Anda di halaman 1dari 17

Definisi, Jenis dan Perbedaan dari Bunyi huruf Vokal & Konsonan - Pada artikel kali ini kita

ali ini kita akan membahas


tentang apa bunyi huruf vokal itu? apa defenisi dari huruf vokal? ada berapa jenis huruf vokal itu?. Bagaimana
dengan huruf konsonan? definisi dan macam macam dari huruf konsonan? lalu apa perbedaan huruf vokal
dengan huruf konsonan? jawabannya akan kita temukan dalam artikel kita kali ini.. jadi pastikan teman teman
tidak tertidur ya ^_^.


Perbedaan bunyi Huruf Vokal dengan bunyi Huruf Konsonan ( Definisi )

Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semivokal. Perbedaan antara vokal dan
konsonan didasarkan pada ada atau tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara.

Singkatnya:
Definisi Bunyi Huruf Vokal
Bunyi Huruf Vokal adalah Bunyi yang tidak disertai hambatan pada alat bicara , Hambatan hanya terdapat pada
pita suara , Tidak terdapat artikulasi , Semua vokal dihasilkan dengan bergetarnya pita suara , Dengan
demikian semua vokal adalah bunyi suara.

Definisi Bunyi Huruf Konsonan
Bunyi Huruf Konsonan adalah Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara,
Terdapat artikulasi , Konsonan bersuara adalah konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara ,
Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.





Macam macam Bunyi Huruf Vokal & ( Definisinya )

Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan
bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi vokal tidak dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada
bunyi vokal tidak terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak. Klasifikasi vokal
sebagai berikut :

1. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.

Vokal Tinggi = [ i ], [ I ], [ u ], [ U ]
Vokal Madya = [ e ], [ ], [ e ], [ o ], [ c ]
Vokal Rendah = [ a ]





2. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak (gerak naik turunnya lidah).

Vokal Depan = [ i ], [ I ], [ e ], [ ], [ a ]
Vokal Tengah = [ a ]
Vokal Belakang = [ o ], [ c ], [ u ], [ U ]





3. Vokal berdasarkan posisi strukturnya

Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat
ucap yang bergerak menuju alat ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat
ucap yang dituju oleh artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa.

Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan
langit-langit. Menurut strukturnya, vokal dapat dibedakan seperti uraian berikut.
a. Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati
langit-langit. Vokal tertutup antara lain [ i ], [ u ].
b. Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga
di bawah tertutup atau dua per tiga di atas vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ].
c. Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga
di atas terbuka atau dua per tiga di bawah vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ ], [ c ].
d. Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin. Vokal
terbuka adalah [ a ].

4. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.

Vokal tidak bulat/unrounded vowels (bibir tidak bulat dan terbentang lebar) = [ i ], [ I ], [ e ], [ ], [ e ]
Vokal netral/neutral vowels (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar) = [ a ]
Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Terbuka bulat = [ c ]
Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Tertutup bulat = [ o ], [ u ], [ U ]








Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau memendekkan vokal tersebut. Pemanjangan dan
pemendekan pengucapan vokal dapat mengubah maksud pembicaraan. Pemanjangan vokal diberi tanda [ . . . ]
di atas bunyi yang dipanjangkan atau tanda [ . . . : ] di samping kanan bunyi yang dipanjangkan.

Contoh:
Frasa tatap muka [ t a t a p ] [ m u k a ] bila vokal [ u ] dilafalkan pendek maka akan bermakna bertemu .
Namun, jika vokal [ u ] dilafalkan memanjang [ t a t a p ] [ m u : ] [ k a ] maka akan menimbulkan makna
menatapmu dan bunyi [ k a ] seakan-akan menghilang.
Dalam kehidupan sehari-hari pemanjangan dan pemendekan vokal jarang ditemui. Pemanjangan dan
pemendekan vokal biasa ditemui dalam dunia hiburan, seperti pada dagelan atau acara humor dan komedi.



Macam macam Bunyi Huruf Konsonan & ( Definisinya )

Konsonan dibedakan menurut:
1. cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;
2. tempat hambat (tempat artikulasi);
3. hubungan posisional antara penghambat-penghambat atau hubungan antara artikulator pasif; dan
4. bergetar tidaknya pita suara.

Klasifikasi konsonan berdasarkan cara pengucapan atau cara artikulasi seperti uraian berikut.

1. Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives)
Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara. Kemudian,
hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarkan tempat artikulasi, konsonan hambat letup dibedakan
seperti berikut.
a. Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator
pasifnya bibir atas. Bunyi yang dihasilkan [ p, b ].
b. Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan
artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan [ t, d ].
c. Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan
artikulator pasifnya langitlangit keras (langit-langit atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] ditulis th sedangkan
[ d ] ditulis dh.
d. Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan
artikulator pasifnya langitlangit keras. Bunyi yang dihasilkan [ c, j ].
e. Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan
artikulator pasifnya langitlangit lunak (langit-langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].
f. Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh
pita suara, langit-langit lunak beserta anak tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa
saat. Bunyi yang dihasilkan [ ? ].

2. Konsonan Nasal (Sengau)
Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat (menutup) jalan udara dari
paru-paru melalui rongga hidung. Bersama dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan
sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal dibedakan
sebagai berikut.
a. Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya
bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].
b. Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator
pasifnya langit-langit keras. Nasal yang dihasilkan ialah [ ].
c. Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator
pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan ialah [ n ].
d. Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator
pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang diberikan [ h ].

3. Konsonan Paduan ( i tes)
Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat artikulasinya ialah ujung lidah dan gusi
belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts , d5]. Bunyi [ ts ] ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.

