Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Atmosfer selalu dikotori oleh debu. Debu ialah istilah yang dipakai untuk benda yang sangat kecil sehingga sebagian tidak nampak kecuali dengan mikroskop. Di pegunungan jumlah debu hanya beberapa ratus partikel tiap cm3, tetapi di kota besar, daerah industri dan daerah kering jumlah debu dapat mencapai 5 juta tiap cm3. Konsentrasi debu pada umumnya berkurang dengan bertambahnya ketinggian, meskipun debu meteorik dapat dijumpai pada lapisan atmosfer atas. Partikel debu yang bersifat higroskopis akan bertindak sebagai inti kondensasi. Debu higroskopis yang penting adalah partikel garam, asap batu bara atau arang. Kabas (smog) singkatan dari kabut dan asap (smoke and fog) adalah kabut tebal yang sering dijumpai di daerah industri yang lembap. Debu dapat menyerap, memantulkan dan menghamburkan radiasi yang datang. debu atmosferik dapat tersapu turun ke permukaan bumi oleh curah hujan, tetapi kemudian atmosfer dapat terisi partikel debu kembali. Atmosfer juga mengandung jenis bahan yang bukan bagian dari komposisi gas. Beberapa jenis dari bahan ini adalah partikel garam, partikel debu dan tetes air. Bila uap air yaitu bagian dari udara natural (alam) berubah menjadi cair atau padat (partikel air dan es) maka partikel-partikel ini menjadi benda asing dalam atmosfer,dan menyebabkan awan, kabut, hujan, salju, embun atau batu es (hailstone). Perubahan wujud (fasa) uap air di udara sangat penting dalam menentukan kondisi cuaca. 1.2 Rumusan Masalah Komposisi dan Struktur Atmosfer Pencemaran Udara dan Dampaknya Jenis-jenis Pencemar Udara Indoor Air Quality Green House Effect Climate Change El Nino dan La Nina 1.3 Tujuan Penulisan Membahas lebih jauh mengenai Lingkungan Udara (Atmospfer), yang didalamnya dipaparkan juga tentang komposisi dan struktur atmosfer serta peristiwa yang terjadi didalamnya.

1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain : A. Bagi dosen: dosen dapat mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan mahasiswa dalam menganalisis serta memahami suatu informasi, sehingga mampu memberikan bimbingan kepada mahasiswa.
B. Bagi mahasiswa: mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan serta

pengetahuan mengenai suatu ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 KOMPOSISI DAN STRUKTUR ATMOSFER BUMI Atmosfer berasal dari dua kata Yunani yaitu atmos berarti uap dan sphaira berarti bulatan, jadi atmosfer adalah lapisan gas yang menyelubungi bulatan bumi. Atmosfer bumi mempunyai ketebalan sekitar 1000 km yang dibagi menjadi lapisan-lapisan berdasarkan profil temperatur, komposisi atmosfer, sifat radioelektrik dan lain-lain. Karena sebaran panas tidak sama di dalam atmosfer, maka terjadi gejala-gejala cuaca yaitu dari angin lemah sampai sangat kencang di dalam badai atau siklon, dari cuaca cerah, cuaca berawan sampai hujan deras (shower). Kajian tentang deskripsi dan pemahaman fenomena atmosfer disebut Sains Atmosfer yang secara tradisi dibagi menjadi Meteorologi dan Klimatologi. Berbagai pertimbangan yang menyebabkan ilmuwan tertarik mengkaji atmosfer bumi di antaranya adalah:

Atmosfer melindungi penghuni bumi dari radiasi gelombang pendek matahari yang sangat kuat. Jika tak ada atmosfer maka manusia, tumbuhan dan hewan akan menjadi debu berserakan. Banyak gejala atmosfer yang menarik dan perlu dikaji, misalnya terjadinya awan dan hujan, badai guruh, badai tropis, perubahan iklim dan sebagainya. Atmosfer sebagai bahan alam yang perlu dieksplorasi dan dieksploitasi, misalnya teknologi hujan buatan, memanfaatkan energi angin dan sebagainya. Atmosfer sebagai media transportasi udara yang peka terhadap cuaca. Awan cumulonimbus (cb) merupakan jalan maut bagi dunia penerbangan harus dihindari. Atmosfer sebagai tempat pembuangan zat pencemar diantaranya zat tersebut ada yang beracun dan berbahaya bagi manusia.

Atmosfer tropis mencakup daerah antara 23,5 U (tropis Cancer) dan 23,5 S (tropis Capricorn). Ahli meteorologi sering memakai batas lain untuk mendefiniskan atmosfer tropis dengan memakai sumbu sel tekanan tinggi subtropis yaitu batas sirkulasi atmosfer yang didominasi oleh angin timuran di tropis dan angin baratan di subtropis. Batas dari atmosfer tropis tropis adalah lintang 30 U dan 30 S yang disebut "lintang kuda" (horse latitude). Atmosfer ekuatorial dapat didefinisikan sebagai atmosfer yang dibatasi oleh lintang 10 U dan 10 S. Jadi atmosfer di atas wilayah Indonesia dapat dikatakan sebagai "atmosfer ekuatorial". 2.2 KOMPOSISI ATMOSFER Tanpa atmosfer, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan akan mati. Atmosfer bertindak sebagai pelindung kehidupan bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas ke ruang angkasa pada malam hari. Atmosfer menyebabkan hambatan benda-benda yang bergerak melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi hancur sebelum mencapai permukaan bumi. Atmosfer bersifat dapat dimampatkan (kompresibel) sehingga lapisan atmosfer bawah lebih padat daripada lapisan di atasnya, akibatnya tekanan udara berkurang sesuai dengan ketinggian. Massa total atmosfer

sekitar 56 x 1014 ton, setengah dari massanya kira-kira terletak dibawah 6.000 m dan lebih dari 99% terletak di dalam lapisan 35.000 m dari permukaan bumi. Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas yang tidak tampak dan tidak berwarna. Empat gas, nitrogen, oksigen, argon dan karbondioksida meliputi hampir seratus persen dari volume udara kering, lihat tabel 1. Gas lain yang stabil adalah neon, helium, metana, kripton, hidrogen, xenon dan yang kurang stabil termasuk ozon dan radon juga terdapat di atmosfer dalam jumlah yang sangat kecil. Selain udara kering, lapisan atmosfer mengandung air dalam ketiga fasanya dan aerosol atmosfer. Oleh karena itu, udara kering yang murni di alam tidak pernah ditemui karena 2 alasan, yakni adanya uap air di udara yang jumlahnya berubah-ubah dan selalu ada injeksi zat ke dalam udara, misalnya asap dan partikel debu. Udara seperti ini disebut udara alam. Tabel 1. Gas utama dalam udara kering

