M Nilai :
II. Anamnesa Keluhan Utama Keluhan Tambahan : : Mata kiri sakit Mata kiri merah, penglihatan buram, kelopak mata membengkak, pedih, gatal, silau, air mata banyak. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSUAM mengeluh mata sebelah kiri terasa sakit sejak
3 bulan yang
lalu. Pasien mengeluh mata kirinya tertusuk daun padi. Selama seminggu setelah terkena daun padi, pasien hanya membilas mata kirinya dengan air biasa dan tidak ada perbaikan. Setelah seminggu, pasien datang berobat ke dukun dikarenakan matanya merah.Dari dukun, pasien diberi air sirih dan pasien merasa tidak ada perbaikan tetapi malah lebih buruk. Beberapa hari setelah itu, mata kiri terasa sakit, merah, kelopak matanya bengkak, air mata banyak dan disertai penglihatan yang buram. Lalu pasien berobat ke dokter dan diberi obat tetes mata dan obat minum ( pasien lupa nama obatnya ). Setelah dari dokter, bengkak pada kelopak matanya berkurang, tapi setelah obat dari dokter habis, bengkak pada kelopak mata timbul kembali. Sehingga passien tidak dapat membuka mata kirinya. Keluhan yang dirasakan oleh pasien semakin berat dan kemudian datang berobat ke RSUAM.
Pada mata kanannya pasien tidak mengeluh adanya kelainan dan tidak ada gangguan pengelihatan.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita sakit seperti ini.
III. STATUS OFTALMOLOGIS
OCULAR DEXTRA 6/15 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan normal Normal, tumbuh teratur Tidak ada Udem (-), Hematome (-) Udem (-), Hematome (-) Tenang Tenang Tenang Anikterik Jernih Sedang Kripta (+) normal Bulat, sentral Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal (palpasi) Normal VISUS KOREKSI SKIASKOPI SENSUS COLORIS BULBUS OCULI SUPERSILIA PARESE/PARALISE PALPEBRA SUPERIOR PALPEBRA INFERIOR CONJUNGTIVA PALPEBRA CONJUNGTIVA FORNICES CONJUNGTIVA BULBI SCLERA CORNEA CAMERA OCULI ANTERIOR IRIS PUPIL LENSA FUNDUS REFLEKS CORPUS VITREUM TENSIO OCULI SISTEM CANALIS LACRIMALIS
OCULAR SINISTRA 1/60 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan normal Normal, tumbuh teratur Tidak ada Blefarospame Udem (-), Hematome (-) Hiperemis Hiperemis Injeksi konjunctiva,injeksi siliar Anikterik Lesi satelit (+) Sedang Kripta (+) terlihat samar Sulit dinilai Sulit dinilai Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal (palpasi) Lakrimasi (+)
Status generalis - Keadaan umum - Kesadaran - Tekanan darah - Nadi - Pernafasan - Suhu - Kepala Mata Hidung Telinga Mulut - Toraks Jantung Paru - Abdomen Hepar Lien - Ekstremitas
V. RESUME
: Tampak sakit sedang : Compos mentis : 160/90 mmHg : 72 x/menit : 24 x/menit : 36,6 C : Dalam batas normal : Status oftalmologis : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Dalam batas normal : Dalam batas normal : Tidak teraba : Tidak teraba : Tidak ada kelainan
3 bulan sebelum pasien masuk RSUAM pasien terkena daun padi pada mata kirinya. Keluhan yang dirasakan pada saat itu mata kirinya terasa sakit, merah, bengkak pada kelopak matanya, air matanya keluar banyak disertai penglihatan yang buram.
Kemudian pasien kembali berobat kedokter dan diberi obat tetes mata dan obat minum, setelah itu bengkak pada kelopak matanya berkurang, tapi setelah obatnya habis bengkaknya timbul kembali, sehingga menyebabkan pasien tidak dapat membuka mata kirinya.