4. Konsonan Sampingan ( te ls)
Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara keluar
melalui kedua samping atau sebuah samping saja. Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang
dihasilkan [ I ].

5. Konsonan Geseran atau Frikatif
Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang
diembuskan dari paruparu, sehingga jalan udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya,
konsonan geseran dibedakan sebagai berikut.
a. Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator
pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan [ f , v ].
b. Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya daun lidah (lidah bagian
samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ].
c. Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator
pasifnya langit-langit lunak. Bunyi yang dihasilkan [ x ].
d. Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya sepasang pita suara dan glotis dalam
keadaan terbuka. Bunyi yang dihasilkan [ h ].

6. Konsonan Getar ( ills, i ts)
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari
paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan
getar apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah
ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ r ].

7. Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpenghambat dalam mengucapkan semivokal adalah
renggang terbentang atau renggang lebar. Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
a. Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasif adalah bibir
atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [ w ].
b. Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya
langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan [ y ].

Ingatlah!
Cara mengucapkan atau melafalkan bunyi dalam bahasa Indonesia dapat dituliskan dengan lambang fonetis.








1. Jenis-Jenis Bunyi
Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah artikulasi
tertentu.
Bunyi konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara
artikulasi.
# Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi
tak bersuara.
1. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu.
Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, //, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/.
2. Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara.
Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
2. # Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni:
1. konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi
/b/, /p/, dan /m/.
2. konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya
/f/.
3. konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/
dan /d/.
4. konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak,
misalnya /k/ dan /g/.
3. # Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. bunyi letupan [plosive] yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi
lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain;
2. bunyi nasal adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi
dikeluarkan melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, , q];
3. bunyi lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah
seperi [l];
4. bunyi frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara
frikatif misanya [f], [s];
5. bunyi afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara frikatif,
misalnya [c] dan [z];
6. bunyi getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian
dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti [r] pada jarang.
4. Semivokal
Kualitas semi-vokal bukan hanya ditentukan oleh titik artikulasi, tetapi ditentukan pula oleh bangun mulut atau
sikap mulut, misalnya vokal [u] yang merupakan vokal bundar. jika bangun mulut disempitkan lagi maka akan
menghasilkan bunyi yang tidak mencapai titik artikulasi sehingga menghasilkan bunyi []. Bunyi [] yang
dimaksud adalah bunyi [] yang bilabial dengan mendekatkan bibir dengan gigi atas tapi tidak sedemikian dekat.
Oleh karena itu, bunyi [] digolongkan sebagai bunyi semi-vokal.
Vokal
Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal digolongkan:
a. Vokal tinggidepandengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit-langit sehingga terbentuklah rongga
resonansi, seperti pengucapan bunyi [i].
b. Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya /u/.
5. c. Vokal sedangdihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-langit
sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e].
d. Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga
terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal [o].
e.vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan bagian tengah lidah ke arah langit-
langit, misalnya Vokal /c/ .
f.vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya vokal /a/.
6. Depan Tengah Belakang
Tinggi i u
Sedang e o
Rendah a
Tabel Vokal Bahasa Indonesia
7. Unsur Suprasegmental
Fonem yang berwujud bunyi seperti yang digambarkan pada bagian di atas dinamakan fonem segmental. Fonem
pada sisi lain dapat pula tidak bewujud bunyi, tetapi merupakan aspek tambahan terhadap bunyi. Jika seseorang
berbicara, akan terdengar bahwa suku kata tertentu pada suatu kata mendapat tekanan yang lebih nyaring
dibandingkan dengan suku kata yang lain; bunyi tertentu terdengar lebih panjang dibandingkan dengan bunyi
yang lain; dan vokal pada suku kata tertentu terdengar lebih tinggi dibandingkan dengan vokal pada suku kata
yang lain.
Tekanan atau Stres
Tekanan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut keras lembutnya bunyi yang diucapkan oleh manusia.
Nada
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
8. Unsursuprasegmentalinikemudianmelahirkansistemejaansuatubahasatertentu. Perhatikansistemejaanbahasa
Indonesia berikutini!
9. Suku Kata
Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa
fonem. Kata seperti datang diucapkan dengan dua hembusan napas, satu untuk da- dan satu lagi untuk tang.
Suku kata yang berakhir dengan vokal (K)V, disebut suku terbuka dan suku yang berakhir konsonan (K)VK
disebut suku tertutup.
10. TulisanFonetis
Di bawah ini akan dipaparkan tulisan fonetis menurut International Phonetic Association.
/e/ seperti pada kata bebas
c /e/ seperti pada beban.
e /e/ seperti pada tetapi.
a /a/ seperti pada hak.
I /i/ seperti pada gigit.
i /i/ seperti pada kata gigih.
/o/ seperti pada kata b r s
o /o/ seperti pada toko.
U /u/ seperti pada sarung.
u /u/ seperti pada baru.
/ny/ seperti pada kata nyonya.
q /ng/ seperti pada hangat.
11. Fonemik
Objek kajian fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai pembeda makna kata. Jika di dalam fonetik kita
meneliti bunyi /l/ dan /r/ yang berbeda seperti terdapat pada kata laba dan raba maka dalam fonemik kita meneliti
apakah perbedaan bunyi-bunyi itu berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Fonem, Fon, dan Alofon
Fonem adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang bersifat membedakan arti (distingtif). Dalam dunia Linguistik,
satuan bahasa yang disebut fonem ditulis di antara dua garis miring /../.
Alofon merupakan variasi sebuah fonem atau anggota sebuah fonem. Misalnya: fonem /i/ dalam bahasa
Indonesia memiliki variasi fonem [i] dan [I].
12. ProsedurPenemuanFonem
Istilahkontraslingkungansama (KLS) tidakberbedamaknanyadenganpasangan minimal
terutamadalampandanganFonologiStruktural (FS), yaknisama-samamerupakanprosedurpenemuanfonem yang
mempunyaikonsepbahwaduabuahbunyibahasadapatdinyakatansebagaiduabuahfonem yang
berbedaapabilakeduanyaberadapadaleksikon yang dibentukolehlingkunganbunyi yang
samadankeduabunyiitulah yang menyebabkanmaknadarisepasangleksikonituberbeda
(lihatPastikadalamMoeliono, 2004:86). Salahsatucontohnyaadalahpasanganpagidanbagi.
13. Di samping KLS penemuansebuahfonemjugadapatdigunakan KLM, seperticontoh yang diungkapkandari Pike
(1947) berikutini:
laGa ranjangbayi
laXa anjing
aXal tikus
14. Bandingkan data-data di bawah ini!
kanak-kanak[kana?-kana?] dan kekanak-kanakan[kekanak-kanakan]
buih : [buih] dan [buIh]
orang : [oraq] dan [raq]
Di samping lingkungan yang sama, terdapat juga lingkungan yang hampir sama, misalnya /liyar/ dan /luwar/.
Bunyi [i] dan [u] pada data ini digolongkan sebagai fonem yang berbeda karena terdapat pada oposisi leksikal
liar dan luar.
Penentuan fonem seperti yang dijelaskan oleh Uhlenbeck (dalam Subroto, 1991:15) tidak semata-mata
berdasarkan oposisi pasangan minimal, melainkan kita harus memperhatikan gejala sistematis mengenai
terdapatnya kedua seri alofon tersebut dalam pembentukan kata, misalnya alofon [a] pada kata lara sakit akan
bervariasi dengan [A] pada kata lArAne sakitnya, lArAmu sakitmu dalam bahasa Jawa.
15. Berbeda halnya dengan top dan stop dalam bahasa Inggris merupakan dua data yang berdistribusi
komplementer karena bunyi [t] pada posisi tertentu tidak pernah ditempati bunyi [th] dan sebaliknya.
Fon merupakanbunyi-bunyi yang kongkret, bunyi-bunyi yang diartikulasikan (diucapkan) atau bentuk kongkret
dari sebuah fonem. Dalam hal ini, fonem merupakan maujud abstrak yang direalisasikan menjadi fon.
Huruf-huruf yang digunakan untuk transkripsi di atas, tidak sama dengan huruf yang digunakan dalam tata
aksara suatu bahasa. Huruf-huruf yang melambangi bunyi bahasa disebut grafem. Bunyi bahasa yang ditulis
dalam ortografis atau ejaan diapit oleh tanda lebih kecil dan lebih besar (< >). Dengan demikian bisa jadi terdapat
sebuah grafem yang melambangkan dua fonem yang berbeda, seperti halnya fonem /e/ dan /c/ dam bahasa
Indonesia yang dilambangkan dengan grafem <e>.
16. FonemAlofonGrafem Contoh
/e/ [e] esate
[E] robek
/c /[c] betul
Alofon Vokal
Fonem /i/.Fonem /i/ memiliki dua alofon, yakni [i] dan [I]. Fonem [i] dilafalkan [i] apabila terdapat pada (1) suku
kata terbuka, seperti gigi, ini, tali dan (2) suku kata tutup yang berakhir dengan fonem /m, n, dan q/, seperti
simpang, minta, pinggul. Fonem /i/ dilafalkan [I] apabila terdapat pada suku kata tutup, seperti pada kata banting,
kirim, parit, dan lain-lain.
Fonem /e/.Fonemmemiliki dua alofon, yakni [e] dan [E]. Fonem /e/ dilafalkan /e/ jika terdapat pada suku kata
terbuka, serong, sore, besok . Fonem /e/ dilafalkan [E] jika terdapat pada suku kata tertutup akhir, misalnya
nenek, bebek, tokek.
17. Fonem /c/. Fonem /c/ hanya memiliki satu alofon, yakni [c]. Alofon ini terdapat pada suku kata tutup dan suku
kata terbuka, misalnya enam, entah, pergi, bekerja, dan lain-lain.
Fonem /u/. Fonem /u/ memiliki dua alofon, yakni [u] dan [U]. Fonem /u/ dilafalkan [u] jika terdapat pada (1) suku
kata terbuka, seperti upah, tukang, bantu dan (2) suku kata tertutup yang berakhir dengan /m, n, dan q/,
misalnya puncak, bungsu, rumput, dan lain-lain. Fonem /u/ dilafalkan [U] jika terdapat pada suku kata tertutup
dan suku kata itu tidak mendapat tekanan yang keras, misalnya warung, bungsu, rumput dan lain-lain. Jika
mendapatkan tekanan yang keras, /fonem /u/ yang semula dilafalkan [U] akan menjadi [u], misalnya pada kata
pengampunan, kumpulan, simpulan, dan lain-lain.
Fonem /a/. Fonem /a/ hanya memiliki satu alofon, yakni [a] seperti pada kata akan, dua, makan, jelas, dan lain-
lain.
Fonem /o/. Fonem /o/ memiliki dua alofon, yakni: [o] dan []. Fonem /o/ dilafalkan [o] jika terdapat pada suku
kata terbuka, misalnya pada kata toko, roda, biro, dan lain-lain. Fonem /o/ dilafalkan [] jika terdapat pada (1)
suku kata tertutup, misalnya rokok, pojok, momok dan (2) suku kata terbuka yang diikuti suku kata yang
mengandung alofon [], misalnya pepohonan, pertokoan, dan lain-lain.
18. Alofon Konsonan
