Anda di halaman 1dari 9

TUGAS EPIDEMIOLOGI ANALISA KASUS

Dosen Pengampu : Sugih wijayati, Skp,Ns.

Disusun Oleh : Berliana Utami Putri Devy Kurnia R Gilang Ayu Mona Rhiza Ni Wayan Aryanthini Nurmala Fauziyah Rini Dwi Oktafia Septalia Isharyanti P17424411006 P17424411010 P17424411021 P17424411033 P17424411037 P17424411041 P17424411043

PRODI D IV BIDAN PENDIDIK POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN AKADEMIK 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001). Angka kematian ibu merupakan ukuran bagi kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak. Angka kematian ibu yang tinggi mayoritas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terjadi pada masa kehamilan dan pada saat melahirkan. Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang baik, banyak yang harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah menjadi kesepakatan semua pihak, akan tetapi dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dimaksud. Perlu kita ketahui apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus AKI tersebut, hal ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan. Dengan berpedoman pada sebuah kesepakatan dilakukan berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan di masyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang

mempengaruhi frekuansi dan penyebaran di suatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan nama epidemiologi.

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui analisa kasus kematian ibu yang sesuai dengan konsep teori. 2. Untuk mengaplikasikan ilmu epidemiologi terhadap sebuah kasus kematian ibu.

C. Manfaat Agar pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang analisa sebuah kasus kematian ibu dengan pendekatan epidemiologi serta mampu mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan masyarakat khususnya pada kasus kematian ibu.

BAB II
A. CONTOH KASUS

400 Ibu Meninggal Saat Melahirkan


PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat Andy Jap mengatakan angka kematian ibu melahirkan di wilayahnya cukup tinggi, yakni diperkirakan 400 orang perseratus ribu kelahiran hidup.Setiap tahun memang menurun. Tetapi angka kematian ibu melahirkan di Kalbar masih di atas rata-rata nasional sehingga termasuk tinggi. Paling tinggi Sanggau dan Sintang, ujar Andy di Pontianak, belum lama ini. Salah satu penyebab kematian adalah pendarahan. Pada 2011, pemerintah memiliki program jaminan persalinan gratis kepada para ibu, selama mereka mau melahirkan kelas 3 rumah sakit. Semua biaya persalinan ditanggung pemerintah. Data Dinkes Kalbar juga mencatat angka kematian bayi saat lahir yakni 36 bayi perseribu kelahiran. Upaya lain yang dilakukan untuk mencegah kematian ibu dan bayi saat kelahiran adalah merangkul dukun bayi. Biasanya dukun bayi yang membantu kelahiran pada daerah yang aksesibilitasnya sulit terjangkau. Kita tidak bisa menepikan keberadaan dukun ini. Pada tahun ini juga ada program bagaimana merangkul dan memberikan pembinaan kepada dukun. Sehingga dukun mengetahui batas pertolongan yang diberikan sesuai kemampuannya, ungkap Andy.

Dinkes Kalbar juga melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan dan bidan dalam upaya menangani kasus emergensi terkait kelahiran. Sarana puskesmas rujukan juga ditingkatkan sehingga dapat dimanfaatkan jika ada

kegawatdaruratan saat proses kelahiran.Tak hanya di kabupaten yang banyak daerahnya sulit terjangkau, jumlah kematian ibu melahirkan di perkotaan yakni di Kota Pontianak juga meningkat menjadi 12 kasus pada 2010. Pada 2009,

jumlah ibu yang meninggal karena melahirkan sebanyak tujuh kasus. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Multi Juto Bhatarendo mengatakan penyebabnya bermacam-macam, tetapi paling banyak disebabkan pendarahan dan hipertensi. Berdasarkan data Dinkes Kota Pontianak, enam kematian disebabkan pendarahan, yakni rahim robek sebelum melahirkan sebanyak 2 kasus, pendarahan sebelum melahirkan 2 kasus, dan mola atau hamil anggur 2 kasus. Sisanya disebabkan hipertensi, serangan jantung, diabetes mellitus, Stephen Johnson, emboli air ketuban, dan eklampsia.Bisa saja potensi-potensi penyebab kematian ibu ini terjadi karena sang ibu kurang asupan gizi dan sebagainya, kata Multi belum lama ini. (uni)