Keluhan dirasakan semakin berat dan kemudian pasien datang berobat ke RSUAM. Pemeriksaan fisik Status generalis : Dalam batas normal
Status oftalmologis Oculi dextra Oculi Sinistra Visus Palpebra superior Palpebra Inferior Conjungtiva Palpebra Conjungtiva Bulbi Conjungtiva Fornik Kornea COA Iris Pupil Lensa
VI. PEMERIKSAAN ANJURAN
: 1 / 60 : Blefarospasme : Odema (-) : Hiperemis (+) : Injeksi konjunctiva dan Injeksi silier : Hiperemis (+) : Lesi satelit (+) : Sedang : Gambaran kripta terlihat samar : Sulit dinilai : Sulit dinilai
VIII. DIAGNOSA KERJA Ulkus Kornea Oculi Sinistra ec Jamur IX. PENATALAKSANAAN
d. Natacen 5% 4 dd 1 gtt OS 3. OS tidak boleh di bebat (ditutup dengan kasa) 4. Menjaga kebersihan mata
ULKUS KORNEA Definisi Hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
Ulkus kornea dibedakan dalam bentuk : 1. Ulkus kornea sentral 2. Ulkus kornea perifer 1. Ulkus kornea sentral Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel. Lesi terletak disentral,jauh dari limbus vascular. Hipopion biasanya menyertai ulkus (tidak selalu). Hipopion adalah pengumpulan sel-sel radang yang tampak sebagai lapis pucat dibawah kamera anterior dan khas untuk ulkus kornea bakteri dan fungi. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi robekan pada membrane descement, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur fungus. Etiologi ulkus kornea sentral biasanya bakteri (pseudomonas, pneumokok, moraxela liquefaciens, streptokok beta hemolitik, klebsiella pneumoni, e.coli, proteus), virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur (kandida albican, fusarium solani, species nokardia, sefalosforium dan aspergillus), acanthamoeba. Mikroorganisme ini tidak mudah masuk kedalam kornea dengan epitel yang sehat. Terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti erosi pada kornea, keratitis neurotropik, pemakaian kortikosteroid atau imunosupresif, pemakai obat lokal anestesi, pemakai I.D.U, pasien diabetes mellitus dan ketuaan. Ulkus kornea sentral biasanya dimulai dengan trauma kecil dari epitel kornea, seperti tergores oleh pensil atau terkena debu yang kemudian disusul dengan infeksi sekunder dengan kuman-kuman. Kuman ini dapat berasal dari konjungtiva, sakus. Oleh karena itu jangan lupa melakukan pemeriksaan bakteriologis dari kerokan konjungtiva dan isi sakus lakrimal. Juga tes anel, di samping pemeriksaan yang harus biasa dilakukan pada keratitis. Pada tempat trauma kornea timbul infiltrate, oleh karena pengumpulan dari wandering cell disertai injeksi perikornea dan injeksi konjungtiva. Penderita mengeluh kesakitan, disertai pembengkakan dari palpebra. Infiltrat ini cepat membesardan ulkusnya menjalar kearah permukaan dan kedalam,sehingga ulkus tergaung bentuknya dan penjalarannya dari sentral ke perifer.