Fonem /p/. Fonem /p/ memiliki dua alofon, yakni [p] dan [p>]. Fonem /p/ dilafalkan [p] jika berada pada awal dan
tengah suatu suku kata, seperti pada kata: pintu, sampai, dan lain-lain. Fonem /p/ dilafalkan [p>] jika terdapat
pada akhir suku kata, seperti pada kata: tatap, sedap, tangkap, dan lain-lain.
Fonem /b/. Fonem /b/ hanya memiliki satu alofon, yakni [b] yang biasanya terdapat di awal, tengah, dan akhir
kata, misalnya baru, tambal, adab, dan lain-lain.
Fonem /t/. Fonem memiliki dua alofon, yakni [t] dan [t>]. Fonem /t/ dilafalkan /t/ apabila terdapat pada awal kata
dan tengah kata, seperti: timpa dan santai.Fonem /t/ dilapalkan /t>/ apabila terdapat pada akhir kata, seperti
pada kata: lompat dan tempat.
Fonem /d/. Fonem /d/ memiliki dua alofon, yakni [d] yang posisinya selalu di awal suku kata, seperti pada kata:
duta dan madu. Fonem /d/ dilafalkan [d>] jika terdapat pada akhir kata, seperti pada kata: abad dan akad.
19. Fonem /k/. Fonem /k/ mempunyai tiga alofon, yakni alofon lepas [k], alofon taklepas [k>], dan alofon hambat
glotal tidak bersuara [?]. Alofon yang pertama terdapat pada awal suku kata, seperti pada kata: kaki dan kurang.
Sedangkan alofon kedua terdapat di akhir suku kata, seperti pada kata: paksa dan iklim. Alofon ketiga terdapat di
akhir suku kata, seperti pada kata: maklum dan rakyat.
Fonem /g/.Fonem /g/ hanya memiliki dua alofon, yaitu: [g] yang terdapat pada awal suku kata, seperti: gula dan
ragu. Pada akhir suku kata, fonem /g/ dilafalkan [k>], seperti pada kata: ajeg dan gudeg.
Fonem /f/. Fonem /f/ memiliki satu alofon, yakni [f] yang posisinya terdapat pada awal atau akhir suku kata,
seperti pada kata: fakultas dan munafik.
Fonem /s/. Fonem /s/ memiliki satu alofon, yakni [s] yang posisinya terdapat pada awal atau akhir suku kata,
seperti pada kata: sama dan pasti.
Fonem /z/. Fonem /z/ memiliki satu alofon, yakni [z] yang terdapat pada awal suku kata, seperti: zat dan izin.
Fonem //. Fonem / / memiliki i satu alofon, yakni [] yang terdapat pada awal suku kata, seperti pada kata:
syukur dan masyarakat.
20. Fonem /x/. Fonem /x/ memiliki satu alofon, yakni [x] yang terdapat pada awal dan akhir suku kata, seperti pada
kata: khas dan akhir.
Fonem /h/. Fonem /h/ memiliki dua alofon, yakni [h] dan [h>]. Alofon [h] tidak bersuara, seperti pada kata: hari
dan rumah. Sedangkan [h>] bersuara seperti pada kata: tahu dan tuhan.
Fonem /c/. Fonem /c/ memiliki satu alofon, yakni [c], seperti pada kata: cari dan cacing.
Fonem /j/. Fonem /j/ memiliki satu alofon, yakni [j], seperti pada kata juga dan maju.
Fonem /m/. Fonem /m/ memiliki satu alofon, yakni [m], seperti pada kata: makan dan sampai.
Fonem /n/. Fonem /n/ memiliki satu alofon, yakni [n], seperti pada kata: ikan dan pantai.
Fonem //. Fonem // memiliki satu alofon, yakni [], seperti pada kata: iur dan aian.
Fonem /q/. Fonem /q/ memiliki satu alofon, yakni [q], seperti pada kata: arai dan paqkal.
21. Fonem /r/.Fonem /r/ memiliki satu alofon, yakni [r], seperti pada kata: raja dan karya.
Fonem /l/.Fonem /l/ memiliki satu alofon, yakni [l], seperti pada kata: lama dan palsu.
Fonem /w/.Fonem /w/ memiliki satu alofon, yakni [w], seperti pada kata: waktu dan wafat.
Fonem /y/.Fonem /y/ memiliki satu alofon, yakni [y], seperti pada kata: yakin dan yakin.
22. Perubahan Fonem
Pelafalan sebuah fonem dapat berbeda-beda karena tergantung pada lingkungannya. Misalnya bunyi /o/ jika
pada silabe tertutup akan dilafalkan [] dan jika berada pada silabe terbuka kan dilafalkan [o].Akan tetapi
perubahan pelafalan fonem dalam BI tidak bersifat fonetis. Berikut ini akan dipaparkan beberapa macam
perubahan fonem dalam BI.
Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat adanya pengaruh
bunyi dilingkungannya, sehinggga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi
yang mempengaruhinya seperti, /b/ pada kata sabtu lazim dilafalkan /p/. Perubahan bunyi /b/ menjadi /p/ dalam
hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh fonem /t/ yang merupakan fonem hambat tak bersuara. Selain itu,
perubahan fonem /b/ menjadi /p/ diklasifikasikan ke dalam asimilasi fonemis, karena perubahan itu tidak
mngakibatkan perubahan identitas fonem.
23. Asimilasi dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu, asimilasi progresif, asimilasi regresif dan asimilasi resiprokal.
Pada asimilasi progresif, bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang mempengaruhinya. Pada asimilasi
regresif, bunyi yang diubah terletak di depan yang mempengaruhinya. Sedangkan asimilasi resiprokal,
perubahan itu terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi.
Disimilasi adalah perubahan yang terjadi bila bunyi yang sama berubah menjadi tidak sama, misalnya kata cipta
yang berasal dari bahasa Sangsekerta citta. Bunyi /tt/ pada data terakhir berubah menjadi bunyi /pt/ dalam BI.
24. Arkifonem dan Kontraksi
Arkifonemadalah hilangnya kekontrasan dua fonem yang berbeda pada posisi yang sama, misalnya [b] dan [p]
pada kata jawab dan jawap. Kedua data terakhir apabila dilekati akhiran {-an} bentuknya menjadi jawaban. Jadi,
disini ada arkifonem /B/ yang bisa direalisasikan menjadi [b] dan [p].
Kontraksi adalah penyingkatan atau pemendekan pelafalan suatu kata dalam suatu bahasa, misalnya kata tidak
tahu dilafalkan menjadi ndak tahu.
Metatesis dan Epentesis
Metatesis merupakan proses perubahan urutan fonem dalam suatu bahasa, misalnya dalam bahasa Indonesia
selain kita jumpai bentuk sapu terdapat pula bentuk apus, selain kita jumpai bentuk jalur terdapat pula bentuk
lajur, dan lain-lain.
Epentesis merupakan penyisipan suatu fonem ke dalam suatu kata tertentu. Bunyi yang disisipkan biasanya
merupakan bunyi yang hormogan dengan lingkungannya, misalnya fonem /m/ yang disisipkan pada kata sapi,
fonem /m/ yang disisipkan pada kata kapak, dan lain-lain.

