Anda di halaman 1dari 6

Bekalan elektrik dan kemudahan asas di Gua Musang

Semenjak kampung ini dibuka, separuh dari penduduk di kampung ini tidak menerima kemudahan bekalan elektrik. Aduan kepada pihak TNB telah lama dibuat tetapi sampai sekarang tiada tindak balas. Bagi anak-anak yang masih bersekolah terpaksa membaca buku menggunakan pelita ayam. Selain itu, hanya 1 jalan kampung dan 1 jalan keretapi sahaja yang menghubungkan penduduk kampung dengan kawasan luar. Jika musim banjir dan air naik serta jalan keretapi rosak, penduduk tidak dapat keluar masuk, termasuk manghantar anak ke sekolah. Bekalan air yang digunakan juga adalah dari kawasan bukit yang berhampiran dan tidak dapat dipastikan tahap kebersihannya. Kemudahan asas yang lain langsung tiada. Kami barharap sangat pihak aduan rakyat dapat menolong kami kerana masalah ni sudah lama sangat dan tiada jalan penyelesaian walaupun kami ada YANG BERHORMAT, yang tak pernah nak tolong rakyat. Banyak cara sudah kami buat dan minta tolong tetapi tetap disekat oleh pihak yang kami tak tahu apa tujuannya. Kami berharap kepada pihak aduan rakyat saja yang dapat menolong kami dan dapat merungkai masalah kami semua.kerjasama pihak aduan rakyat kami ucapkan berbanyak-banyak terima kasih dan kami akan terus menyokong rancangan aduan rakyat.

Masalah Bekalan Air di Kampung Punang Jaya


AIR. AIR adalah keperluan utama dalam kehidupan kita seharian tidak kira dimana jua. Tanpa air bagaimana dengan kehidupan kita??? BEKALAN AIR bersih yang di bekalkan oleh kerajaan untuk rakyat masih tidak mencukupi. DIMANAKAH keperihatinan pemimpin terhadp masalah ini?? SIAPAKAH yang bertnggungjawab dalam masalah ini? BAGAIMANA cara untuk mengatasi masalah ini??? APAKAH yang harus di lakukan??? BILA masalah ini akan berakhir??? Disini saya sebagai rakyat/penduduk Kampung Punang Jaya Lawas Sarawak ingin membut aduan mengenai masalah bekalan air yang tidak pernah sudah. boleh dikatakan hampir 2 abad masalah ini masih belum dapat di selesaikan. Masalah ini sering di perkatakan di kalangan masyarakat setempat tidak kira di kampung mahupun di bandar. Masalah air sentiasa di bibir penduduk. Boleh dikatakan masalah air ini adalah masalah paling besar di hadapi oleh penduduk di Lawas, Sarawak. Disini saya juga ingi berkongsi masalah yang di hadapi oleh penduduk di Lawas terutamanya di kampung saya KAMPUNG PUNANG LAWAS. Boleh dihitung berapa kali dalam sebulan bekalan air bersih dapat di nikmati oleh penduduk di Lawas. kekadang dalam satu minggu hanya sekali bekalan Air bersih dapat dinikmati. Itupun dalam masa yang terhad (Lebih kurang 1-3 jam sehari) dan selebihnya bekalan tersebut tertutup memanjang. Hanya mengharap kan air HUJAN yang turun dari langit, masih tidak mencukupi. Hujan pun tak turun tiap-tiap hari. Jadi penduduk menghadapi kesukaran untuk menjalankan kehidupan sehariharian. Contohnya Memasak, Makan, Minum, Mencuci Pakaian dan sebagainya, semuanya memerlukan air yang cukup dan bersih.

Dengan itu, Saya memohon kepada badan kerajaan yang bertanggungjawab dalam permasalahan ini dapat mengatasi masalah penduduk di sini. Akhir sekali saya dengan penuh harapan agar masalah ini dapat menarik perhatian pihak Aduan Rakyat untuk membantu kami penduduk di LAWAS bagi mengatasi masalah yang telah sekian lama kami hadapi.

