Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Tidur adalah keadaan organisme yang teratur, berulang, dan mudah dibalikkan yang ditandai oleh relative tidak bergerak dan peningkatan besar ambang respon terhadap stimulasi eksternal relative dari keadaan terjaga. Monitoring ketat pada tidur adalah suatu bagian penting dari praktek klinis, karena gangguan tidur sering kali merupakan gejala awal dari penyakit mental yang mengancam. Beberapa gangguan mental adalah disertai dengan perubahan karakteristik dalam fisiologi tidur.1 Kira-kira sepertiga dari semua orang dewasa mengalami suatu jenis gangguan tidur selama hidupnya. Gangguan tidur tersebut adalah insomnia (gangguan mempertahankan tidur ), hipersomnia (gangguan tidur berlebih), parasomnia (perilaku abnormal yang muncul pada saat tidur, dan gangguan jadwal tidur-bangun. Insomnia adalah gangguan tidur yang paling sering terjadi dan paling dikenal.1

DEFINISI
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.1,7 Insomnia merupakan satu gejala yang tidak khas, dan bukan satu gangguan spesifik. Insomnia dapat merupakan satu gejala dari berbagai gangguan psikiatrik, termasuk gangguan depresi, manis, cemas, psikosis, penyalahgunaan zat, dan insomnia primer. Pada

lansia, keluhan insomnia dapat merupakan gejala sekunder dari perubahan pola tidur yang normal yang terkait dengan usia lanjut.2

Epidemiologi
Di Amerika Serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan tidur. Di Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki, pekerjaanpekerjaan yang mengakibatkan terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam sangat besar menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Insomnia lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 3:2. Dengan bertambahnya usia, bertambah pula angka kejadian gangguan tidur.8

ETIOLOGI
Penyebab umum insomnia terbagi atas 2: Kondisi medis Kondisi psikiatrik atau lingkungan1 GEJALA Insomnia sekunder karena Kondisi Umum Insomnia Sekunder karena Kondisi Psikiatrik atau Lingkungan Sulit jatuh tertidur Tiap kondisi yang menyakitkan atau Kecemasan

menyenangkan Lesi SSP

Kecemasan, otot-otot.

ketegangan

Perubahan lingkungan Gangguan sirkadian Sulit tetap tidur Sindrom apnea tidur. Depresi, terutama depresi tidur irama

Mioklonus nocturnal dan sindrom primer. tungkai gelisah. Factor diet (kemungkinan) Kejadian episodic (parasomnia) Efek zat langsung Perubahan lingkungan Gangguan sirkadian. stress tidur irama

(termasuk Gangguan pascatraumatik. Skizofrenia.

alcohol. Interaksi zat. Penyakit endokrin atau metabolic Penyakit infeksi, neoplastik, atau lain Kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenagkan. Lesi atau penyakit batang otak atau hipotalamus. Ketuaan.

KlaSIFIKASI
Berdasarkan waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3: 1. Transient insomnia Insomnia yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. 2. Short-term insomnia Berlangsung 1-6 bulan dan biasanya disebabkan oleh kejadian-kejadian stress yang persisten, seperti kematian. 3. Cyclical insomnia (recurrent insomnia) Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun. Kejadiadian berulang terjadi akibat perubahan fisiologis seperti sikulus premenstrual ataupun perubahan psikologik seperti manic depresif, anorexia nervosa, dan lain-lain 4. Chronic insomnia (persistent insomnia) Berlangsung lebih dari 6 bulan. Dibagi 2 yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. insomnia primer insomnia persisten yang terjadi selama 1 bulan dan tidak ada sebab yang jelas. Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur. Periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak berhubungan dengan kondisi

kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-obat tertentu. Insomnia sekunder Insomnia sekunder disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi, atau masalah medis lainnya, atau reaksi obat. 4,7

Diagnosis
Pedoman diagnostic insomnia berdasarkan PPDGJ III yaitu: 1.) Hal tersebut dibawahnya ini digunakan untuk membuat diagnose pasti: a) Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk. b) Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan. c) Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari. d) Ketidakpuasan terhyadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan. 2.) Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnose insomnia diabaikan.

3.) Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual.6

Penatalaksanaan
1. Latih kebiasaan tidur yang baik 2. Psikoterapi 3. Medikamentosa Gunakan sedative hipnotika hanya untuk waktu yang terbatas, seperti lorazepam (1-2 mg, okasazepam (15-30 mg), furazepam(15-30 mg), termazepam (15-30 mg) dan triazolam (0,125-0,5 mg), diberikan 15-30 menit sebelum tidur. Dosis awal dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya di tapering off, untuk mencegah rebound dan toleransi obat.3,5

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I Sadock, B.J. Insomnia. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku dan Psikiatri Klinis jilid dua. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997; hal. 210-217 2. Kaplan , H.I sadocj, B.j. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika. Jakarta. 1998; hal. 315-320 3. Guze, Barry. Buku Saku Psikiatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997; hal. 338-340 4. Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.1999; hal. 220-231 5. Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga.Media Aesculapius. Jakarta. 2001; hal 242-243 6. Maslim, Rusdi. Diagnosis gangguan Jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2001; hal 92-93 7. www. Medikaholistik.com/ gangguan tidur: insomnia 8. www.cpddokter.com-continuing professional development dokter indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan anugerahNya kami telah selesai menyusun paper ini guna memenuhi persyaratan selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Psikiatri RSUPM. Pada kesempatan ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing kami, dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.Kj atas bimbingan dan pengarahannya selama mengikuti KKS di Bagian Ilmu Psikiatri RSUPM serta dalam penyusunan paper ini. Kami sadar bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan kami. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan menyusunan paper ini di lain kesempatan. Semoga paper ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Mei 2011

Penulis

Anda mungkin juga menyukai