Vokal
[Kembali ke garis]
Aspek yang paling penting dari vokal yang tinggi dan frontness.
- Tinggi: seberapa terbuka bagian dalam mulut. Skala yang biasa tinggi [i, u],
pertengahan [e, o], dan rendah [a]. Mungkin ada dua langkah tengah di tangga,
biasanya disebut tertutup [a, oh] dan buka [eh, aw].
- Frontness: seberapa dekat lidah adalah untuk bagian depan mulut. Vokal dapat
diklasifikasikan ke depan (i, e), pusat (, atau vokal yang tidak jelas di 'dari'), atau
kembali (o, u).
Anda dapat mengatur huruf vokal dalam kotak sesuai dengan dua dimensi. Bagian bawah
grid biasanya ditarik lebih pendek karena tidak ada ruang sebanyak untuk lidah untuk
manuver sebagai mulut terbuka lebih.

Untuk mendapatkan merasakan perbedaan ini, mengucapkan kata-kata dalam diagram,
bergerak dari atas ke bawah atau sisi ke sisi, dan mencatat di mana lidah Anda dan seberapa
dekat itu adalah untuk atap mulut.
Vokal dapat bervariasi sepanjang dimensi-dimensi lain juga:
- Kebulatan: apakah bibir dibulatkan (u, o) atau tidak (i, e). Inggris tidak memiliki
vokal bulat depan, tapi Prancis dan Jerman lakukan (Fr. u, oe;. Ger , ). Kami juga
tidak memiliki (katakanlah) suatu u unrounded, namun Rusia, Korea, dan Jepang
lakukan.
- Length: vokal mungkin kontras dengan panjang, seperti dalam bahasa Latin, Yunani,
Sansekerta, dan bahasa Inggris Lama; Estonia memiliki tiga derajat panjang.
- Nasalisasi: seperti konsonan, vokal dapat dinasalkan. Prancis, misalnya, memiliki
empat vokal dinasalkan.
- Ketegangan: vokal bisa tegang atau kendur - sulit untuk menjelaskan, tho 'bahasa
Inggris adalah contoh; vokal longgar lebih dekat dengan pusat ruang vokal - melihat
jelaga dan duduk di diagram.
Bahasa Inggris memiliki sistem vokal agak rumit:

- Kendur - - tegang -

depan ------ ------ belakang depan belakang

pit tinggi membuat gambut poot

pertengahan hewan peliharaan putt pate perahu

Ayah rendah tepuk membeli panci


Sistem sederhana menarik termasuk Bahasa Quechua (tiga vokal, IUA) dan Spanyol (lima:
ieaou). Sistem vokal sederhana cenderung menyebar, sebuah Quechua saya, misalnya, bisa
terdengar seperti lubang bahasa Inggris, gambut, atau hewan peliharaan. Spanyol e dan o
memiliki dua alofon masing-masing: terbuka (seperti pada hewan peliharaan, tertangkap)
dalam suku kata yang berakhir dengan konsonan, tertutup (seperti pada pate, pot) di tempat
lain.
Sekali lagi, untuk bahasa Anda diciptakan, tidak hanya menambahkan vokal eksotis atau
dua; mencoba untuk menciptakan sistem vokal, dengan menggunakan dimensi yang
tercantum di atas. Misalnya, mulai dari sistem Inggris, Anda bisa tas perbedaan tegang /
longgar, tambahkan kebulatan, dan kemudian runtuh depan dan belakang vokal rendah (ada
sering kali lebih tinggi dari vokal rendah).

Konsonan yang dibentuk oleh menghalangi aliran udara dari paru-paru. Sebagai pendekatan
pertama, konsonan bervariasi dalam dimensi-dimensi:
- Tempat artikulasi - mana obstruksi terjadi:
o labial: bibir (w), bibir + gigi (f)
o gigi: gigi (th, t Perancis atau Spanyol)
o alveolar: di belakang gigi (s, t Inggris, Spanyol r)
o palato-alveolar: kembali lebih lanjut dari gigi (sh, Amerika r)
o palatal: atas langit-langit mulut (Rusia ch)
o velar: belakang mulut (k, ng)
o uvular: jalan kembali pada mulut (q Arab, Perancis r)
o glotal: kembali di tenggorokan (h, berhenti glotal seperti John Lennon
mengatakan botol).