Gas atmosfer yang penting dalam proses cuaca adalah uap air (H2O) karena dapat berubah fasa menjadi fasa cair dan padat, karbondioksida (CO2) karena bertindak sebagai gas rumah kaca dan ozon (O3) karena dapat menyerap radiasi ultraviolet matahari berenergi tinggi yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Oksigen (O2) sangat penting bagi kehidupan, yaitu untuk mengubah zat makanan menjadi energi hidup. Oksigen dapat bergabung dengan unsur kimia lain yang dibutuhkan untuk pembakaran. Karbondioksida (CO2) dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, pernafasan manusia dan hewan, kemudian dibutuhkan oleh tanaman. Karbon dioksida menyebabkan efek rumah kaca (greenhouse) transparan terhadap radiasi gelombang pendek dan menyerap radiasi gelombang panjang. Kenaikan konsentrasi CO2 di dalam atmosfer akan menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi dan menimbulkan pemanasan global. Sejak revolusi industri, konsentrasi CO2 terus naik yang antara lain disebabkan kenaikan pemakaian bahan bakar karbon dan hidrokarbon. Nitrogen (N2) terdapat di udara dalam jumlah yang paling banyak yaitu, meliputi 78 bagian. Nitrogen tidak langsung bergabung dengan unsur lain, tetapi pada hakikatnya unsur ini penting karena bagian dari senyawa organik. Neon (Ne), argon (Ar), xenon (Xe) dan krypton (Kr) disebut gas mulia, karena tidak mudah bergabung dengan unsur lain. Meskipun gas ini kurang penting di atmosfer, namun neon biasanya dipakai dalam iklan dan argon dipakai untuk bola lampu cahaya listrik. Helium

(He) dan hidrogen (H2) sangat jarang di udara kecuali pada paras yang tinggi. Gas ini adalah yang paling ringan dan sering dipakai untuk mengisi balon meteorologi. Ozon (O3) adalah gas yang paling aktif dan merupakan bentuk lain dari oksigen. Gas ini terdapat terutama pada ketinggian antara 20 dan 30 km di atas permukaan laut (dpl). Ozon dapat menyerap radiasi ultra violet yang mempunyai energi besar dan berbahaya bagi tubuh manusia. Uap air (H2O) sangat penting dalam proses cuaca atau iklim karena dapat berubah fasa (wujud) menjadi fase cair atau padat melalui kondensasi dan deposisi. Perubahan fase air yang mungkin dapat dilukiskan pada gambar 1. Uap air terdapat di atmosfer sebagai hasil penguapan dari laut, danau, kolam, sungai dan transpirasi tanaman. Dari waktu tinggal di atmosfer , maka unsur-unsur udara dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan: 1. Gas permanen dengan waktu tinggal sangat lama, misalnya waktu tinggal He = 2 juta tahun. 2. Gas semi permanen dengan waktu tinggal beberapa bulan sampai tahun misal: CO2 = 0,35 tahun dan CH4 = 3 tahun. 3. Gas variabel dengan waktu tinggal dari beberapa hari sampai minggu. Unsur-unsur ini adalah gas aktif secara kimia. Siklusnya berkaitan dengan siklus air (cuaca),misalnya waktu tinggal uap air berorde 10 hari. Sampai pada ketinggian lebih dari 60 km, proporsi gas relatif masih tetap, kecuali fasa gas air (uap air). Sekitar 99% didominasi oleh gas nitrogen dan oksigen, dan yang paling banyak jumlahnya di atmosfer adalah nitrogen. Proporsi gas atmosfer berubah jika udara ditinjau bersama dengan komposisi uap airnya. Secara praktis, atmosfer dapat berada pada tempat yang langka uap air (kebasahan) dapat mencapai 4%. Meskipun berat molekuler uap air lebih kecil daripada berat molekuler beberapa gas lain, namun uap air ini berada dalam ketebalan beberapa kilometer atmosfer paling bawah. Hal ini dapat dimengerti bila disadari bahwa sumber uap air atmosferik secara langsung adalah lautan yang mencakup 70% luas permukaan bumi dan bahwa suhu udara di dalam troposfer sangat dingin sehingga air tak dapat mempertahankan wujudnya dalam bentuk gas. Air dalam atmosfer dapat berada dalam ketiga wujud (fasa). Perubahan fasa cair (air) menjadi gas (uap air) disebut penguapan (evaporasi) dan sebaliknya disebut pengembunan (kondensasi). Perubahan fasa cair menjadi fasa padat (es) disebut pembekuan dan sebaliknya disebut pencairan. Perubahan fasa es menjadi fasa uap disebut sumblimasi dan sebaliknya disebut deposisi (Gambar 1).

Gambar 1. Perubahan fasa air

Struktur Vertikal Atmosfer Jika suhu dipakai sebagai dasar pembagian atmosfer, maka diperoleh lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer dan termosfer (Gambar 2). Lapisan troposfer dan stratosfer dipisahkan dipisahkan oleh lapisan tropopause. Lapisan stratosfer dan mesosfer dibatasi oleh lapisan mesopause dan puncak termosfer disebut termopause.

Gambar 2. Pembagian lapisan atmosfer berdasarkan profil suhu vertikal. Garis titik-titik menunjukkan puncak masing-masing lapisan Perubahan suhu udara di atmosfer secara vertikal (menurut ketinggian) berbeda-beda yang dapat dikelompokkan menjadi tiga hal. Perubahan suhu (dT) terhadap ketinggian (dz) dinyatakan oleh dT/dz. 1) dT/dz > 0 suhu naik, dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini disebut inversi suhu. 2) dT/dz = 0 suhu tetap walaupun ketinggian berubah. Hal ini disebut isotermal. 3) dT/dz < style="font-style: italic;">lapse rate. Rincian tiap lapisan atmosfer adalah sebagai berikut : 1. Troposfer Secara harafiah troposfer (tropo: berubah, dan sphaira: bulatan atau lapisan) adalah lapisan yang berubah-ubah. Gejala cuaca, misalnya awan, hujan, badai guruh dan lain sebagainya terjadi pada lapisan troposfer. Beberapa ciri khas dari lapisan terbawah atmosfer ini diantaranya adalah :

Terdapat pada ketinggian mulai dari permukaan laut hingga ketinggian 8 km di daerah kutub dan 16 km di ekuator. Rata-rata ketinggian puncak troposfer di seluruh dunia adalah 12 km. Satu-satunya lapisan atmosfer yang mengandung air (air, uap maupun es) dan berlangsung evaporasi dan kondensasi. Ruang terjadinya sirkulasi dan turbulensi seluruh bahan atmosfer sehingga menjadi satu-satunya lapisan yang mengalami pembentukan dan perubahan cuaca seperti: angin, awan, presipitasi, badai, kilat dan guntur. Kecepatan angin bertambah dengan naiknya ketinggian dan di troposfer ini pemindahan energi berlangsung. Radiasi surya menyebabkan pemanasan permukaan bumi yang selanjutnya panas tersebut diserap oleh air untuk berubah menjadi uap. Oleh proses evaporasi, energi panas diangkat oleh uap ke lapisan atas yang lebih tinggi berupa panas laten. Setelah terjadi pendinginan akhirnya berlangsung proses kondensasi, uap air berubah menjadi titik-titik air pembentuk awan, sedangkan panas latennya dilepas memasuki atmosfer dan menaikkkan suhunya. Troposfer sangat sedikit menyerap radiasi matahari, sebaliknya permukaan bumi banyak menyerap panas pada troposfer melalui konduksi, konveksi dan panas laten kondensasi atau sublimasi yang dilepaskan ketika uap air berubah wujud menjadi tetes air atau kristal es. Pada lapisan ini suhu udara turun dengan bertambahnya ketinggian (dT/dz <0). Pada atmosfer normal, suhu troposfer berubah dari 15 C pada permukaan laut menjadi -60 C di puncak atmosfer. Tekanan dan kerapatan udara di permukaan laut masingmasing adalah 1013,2 mb dan 1,23 kg/m 3

Gejala lapse rate berhenti pada ketinggian 8 km di atas kutub dan sekitar 16 km di atas ekuator. Ketinggian itu disebut tropopause, yakni lapisan ketinggian atmosfer dengan dT/dz = 0. Pada lapisan ini turbulensi udara tidak terjadi. 2. Stratosfer Stratosfer (strata: lapisan, dan sphaira: bulatan) artinya bulatan (lapisan) yang berlapis, karena pada lapisan stratosfer terdapat juga lapisan ozon (ozonosfer). Stratosfer terletak di atas troposfer pada ketinggian 10 dan 60 km. Karena tropopause lebih tinggi di ekuator daripada di kutub, maka stratosfer lebih tipis di ekuator daripada di kutub. Di ekuator, tropopause mempunyai ketinggian 18 km dengan temperatur sekitar -80 C, sedangkan di kutub tropopause hanya mencapai ketinggian 6 km dengan temperatur -40 C. Stratosfer ditandai oleh susut temperatur negatif atau kenaikan temperatur terhadap ketinggian (inversi suhu), disebabkan ozonosfer yang menyerap radiasi ultra violet berenergi tinggi dari matahari. Pertukaran antara gas troposfer dan stratosfer sangat kecil karena stratosfer adalah lapisan yang stabil/ inversi suhu. Lapisan ini tidak mengalami turbulensi atau sirkulasi. Stratosfer merupakan lapisan atmosfer utama yang mengandung gas ozon. Proses pembentukan dan penguraian mencapai kesetimbangan hingga membentuk lapisan ozon.

3. Mesosfer Mesosfer (meso: tengah, dan sphaira: bulatan) artinya lapisan gas bagian tengah yang meyelubungi bulatan bumi. Mesosfer terletak di atas stratopause dari ketinggian 60 - 85 km, dengan ditandai susut temperatur positif (perubahan suhu terhadap ketinggian (dT/dz) adalah lapse rate) dengan gradien temperatur berorde 0,4 C per 100 meter. Puncak mesosfer dibatasi oleh mesopause dengan perubahan suhu terhadap ketinggian mulai bersifat isotermal dan permukaan yang mempunyai temperatur paling rendah di atmosfer, sekitar -100 C. Lapisan ini tidak mengalami turbulensi/sirkulasi udara dan merupakan daerah penguraian O2 menjadi atom O. Lapisan mesosfer tumpang tindih (overlaps) bersamaan dengan ionosfer bawah. 4. Termosfer Termosfer (termo: panas, dan sphaira: bulatan) artinya lapisan panas yang menyelubungi bulatan bumi pada ketinggian 85 km sampai 300 km. Termosfer ditandai oleh sifat susut temperatur negatif (sifat perubahan suhu terhadap ketinggian adalah inversi suhu) atau kenaikan temperatur dari -100 C sampai ratusan bahkan ribuan derajat. Lapisan ini berisi molekul dan atom N2, O2, N dan O. Lapisan tempat berlangsungnya proses ionisasi gas N2 dan O2, sehingga lapisan termosfer sering disebut lapisan ionosfer. Di atas ketinggian 100 km pengaruh radiasi ultraviolet dan sinar X makin kuat. Kenaikan temperatur disebabkan termosfer menyerap radiasi EUV (extreme ultravilolet). Karena semakin ke atas konsentrasi atmosfer makin kecil makin kecil maka perpindahan panas menjadi sulit, sehingga temperatur konstan. Bagian atas mesosfer disebut termopause yang meluas dari ketinggian 300 km sampai pada rumbai-rumbai bumi (fringe of the earth) sekitar 1000 km.. Termopause adalah paras transisi ke profil temperatur yang mendekati isotermal atau temperatur konstan. Termosfer dan termopause meluas ke atas sampai berbaur dengan atmosfer matahari ribuan kilometer di atas permukaan bumi dan dalam perluasannya sebagian gas ini terionisasi. Temperatur termopause adalah konstan terhadap ketinggian tapi bervariasi terhadap aktivitas matahari. Dampak aktivitas manusia terhadap atmosfer dan akibatnya pada kesehatan manusia dan lingkungan sangat signifikan. Karbondioksida (CO2) sebagai rumah kaca mempunyai efek pemanasan permukaan bumi. Karbonmonoksida (CO) secara kimia adalah gas aktif dan sangat beracun. Gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan jika kadar CO melebihi 100 ppm = 0,01%. Belerang dioksida (SO2) dan asam belerang (H2SO4) lebih beracun lagi. Jika asam belerang terhirup oleh pernafasan maka akan terjadi kerusakan jaringan secara permanen. Gas buang industri hidrogen sulfida (H2S) dalam dosis tinggi sangat mematikan. Hidrogen fluorida (HF) yang dihasilkan oleh proses industri adalah salah satu bahan kimia yang sangat korosif. Aerosol atmosferik akibat aktivitas manusia maupun dihasilkan secara alamiah mempunyai dampak pendinginan terhadap atmosfer jika partikel ini memantulkan kembali radiasi, atau mempunyai dampak pemanasan jika partikel ini menyerap radiasi matahari. Reduksi kadar ozon stratosferik atau penipisan ozonosfer dapat menyebabkan kanker kulit, meningkatkan penyakit katarak, menurunkan sistem kekebalan tubuh, penurunan jumlah plankton di laut dan penurunan hasil pertanian.
8

2.3 PENCEMARAN UDARA DAN DAMPAKNYA Pengertian Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. Klasifikasi Pencemar Udara : 1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. 2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik.

Jenis-jenis Bahan Pencemar: - Karbon monoksida (CO) - Nitrogen dioksida (N02) - Sulfur Dioksida (S02) - CFC - Karbon dioksida (CO2)
9

- Ozon (03 ) - Benda Partikulat (PM) - Timah (Pb) - HydroCarbon (HC) Penyebab Utama Pencemaran Udara : Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor. Contoh : di Jakarta antara tahun 1993-1997 terjadi peningkatan jumlah kendaraan berupa : - Sepeda motor 207 % - Mobil penumpang 177 % - Mobil barang 176 % - Bus 138 %

Dampak Pencemaran Udara : - Penipisan Ozon - Pemanasan Global ( Global Warming ) - Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan - Terganggunya fungsi reproduksi - Stres dan penurunan tingkat produktivitas - Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak - Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.

10

Solusi :

Clean Air Act yang dibuat oleh pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran udara. Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel Cell dan Solar Cell. Menghemat Energi yang digunakan. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Sumber Polusi Udara Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. [Karbon monoksida]adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam [smog fotokimia] adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder. Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global warming) yg memengaruhi kegiatan manusia

Transportasi Industri Pembangkit listrik Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan bakar Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

Sumber alami

Gunung berapi Rawa-rawa Kebakaran hutan Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

Sumber-sumber lain

Transportasi amonia Kebocoran tangki klor Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir sampah Uap pelarut organic

11

Jenis-jenis pencemar

Karbon monoksida Oksida nitrogen Oksida sulfur CFC Hidrokarbon Ozon Volatile Organic Compounds Partikulat

Dampak kesehatan Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015. Dampak terhadap tanaman Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis. Hujan asam pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:

Mempengaruhi kualitas air permukaan Merusak tanaman Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
12

Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Efek rumah kaca Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global adalah:

Pencairan es di kutub Perubahan iklim regional dan global Perubahan siklus hidup flora dan fauna

Kerusakan lapisan ozon Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon. Tabel 1 Dampak pencemaran udara berupa gas NO 1. BAHAN PENCEMAR Sulfur Dioksida (SO2) DAMPAK/AKIBAT PADA INDIVIDU/MASYARAKAT Batu bara atau bahan Menimbulkan efek iritasi pada saluran bakar minyak yang nafas sehingga menimbulkan gejala batuk mengandung Sulfur. dan sesak nafas. Pembakaran limbah pertanah. Proses dalam industri. Hidrogen Sulfa Dari kawah gunung Menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat (H2S) yang masih aktif. merusak indera penciuman (nervus olfactory) Nitrogen Oksida Berbagai jenis Menggangu sistem pernapasan. (N2O) pembakaran. Melemahkan sistem pernapasan paru dan Nitrogen Monoksida Gas buang kendaran saluran nafas sehingga paru mudah (NO) bermotor. terserang infeksi. Nitrogen Dioksida Peledak, pabrik
13

SUMBER

2.

3.

4.

(NO2) Amoniak (NH3)

pupuk. Proses Industri

Menimbulkan bau yang tidak sedap/menyengat. Menyebabkan sistem pernapasan, Bronchitis, merusak indera penciuman. Menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan tubuh akaibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan jantung.

5.

Karbon Dioksida (CO2)Karbon Monoksida (CO)Hidrokarbon

Semua hasil pembakaran.Proses Industri .

Tabel 2 Penanggulangan pencemaran udara benbentuk gas NO 1. BAHAN PENCEMAR PENANGGULANGAN KETERANGAN Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben yang dipergunakan antara lain karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu diperlukan pergantian, bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan kemudian dipakai kembali.

Absorbsi Sulfur Dioksida (SO2) Hidrogen Suldfida (H2S) Nitrogen Oksida (N2O) Nitrogen Monoksida (NO) Nitrogen Dioksida (NO2) Amoniak (NH3) Karbondioksidak (CO2)Karbon Monoksida (CO)Hidrokarbon Pembakaran

Mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat didalam polutan. Hasil pembakaran berupa (CO2) dan (H2O). Alat pembakarannya adalah Burner
14

Reaksi Kimia

dengan berbagai tipe dan temperaturnya adalah 1200o1400o F Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan golongan Belerang. Biasanya cara kerja ini merupakan kombinasi dengan cara cara lain, hanya dalam pembersihan polutan udara dengan reaksi kimia yang dominan. Membersihkan gas golongan nitrogen , caranya dengan diinjeksikan Amoniak (NH3) yang akan bereaksi kimia dengan Nox dan membentuk bahan padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan belerang dipergunakan Copper Oksid atau kapur dicampur arang.

Tabel 3 Dampak Pencemaran udara berupa partikel NO BAHAN PENCEMAR 1. Debu - partikel SUMBER Debu domestik maupun dari industri Gas buang kendaraan bermotor DAMPAK/AKIBAT PADA INDIVIDU/MASYARAKAT Menimbulkan iritasi mukosa, Bronchitis, menimbulkan fibrosis paru. Dampak yang di timbulkan amat membahayakan, karena dapat meracuni sistem pembentukan darah merah .

Benzen

Partikel polutan bersifat biologis berupa : Bakteri, jamur, virus, telur cacing.