a. Ulkus Serpens Akut Ulkus serpens atau ulkus serpenginosa akut menjalar dengan bentuk khusus seperti binatang melata pada kornea yang kebanyakan disebabkan oleh kuman pneumokokkus. Penyakit ini biasa didapatkan pada petani, buruh tambang, orang-orang dengan hygiene buruk, orang jompo, penderita glaucoma, pecandu alkohol dan obat bius. Biasanya ulkus ini
didahului oleh trauma yang merusak epitel kornea dan akibat cacat kornea maka mudah terjadi invasi ke dalam kornea. Pasien akan merasa nyeri pada mata dan kelopak, silau, lakrimasi, dan tajam pengelihatan menurun. Pada mata pasien akan terlihat kekeruhan kornea mulai dari central yang mempunyai ciri khas berupa ulkus yang berbatas lebih tegas pada sisi-sisi yang paling aktif disertai infiltrat yang berwarna kekuning-kuningan yang mudah pecah dan menyebabkan pembentukan ulkus. Ulkus menyebar di permukaan kornea kemudian merambat lebih dalam yang dapat diikuti dengan perforasi kornea. Ulkus ini ditandai dengan gejala khas berupa adanya hipopion yang steril yang terjadi akibat rangsangan toksin kuman pada badan silier. Pada konjungtiva terdapat tanda-tanda peradangan yang berat berupa injeksi konjungtiva dan injeksi silier yang berat. Ulkus serpenginosa akut diobati dengan antibiotik berspektrum luas dapat diberikan secara topikal tiap jam atau lebih. Dapat juga diberikan penisilin sebagai pengobatan tambahan secara subkonjungtiva. Pada keadaan yang mendalam dapat dilakukan tindakan keratoplasti. Ulkus serpenginosa dapat memberikan penyulit berupa perforasi kornea dan dapat berlanjut menjadi endoftalmitis dan panoftalmitis. b. Ulkus kornea pseudomonas aerugenosa Infeksi pseudomonas merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan paling berat dari infeksi kuman patogen gram negatif pada kornea. Kuman ini mengeluarkan endotoksin dan sejumlah enzik ekstraseluler. Diduga bahwa virulensi pseudomonas pada kornea berhubungan erat dengan produksi intraseluler calcium activated protease yang mampu membuat kerusakan serat pada stroma kornea. Dahulu zat ini diduga kolagenase, akan tetapi sekarang disebut sebagai enzim proteoglycanolytic. Secara morfologik pseudomonas aerugenosa tidak mungkin dibedakan dengan basil enterik gram negatif lainnya pada pemeriksaan hapus. Pada pembiakan pseudomonas akan terdapat 2 bentuk pigmen, piosianin dan fluoresein yang lebih nyata pada pengocokan tabung pada cairan media. Koloni dalam agar darah akan berwarna kelabu gelap agak kehijauan. Bau amis yang tajam dikeuarkan oleh media ini. Lesi ulkus yang disebkan pseudomonas aerugenosa mulai di daerah central kornea. Ulkus central ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
c. Keratomikosis
Keratomikosis adalah suatu infeksi kornea oleh jamur. Biasanya dimulai dengan rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun, dan bagian tumbuh-tumbuhan. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan dianggap sebagai akibat sampingan pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yang tidak tepat. Setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian pasien akan merasa sakit hebat pada mata dan silau. Ulkus terlihat menonjol di tengah kornea dan bercabang-cabang dengan endothelium plaque. Pada kornea terdapat lesi gambaran satelit dan lipatan descement disertai hipopion. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% terhadap kerokan kornea menunjukkan adanya hifa. Bahkan pada agar Saboraud dilakukan dengan kerokan pada pinggir ulkus kornea sesudah diberikan obat anestesikum kemudian dibilas bersih dan dibiak dalam suhu 37o C. Keratomikosis diobati dengan antimikosis seperti amfoterisin dan nistatin. Bila tidak terlihat efek obat mata dapat dilakukan keratoplasti. Penyulit yang dapat terjadi pada keratomikosis adalah endoftalmitis. d. Ulkus ateromatosis Ulkus ateromatosis adalah ulkus yang terjadi pada jaringan parut kornea. Jaringan parut kornea atau sikatrik pada kornea sangat rentan terhadap serangan infeksi. Ulkus ateromatosis berkembang secara cepat kesegala arah. Pada ulkus ateromatosis sering terjadi perforasi dan diikuti panoftalmitis. Keratoplasti merupakan tindakan yang tepat bila mata dan pengelihatan masih dapat diselamatkan. 