Pendidikan & Kesihatan menjadi prioritas utama di Kampung


Fakfakinfo Pendidikan dibutuhkan untuk mengembangkan daya kritis rasional, estitika, moral dan emosional dalam mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang akan membentuk diri dan sekaligus merubah lingkungannya, serta daya tunjang yang paling dasar dalam proses pengembangan intelektual adalah kesehatan jiwa badan manusia. Individu harus memiliki kesehatan utuh untuk melangkah secara efektif dalam proses pendidikan dan pembentukan dirinya. Oleh karena itu, faktor pendidikan dan kesehatan adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan dalam proses memanusiakan manusia. Pendidikan tidak cukup mampu membebaskan manusia tanpa ditunjangi kesehatan yang memadai. Demikian sebaliknya kesehatan tidak cukup menghantar manusia kepada pengenalan diri sebagai manusia tanpa pendidikan. Oleh karena itu upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat sebenarnya tidak terpisahkan dari usaha memenuhi kebutuhan dasar manusia (pendidikan dan kesehatan). Kata lain pembangunan yang paling strategis dan penting untuk memberantas kemiskinan adalah mengembangkan sistem pendidikan dan kesehatan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyat. Bertolak dari kesadaran ini, Pemerintah yang ada adalah organisasi kontrak sosial rakyat memiliki tanggungjawab penuh untuk melayani kebutuhan dasar manusia (pendidikan dan kesehatan). Pembangunan harus membangun dengan mulai meletakkan dasar yang kuat pada kehidupan rakyatnya, yaitu menciptakan manusia sehat dan memiliki kesadaran berpikir cerdas lagi inovatif. Dari hasil monitoring di sejumlah kampung ternyata menemui masalah yang hampir sama yakni masalah pendidikan dan kesehatan yang paling mendasar. Sering muncul keluhan dari kepala kampung dan masyarakat dengan prihatin melihat sekolah yang ditutup dan anaknya tidak bersekolah sementara kondisi bangunan kesehatan dan pendidikan yang memadai. Persoalannya hanya sepele yakni petugasnya atau tenaga guru tidak di tempat tugas beberapa guru meninggalkan tempat tugas berbulan-bulan mengakibatkan proses belajar mengajar di kampung tidak berjalan dengan baik. Hal ini bukan sebuah persoalan baru tetapi sudah menjadi masalah yang hingga kini belum ada solusinya. Kondisi guru yang tidak berada di tempat dan sering meninggalkan sekolah dalam waktu lama serta petugas kesehatan yang belum menempati pustu atau polindes sering menjadi persoalan utama. Sementara anak sekolah yang berada di kampung tidak mendapatkan pendidikan yang lain kecuali hanya berharap dari pendidikan di sekolahnya. Jadi memang ini sangat membutuhkan sebuah komitmen dan kesungguhan dari seorang guru untuk mengabdi di kampung. Perlu juga di akui dengan kondisi rumah guru yang belum sepenuhnya terpenuhi sesuai harapan setiap guru untuk tinggal dan betah di kampung, namun juga ada juga sebuah fenomena yang aneh, ketika rumah guru yang dibangun sesuai permintaan dan kebutuhan mendadak di beberapa kampung

telah ada tapi tetap saja gurunya tinggal di kota dan rumahnya di biarkan kosong. Jadi sesunguhnya semuanya ini menjadi tanggung jawab kita bersama baik Pemerintah, masyarakat dan pelakunya yakni tenaga pendidik. Menurut Drs. A.B. Temongmere, MTP dengan melakukan monitoring ini menyatakan bahwa persoalan pendidikan khususnya menyangkut tenaga guru yang sering meninggalkan tempat tugas merupakan persoalan yang tidak pernah tuntas, padahal sektor pendidikan menjadi perhatian Pemerintah cukup besar sehingga setiap tahun anggaran yang di luncurkan untuk pembangunan sektor ini sangat besar. Untuk itu tahun-tahun mendatang mendatang sector pendidikan masih tetap mendapat prioritas dan perhatian serius dalam pembangunan Sumber Daya Manusia begitupun juga terhadap sektor kesehatan termasuk mencari solusi yang terbaik guna memecahkan persoalan guru yang sering tidak berada di tempat tugas dan petugas kesehatan yang melayani masyarakat di kampung yang masih terbatas. Disisi lain dari hasil monitoring ini ditemukan persoalan terhadap proyek pembangunan yang tidak selesai pengerjaannya dan hingga kini belum berfungsi optimal. Seperti Rumah tomas (tokoh masyarakat) di kampung Otoweri, rumah guru di Andamata yang sampai saat ini belum selesai di kerjakan padahal kita telah berada di tahun anggaran 2009 semestinya ini menjadi perhatian semua pihak terutama dalam hal pengawasan yang menjadi tanggung jawab semua pihak. Kedepan temuan-temuan seperti ini tidak terjadi, kontraktor sebagai partner pemerintah harus diawasi secara intensif untuk menghasilkan sebuah bangunan yang berkualitas. Khususnya menyangkut rumah rakyat yang telah diupayakan peningkatannya dengan berbagai strategi baik membangun rumah masyarakat dengan penyaluran langsung bahan BBNL maupun dengan pola membangun rumah jadi kepada masyarakat sesungguhnya masih perlu dilanjutkan terus karena belum memenuhi keseimbangan antar kampung satu dengan yang lainnya karena masih ada beberapa kampung di temui belum tersentuh rumah-rumah penghargaan seperti rumah todat (tokoh adat) dan lain-lain. Kedepan program ini harus terus di lanjutkannya demi memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni bagi masyarakat menuju terciptanya Fakfak yang maju, mandiri dan sejahtera ungkap ABT. (Wid)

