Anda di halaman 1dari 15

A Konsep 1.

Pengertian Appendicitis adalah : Peradangan pada appendiks vermifornis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. 2. Epidemiologi Dapat menyerang semua kelompok termasuk lanjut usia. Pada anak-anak dan dewasa muda terinfeksi sistemik seperti infeksi pernapasan dapat menyebabkan hyperplasia jaringan limfoid pada appendiks dimana respon hiperplastik dapat melibatkan lumen appendiks dan mulai terjadi appendicitis. Rata-rata insiden yaitu 1-2 per 1000 dengan dewasa muda antara 20-30 tahun. Namun demikian apendisitis dapat menyerang semua kelompok termasuk lanjut usia. (Doughty, D. B. et al. (1993). 3. Penyebab. Penyebab yang paling umum dari appendicitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan peradangan. Penyebab yang lain adalah feses yang keras atau tumor. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras) Pemberian barium Berbagai macam penyakit cacing Tumor Striktur karena fibrosis pada dinding usus

4. Pathofisiologi Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen Apeendiks oleh hyperplasia , folikel limfoid, fekalit, benda asing, striptur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obtruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak,

namun elastisitas dinding apendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menhambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapidisis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah akan terjadi Bila sekresi

apendik akut fokal yang ditandai oleh nyeri epdestrium.

mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edem bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai

peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi invak dinding appendik yang diikuti dengan ganggren (Arif Mansjoer, 2000).

PATWAY

Hyperplasia folikel limfoid

striktur

Tumor

Fecalith (feses keras)

peradang an

cacing

Obstruksi Intralumen Mual,Muntah

Tekanan intra lumen meningkat


Kurang Volume Cairan Distensi jar. Usus Bendungan sekresi mucus Aliran limfe tersumbat Odema appendiks Respons Inflamasi

Aliran darah terganggu


iskemia

Nyeri

Aktivitas bakteri Nekrosis Appendik Perforasi PK PAI

Peningkatan Suhu Tubuh Hipertermia

Perubahan kesehatan

status

cemas

5. Klasifikasi Apendik dapat dibagi atas dua bagian yaitu.


Hipertermia

a. Apendik Akut : jarang ditemui pada anak dibawah 5 tahun dan orang tua diatas 50 tahun. Apendicitis dapat dibagi atas tiga bagian : 1) Apendicitis acut focalik atau segmentalis. Terjadi pada bagian distal yang meradang seluruh rongga apendiks sepertiga distal berisi nanah. 2) Apendicitis acut purulenta diffusa. Pembentukan nanah yang berlebihan jika radangnya lebih hebat dan dapat terjadi mikrosis dan pembusukan yang disebut appendicitis gangrenous. mengakibatkan peritonitis. 3) Apendicitis acut traumatic. Disebabkan oleh karena trauma karena kecelakaan pada operasi didapatkan tampak lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan. b. Appendicitis kronik. Appendicitis kronik dibagi atas dua bagian antara lain : 1) Appendicitis cronik focalis. Secara mikroskopis nampak fibrosis setempat yang melingkar, sehingga dapat menyebabkan stenosis. 2) Appendicitis cronik obliterative. Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jaringan sub mukosa dan sub serosa, sehingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen) terutama dibagian distal dengan menghilangnya selaput lender pada bagian tersebut. Pada appendicitis gangrenous dapat terjadi perfulasi akibat mikrosis kedalam rongga perut dan

6. Manifestasi Klinis

Sakit di sekitar umbilicus dan epigastrium disertai anoreksia, nausea dan vomiting. Beberapa jam kemudian diikuti oleh sakit perut di kanan bawah dengan diser atai kenaikan suhu tubuh yang ringan. Pada bayi dan anak anak (balita) tidak menunjukkan letak sakit tapi dirasakan menyentuh. Dalam 2 12 jam nyeri akan beralih kekwadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperbilat bila berjalan atau batuk. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap, namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing positif akan semakin meyakinkan diagnose klinis appendicitis. 7. Pemeriksaan fisik. (Posisi klien berbaring) Inspeksi : a. Klien nampak kesakitan, penampilan (expresi) yang tidak ceria. b. Pergerakan sangat hati-hati pada yang acut. c. Bila berbaring kaki kanan sedikit ditekuk. d. Klien merasa sakit kalau disuruh menekuk kaki kanan. Palpasi : a. Suhu badan hangat diukur berkisar 37 38 C b. Pemeriksaan pada perut akan menunjukkan nyeri tekan pada perut kanan bawah. c. Palpasi ringan abdomen dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa vigiditas atau devans muskuler ringan. d. Bila appendiks yang meradang terletak didalam pelpis maka nyeri tekan dapat dideteksi dengan cara rektaltose. Perkusi : Bila diketuk pada kuadran kanan bawah klien akan menjerit, meringis karena sakit yang hebat.