- Tingkat penutupan. Ini berlangsung dalam langkah-langkah
o dari berhenti (berhenti aliran udara seluruhnya: ptk)
o untuk frikatif (menghambat cukup untuk menyebabkan gesekan terdengar: fs
sh kh)
o untuk aproksiman (hampir menghambat itu: rlwy).
o Afrikat adalah berhenti ditambah frikatif, yang harus terjadi di tempat yang
sama artikulasi: t + sh = ch, d + zh = j.
- Menyuarakan: apakah pita suara yang bergetar atau tidak. Itulah perbedaan antara f
dan v, t dan d, k dan g, sh dan zh.
- Nasalisasi: apakah udara bergerak melalui hidung serta mulut. Misalnya, m, n, dan
ng berhenti seperti b, d, g, tapi hanya aliran udara oral dihentikan.
- Aspirasi: apakah berhenti dilepaskan ringan, atau dengan embusan terlihat dari
udara. Di Cina, Hindi, atau Quechua, ada serangkaian berhenti disedot dan non-
disedot.
- Pembibiran: apakah lidah diangkat menuju atas mulut sambil mengucapkan
konsonan. Di Rusia dan Gaelic, ada serangkaian konsonan yang berbeda dari
palatalized dan non-palatalized.
Konsonan bahasa Inggris dapat diatur dalam kotak seperti ini:

labial gigi laboratorium dnt alv alv-sobat velar glotal

berhenti pbtdkg

frikatif fv th th zh sh sz h

afrikat ch j

approximant wrly

hidung mn ng


Kadang-kadang suara yang sama dalam bahasa mengambil bentuk yang berbeda berdasarkan
kedudukannya dalam kata. Misalnya, bahasa Inggris p adalah disedot pada awal kata, tetapi
non-disedot di tempat lain, atau, bahasa Inggris m biasanya labia, tapi bibir-gigi sebelum f
(bandingkan skema, tegas).
Ahli bahasa panggilan suara dasar bahasa, orang-orang yang dapat membedakan satu kata
dari yang lain, fonem, dan suara aktual sebagai diucapkan, telepon. Mereka akan
mengatakan bahwa bahasa Inggris memiliki fonem / p /, yang memiliki dua realisasi fonetik
atau allophone, disedot [ph] dan non-disedot [p].

Menemukan konsonan
[Kembali ke garis]
Anda akan melihat bahwa grid konsonan untuk bahasa Inggris memiliki kesenjangan di
dalamnya. Apakah ini berarti Anda dapat menciptakan suara baru dengan mengisi grid? Oh,
ya.
Misalnya, Inggris telah menyuarakan nasal; bahasa Anda bisa terucap nasal. Inggris telah
berhenti velar frikatif velar tapi tidak ada. Jerman memiliki satu (ch di Bach), beberapa
bahasa memiliki dua, yang menyuarakan dan satu tak terucap. Jerman juga memiliki afrikat
labia, pf.
Bahkan yang lebih menarik adalah dengan menambahkan seluruh rangkaian konsonan
menggunakan kontras tidak digunakan dalam bahasa Inggris, seperti pembibiran atau
aspirasi. Atau menghapus serangkaian Inggris telah. Quechua Cuzco, misalnya, memiliki
tiga seri stop: disedot, non-disedot, dan glottalized, tetapi tidak membedakan konsonan
bersuara dan tak terucap.
Kunci ke bahasa naturalistik, pada kenyataannya, adalah untuk menambah (atau
mengurangi) seluruh dimensi. Ini dibayangkan bahwa bahasa bisa memiliki konsonan
glottalized tunggal, tetapi lebih mungkin bahwa itu akan memiliki serangkaian mereka
(sepanjang titik artikulasi: p 't' k '). Sebuah bahasa mungkin hanya dua konsonan palatalized
(Spanyol tidak: akan, ), tapi satu yang memiliki serangkaian mereka adalah lebih khas.
Anda juga dapat menambahkan tempat-tempat artikulasi. Sebagai contoh, sedangkan bahasa
Inggris memiliki tiga seri berhenti, Hindi memiliki lima (labial, gigi, terkedik, alveolo-
palatal, dan konsonan velar terkedik. Keriting melibatkan lidah mundur sedikit), dan Arab
memiliki enam (bilabial, gigi, 'tegas '(jangan tanya), velar, uvular, glotal).
Beberapa konsonan yang lebih umum daripada yang lain. Misalnya, hampir semua bahasa
memiliki sederhana berhenti pt k. Buku gadis itu memberikan contoh, lihat juga David
Crystal Cambridge Ensiklopedia Bahasa, hal 165.

C. Jenis-jenis bunyi
= Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah
artikulasi tertentu. Bunyi konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara,
tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara
dan bunyi tak bersuara.
Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada
pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, //, /j/, /z/, /r/, /w/
dan /y/.
Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada
pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni:
konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir,
misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas,
misalnya /f/.
konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi,
misalnya /t/ dan /d/.
konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-
langit lunak, misalnya /k/ dan /g/.
Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut:
bunyi letupan [plosive] yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali
ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?],
bunyi nasal adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut
tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, , ]
bunyi lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui
kedua sisi lidah seperi [l];
bunyi frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu
dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s];
bunyi afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara
frikatif, misalnya [c] dan [z];
bunyi getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi
kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti [r] pada jarang.