Perlukan Kemudahan Asas di Kampung


Sehingga ke tahun ini (2011) kampung saya yang terletak di kampung Bingolon, Kudat, Sabah masih lagi tidak mempunyai kemudahan asas seperti Jalan Bertar and bekalan air bersih. Sejak beberapa tahun yang lepas sungai-sungai di kampung saya telah menjadi kering kontang dan penduduk hanya bergantung sepenuhnya pada Air Hujan. Sekiranya hujan tidak turun untuk beberapa bulan penduduk kampung terpaksa pergi ke pekan yang mengambil masa lebih kurang 1 jam pemanduan dengan kereta. Namun bagaimana bagi mereka yang tidak mempunyai kenderaan untuk kepekan mengambil air? Mereka terpaksa meminta sedekah sedikit air daripada mereka yang mempunyai kenderaan ke pekan ataupun mencari perigi orang lain yang masih berair. Air perigi juga hampir semuanya kering kontang sehingga menyebabkan perbalahan kerana tuan punya perigi tidak membenarkan orang lain mengambil air dari periginya yang tinggal sedikit demi untuk kegunann keluarganya. Selain itu, masalah besar kampung ini adalah jalanya yang masih tidak bertar walaupun panjang jalan di kampung ini kurang daripada 10KM. Selain itu jalan kampung saya mempunyai 2 buah gunung yang sangat tinggi dan curam, dan tepi jalannya pula amat berbahaya terutamanya ketika

waktu hujan ditambah pula tanpa sebarang penghadang di tepi jalan, sekiranya tayar kereta tergelincir kerana jalan licin sudah tentu terus jatuh kedalam gaung. dan sememangnya perkara ini suda berlaku beberapa kali. sehinggakan saya sendiri pernah terlepas daripada tangan mak saya ketika saya masih bayi dan mak saya yang tengah sarat mengandung terus melayangkan dirinya walaupun sarat mengandung untuk menangkap saya supaya tidak terus jatuh kedalam gaung. Ini terjadi kerana pick-up yang dipenuhi penumpang tergelincir dan melorot jatuh kebelakang. Nyawa penduduk kampung saya diatas tanduk setiap hari. Dimanakah peruntukan kerajaan untuk kampung-kampung kecil? Elektrik di kampung ini juga baru saja disambung 2 tahun yang lepas. Saya amat berharap pihak kerajaan mampu menyediakan peruntukan utntuk kampung kecil ini dan pastikan dilaksanakan. Kerana sebelum ini terdengar desas-desus bahawa kampung ini telah mempunyai peruntukan untuk air dan jalan namun tidak kelihatan sebarang tindakan senhingga ke hari ini.

TAK kenal maka tak cinta. Itulah ungkapan yang sering bermain dalam fikiran Timbalan Menteri Pelajaran, Datuk Dr. Mohd. Puad Zarkashi yang selama ini hanya mendengar keluhan rakyat Sabah dari jauh terutama yang berkaitan masalah sekolah di kawasan luar bandar di negeri itu. Berbekalkan keazaman untuk membela nasib warga pendidik dan pelajar sekolah di luar bandar, rombongan Kementerian Pelajaran baru-baru ini melakukan satu perjalanan yang jarang sekali dilakukan oleh orang Kuala Lumpur. Mohd. Puad dan rombongannya sanggup berjalan kaki menyusuri sungai, bukit-bukau dan meredah hutan belantara sejauh 12 kilometer (km) dari Kampung Kuala Sinapar, ke Sekolah Kebangsaan (SK) Saliliran, Pensiangan yang terletak berhampiran dengan sempadan wilayah Kalimatan Timur, Indonesia. Sebaik tiba di SK Saliliran, rombongan Mohd. Puad menyelami cara hidup dan pelbagai masalah yang dihadapi oleh penduduk terutama berkaitan pendidikan dan keciciran pelajar. Selama ini saya hanya dengar keluhan rakyat di sini melalui wakil rakyat mereka dan hari ini saya lihat rungutan mereka ternyata berasas. Saya amat bertuah berada di sini. Walaupun baru sampai saya dapat merasakan apa yang orang kampung harapkan selama ini, kita perlu tolong mereka, katanya kepada pemberita yang mengikuti beliau ke kawasan terpencil itu.