2. Ulkus kornea perifer Ulkus perifer merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Diduga dasar kelainannya adalah suatu reaksi hipersensitifitas terhadap eksotoksin bakteri. Ulkus yang terutama terdapat pada bagian perifer kornea, biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vascular. Biasanya bersifat rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya Streptococcus pneumoniae, Hemophillus aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia. Penglihatan pasien dengan ulkus perifer akan menurun disertai rasa sakit, fotofobia dan lakrimasi. Terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrate atau ulkus yang memanjang dan dangkal. Terdapat unilateral dapat tunggal atau multiple dan daerah yang jernih antara kelainan ini dengan limbus kornea. Kebanyakan ulkus kornea perifer bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun, khususnya blefarokonjungtivitis stafilokok dan lebih jarang konjungtivitis koch-weeks (Haemophhilus aegyptius). Namun ulkus-ulkus ini bukan merupakan proses
8
infeksi dan kerokan tak mengandung bakteri penyebab. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibody dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. Ulkus kornea perifer antara lain berupa: a. Ulkus dan infiltrate marginal Ulkus marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu memenjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga dasar kelainanya adalah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokkus. Penyakit infeksi lokal dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal ini. Keratitis marginal kataral biasanya pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis. Ulkus yang terdapat terutama dibagian perifer kornea, yang biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi, dan penyakit kolagen vaskuler. Ulkus marginal merupakan ulkus kornea yang didapatkan pada orang tua yang sering dihubungkan dengan reumatik dan debilitas. Hampir 50% kelainan ini berhubungan dengan infeksi stafilokokkus. Ulkus marginal dapat juga terjadi bersama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks atau proteus vulgaris. Pada beberapa keadaan dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Perjalanan penyakit ini berubah-ubah, dapat sembuh dengan cepat atau dapat pula timbul/ kambuh dalam waktu singkat. Pada kerokan dan biakan yang diambil dari ulkus biasanya terdapat bakteri. Biasanya bersifat rekuren, dengan kemingkinan terdapatnya Streptococcus pneumonie, Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata, dan Esrichia. Infiltrat dan ulkus yang terlihat diduga merupakan timbunan kompleks antigen antibodi. Secara histopatologik terlihat sebagai ulkus atau abses yang epitelial atau subepitelial. Konjungtivitis angular disebabkan oleh Moraxella (diplobasil), menghasilkan bahan-bahan proteolitik yang mengakibatkan defek epitel. Pengelihatan pasien dengan ulkus marginal akan menurun disertai dengan rasa sakit, fotofobia, dan lakrimasi. Terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang dan dangkal. Terdapat unilateral dapat tunggal atau multipel dan daerah jernih antara kelainan ini dengan limbus kornea, dapat terbentuk neovaskularisasi dari arah limbus. Pengobatan ulkus marginal ini adalah antibiotik dengan steroid lokal dapat diberikan sesudah kemungkinan infeksi virus herpes simpleks disingkirkan. Pemberian steroid sebaiknya dalam waktu yang singkat dan disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi. b. Ulkus Mooren
Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Merupakan ulkus kornea yamg idiopatik unilateral ataupun bilateral. Pada usia lanjut biasanya unilateral dengan rasa sakit dan merah. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan. Ulkus ini menghancurkan membran Bowman dan stroma kornea. Neovaskularisasi tidak terlihat pada bagian yang sedang aktif, bila kronik akan terlihat jaringan parut dengan jaringan vaskularisasi. Jarang terjadi perforasi maupun hipopion. Pasien terlihat sakit berat dan 25% mengalami bilateral. Proses yang terjadi mungkin kematian sel yang disusul dengan pengeluaran kolagenase. Di klinis dikenal 2 bentuk, yaitu: pasien tua terutama laki-laki, 75% unilateral dengan rasa sakit yang tidak berat, prognosis sedang dan jarang terjadi perforasi. Pasien muda laki-laki, 75% binokular, dengan rasa sakit dan berjalan progresif. Prognosis buruk, 1/3 kasus terjadi perforasi kornea.
