Pada gambar 2.4 sebuah sinar monokromatik dengan panjang gelombang di udara datang dengan sudut i pada bidang paralel lempengan suatu material dengan tebal t dan indeks bias n > 1. sinar tersebut mengalami pantulan parsial dan pembiasan pada bagian atas permukaan. Sebagian pembiasan cahaya dipantulkan dari bagian permukaan bawah dan muncul paralel ke pemantulan pertama dengan beda fase ditemukan dari perbedaan panjang lintasan optis yang dilalui pada material. Sinar paralel ini bertemu dan berinterferensi pada keadaan tak terbatas tetapi mereka mungkin dibawa menuju fokus dengan lensa. Perbedaan panjang lintasan optik gelombang-gelombang ini ditunjukkan sebagai berikut Karena sin i = n sin Frinji interferensi dihasilkan pada kondisi tak terbatas dari pembagian amplitudo ketika tebal material konstan. Frinji orde ke-m adalah lingkaran terpusat dari sumber S dan (m + 1/2) . konstan pada 2nt cos =terjadi untuk Ketika ketebalan t tidak konstan dan muka lempengan, dekat dengan baji.Resultan interferensi frinji terbentuk dekat dengan baji dan hampir paralel dengan lapisan tipis bagian akhir dari baji. Ketika observasi dibuat pada normal dari baji cos q ~ 1 dan berubah perlahan pada daerah ini sehingga 2nt cos q 2nt. Kondisi ini untuk pola frinji terang lalu perumusannya menjadi: 2nt = (m + 1/2) [1] Dan setiap frinji meletakkan nilai khusus dari ketebalan t dan ini memberikan pola frinji. Seperti nilai m berubah menjadi m+1, ketebalan berubah dengan kelipatan /2n dan frinji memungkinkan pengukuran panjang gelombang dari cahaya.(Pain, 2005)

Difraksi adalah penyebaran gelombang, contohnya cahaya, karena adanya halangan. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens. Pada animasi pada gambar sebelah kanan atas terlihat adanya pola gelap dan terang, hal itu disebabkan wavelet-wavelet baru yang terbentuk di dalam celah sempit tersebut saling berinterferensi satu sama lain. Untuk menganalisa atau mensimulasikan pola-pola tersebut, dapat digunakan Transformasi Fourier atau disebut juga dengan Fourier Optik.

3. GERAK DUA DIMENSI Gerak dua dimensi dapat diuraikan ke komponen geraknya dalam sumbu x dan sumbu y. komponen gerak dalam sumbu x (1x) vx = vxo + at (2x) x = xo + 1/2 (vxo + v ) t (3x) x = xo + vxo t +1/2 at2 (4x) vx 2 = vo2 + 2a (x - xo ) komponen gerak dalam sumbu y (1y) vy = vy o + ayt (2y) y = yo + 1/2 (vy o + vy) t (3y) y = yo + vy o t +1/2 ayt2 (4y) vy 2 = vo2 + 2ay (y - yo )

3.1. Gerak Peluru Gerak peluru merupakan gerak dalam 2 dimensi (bidang).

y vy v

vx

vy0

v0

vx0

Posisi awal peluru terletak di pusat koordinat, jadi x0 = 0 dan y0 = 0.

Peluru mempunyai kecepatan awal v0. Kecepatan awal peluru ini dapat diuraikan menjadi komponenkomponennya :

vx0 = v0 cos vy0 = v0 sin

Setelah peluru melayang diudara, pada peluru hanya bekerja percepatan gravitasi yang arahnya ke bawah , ay = -g ax = 0 Sehingga untuk gerak peluru persamaan geraknya :

komponen gerak dalam sumbu x (1x) vx = v0 cos

komponen gerak dalam sumbu y (1y) vy = v0 sin - gt (2y) y = 1/2 (v0 sin + vy) t

(3x) x = v0 cos t

(3y) y = v0 sin t +1/2 ayt2 (4y) vy 2 = (v0 sin )2 + 2gy

Besar kecepatan partikel pada saat t adalah : _______________ v = vx 2 + vy 2

Arah kecepatan terhadap sumbu x : tg = vy / vx

Dengan mensubstitusikan t dari persemaan (3x) ke persamaan (3y) akan diperoleh : y = v0 sin t - 1/2 gt2

y = (tg ) x - [g/(2 v02cos2)] x2 y = Ax - Bx2

Dari persamaan tersebut tampak bahwa lintasan peluru berupa lintasan parabolik.

3.2. Gerak Melingkar

Pada gerak melingkar beraturan partikel bergerak dengan besar kecepatan konstan, tetapi arah percepatan tidak konstan. Partikel akan bergerak dipercepat.

P r c r P v Pada saat t partikel di P dan pada saat t + t di P. Kecepatan di P adalah v dan kecepatan di P adalah v yang besarnya sama dengan v tetapi rahnya berbeda. Panjang lintasan yang ditempuh dalam waktu t adalah busur PP yang sama dengan v t. CPP sebangun dengan OQQ. Bila dibuat pendekatan panjang tali busur PP sama dengan panjang busur PP maka, v v v v

v v t v r

v2

Untuk t 0 diperoleh harga eksak a = lim v/t = v2/r t 0 yang merupakan besar kecepatan yang dialami oleh partikel. Sedang arahnya sama dengan arah v, yaitu menuju ke pusat kelengkungan. Karena menuju ke pusat, percepatan ini disebut percepatan centripetal. u y = r sin x = r cos ur y r x

u dan ur adalah vektor satuan dalam arah tangensial dan radial. Kecepatan partikel v dapat dinyatakan dalam koordinat polar sebagai v = v u Bila besar dan arah v berubah maka dv/dt adalah :

dv/dt = a = v du/dt + u dv/dt a = aT u - aR ur aR : percepatan radial = percepatan centripetal = v2/r

aT : percepatan tangensial

Anda mungkin juga menyukai