Program turun padang memberi harapan baru kepada penduduk luar bandar khususnya di daerah Nabawan. Daerah kecil Pegalungan dan perkampungan sekitar Pensiangan terletak di bawah jagaan Pejabat Daerah Nabawan. Selama ini hanya mereka yang tahan dan bersemangat mampu meneruskan pendidikan sehingga ke sekolah menengah di Nabawan atau di Keningau iaitu dua bahagian pedalaman di Sabah. Sempena lawatan kerja selama tiga hari itu, Mohd. Puad mengumumkan pembinaan lebih banyak asrama di kawasan luar bandar dan sebuah sekolah menengah rendah di pekan Pensiangan, sebuah kawasan strategik yang pernah menjadi pusat pentadbiran bagi daerah Pensiangan Nabawan satu ketika dahulu. Pembinaan asrama ini amat penting bagi mengatasi masalah murid yang terpaksa berjalan kaki meredah hutan ke sekolah. Terutamanya pelajar atau murid SK Saliliran yang terdiri daripada penduduk Kampung Saliliran, Kampung Lilimpi, Kampung Siubol, Kampung Holobon, Kampung Tampuluk dan Kampung Malalia. SK Saliliran adalah sekolah pilihan mereka kerana di sekitar kawasan itu tidak ada sekolah rendah dan kedudukan geografinya yang berbukit-bukau dan berjauhan antara satu dengan yang lain, kata beliau. Berdasarkan tinjauan, antara kekangan utama mengapa berlakunya keciciran ialah faktor kemiskinan serta jarak sekolah yang jauh dari kampung asal pelajar. Sebenarnya, isu seumpama inilah yang cuba diatasi segera oleh Kementerian Pelajaran yang sentiasa mengutamakan kepentingan rakyat termasuk di luar bandar, yang jelas menuntut pengorbanan besar termasuk mengadakan program turun padang seperti yang dilakukan di Nabawan. Mohd. Puad berkata, sebagai contoh murid dari Kampung Kabu iaitu kampung yang bersempadan dengan Lumbis, Indonesia di Nabawan mengambil inisiatif menjadikan sebuah rumah guru sebagai asrama. Penduduk kampung secara bergilir-gilir setahun sekali akan menjaga penghuni asrama itu. Hanya apabila cuti sekolah, mereka akan pulang ke kampung dengan meredah hutan selama lapan jam dan berhadapan dengan pelbagai cabaran ketika dalam perjalanan termasuk ancaman binatang buas, katanya.

Kos pengangkutan Mohd. Puad berkata, sebagai individu yang bertanggungjawab dalam soal pendidikan beliau akan memastikan masalah yang dihadapi murid dan warga pendidik di sekolah-sekolah terpencil diatasi. Sementara itu, Antabu Enih yang merupakan Ketua Kampung Kabu menyambut baik cadangan kerajaan untuk membina sebuah sekolah menengah di kawasan itu. Dengan adanya sebuah sekolah menengah di kawasan ini sudah pasti lebih ramai pelajar dari mukim ini dapat meneruskan pelajaran di peringkat sekolah menengah. Untuk bersekolah di Nabawan, ia memerlukan perbelanjaan yang cukup besar termasuk kos pengangkutan yang tinggi. Sebab itulah ramai pelajar yang tercicir dan apabila ada sekolah menengah di Pensiangan sekurang-kurangnya dapat meringankan beban kami, kata Antabu. Antabu mempunyai dua orang anak bersekolah di Nabawan. Tidak lama lagi seorang lagi anaknya akan masuk ke alam persekolahan. Anak sulungnya kini bersekolah di Indonesia yang terletak di kawasan sempadan Pensiangan-Kalimatan Timur dan menumpang dengan saudaramara. Bagi Pengerusi JKKK Kampung Saliliran, Agim Sula, perhatian yang diberi oleh kerajaan untuk membangunkan rakyat melalui pendidikan dapat dilihat daripada kesungguhan yang ditunjukkan oleh Mohd. Puad yang sanggup berjalan kaki untuk melihat sendiri keperluan penduduk di kawasan itu. Selain SK Saliliran, Mohd. Puad turut melawat SK Kuala Salong, SK Pensiangan, SK Loggongon, SK Tinanduk dan SK Sibanggali dalam lingkungan kawasan daerah kecil Pagalungan. Turut menyertai rombongan itu ialah Pengarah Pelajaran Sabah, Dr. Muhiddin Yusin, Ketua UMNO Pensiangan, Datuk Abdul Ghani Datuk Yassin dan Pegawai Pelajaran Daerah Nabawan, Osman Aganduk. Bernama

Anda mungkin juga menyukai