= Vokal
Bila dalam menghasilkan suatu bunyi-ujaran, udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat
halangan sedikit juga, kita mendapat bunyi-ujaran yang disebut vokal . Jenis dan macamnya vokal
tidak tergantung dari kuat-lembutnya udara, tetapi tergantung dari beberapa hal berikut:
1. Posisi bibir.
Yaitu bentuk bibir pada waktu mengucapkan suatu bunyi. Bibir dapat mengambil posisi bundar atau
rata.
a. Bila bentuknya bundar terjadilah vokal bundar : o, u, a.
Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit
sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal
[o].
Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya
/u/.
vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya vokal /a/.
b. Bila bentuknya rata terjadilah vokal tak bundar : i, e.
Vokal tinggidepandengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit-langit sehingga terbentuklah
rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i].
Vokal sedangdihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-
langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e].
2. Tinggi-rendahnya lidah.
Lidah adalah bagian dari rongga mulut yang amat elastis. Jika ujung dan belakang lidah dinaikkan,
terjadilah bunyi yang disebut vokal belakang, misalnya: u, o, dan a. Jika lidah rata, akan terjadi bunyi-
ujaran yang disebut vokal pusat, yaitu e (pepet).
3. Maju-mundurnya lidah.
Yang menjadi ukuran maju mundurnya lidah adalah jarak yang terjadi antara lidah dan alveolum.
Apabila lidah itu dekat ke alveolum, bunyi-ujaran yang terjadi disebut vokal atas, misalnya i dan u.
Bila lidah diundurkan lagi, terjadilah bunyi yang disebut vokal tengah, misalnya e. Bila lidah
diundurkan sejauh-jauhnya, terjadilah bunyi yang disebut vokal bawah, misalnya a.

= Semivokal
Bunyi vokal tidak lagi merupakan bunyi yang paling puncak maka vokal tersebut berubah menjadi
semi vokal. Kualitas semi vokal tidak hanya ditentukan oleh tempat artikulasi, tetapi juga oleh
sikap/posisi mulut sewaktu mengucapkan bunyi tersebut.
Klasifikasi semi vokal ialah:
vokal u adalah vokal tinggi, belakang, bundar. Bila vokal u dibentuk dengan posisi bibir yang sempit,
maka akan terbentuk bunyi [w]. Bunyi [w] yang terbentuk seperti demikian dinamakan semi vokal.
Misalnya kata kuat dan buat, antara vokal u dan vokal a akan terdengar semi vokal [w].
vokal i adalan vokal tinggi, depan, tak bundar. Bila vokal i dibentuk dengan posisi lidah setinggi
mungkin sehingga letaknya lebih dekat pada langit-langit, maka akan terdengar bunyi [y]. Bunyi [y]
yang terjadi disebut semi vokal. Misalnya: dia dan manusia, antara vokal i dan vokal a terdengar
bunyi semi vokal [y].
Pita suara
Di ujung atas laring terdapatlah dua buah pita yang elastis yang disebut pita suara . Letak pita suara
itu horizontal. Antara kedua pita suara itu terdapat suatu celah yang disebut glotis . Dalam
menghasilkan suatu bunyi, pita suara itu dapat mengambil empat macam sikap yang penting:
1. Antara kedua pita suara terdapat celah ( glotis ). Celah ini pada suatu saat terbuka lebar , serta
udara yang mengalir keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan sehingga tidak terdengar
geseran sedikitpun. Bunyi yang dihasilkan dengan posisi ini adalah: /h/.
2. Kebalikan dari posisi di atas adalah sikap di mana pita suara tertutup rapat . Udara yang keluar dari
paru-paru ditahan oleh pita suara yang tertutup rapat terbentang tegang menutup laring. Bunyi yang
dihasilkan dengan sikap ini adalah bunyi hamzah ( glotal stop ). Bunyi ini biasanya dilambangkan
dengan /?/, atau dalam ejaan lama dipergunakan tanda (').
3. Posisi yang ketiga adalah bagian atas dari pita suara terbuka sedikit ; udara yang keluar dapat juga
menggetarkan pita suara. Segala macam bunyi-ujaran lainnya terjadi dengan sikap pita suara ini. Bila
udara yang keluar itu turut menggetarkan pita suara maka terjadilah bunyi-ujaran yang bersuara ; bila
pita suara tidak turut digetarkan maka terjadilah bunyi-ujaran yang tak bersuara.
Sikap yang keempat adalah bagian bawah dari pita suara terbuka sedikit . Dalam sikap ini kekuatan
udara itu hilang atau berkurang sehingga segala macam bunyi-ujaran yang dihasilkan dengan sikap
III berkurang juga. Peristiwa ini terjadi ketika berbisik
Diftong atau vokal rangkap
Sebelum membicarakan jenis ujaran lain yang disebut konsonan, perlu dibicarakan satu hal yang
dalam Tatabahasa Tradisional disebut diftong. Menurut Tatabahasa Tradisional, diftong adalah dua
vokal berturutan yang diucapkan dalam suatu kesatuan waktu misalnya seperti yang terdapat dalam
kata-kata ramai, pantai, pulau, dan sebagainya. Urutan vokal seperti dalam kata dinamai, ditandai, dll.
tidak termasuk diftong, karena tiap-tiapnya diucapkan dalam kesatuan waktu yang berlainan.
Dalam tutur sehari-hari sering terjadi bahwa diftong itu dirubah menjadi satu bunyi tunggal
(monoftong), misalnya: kata-kata pantai, ramai, pulau berubah menjadi pante, rame, pulo, dsb.
Proses perubahan bunyi diftong menjadi monoftong dalam Tatabahasa Tradisional disebut
monoftongisasi. Sebaliknya dapat terjadi bahwa kata-kata yang pada mulanya mengandung bunyi
monoftong mengalami perubahan menjadi diftong, misalnya kata-kata sentosa dan anggota dirubah
menjadi sentausa dan anggauta. Proses ini disebut diftongisasi.
Unsur suprasegmental
Fonem yang berwujud bunyi seperti yang digambarkan pada bagian di atas dinamakan fonem
segmental. Fonem pada sisi lain dapat pula tidak bewujud bunyi, tetapi merupakan aspek tambahan
terhadap bunyi. Jika seseorang berbicara, akan terdengar bahwa suku kata tertentu pada suatu kata
mendapat tekanan yang lebih nyaring dibandingkan dengan suku kata yang lain; bunyi tertentu
terdengar lebih panjang dibandingkan dengan bunyi yang lain; dan vokal pada suku kata tertentu
terdengar lebih tinggi dibandingkan dengan vokal pada suku kata yang lain.
Nada
Yang dimaksud dengan nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh tinggi-
rendahnya arus-ujaran.
Tinggi rendahnya arus-ujaran terjadi karena frekuensi getaran yang berbeda antar segmen. Bila
seseorang berada dalam kesedihan ia akan berbicara dengan nada yang rendah. Sebaliknya bila
berada dalam keadaan gembira atau marah, nada tinggilah yang biasanya dipergunakan orang.
Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam ilmu bahasa biasanya
dilambangkan dengan angka misalnya /2 3 2/ yang berarti segmen pertama lebih rendah bila
dibandingkan dengan segmen kedua, sedangkan segmen ketiga lebih rendah dari segmen kedua.
Dengan nada yang berbeda, bidang arti yang dimasukinya pun akan berbeda.