Banyak pengobatan yang dicoba seperti steroid, antibiotik, anti virus, anti jamur, kolagenase inhibitor, heparin, dan pembedahan keratektomi, lameler keratoplasti, dan eksisi konjungtiva. Semua cara pengobatan biasanya belum memberi hasil yang memuaskan. c. Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A/ Keratomalacia/ Xerotic Keratitis Dikarenakan keadaan umum pasien yang jelek, maka mata pasien selalu terbuka dan kornea akan kering. Dimulai dengan kekeringan konjungtiva kedua mata, kemudian kornea juga kering dan menjadi kusam seperti kaca yang terkena uap yang akhirnya menjadi ulkus dan terjadi perforasi. Pada kelainan ini tidak ada tanda-tanda peradangan. Jika terjadi pada anak-anak yang agak besar terdapat rabun senja/ hemoralopia. Terapi pada ulkus ini adalah dengan memperbaiki keadaan umum penderita, memberikan makanan yang kaya akan vitamin A. Namun jika telah terjadi ulkus atau perforasi maka diterapi seperti ulkus kornea lainnya.
d. keratokonjungtivitis phylctenular
10
Penyakit ini akibat hiperssensitivitas tipe lambat terhadap produk bakteri. Phlycten adalah akumulasi setempat limfosit, monosit, makrofag, dan akhirnya neotrofil. Lesi ini mula-mula muncul di limbus, namun pada serangan-serangan berikutnya akan mengenai konjunctiva bulbi dan kornea. Phlyctenul kornea, umumnya bilateral, berakibat sikatriks dan vaskularisasi, namun phlyctenul konjunctiva tidak meninggalkan bekas. Pada jenis tuberkulosa, serangan dapat dipicu oleh konjunctivitis bakteri akut, namun secara khas terkait dengan peningkatan sementara aktivitas tuberkulosis masa anak. Phlyctenul yang tidak diobati akan menyembuh dalam 10-14 hari, namun terapi topikal dengan kortikosteroid secara dramatis memperpendek proses ini menjadi satu atau dua hari dan sering mengurangi timbulnya parut dan vaskularisasi. Meskipun demikian respon kortikosteroid pada jenis stapilococcus kurang dramatis, dan terapi terutama ditujukan untuk mengatasi infeksi bakteri penyebab. e. keratitis neurotropik Jika nervus trigeminus, yang mempersyarafi kornea, terputus karena trauma, tindakan bedah, tumor, peradangan atau dengan cara lain, kornea akan kehilangan kepekaan dan salah satu pertahanan terbaiknya terhadap degenerasi, ulserasi, dan infeksi yaitu reflek berkedip. Pada tahap awal ulkus neurotropik yang khas, larutan fluoresein akan menghasilkan bintikbintik berwarna pada epitel bagian superfisial. Dengan berlanjutnya proses ini, timbullah daerah-daerah berupa bercak terbuka. Kadang-kadang epitelnya hilang dari daerah yang luas di kornea. Dengan hilangnya sensasi kornea, keratitis berat sekalipun tidak banyak menimbulkan gangguan bagi pasien. Pasien harus diperingatkan untuk melihat adanya kemerahan pada mata, gangguan penglihatan, atau tahi mata yang makin banyak dan memeriksakan matanya setelah timbul gejala di atas. Menjaga agar kornea tetap basah dengan air mata buatan dan salep-salep pelumas dapat membantu melindunginya. Bila timbul keratitis, harus segera diobati. Cara terbaik adalah menutup mata dengan plester horizontal, dengan tarsorrhaphy, atau dengan ptosis yang dipicu toksin botulinum A (Botox). Infeksi sekunder pada kornea hendaknya diobati sebaik-baiknya. f. keratitis pajanan ( exposure ) Dapat timbul pada segala situasi, kalau kornea tidak cukup dibasahi dan ditutupi oleh palpebra. Dua faktor penyebabnya adalah pengeringan kornea dan pajanan terhadap trauma minor. Kornea yang terbuka mudah mengering selama jam-jam tidur. Jika timbul ulkus, umumnya terjadi setelah trauma kecil dan di sepertiga kornea bagian bawah. Jenis keratitis ini steril, kecuali ada infeksi sekunder. Tujuan pengobatannya adalah memberi perlindungan dan membasahi seluruh permukaan kornea. Metode pengobatan tergantung pada kondisi
11
penyebabnya : tindakan bedah plastik pada palpebra, koreksi eksoftalmos, atau memakai cara-cara yang dibahas pada keratitis neurotropik. g. Keratitis marginal pada penyakit aautoimun Bagian perifer kornea mendapat nutrisinya dari akueus, kapiler limbus, dan film air mata. Bagian ini berhubungan dengan jaringan limfoid subkonjungtival dan pembuluh-pembuluh limfe di limbus. Konjungtiva perilimbus agaknya berperan penting dalam patogenesis lesi-lesi kornea pada penyakit mata lokal atau penyakit sistemik, terutama yang asalnya autoimun. Perubahan kornea terjadi setelah peradangan sklera, dengan atau tanpa penutupan vaskuler sklera. Tanda-tanda klinik termasuk vaskularisasi, infiltrasi, dan kekeruhan, dan pembentukan lobang perifer yang dapat berkembang sampai perforasi. Terapi diarahkan pada pengendalian penyakit sistemik penyebab; terapi topikal umumnya tidak efektif, dan sering diperlukan penggunaan obat imunosupresif yang poten. Perforasi kornea memerlukan keratoplasti. Gejala Klinis Gejala subjektif : a.Rasa sakit pada mata b.Mata merah c.Sensasi benda asing d.Silau e.Air mata banyak keluar f.Penglihatan menurun Gejala objektif : a. Opasitas kornea berwarna putih b. Hipopion bisa ada atau tidak c. Konjunctiva merah Perjalanan Penyakit Ulkus kornea dapat meluas ke dua arah, yaitu melebar dan mendalam. Ulkus kecil dan superfisial lebih cepat sembuh dan konea dapat menjadi jernih kembali. Tetapi bila ulkus turut menghancurkan membran yang baru sehingga menimbulkan sikatrik. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan hipopion. Hipopion adalah pus yang terkumpul dalam kamera okuli anterior. Hipopion dapat terjadi pada ulkus yang mengalami perforasi maupun yang tidak mengalami perforasi. Mekanisme terjadinya hipopion pada ulkus tanpa perforasi yaitu toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme pada ulkus kornea akan merangsang iris sehingga tejadi iritis, yang dapat lebih berat dan disebut sebagai iridosiklitis. Iridosiklitis dapat demikian beratnya sehingga leukosit keluar dari pembuluhpembuluh darah iris dan masuk dalam aquos humor. Leukosit PMN ini dapat keluar banyak sekali, dan karena gaya gravitasi sehingga menyebabkan leukosit mengendap didasar kamera okuli anterior. Hipopion ini bersifat steril karena terdiri dari leukosit. Hipopion pada ulkus dengan perforasi adalah non steril sebab
12
terjadinya hipopion disini karena adanya invasi kuman kedalam kamera okuli anterior. Sikartik yang terjadi setelah ulkus kornea sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrik yang tipis sekali yang hanya dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik yang agak tebal dan dapat kita lihat menggunakan senter disebut makula. Sikatrik yang tebal sekali disebut leukoma. Nebula yang difuse, yang terdapat pada daerah pupil lebih mengganggu daripada leukoma yang kecil yang tidak menutupi daerah pupil. Hal ini disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya yang masuk, sedangkan nebula membias secara ireguler, sehingga cahaya yang jatuh di retina juga terpencar dan gambaran akan menjadi kabur sekali. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis kausa. Karena penundaan dalam penetapan organisme sangat mempngaruhi hasil akhir pada penglihatan, kerokan dari ulkus harus dipulas dengan pulasan gram. Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. Kultur untuk bakteri dan fungi harus dilakukan pada saat itu juga. Terapi yang cocok dapat sgera diberikan. Sebaiknya pada setiap ulkus kornea dilakukan pemeriksaan agar darah, Saboraud, Triglikolat dan agar coklat. Pengobatan Secara umum, pengobatan untuk ulkus kornea adalah dengan siklopegik, antibiotic topical yang sesuai, dan pasien dirawat bila terjadi perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik. Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotika dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara umum ulkus kornea diobati sebagai berikut : Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai incubator. Secret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder. Debridement sangat membantu penyembuhan. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi secara local, kecuali pada keadaan yang berat. Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelialisasi dan mata terlihat tenang, kecuali bila penyebabnya Pseudomonas yang memerlukan tambahan pengobatan selama 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasty apabila: Dengan pengobatan tidak sembuh Terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan. Pengobatan yang paling ideal adalah pencegahan terjadinya ulkus dengan pengobatan setiap trauma kornea se-steril mungkin. Kalau terdapat debu,,maka keluarkanlah debu tersebut dengan alat-alat steril kemudian beri antibiotika yang berspektrum luas local, kalau perlu juga sistemik dan mata ditutup dengan kasa
13
yang steril dan diganti setiap hari,sampai sembuh. Bila telah terbentuk ulkus,maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap kuman-kuman yang didapat dari kerokan pinggir ulkus, dengan hapusan langsung atau dengan biakan disertai tes resistensi, supaya pengobatan tepat guna. Antibiotik yang digunakan pada ulkus kornea antara lain: Kokus gram (+) bentuk lancet dengan simpai ( S.pneumoniae ): Cefazolin, Penicillin G Batang dan kokus gram (+) lain : Cefazolin, Penicillin G, Vancomycin Kokus gram (-) : Penicillin G, Cefazolin, Vancomycin Batang gram (-) ( Pseudomonas ) : Tobramycin, Gentamicin, Polymyxin B Infeksi fungi : Natamycin, Amphoterisin B, Miconazole Kista, trofozoit ( Acanthamoeba ) : Neomycin, Paromomycin, Clotrimazole Infeksi bakteri : Gentamycin, Tobramycin, Vancomycin Di samping itu juga diberikan sulfas atropine sebagai salep atau larutan sebagai midriatika, mata ditutup juga diberikan roborantia, analgetika, sedative. Kalau tidak sembuh dapat dilakukan: - Kauterisasi kimia dan mekanik - Parasentesa, Flap konjungtiva Komplikasi Ada ulkus yang dalam sekali sehingga tampak membrana descement. Pada keadaan ini hanya membrana descement saja yang menahan tekanan intraokuler. Akibatnya terjadi herniasi membrana descement melalui ulkus sebagai suatu vesikel yang transparan. Keadaan ini disebut keratokel atau descementokel. Descementokel ini mudah ruptur sehingga terjadi perforasi. Perforasi kornea biasanya terjadi misalnya setelah batuk, bersin, atau mengedan. Bila terjadi perforasi ulkus, aquos humor akan keluar melalui perforasi tersebut. Iris dan lensa terdorong ke depan, kamera okuli anterior hilang. Bila perforasi kecil hanya iris yang terdorong sinekia anterior. Penutupan perforasi tersebut (sinekia anterior) oleh iris, menyebabkan kamera okuli anterior terbentuk lagi. Bila iris menempel pada leukoma disebut leukoma adherent. Bila perforasi luas sehingga sebagian iris keluar melalui perforasi keadaan ini disebut prolaps iris. Sikatrik yang terjadi pada kornea cenderung mengalami penonjolan (ektatik). Ektatik sikatrik kornea dimana da dalamnya terdapat iris yang terjepit disebut sebagai anterior stafiloma (stafiloma kornea). Bila terjadi perforasi di daerah pupil, lensa akan menempel pada ulkus sehingga terjadi kekeruhan pada lensa dan terjadi katarak. Bila kamera okuli anterior terbentuk lagi, dan eksudat yang menutup bagian yang perforasi mengalami ruptur dimana proses ini terjadi berulang-ulang sehingga terbentuk lubang yang permanen disebut fistula kornea. Perforasi yang terjadi tiba-tiba menyebabkan tekanan bola mata tiba-tiba menurun, pembuluh darah ruptur dan terjadi perdarahan intraokuler. Ruptur dari pembuluh darah retina menimbulkan perdarahan vitreus atau perdarahan subkhoroidal, khoroidal, atau subretina.
14
Melalui perforasi, mikroorganisme dapat memungkinkan terjadinya endoftalmitis. Selanjutnya infeksi dapat meluas ke jaringan sekitar bola mata sehingga terjadi panoftalmitis. Mikroorganisme yang sering menimbulkan komplikasi tersebut antara lain bakteri (pneumokokkus, Streptococcus betahemoliticus, basilus piosianeus, basilus Fiedlander), jamur, virus, alergi. Bakteri yang paling ditakuti adalah pseudomonas, karena dalam 2x24 jam dapat menimbulkan perforasi. Penyebab virus mempunyai ciri khas dimana sensibilitas kornea menurun serta bentuk infiltratnya. Fenomena satelit yaitu infiltrat-infiltrat bentuk cicncin mengelilingi ulkus yang padat tampak pada infeksi jamur. Ulkus marginalis, flikten, dan ring ulcers dikarenakan reaksi hipersensitifitas. Sedangkan ulkus Mooren belum diketahui penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
15
Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury Taylor, Eva Paul Riordan. 2000. Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika. Jakarta. Ilyas Sidharta, Prof, dr, DSM. 2007. Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga Cetakan IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
FOLLOW UP
Tanggal 6 januari 2009 S. - Mata kanan tidak ada keluhan - Mata kiri terasa sakit (+), pedih (+), gatal (+), ngeres (+) O. TD = 160/90 mmHg HR = 72 x/menit RR = 24 x/menit
16
Status Ophtalmologi Tanggal Visus Palpebra Superior Palpebra Inferior Konjungtiva Palpebra Konjungtiva Fornices Konjungtiva Bulbi Sklera Kornea COA Iris Pupil Lensa Therapi OD
6/15
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tenang Tenang Tenang anikterik Jernih sedang Kripta (+) normal Bulat, sentral Jernih Ciprofloxacin 3 x 500 mg Gentamisin 1% gtt I/2 jam As Mefenamat 3 x 500mg
OS 1/60 Blefarospasme Tidak ada kelainan hiperemis hiperemis Injeksi palpebra, Injeksi silier anikterik lesi satelit (+) sedang sulit dinilai sulit dinilai sulit dinilai Ciprofloxacin 3 x 500 mg Gentamisin 1% gtt I/2 jam As Mefenamat 3 x 500 mg
Natacen 5% 4 dd 1 gtt OS
Natacen 5% 4 dd 1 gtt OS
Tanggal 7 januari 2009 S. - Mata kanan tidak ada keluhan - Mata kiri terasa sakit (+), pedih (+), gatal (+), ngeres (+) O. TD = 160/100 mmHg
17
Visus Palpebra Superior Palpebra Inferior Konjungtiva Palpebra Konjungtiva Fornices Konjungtiva Bulbi Sklera Kornea COA Iris Pupil Lensa Therapi
6/15
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tenang Tenang Tenang anikterik Jernih sedang Kripta (+) normal Bulat, sentral Jernih Ciprofloxacin 3 x 500 mg Gentamisin 1% gtt I/2 jam As Mefenamat 3 x 500mg
1/60 Blefarospasme Tidak ada kelainan hiperemis hiperemis Injeksi palpebra, Injeksi silier anikterik lesi satelit (+) sedang sulit dinilai sulit dinilai sulit dinilai Ciprofloxacin 3 x 500 mg Gentamisin 1% gtt I/2 jam As Mefenamat 3 x 500 mg
Natacen 5% 4 dd 1 gtt OS
Natacen 5% 4 dd 1 gtt OS
18