B. ANALISA KASUS Dalam epidemiologi, penting untuk mengetahui aspek-aspek yang ada dalam sebuah kasus. Untuk lebih memahami kita gunakan penjabaran dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, antara lain : a. Who (Siapa yang menjadi korban dalam kasus tersebut ?) Yang menjadi korban dalam kasus ini adalah ibu bersalin. b. What (Kasus apa yang terjadi ?) Kasus yang terjadi dalam kasus ini adalah kematian ibu bersalin. c. When (Kapan kasus itu terjadi ?) Kasus ini terjadi pada tahun 2009. d. Where (Dimana kasus itu terjadi ?) Kasus ini terjadi di kota Pontianak, Kalimantan Barat. e. Why (Mengapa kasus itu bisa terjadi ?) Kasus ini terjadi karena perdarahan dan hipertensi f. How (Bagaimana kasus itu bisa terjadi ?) Kasus ini bisa terjadi, kemungkinan dikarenakan banyak faktor, antara lain faktor ibu, faktor tenaga kesehatan dan faktor sosiokultural. Dari faktor ibu bisa karena asupan gizi yang kurang, penyakit-penyakit pada ibu, keadaan bayi yang dikandungnya. Untuk faktor tenaga kesehatan, bisa dikarenakan kurang cepat dan tepatnya dalam penanganan

kegawatdaruratan. Sedangkan untuk faktor sosiokultural bisa disebabkan karena kurangnya dukungan emosional dari keluarga terdekat. Dalam kasus tersebut, berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kasus tersebut, antara lain memberikan biaya persalinan secara gratis untuk kelas 3, melakukan pembinaan terhadap dukun bayi sehingga tahu batasanbatasan pertolongan yang harus diberikannya, serta melakukan pembinaan terhadap tenaga kesehatan agar mampu memberikan penanganan

kegawatdaruratan dengan tepat. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah sudah cukup bagus namun sebaiknya juga memperhatikan aspek aspek yang lain, misal peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan di berbagai tempat yang sulit untuk dijangkau. Banyak faktor-faktor determinan yang melatarbelakangi menjadi penyebab kematian ibu, antara lain : a. Determinan proksi, dipengaruhi oleh determinan antara yang meliputi : 1. Kejadian kehamilan. Wanita yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki resiko tersebut. Dengan demikian program keluarga berencana dapat secara tidak langsung mengurangi resiko kematian ibu. 2. Komplikasi kehamilan dan persalinan. Komplikasi obstetri berikut merupakan penyebab langsung kematian ibu, yaitu perdarahan, infeksi, eklamsia (trias klasik), partus macet, abortus, dan ruptur uteri b. Determinan antara, dipengaruhi oleh determinan kontekstual yang meliputi : 1. Status kesehatan, antara lain status gizi, penyakit infeksi atau parasit, penyakit menahun seperti TBC, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan riwayat komplikasi obstetri. 2. Status reproduksi, antara lain usia ibu hamil, jumlah kelahiran, dan status perkawinan.

3. Akses terhadap pelayanan kesehatan, antara lain keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedi, serta keterjangkauan terhadap informasi. 4. Perilaku sehat, antara meliputi penggunaan persalinan alat kontrasepsi, perilaku

pemeriksaan

kehamilan,

penolong

dan

menggugurkan kandungan. 5. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga. Beberapa keadaan yang secara tiba-tiba dan tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selama hamil atau melahirkan. Misalnya, kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini, dan persalinan forseps. c. Determinan kontekstual, meliputi hal-hal berikut : 1. Status wanita dalam keluarga dan masyarakat, antara lain tingkat pendidikan, pekerjaan, dan keberdayaan wanita yang memungkinkan wanita lebih aktif dalam menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. 2. Status keluarga dalam masyarakat. Variabel ini merupakan variabel keluarga wanita, antara lain penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan anggota keluarga. 3. Status masyarakat, meliputi tingkat kesejahteraan, ketersediaan sumber daya, serta ketersediaan, dan kemudahan transportasi. Status

masyarakat umumnya terkait pula dengan tingkat kemakmuran suatu negara serta besarnya perhatian pemerintah terhadap masalah kesehatan. Kemiskinan juga merupakan salah satu faktor penghambat upaya penurunan AKI.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Angka kematian ibu masih cukup tinggi di Indonesia khususnya di kota Pontianak, banyak sekali faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah kematian ibu. pada tahun 2009 terdapat 7 kasus kematian, 6 diantaranya karena perdarahan. Sangat perlu kajian atau telaah dari kasus tersebut mengenai faktor penyebab dan frekuensi. Pendekatan epidemiologi digunakan untuk mengetahui berbagai aspek dengan pertanyaan pertanyaan yang menyangkut 5W 1H yaitu apa kasus yang terjadi, siapa yang menjadi korban, kapan waktu kejadian, dimana kasus terjadi, mengapa bisa terjadi dan bagaimana kasus itu bisa terjadi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kota Pontianak untuk mengurangi jumlah angka kematian ibu yang tinggi, antara lain dengan melakukan pembinaan dukun dan tenaga kesehatan, memberikan subsidi biaya persalinan. Namun masih diperlukan upaya-upaya lain dari berbagai sektor untuk menunjang keberhasilan penurunan angka kematian ibu. B. SARAN Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu bekerja secara optimal dalam hal penanganan kegawatdaruratan obstetri agar dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat pada pasien. Di samping itu pemerintah juga harus mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk menunjang pelayanan kesehatan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

//http : www.pontianakpost.com Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai