Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEUANGAN USAHA KERAJINAN PATUNG KAYU PRIMITIF MAHARANI HANDYCRAFT DI YOGYAKARTA A.St.

Nurlianty

Abstrak
Kinerja keuangan suatu usaha sangat bermanfaat baik untuk pihak luar maupun manajemen usaha itu sendiri yang memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang dicapai oleh suatu usaha selama kurun waktu tertentu. Dengan diketahui aspek keuangan yang belum mendukung perusahaan akan dapat membenahi kelemahan aspek tersebut sehingga suatu usaha dapat meningkat kinerjanya dengan baik

Kata kunci: kinerja- Aspek keuangan

Latar belakang
Pesatnya perkembangan karya cipta kerajinan menjadi produk kerajinan sebagai bidang usaha industri, memegang peranan dalam pendayagunaan dan pengembangan SDM karena mampu memberikan lapangan kerja potensial. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan pengrajin. Usaha kerajinan Patung Kayu Primitif Maharani Handycraft merupakan salah satu usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah kayu menjadi patung primitif dikombinasi dengan produk interior. Keunikan Produk ini sesuai selera konsumen utamanya pasar ekspor. Dalam rangka memberdayakan usaha kerajinan patung kayu ini agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing, dilakukan pemeriksaan pada aspek kegiatan usaha secara periodik. Hal ini untuk mengukur tingkat perkembangan dari waktu ke waktu dan hasil usaha antara lain menganalisis laporan keuangannya sehingga ditemukan perbandingan

prestasi usaha kerajinan ini dari tahun ke tahun dan membantu pihak pengelola usaha mengindentifikasi kelemahannya. Laporan keuangan sebagai indikator kinerja perusahaan, dapat menggambarkan kondisi yang sedang dialami oleh perusahaan dan menggambarkan perusahaan. efisiesi penggunaan modal serta produktivitas

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dititik beratkan pada: 1. Bagaimana kondisi laporan keuangan usaha Maharani Handycraft? 2. Bagaimana kinerja keuangan usaha Maharani Handycraft?

Tinjauan Pustaka
A. Laporan keuangan Laporan keuangan merupakan kumpulan data yang diorganisasi menurut logika dan prosedur-prosedur akuntasi yang konsisten. Laporan ini digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan yang baik akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam menetapkan rencana kegiatan

perusahaan untuk periode yang akan datang. Menurut Husnan (1998) ada dua laporan yang pokok yaitu neraca dan rugi laba. Neraca menunjukkan jumlah kekayaan, kewajiban dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Sedangkan laporan rugi laba menunjukkan hasil yang diperoleh selama periode tertentu. Menurut Standar Akuntasi Keuangan (1999) laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan yang terdiri

dari laporan arus kas, materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. B. Tujuan laporan keuangan Menurut Mardiasmo (2000) tujuan laporan keuangan pada dasarnya menyajikan informasi keuangan suatu perusahaan yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntasi Keuangan (1999) adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok , pelanggan, pemerintah, dan lembaga-lembaga serta masyarakat. C. Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas atau keuntungan dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu usaha. Menurut Munawir (2002) adalah analisis yang terdiri dari hubunganhubungan dan kecenderungan atau trend untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio. Penilaian informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup keuangan perusahaan baik yang telah lampau, saat sekarang dan rencana masa depan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di

masa depan. Hal ini bermanfaat untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi. D. Analisis Perbandingan Laporan keuangan Bila suatu bilangan dibandingkan dengan bilangan yang lain maka diperoleh sebuah nilai yang disebut angka perbandingan, dalam laporan keuangan dengan cara mempergunakan angka indeks. Menurut Umar (2003), angka indeks merupakan angka perbandingan dikali seratus sebagai bentuk penyederhanaan, yang berfungsi

memberikan informasi tentang perubahan-perubahan suatu karekteristik tertentu pada waktu dan tempat yang sama atau berlainan dengan analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas sehingga diketahui posisi keuangan perusahaan.

Hipotesis
1. Diduga neraca dan laporan rugi laba Maharani Handycraft mengalami peningkatan. 2. Diduga kinerja keuanganMaharani Handycraft dalam kondisi baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perkembangan Laporan Keuangan


Analisis ini dilakukan untuk membandingkan perubahan/perkembangan pada neraca dan laporan rugi laba dari waktu ke waktu. Analisis perbandingan menggunakan analisis trend indeks dengan periode tahun 2008 sampai tahun 2010 dimana tahun 2010 digunakan sebagai tahun dasar. 1. Analisis Perkembangan Neraca Neraca terdiri atas aktiva, utang dan modal, ketiga variabel neraca pada Maharani Handycraft tidak memuat informasi mengenai penyebab dan

saat berubahnya variabel tersebut. Untuk mengetahui kecenderungan (trend) dan perubahan yang terjadi, digunakan analisis perbandingan untuk periode waktu yang berbeda. Perubahan neraca Maharani