8. Studi Diagnostik dan Hasil

a. Hitung sel daarah putih = meningkat 10.000 16.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri (75% neutrofil). b. X ray perut = menunjukkan fecalith pada kuadran kanan bawah atau daerah ileus untuk membedakan appendicitis dengan ulser perforasi (udara bebas di bawah diafragma indikasi perforasi). c. Urnalisis = tidak ada atau sedikit leukositosis dan sel darah merah, digunakan untuk membedakan appendicitis dengan penyakit saluran kemih. 9. Manajemen Medis a. Sebelum operasi : 1) Observasi. Dalam 8 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendicitis sering kali masih belum jelas. baring dan di puasakan. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendicitis ataupun bentuk perinitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rekal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto Abdomen dan thorax tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain, pada kebanyakan kasus didiagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri di daerah kanan bawah 12 jam setelah timbulnya keluhan. pendidikan preoperasi). b. Terapi obat = anibiotik seperti metronidasole atau cofamandole biasanya dosis tunggal sebelum pembedahan, dilanjutkan setelah pembedahan bila perforasi dengan kontaminasi peritoneal diberikan setelah pembedahan. 2) Pembedahan = appendictomy. 3) Pasca operasi. pernapasan. Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam shock, hiperternia, atau ganguan Status puasa cairan dan elektrolit perlu, persiapan untuk pembedahan (informed consent,

Pasien dikatakan baik bila 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml per jam selama 4 5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml per jam dan setelahnya berikan makanan saring dan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit dan hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh angkat jahitan. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data Subyektif 1) Sebelum operasi. mengatakan Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah mual, muntah, kembung Tidak nafsu makan, demam Tungkai kanan tidak dapat diluruskan. 2) Sesudah operasi. mengatakan - Nyeri daerah operasi - Lemas - Haus - Mual, kembung - Pusing. b. Data Obyektif. 1) Sebelum operasi - Nyeri tekan di titik Mc. Burney - Wajah mengkerut - Perilaku distraksi - Respon otomatis - Spasme otot - Takhikardi, takipnea - Pucat, gelisah - Bising usus berkurang atau tidak ada - Demam 38 - 38,5 C

2) Sesudah operasi

Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen Terpasang infus Terdapat drain/pipa lambung Bising usus berkurang Selaput mukosa mulut kering

2. Diagnosa Keperawatan Sebelum Operasi Nyeri abdomen b.d distensi jaringan usus. DS : Mengeluh nyeri di daerah pusar menjalar ke daerah kanan bawah,menjadi lebih berat saat melakukan aktivitas DO : Nyeri tekan di titik Mc Burney, wajah pasien meringis menunjukan expresi nyeri,tungkai kanan tidak dapat diluruskan , pergerakan terbatas , abdomen ditahan agar tidak nyeri Hiperthermi b. d respon inflamasi DS : Mengeluh badan demam DO : Peningkatan suhu tubuh 37 38,kulit teraba hangat Resiko kekurangan volume cairan b.d mual, muntah. DS : Mengeluh mual dan muntah DO : Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. DS : Pasien mengatakan cemas,dan menanyakan hal hal yang belum diketahui. DO : Gelisah,sering bertanya tentang prosedur pembedahan. 3. Perencanaan Keperawatan Sebelum Operasi Nyeri abdomen b.d distensi jaringan usus. Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan kenyamanan selama

perawatan dengan

kriteria evaluasi dalam 1 2 jam intervensi

penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator indikator obyektif, seperti meringis, wajah dan posisi tubuh relaks (tidak ada/menurun). Intervensi Keperawatan 1. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada nyeri) 10 (nyeri paling buruk). Waspada tentang karakteristik ketidaknyamanan selama tahap tahap berikut dari appendicitis. Tahap Awal : Nyeri abdomen (baik epigastrik atau umbilikal) mungkin tidak jelas atau menyebar, mual dan muntah : demam : sensitifitas di atas area appendiks. Tahap Intermediet (akut) : Nyeri berpindah dari epigastrium ke kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney dan meningkat dengan berjalan atau batuk. Nyeri dapat disertai dengan sensasi konstipasi, anoreksia, malaise, kadang kadang diare, penurunan peristaltik usus juga terjadi. Appendicitis akut dengan perforasi : peningkatan kekakuan abdomen. R /.Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,kemajuan penyembuhan.Perubahan pd karakteristik nyeri menunjukan terjadinhya abses atau pertonitis memerlukan upaya evaluasi medis dan intervensi. 2. dalam. R /. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping pasien . 3. Pertahankan pasien puasa sebelum pembedahan Berikan tindakan kenyamanan.latihan relaksasi,napas

R/. Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dini dan iritasi gaster/muntah.

4.

Bantu posisi pasien untuk kenyamanan optimal.

R/.menemukan kenyamanan pada posisi miring dengan lutut ditekuk, sedangkan yang lain merasa nyerinya hilang apabila terlentang dengan bantal di bawah lutut. 5. Kompres es pada daerah yang sakit.

R/. Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf. Hiperthermi b.d respon inflamasi. Gold an obyektif : Pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang normal selama dalam perawatan dengan criteria 1-2 jam intervensi di berikan dapat dilihat tanda sebagai berikut;suhu tubuh dalam batas normal 3637,bebas dari kedinginan. 1. Pantau suhu tubuh pasien R/ Suhu 38 menunjukan proses penyakit infeksi 2.Berikan kompres hangat ,hindari penggunaan alcohol R/ dapat membantu mengurangi demam, 3.kolaborasi pemberian anti piretik R/ di gunakan utk mengurangi demam dgn aksi sentralnya pada hipotalamus. 3.Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah. Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang normal selama perawatan dengan kriteria evaluasi dalam 1 2 jam intervensi diberikan dapat dilihat tanda sebagai berikut : bibir tiadak kering, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, tidak kering. Intervensi Keperawatan : 1. Kontrol TTV terhadap peningkatan suhu, peningkatan frekwensi nadi, hipotensi tiap 4 jam. R/. Tanda yang membantu mengindentifikasi volume intravascular

2. usus.

Auskultasi bising usus catat kelancaran flastus dan gerakan

R/. Indikator kembalinya peristaltic,kesiapan untuk pemasukan peroral 3. medik. R/. 4. Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan. Kontrol cairan keluar dan masuk bila urin < 30/jam, laporkan dokter. R/. Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan pengantian . 5. Berikan sejumlah kecil minuman dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi. R/. Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan Kecemasan b.d penurunan status kesehatan. Goal dan obyektif : Pasien akan meningkatkan pengetahuannya dengan kriteria evaluasi pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan termasuk persiapan preoperasi dan sensasi dan perawatan operasi dan mendemonstrasikan alat sebelum latihan pascaoperasi atau dan pada menggunakan prosedur pembedahan Pasang infus dan pipa lambung sesuai dengan program

kedaruratan selama periode pascaoperasi segera. Intervensi Keperawatan : 1. Kaji pemahaman pasien tentang diagnosis, prosedur bedah, ritunitas preoperasi dan program pascaoperasi. Evaluasi tenatang hasrat pasien terhadap informasi tentang diagnosa dan prosedur. R/.Memberikan 2. dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan utk informasi . Jelaskan tentang diagnosa dan prosedu pembedahan sesuai kebutuhan.

R/ Informasi me3nurunkan cemas.

3.

Jelaskan tentang peristiwa preoperasi : Dimana pasien akan berada sebelum, selama dan segera Obat obatan preoperasi dan waktu pembedahan. Penatalaksanaan nyeri, termasuk sensasi yang akan Pemasangan kateter, selang dan ala pemberian oksigen. Perubahan aktivitas posisi. Perlunya menghindari merokok selama periode setelah operasi.

dirasakan.

preoperasi. Jam kunjungan dan lokasi ruang tunggu. R/ Mengetahui apa yg diharapkan dapat menurunkan kecemasan 4. Jelaskan aktivitas, latihan dan kewaspadaan pascaoperasi.

Izinkan pasien kembali mendemonstrasikan alat dan latihan berikut dengan cepat : Napas dalam dan latihan batuk. . Gerakkan naik turun dari tempat tidur.

R/ Mencegah kelemahan dan perasaan sehat. 5. Sebelum pasiena pulang, anjurkan tentang aktivitas yang akan dilakukan : Meningkatkan aktivitas secara bertahap, menghindari secara bertahap sesuai toleransi, menghindari mengangkat beban (> 5Kg), menghindari mengemudi mobil (sering selama 4 6 minggu). R/ Menghindari peningkatan tekanan intra abdomen yg tidak perlu. 6. Berikan waktu pada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan perasaan :.

R/ Meningkatkan proses belajar dan mengambil keputusan dan menurunkan kecemasan.

4. Evaluasi 1. Nyeri pasien berkurang 2.suhu tubuh dalam batas normal 3 Mempertahankan keseimbangan cairan 4. Mengatakan tidak cemas lagi. 5. Pendidikan Pasien Keluarga dan Rencana Penulangan Berikan psien dan orang terdekat informasi verbal dan tertulis mengenai hal berikut : 1. Obat - obatan termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal, kewaspadaan, interaksi obat obatan dan makanan/obat dan potensial efek samping. 2. 3. 4. Perawatan insisi, termasuk penggantian balutan dan Indikator - indikator infeksi : demam, menggigil, nyeri Menghindari enema untuk beberapa minggu pasca operasi, pembatasan mandi bila tepat. insisi, kemerahan, bengkak dan keluar drainase purulent. waspadakan pasien tentang perlunya memeriksa pada dokter sebelum melakukan enema. 5. Kewaspadaan pascabedah : Menghinadari mengangkat objek berat (> 4,5kg) selama 6 minggu pertama.

DAFTAR PUSTAKA Engram, Barbara. (1991) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Suharyati Samba, Volume I, EGC, Jakarta Dougthy, D. B. et al (1993) Gastrointestinal Disorders, Mosby, Toronto Doengoes, M. E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Perencanaan untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC, Jakarta. Reeves, J. C. dkk (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Penerjemah Joko Setyono, Salemba Medika, Jakarta. Mansjoer Arif dkk.( 2000) Kapita Selekta Kedokteran,jilid 2 FKUI. Carpenito Lynda Juall .(2000) Diagnosa Keperawatan ,Edisi 6 EGC

Anda mungkin juga menyukai