Anda di halaman 1dari 1

Referat Neurologi

BAB I. PENDAHULUAN
Spastisitas dapat didefinisikan sebagai meningkatnya tonus otot, dikarenakan peregangan otot yang berlebihan, yang ditandai dengan tonus yang meningkat. Pada cedera kepala, penelitian di Inggris memperkirakan sebanyak 16 % dan 18% orang yang menderita stroke untuk pertama kali dan penderita cedera kepala, membutuhkan terapi untuk spastisitas. Di Swedia, penelitian tentang prevalensi penderita yang telah 1 tahun mengalami stroke, terdapat 17% yang mengalami spastisitas. Spastisitas biasa terjadi pada lesi medulla spinalis. Spastisitas merupakan gejala yang tidak spesifik, dimana terjadi bila berhubungan dengan lesi di medulla spinalis. Spastisitas biasanya disertai dengan adanya paresis, dan juga terdapat tanda yang lain, seperti meningkatnya reflex, yang biasa ditemukan pada sindrom upper motor neuron. Paresis biasanya terjadi pada otot bagian distal, dengan hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan kecil pada ruas-ruas jari. Sindroma upper motor neuron dihasilkan dari adanya lesi di jaras motorik di kortikal, brainstem, atau di medulla spinalis. Spastisitas dapat berkembang dari hari sampai beberapa minggu setelah terjadinya lesi. Ketika terjadi lesi yang akut, akan terjadi tonus otot yang flaksid dengan hiporefleks, sebelum terlihat adanya spastisitas. Jarak antara terjadinya lesi sampai munculnya spastisitas bervariasi, dari hari sampai bulan, tergantung dari letak lesi. Tanda-tanda dari spastisitas adalah klonus, fenomena clasp-knife, hiperrefleks, tanda Babinski, reflex fleksor, dan spasme di bagian fleksor.

Kepaniteraan Klinik Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 13 April 2009 16 Mei 2009 Siloam Hospital Karawaci

Anda mungkin juga menyukai