Handycraft untuk tahun 2008, 2009 dan 2010 disajikan sebagai berikut:

Tabel 5.1. Perkembangan Neraca tahun 2008-2010 "Maharani Handycraft"


keterangan Aktiva Aktiva Lancar Kas Bank Persd bahan baku Persd brg dlm proses Persd barang jadi Piutang Jumlah aktiva Lancar Aktiva tetap Tanah Gedung Kendaraan Peralatan kantor Mesin dan peralatan Jumlah aktiva Lancar Total Aktiva Pasiva Hutang Lancar Hut. jangka panjang Modal sendiri Jumlah Pasiva 81,32 0 63,04 61,86 74,81 0 61,06 59,83 100 100 100 100 Rp Rp Rp Rp 30.742.500,00 35.000.000,00 1.331.828.748,00 1.397.571.248,00 76,22 89,48 53,47 0 97,38 76,71 61,86 76,22 89,48 50,8 0 94,34 75,58 59,83 100 100 100 100 100 100 100 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 387.025.000,00 139.695.613,00 187.015.952,00 8.469.400,00 164.307.023,00 886.512.988,00 1.397.571.248,00 9,05 93,28 65,87 148,47 7,48 31,35 36,12 13,27 93,27 59,74 128,03 6,25 26,85 32,52 100 100 100 100 100 100 100 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 56.952.000,00 29.322.000,00 27.746.000,00 58.985.000,00 250.333.260,00 87.720.000,00 511.058.260,00 Angka Indeks Nominal (%) 2008 2009 2010 Nilai riil neraca thn 2009 (tahun dasar)

Sumber:Maharani Handycraft,data olahan

Gambar 5.1. Perkembangan angka indeks pada masing-masing pos dalam neraca (tahun 2008-2010)
120 100 80 60 40 20 0 2008 2009 2010 Ak.lancar Ak.tetap Hut.Lancar Hut.jgk pjg Mod.sendiri

Dari gambaran kondisi neraca untuk pos-pos aktiva lancar, aktiva tetap dan hutang lancar mengalami kenaikan. Kenaikan aktiva lancar ini mengidentifikasikan posisinya kurang likuid yang ditunjukkan pada kenaikan posisi persediaan, piutang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan posisi kas dan bank sedang kenaikan aktiva tetap ini mengidentifikasikan nilai perusahaan mengalami perkembangan yang baik sesuai analisis rasio rentabilitas berdasarkan SK menteri keuangan bahwa aktiva tetap ini termasuk kekuatan modal usaha perusahaan. Kenaikan hutang lancar ini, perusahaan perlu waspada karena kas perusahaan akan cepat terserap untuk membayar hutang lancar yang dapat mempengaruhi kesehatan perusahaan yang tergantung dari ketersediaan dana jangka pendek untuk melaksanakan kegiatan operasi usaha kerajinan. Penambahan Hutang jangka panjang dan modal sendiri. 2. Analisis Perkembangan Laporan Rugi Laba Dalam laporan rugi laba terdapat informasi mengenai pendapatan, biayabiaya dan kenaikan atau penurunan yang dihasilkan oleh semua kegiatan

usaha kerajinan patung kayu. Berikut kecenderungan dan perubahan laporan rugi laba Maharani handycraft: Tabel.5.2. Perkembangan rugi laba tahun 2008-2010
keterangan Penjualan HPP Laba kotor Biaya operasi Laba operasi Biaya bunga Laba sebelum pajak Total pajak Angka Indeks Nominal (%) 2008 73.49 77.07 70.07 85.69 55.56 0 63.96 57.61 2009 61.02 69.05 54.48 49.81 59.12 0 68.06 62.42 2010 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Nilai riil rugi/laba thn 2009 (tahun dasar) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1.618.414.800,00 726.083.624,00 892.331.176,00 444.522.685,00 447.808.491,00 58.800.000,00 389.008.491,00 99.202.547,00 289.805.944,00

Laba bersih setelah pajak 66.14 69.99 Sumber:Maharani Handycraft,data olahan

Gambar 5.2. Perkembangan angka indeks masing-masing pos dalam laporan rugi-laba tahun 2008-2010
120 100 80 60 40 20 0 2008 2009 2010 Penjualan HPP By.operasi by.bunga Pajak Laba bersih

Hasil perubahan angka indek pada masing-masing pos laporan rugi-laba sesuai tabel dan gambar 5.2 , digambarkan pendapatan dari penjualan secara total mengalami kenaikan. Sedangkan penurunan harga pokok penjualan diakibatkan oleh persediaan barang jadi dan pembelian bahan baku menurun dari tahun dasar yang mengakibatkan biaya operasi menurun. Kenaikan panjang. 3. Analisis Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas Dari perkembangan angka indeks pada masing-masing pos laporan keuangan ditinjau dari segi solvabilitas menurun karena terjadi biaya bunga diakibatkan adanya hutang jangka

peningkatan total hutang. Penurunan solvabilitas ini masih dalam batas kewajaran artinya apabila usaha ini dilikuiditas, perusahaan masih mampu membayar semua kewajibannya. Peningkatan likuiditas tidak

menyebabkan rentabilitas menurun karena adanya efisiensi pada biaya operasi.Hal ini menggambarkan kondisi keuangan usaha kerajinan Maharani Handycraft cenderung baik.