Menimbulkan gangguan pembentukan sel Peleburan timah darah merahPada anak kecil menimbulkan hitamPabrik battere penurunan kemampuan otakPada orang dewasa menimbulkan anemia dan gangguan tekanan darah tinggi. Kendaraan Menimbulkan gangguan syaraf pusat. bermotor.Daerah industri. Daerah yang Pada pencemaran udara ruangan yang ber AC kurang bersih dijumpai beberapa jenis bakteri yang lingkungannya mengakibatkan penyakit pernapasan.

15

Tabel 4 Penanggulangan pencemaran udara berbentuk partikel NO BAHAN PENCEMAR 1. Debu partikelTimah hitam (Pb)BenzenPartikel polutan bersifat biologis berupa :Bakteri, jamur, virus, telur cacing. PENANG-GULANGAN Membersihkan(Scrubbing)Menggunakan filterMempergunakan Kolektor MekanisProgram langit biruMenggalakkan penanaman Tumbuhan KETERANGAN Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan, dalam keadaan alamiah (turun hujan) maka polutan partikel dapat turut dibawa bersama air hujan. Alat scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous dan spray. Dengan filtrasi dimaksudkan menangkap polutan partikel pada permukaan flter. Filter yang digunakan berukuran sekecil mungkin. Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga kinetis atau kombinasi untuk mengendapkan polutan partikel. Sebagai kolektor dipergunakan gaya sentripetal yang memakai silikon. Semakin besar partikel secepat mungkin proses pembersihan Program langit biru
16

yang dikumandangkan oleh pemerintah Indonesia adalah mengurangi pencemaran udara, khususnya dari akibat transportasi. Ada 3 tindakan yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi yaitu mengganti bahan bakar, mengubah mesin kendaraan, memasang alat-alat pembersih polutan pada kendaraan. Mempertahankan paru-paru kota dengan memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis tumbuhtumbuhan sebagai penangkal pencemaran udara. 2.4 JENIS-JENIS PENCEMAR UDARA Menurut Harssema (1998), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses alam disebut biogenic emissions, sebagai contoh gas Methane (CH4) yang terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh emisi udara yang disebabkan kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubara), pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya. Beberapa jenis pencemar udara yang paling sering ditemukan adalah: 1. Karbon Monoksida (CO)

17

Adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon.
2. Nitrogen Oksida (NO2)

Merupakan gas toxic bagi manusia dan umumnya mengganggu sistem pernafasan. Di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik yang menggunakan gas alam.
3. Belerang Oksida (SOX)

Orang yang mempunyai pernafasan lemah sangat peka terhadap kandungan SO2 yang tinggi diatmosfer. Dengan konsentrasi 500ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia.
4. Volatile Organic Compounds (VOCS)

Beberapa jenis VOCS juga merupakan pengabsorbsi sinar inframerah, sehingga memberikan kontribusi pada perubahan iklim global. 5. Photochemical Oxidants Merupakan produk dari reaksi atmosfer tahap kedua dengan dukungan energi matahari. Salah satu reaksi penting disini adalah pelepasan atom oksigen tunggal dari gas Nitrogen Dioksida. Kemudian atom oksigen tunggal ini bereaksi dengan gas oksigen menghasilkan ozone. Pada udara ambient, ozone merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan dapat merusak tanaman, gedung serta jaringan sensitif seperti mata dan paru-paru. 6. Partikel Adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Menurut Wardhana (1995), dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan maka partikel dapat berupa keadaan-keadaan seperti : Aerosol, Fog atau Kabut, Asap, Debu, Mist, Fume, Plume, Smog. 2.5 INDOOR AIR QUALITY Indoor Air Quality (IAQ) atau kualitas udara dalam ruang telah menjadi salah satu isu penting dalam dunia desain interior. Buruknya kualitas udara dalam ruang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan penggunanya, serta menurunkan produktivitas. Sumber polutan berasal dari lingkungan dalam ruangan itu sendiri, berupa polusi yang disebabkan oleh mikroba (microbial contamination), dan zat kimia, yang terkait dengan sistem penghawaan yang tidak adekuat.
18

Penelitian-penelitan U.S. EPA (Environmental Protection Agency) menemukan beragam polutan udara ditemukan di dalam gedung yang terkait dengan masalah kesehatan atau biasa disebut dengan sick building syndrome (SBS). Gejala yang timbul antara lain pusing, sakit kepala, batuk, bersin-bersin, sesak napas, mual, mata perih, pegal-pegal, kulit kering dan iritasi, gejala flu, dan depresi. Kajian yang dilakukan EPA dan U.S. Labor Department menunjukkan hampir setiap satu dari lima bangunan di Amerika dianggap bangunan yang sakit, mengekspos para karyawan dari risiko kesehatan. Pada negara maju terdapat 4 macam polutan udara dalam ruang yang paling berbahaya, yaitu asap tembakau, formaldehida (ditemukan pada material bangunan dan produk rumah tangga), gas radioaktif radon-222, dan partikel halus. Sedangkan di negara berkembang, pemajanan manusia dari partikel polutan udara umumnya berupa pembakaran yang dilakukan di dalam ruang seperti bakar kayu, arang, batubara, minyak tanah untuk masak dan pemanasan di pembakaran terbuka atau di ruang dengan ventilasi yang buruk. Manusia akan menghabiskan hampir 90% waktunya berada di dalam ruangan, seperti bekerja, bermain, belajar dan istirahat. Pada keadaan ini, maka udara yang dihirup untuk respirasi dan kesehatan manusia tergantung dari kualitas udara di dalam ruangan tersebut. Kontaminasi udara di dalam ruangan dapat berasal dari polusi di luar ruangan yang masuk melalui boven (baca-atas_bahasa Belanda) pintu dan jendela. Asap kendaraan dan pembakaran sampah dapat mencemari udara di dalam rumah dan gedung melalui celah-celah terbuka bangunan. Sedangkan, dari dalam ruangan, kontaminasi ruangan dapat berasal dari emisi peralatan interior seperti karpet, cat tembok, kayu komposit dan dari aktivitas penghuni seperti asap dapur, rokok, bio-fluent (keringat). Untuk rumah-rumah di pedesaan yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, maka akan menjadi masalah polusi udara akibat asap yang dihasilkan. Indonesia dengan kondisi iklim tropis memiliki suhu dan kelembaban yang relatif tinggi, sehingga udara lembab membuat polutan lebih mudah terperangkap di udara pada suatu ruangan. Penghuni yang berada dalam ruangan akan menghirup udara yang berisi campuran polutan. Pada konsentrasi polutan yang melebihi ambang batas kesehatan manusia, maka dapat menimbulkan gejala-gejala awal seperti sakit kepala, mata perih, hidung pering dan bersin-bersin. Keadaan ini disebut sebagai sick building syndrome (SBS) atau gejala gangguan kesehatan yang ditimbulkan kemungkinan karena kualitas ruang bangunan yang tidak sehat. Jika penghuni ruangan mengalami SBS, tentunya akan menurunkan produktifitas dan efektifitas kerja. Untuk dapat menghindari terjadinya SBS, maka yang perlu diperhatikan adalah sirkulasi udara segar ruangan dengan baik melalui bukaan atau ventilasi alami. Perumahan dengan ventilasi yang tinggi dapat mengurangi konsentrasi polusi di dalam ruangan. Lubang masuknya udara segar untuk sistem pendingin udara pada ruang yang dikondisikan (ruang dengan AC (air conditioning)), sebaiknya diberi filter untuk menyaring debu dan partikel dari asap di jalanan. Membersihkan AC secara periodik dapat mencegah berkembangnya bakteri
19

berbahaya pada pendingin. Selain itu, pemilihan interior yang ramah lingkungan dengan kadar emisi rendah dapat mengurangi polutan di ruangan. Hal di atas masih pembahasan kecil untuk mencegah SBS. Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung menyatakan persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi empat aspek yaitu sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan. Ambang batas konsentrasi polutan antara lain CO2, NOx, formaldehida, asbes dan partikulat tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

FAKTA-FAKTA TENTANG KUALITAS UDARA DALAM RUANG Sumber : sanken.co.id


Menurut American College of Allergies, 50% dari seluruh penyakit disebabkan oleh tersemarnya udara dalam ruang. The Environmental Protection Agency (EPA) sendiri menyatakan bahwa udara dalam ruangan dimanapun juga, 2-10 kali lebih berbahaya disbanding udara luar ruangan. The EPA juga mengingatkan bahwa kualitas udara dalam ruangan merupakan masalah kesehatan lingkungan nomor satu di Amerika Serikat. Bangunan rumah dan gedung saat ini dibangun sempit dengan berbagai sumber masalah pencemaran. Sebagai hasilnya, sumber alami pembersih udara (seperti ozon dan ion negatif) teringkir sedangkan sumber pencemar tetap bertahan. Studi terakhir menemukan bahwa tingkat alergi tingkat alergi dalam rumah yang tertutut rapat 200% lebih tiniggi dari rumah pada umumnya. Berdasarkan penelitian di Amerika, bayi yangmerangkan di lantai menghirup udara setara dengan 4 batang rokok sehari, karena karpet yang berjamur, lumut, jamur, debu danlain-lain. Sebagian besar orang menghabiskan 90% waktunya dalam ruangan. Dengan demikian udara dalam ruangan lebih mempengaruhi kesehatan kita dibandingkan udara luar ruangan. The EPA menginformasikan 6 dari 10 rumah dan bangunan dikategorikan tidak sehat yang berarti rumah dan bangunan tersebut membahayakan bagi kesehatan orang yang menetap didalamnya.

Fakta lainnya sehubungan dengan Kualitas Udara dalam Ruangan


Kasus asma meningkat lebih dari 100% sejak tahun 1976. 1 dari 9 anak menderita asma Sejak tahun 1976 rata-rata kematian karena asma meningkat tiga kali lipat dan lima kali lipat untuk anak yang berusia 5 sampai 9 tahun. Rata-rata kunjungan ke rumah sakit dan ke dokter juga terus meningkat secara dramatis.
20

2.6 EFEK RUMAH KACA (GREEN HOUSE EFFECT) Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa inggris disebut dengan green house effect ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga bungaan. Mengapa para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca ? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar, karena Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut. itulah gambaran sederhana mengenai terjadinya efek rumah kaca atau disingkat dengan ERK. Efek rumah kaca yang terjadi di bumi (lapisan atmosfer) disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi yang masuk ke Bumi: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diserap permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi

21

Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gasgas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca. Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. 2.7 PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE)
22

Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Sedangkan Perubahan Iklim adalah suatu keadaan berubahnya pola iklim dunia. Suatu daerah mungkin mengalami pemanasan, tetapi daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Akibat kacaunya arus dingin dan panas ini maka perubahan iklim juga menciptakan fenomena cuaca yang kacau, termasuk curah hujan yang tidak menentu, aliran panas dan dingin yang ekstrem, arah angin yang berubah drastis, dan sebagainya. Gas Rumah Kaca Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah gas rumah kaca. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur ratarata -32o Celcius. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewanhewan ternak), Dinitrogen Oksida (N2O) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 72 kali dari molekul CO2. Molekul N2O bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 296 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang
23

menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

Perubahan Iklim di Indonesia Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut. 1. Iklim Musim (Iklim Muson) Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau. 2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas) Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika. 3. Iklim Laut
24

Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi. Dampak Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Dampak Perubahan Iklim Regional Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung import pangan. Pada musim kemarau cenderung kering dengan trend hujan makin turun salah satu dampak kebakaran lahan dan hutan sering terjadi. Meningkatnya muka air danau khususnya danau Toba makin susut dan mungkin danau/waduk lain di Indonesia, konsentrasi es di Puncak Jayawija Papua semakin berkurang dan munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di beberapa lokasi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa kajian dari IPCC 4AR yang menyinggung Indonesia secara spesifik antara lain : Meningkatnya hujan di kawasan utara dan menurunnya hujan di selatan (khatulistiwa). Kebakaran hutan dan lahan yang peluangnya akan makin besar dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas El-Nino. Delta Sungai Mahakam masuk ke dalam peta kawasan pantai yang rentan. (Murdiyarso, 2007). Dampak perubahan iklim terhadap pertanian Diperkirakan produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2o C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1998). Adaptasi bisa dilakukan dengan menciptakan bibit unggul atau mengubah waktu tanam. Peningkatan suhu regional juga akan memberikan dampak negatif kepada penyebaran dan reproduksi ikan. Dampak Perubahan iklim terhadap kenaikan Muka Air Laut. Naiknya permukaan laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi (UNDP, 2007). akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan
25

Timur, apabila suhu air laut naik 1,50C setiap tahunnya sampai 2050 akan memusnahkan 98% terumbu karang. di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena pola iklim yang berubah. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir. Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan. Frequensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan meningkat secara signifikan. Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering). Dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air. Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. Dampak perubahan iklim terhadap Ekosistem Kemungkinan punahnya 20-30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu ratarata global sebesar 1,5-2,5oC. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa dampak negatif pada organismeorganisme laut seperti terumbu karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. (Sumber World Wild Fund (WWF) Indonesia)
26

Dampak perubahan iklim Sektor Lingkungan Dampak perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam, berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang. Dampak perubahan iklim pada Sektor Ekonomi Semua dampak yang terjadi pada setiap sektor tersebut diatas pastilah secara langsung akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia akibat kerugian ekonomi yang harus ditanggung. Dampak perubahan iklim pada pemukim perkotaan Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kotakota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut, permukaan tanah turun: pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah telah menyebabkan tanah turun.Namun Jakarta memang sudah secara rutin dilanda banjir besar:p ada awal Februari,2007,banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa 422.300 meninggalkan rumah, yang 1.500 buah di antaranya rusak atau hanyut. Total kerugian ditaksir sekitar 695 juta dolar. Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan enam lokasi terendam secara permanen dengan total populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta Kosambi, Penjaringan dan Cilincing; dan tiga di Bekasi Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya.Banyak wilayah lain di negeri ini juga akhir-akhir ini baru dilanda bencana banjir. Banjir besar di Aceh, misalnya, di penghujung tahun 2006 menewaskan 96 orang dan membuat mengungsi 110,000 orang yang kehilangan sumber penghidupan dan harta benda mereka. Pada tahun 2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung berhari-hari telah merusak jalan dan memutus jembatan, serta mengucilkan 200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada tahun itu,banjir dan longsor yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang mengungsi ke tenda-tenda dan barak-barak darurat. Mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat? Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan efek rumah kaca yang merupakan hasil dari penyerapan energi oleh gas-gas tertentu yang terdapat di atmosfer (disebut gas rumah kaca karena gas-gas ini secara efektif menangkap panas yang terdapat di atmosfer bagian bawah) dan meradiasikan kembali sebagian dari panas tersebut ke bumi.

27

Gas rumah kaca adalah salah satu kelompok gas dalam atmosfer yang dapat menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat. Sistem kerjanya adalah dengan mengembalikan pantulan sinar matahari dari permukaan agar tetap berada dalam sistem atmosfer bumi. Kondisi atmosfer bumi yang hangat memungkinkan manusia dan mahluk hidup lainnya tumbuh dan berkembang biak. Dengan demikian, pada dasarnya gas rumah kaca dan efeknya diperlukan untuk menjaga kehidupan di bumi. Tanpa adanya efek rumah kaca yang alami, suhu di permukaan bumi akan berada pada angka -18C bukan seperti suhu saat ini. Masalahnya yang terjadi saat ini adalah konsentrasi gas rumah kaca semakin bertambah melebihi tingkat normal sehingga sebagian radiasi yang berasal dari matahari maupun permukaan bumi terjebak oleh gas-gas rumah kaca yang mengakibatkan radiasi tidak dapat ke luar angkasa dan kembali ke permukaan bumi sehingga memanaskan suhu bumi. Aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer (sebagian besar berupa karbon dioksida yang berasal dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas; ditambah gas-gas lainnya). Tingkat karbon dioksida sebelum masa industri (sebelum Revolusi Industri dimulai) adalam sekitar 280 ppmv, dan tingkat karbon dioksida saat ini adalah sekitar 370 ppmv (IPCC). Konsentrasi CO2 dalam atmosfer kita saat ini, belum pernah meningkat selama 420.000 tahun. Namun, berdasarkan laporan khusus dari IPCC mengenai skenario emisi (Special Report on Emission Scenarios SRES), di akhir abad ke 21, bahwa konsentrasi karbon dioksida sebesar 490 1260 ppm (75 350%) di atas angka konsentrasi di masa pra industri. Karbon dioksida tersebut merupakan salah satu dari kontributor utama terhadap pemanasan global saat ini. Gas rumah kaca lainnya yang menjadi kontributor utama pemanasan global adalah metana (CH4) yang dihasilkan dari aktivitas agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2, juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metan menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofuorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon. 2.8 PERISTIWA EL NINO DAN LA NINA A. El Nino El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus dari dasar laut menuju permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena
28

munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Di Indonesia, angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang. Gilbart Walker yang mengemukaan tentang El Nino dan sekarang dikenal dengan Sirkulasi Walker yaitu sirkulasi angin Timur-Barat di atas Perairan Pasifik Tropis. Sirkulasi ini timbul karena perbedaan temperatur di atas perairan yang luas pada daerah tersebut. A.) Perairan sepanjang pantai China dan Jepang, atau Carolina Utara dan Virginia, lebih hangat dibandingkan dengan perairan sepanjang pantai Portugal dan California. Sedangkan perairan disekitar wilayah Indonesia lebih banyak dari pada perairan disekitar Peru, Chile dan Ekuador. B.) Perbedaan temperatur lautan di arah Timur Barat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara permukaan di antara tempat tempat tersebut. C.) Udara bergerak naik di wilayah lautan yang lebih hangat dan bergerak turun di wilayah lautan yang lebih dingin. Dan itu menyebabkan aliran udara di lapisan permukaan bergerak dari Timur-Barat. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global a) Angin pasat timuran melemah b) Sirkulasi Monsoon melemah c) Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering. d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca cenderung hangat dan lembab. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya. Disektor irigasi, hasil kajian menyebutkan bahwa kondisi beberapa DAS di Indonesia cukup kritis dan jumlahnya semakin banyak, khususnya di Jawa. Berdasrkan analisis terhadap data debit minimum dan maksimum dari 52 sungai yang tersebar di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke terlihat bahwa jumlah sungai yang debit minimumnya berpotensi untuk menimbulkan masalah kekeringan meningkat. Kondisi ini mengindikasikan bahwa daerah aliran sungai di wilayah Indonesia setelah tahun 1990- banyak yang sudah mengalami degradasi sehingga adanya penyimpangan iklim dalam bentuk penurunan atau peningkatan

29

hujan jauh dari normal akan langsung menimbulkan penurunan atau peningkatan yang tajam dari debit minimum atau debit maksimum (kekeringan hidrologis). Disektor perikanan dan kelautan, hasil tangkapan ikan pada tahun-tahun el nino juga dilaporkan menurun. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut ketersediaan pakan bagi ikan (plankton) juga berkurang. Selain itu banyak terumbu karang yang mengalami keputihan (coral bleaching) akibat terbatasnya alga yang merupakan sumber makanan dari terumbu karang karena tidak mampu beradaptasi dengan peningkatan suhu air laut. Memanasnya air laut juga akan menggangu kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap naiknya suhu laut. Kondisi ini menyebabkan terjadinya migrasi ikan ke perairan lain yang lebih dingin. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sri Woro Budiati Harijono, mengemukakan, dampak El Nino akan dirasakan signifikan di Indonesia hanya dengan satu syarat, yakni jika suhu permukaan laut Indonesia yang mendingin. Sesuai dengan teori hukum fisika dasar, angin berembus dari daerah yang bertekanan udara tinggi (lebih dingin) ke daerah bertekanan udara rendah (lebih panas).Karena suhu permukaan laut di Pasifik menghangat atau naik yang berarti bertekanan rendah, maka jika daerah-daerah di sekitar Pasifik (termasuk Indonesia) memiliki suhu muka laut yang dingin, maka angin termasuk uap air dari Indonesia akan ditarik ke Pasifik. Akibatnya tentu saja bisa diketahui, yakni terjadinya musim kemarau yang sangat kering. Namun, dampak ini tidak akan berlaku, jika suhu permukaan laut Indonesia juga menghangat. Jadi kalau dua-duanya menghangat, berarti tidak terjadi perbedaan tekanan udara. Jadi, meskipun El Nino kuat, tidak akan berpengaruh signifikan untuk Indonesia, katanya. BMKG memprediksi periodidasi kekuatan El Nino. Untuk bulan Juli hingga Agustus 2009, El Nino masuk kategori lemah, bulan September, Oktober, dan November 2009 kategori moderate (sedang), dan Desember 2009 sampai Januari 2010, kekuatan El Nino akan mencapai puncaknya dengan kategori kuat. B. La Nina La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa terjadi banjir. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La Nina, yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.

30

Ketika La Nina kolam panas (bagian laut yang suhunya tinggi) bergerak masuk ke arah Indonesia bagian timur dan demikian juga anginya berhembus lebih kuat ke arah Indonesia sehingga laut di Indonesia timur meningkat suhunya, hal ini diikuti dengan penguapan yang lebih banyak dan terjadi konveksi kuat yang membentuk awan hujan (kumulus), sehingga daerah Indonesia khususnya bagian timur akan curah hujanya di atas normal. Sebaliknya ketika El Nino kolam panasnya bergerak menjauhi Indonesia sehingga yang banyak hujan ialah di laut Pasifik, sedangkan daerah Indonesia, khususnya bagian timur curah hujanya berkurang. Indonesia mengalami kekeringan. Proses El Nino dan La Nina ini dapat diperlihatkan ada hubunganya dengan aktivitas matahari dan sinar kosmik. Fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya SPL (suhu permukaan laut) di zona Nino 3.4 (anomali negatif) sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Karena sifatnya yang dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan khatulistiwa, termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan yang menyertai kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia. Jadi, dua lakon di panggung Samudera Pasifik ini sama-sama menakutkan. Yang satu menyebar petaka kekeringan, sementara yang lain memberi ancaman banjir. Inilah perbedaan kondisi saat La Nina dan saat kondisi Normal 1. Kondisi La Nina Pada tahun La Nina jumlah air laut bertemperatur rendah yang mengalir di sepanjang Pantai Selatan Amerika dan Pasifik Timur meningkat. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi lebih dingin dari Pasifik Barat. Ketika terjadi La Nina : Angin passat Timuran menguat, sehingga massa udara dingin meluas hingga Samudera Pasifik bagian tengah dan Timur. Ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Barat. 2. Kondisi Normal Kondisi Suhu Muka Laut pada Kondisi Normal Pada tahun-tahun normal, Suhu Muka Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia 28C sedangkan SST di Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan 20C (SST di Pasifik Barat 8 10C lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik Timur). Angin di wilayah Samudra Pasifik Ekuatorial (Angin passat Timuran) dan air laut di bawahnya mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran timuran air ini sedikit berbelok ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan. Daerah yang berpotensi tumbuh awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan Australia Utara. Tidak hanya dampak negatif saja yang ada di La Nina terhadap Indonesia, tetapi juga ada dampak positifnya.

31

Dampak positif Sementara itu, Kepala Ekspedisi Mirai, Dr Keisuke Mizuno, mengatakan, terjadi penyimpangan cuaca dapat memberi dampak yang positif bagi sektor perikanan. Karena pada masa itu terjadi migrasi ikan tuna ke wilayah Indonesia. Saat La Nina suhu muka laut di barat Samudera Pasifik hingga Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna dari Pasifik timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia. Seperti dikemukakan Dwi Susanto, pakar cuaca BPPT, belum lama ini, perairan barat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan yang memiliki kelimpahan ikan tuna tertinggi, mencapai 70 persen stok ikan tuna dunia. Sebaliknya, ketika terjadi El Nino, ikan tuna di Pasifik bergerak ke timur. Namun, ikan yang berada di Samudera Hindia bergerak masuk ke selatan Indonesia. Hal itu karena perairan di timur samudera ini mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa menghangat.

32

Kondisi Pada Saat El Nino dan La Nina

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan


33

Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi. Akibat aktifitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. 3.2 Saran Upaya penanggulangan terhadap pencemaran udara diberitahukan tentang berbagai cara untuk penanggulangan dan pencegahan Pencemaraan udara yang tergantung pada sifat dan sumber polutan udara, seperti mengurangi polutan, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendisfersikan polutan. Diharapkan agar keadaan lingkungan tetap sehat dan bersih dari pencemaran udara.

DAFTAR PUSTAKA

34

Anonim. 1991. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Bayong Tjasyono. 2007. Meteorologi Indonesia 1 Karakteristik & Sirkulasi Atmosfer. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta. http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=8&vnomor=7 http://ojanmaul.wordpress.com/2010/01/01/dampak-el-nino-dan-la-nina-terhadap-indonesia/ http://udararuang.wordpress.com/ http://www.perubahaniklim.net/apa-itu-perubahan-iklim.htm

35

Anda mungkin juga menyukai