D. Fonologi dalam Bahasa Jawa

Vokal:
Depan Tengah Belakang
i u
e o
() ()
a






Konsonan:
Labial Dental Alveolar Retrofleks Palatal Velar Glotal
Letupan p b t d t d k g
Frikatif s () h
Likuida & semivokal w l r j
Sengau m n ()

Catatan : Fonem-fonem antara tanda kurung merupakan alofon. Catatan pembaca pakar bahasa
Jawa: Dalam bahasa Jawa [a],[], dan [o] itu membedakan makna [baba?] 'luka'; [bb?]'param' atau
'lobang', sikile di-bb?i 'kakinya diberi param', lawange dibb?i 'pintunya dilubangi'; dan [bobo?]
'tidur'. [war?] 'rakus' sedang [wara?] 'badak'; [lr] 'utara' sedangkan [lar] 'sayap', [g?] 'gedung'
sedangkan [ga?] 'pisang; [cr]'cara' sedang [coro] 'kecoak', [lr]'sakit' sedang [loro] 'dua', dan
[pl] 'pala/rempah-rempah' sedang [polo] 'otak'. Dengan demikian, bunyi [] itu bukan alofon [a]
ataupun alofon [o] melainkan fonem tersendiri.

Penjelasan Vokal:
Tekanan kata (stress) direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali apabila sukukata
memiliki sebuah pepet sebagai vokal. Pada kasus seperti ini, tekanan kata jatuh pada sukukata
terakhir, meskipun sukukata terakhir juga memuat pepet. Apabila sebuah kata sudah diimbuhi
dengan afiks, tekanan kata tetap mengikuti tekanan kata kata dasar. Contoh: /jaran/ (kuda) dilafazkan
sebagai [j'aran] dan /pajaranan/ (tempat kuda) dilafazkan sebagai [paj'aranan].
Semua vokal kecuali //, memilik ialofon. Fonem /a/ pada posisi tertutup dilafazkan sebagai [a],
namun pada posisi terbuka sebagai []. Contoh: /lara/ (sakit) dilafazkan sebagai [l'r], tetapi /larane/
(sakitnya) dilafazkan sebagai [l'arane]
Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [i] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih
mirip [e]. Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'aci] , tetapi /kancil/ kurang lebih dilafazkan sebagai
[k'acel].
Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [u] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang
lebih mirip [o]. Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] , tetapi /uyul/ (tuyul) kurang lebih
dilafazkan sebagai ['uyol].
Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [e] namun pada posisi tertutup sebagai []. Contoh:
/lele/ dilafazkan sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan sebagai [b'b].
Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [o] namun pada posisi tertutup sebagai []. Contoh:
/loro/ dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /bolo/ dilafazkan sebagai [b'l].

Penjelasan Konsonan:
Fonem /k/ memiliki sebuah alofon. Pada posisi terakhir, dilafazkan sebagai []. Sedangkan pada
posisi tengah dan awal tetap sebagai [k].
Fonem /n/ memiliki dua alofon. Pada posisi awal atau tengah apabila berada di depan fonem
eksplosiva palatal atau retrofleks, maka fonem sengau ini akan berubah sesuai menjadi fonem
homorgan. Kemudian apabila fonem /n/ mengikuti sebuah /r/, maka akan menjadi [] (fonem sengau
retrofleks). Contoh: /panja/ dilafazkan sebagai [p'aja], lalu /anap/ dilafazkan sebagai ['aap].
Kata /warna/ dilafazkan sebagai [w'ar].
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem
eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai []. Contoh: /warsa/ dilafazkan sebagai
[w'ar], lalu /esi/ dilafazkan sebagai ['ei].
Diposkan oleh Widya_Catelia di 21:37
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz

Anda mungkin juga menyukai