B. Analisis Rasio Keuangan


Membandingkan rasio usaha ini selama tiga tahun sehingga terlihat prestasi atau kinerja yang dilakukan perusahaan cenderung meningkat Rasio rasio keuangan yang diperlukan dalam penelitian, sebagai alat ukur ialah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio efesiensi danrasio profitabilitas.

Tabel 5.3 Analisis Rasio Laporan Keuangan Kerajinan Kayu Primitif Maharani Handycraft
Pertum buhan Rasio likuiditas Rasio lancar (kali) Rasio Quick (kali) Rasio Solvabilitas Hut terhdp tot aset(%) Hut terhdp tot aset(%) Rasio Efisiensi Perputaran piutang (kali) Perputaran persd (kali) Perputaran ak.tetap (kali) Perputaran tot. asset(kali) Rasio Profitabilitas Gross Profit Margin (%) Operting profit (%) Net Profit Margin (%) Return on Invest (%) 7,38 2,4 -0,15 0,14 7,23 2,54 Pertum buhan 9,39 3,12 16,62 5,66 Ratarata Rata-rata per tumbuhan 4,62 1,63

Analisis Rasio

2008

2009

2010

10,41 3,53

2,89% 2,98%

-0,14 -0,15

2,75% 2,83%

1,95% 2,11%

4,70% 4,94%

3,45% 3,58%

0,91% 0,98%

43,25 4,49 1,75 1,38

-1,32 0,16 -0,28 -0,2

41,93 4,65 1,47 1,18

-23,48 -2,5 0,36 -0,02

18,45 2,15 1,83 1,16

34,54 3,77 1,68 1,24

-12,4 -1,17 0,04 -0,11

52,95% 20,92% 16,12% 22,17%

-3,72% 5,89% 4,42% 2,09%

49,23% 26,81% 20,54% 24,26%

5,91% 0,86% -2,63% -3,52%

55,14% 27,26% 17,91% 20,74%

52,44% 25,13% 18,19% 22,39%

1,09% 3,39% 0,89% -0,72%

Rasio lancar usaha memberikan indikasi mampu melunasi kewajiban finansial jangka pendek. Bagi manajemen hasil analsis rasio lancar memberikan gambaran bahwa kelebihan aktiva lancar akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas usaha kerajinan kayu. Analisis rasio quick usaha kerajinan kayu selama tiga tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun ke tahun yang menggambarkan bahwa kemampuan usaha ini untuk melunasi kewajiban jangka pendek

tanpa dikaitkan dengan penjualan persediaan mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang. Rasio solvabilitas usaha kerajinan kayu Maharani Handycraft berada pada kondisi yang tidak meng

KESIMPULAN
1. Kondisi keuangan cenderung baik, dilihat dari segi likuiditas dan rentabilitas mengalami peningkatan walaupun solvabilitas menurun. Penurunan solvabilitas ini masih dalam batas kewajaran artinya apabila usaha ini dilikuiditas/ditutup, perusahaan masih mampu membayar semua kewajibannya.

2. Kinerja keuangan kurang baik, dilihat dari segi aktivitasnya dalam mengelolah aktiva untuk menghasilkan prosentase laba bersih menurun, tetapi pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan laba operasi meningkat. Hal ini berarti kenaikan biaya non operasi atau biaya bunga tidak diimbangi oleh kenaikan laba bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Bernadin, H.J. and Russel, J.E.A, 1993. Human Resource Management An Experiental Approach, McBraw Hill, Singapore. Hanafi Mamduh M dan Halim Abdul, 2003. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, YKPN, Yogyakarta. Husnan, S, 1998. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang) Edisi Empat BPFE. Yogyakarta. Lesmana Rico dan Surjanto Rudi, 2003, Financial Performance Analyzing, Jakarta, PT.Gramedia. Mardiasmo, 2000, Akuntansi Keuangan Dasar, Edisi kedua, Yogyakarta, BPFE

Martono, SU, 2001, Manajemen Yogyakarta, Ekonisa.

Keuangan,

Cetakan

pertama,

Munawir, S, 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta. Rangkuti, Freddy, 2001, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Cetakan, kedelapan, Gramendia, Jakarta. Siegel Joel G, 1993, Financial Management, Seri Bisnis Barrom, Jakarta, PT.Gramedia. Supranto, J, 2001,Statistik, Teori dan Aplikasi, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta Subagyo, P, 2001, Statistik Deskriptif, Edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta. Swasta Basu, 1995, Pengantar Bisinis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern, Edisi kelima, Liberty, Yogyakarta. Umar, H, 2002, Evaluasi Kinerja Perusahaan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, H, 2003, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, Cetakan kelima, Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai